KEPERAWATAN DASAR
KONSEP DASAR KEBUTUHAN SEKSUALITAS
Disusun Oleh:
1. Moch Rizal Fahmi (2201070)
2. Inayatul Wulandari (2201076)
3. Siti Nurfadillah (2201066)
4. Cintya Eka (2201069)
5. Rafly Bisma (2201068)
6. Erik Prasetyo Wibowo (2201071)
KELAS 1C
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena terbatas-
nya pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan kritik dan saran yang dapat membangun dari berbagai pihak. Sebagaimana
dari itu, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
Latar Belakang.....................................................................................................................
4.1 Infertilitas.......................................................................................................................
4.2 Aborsi............................................................................................................................
Penutup................................................................................................................................
Daftar Pustaka
ii
BAB I
KONSEP SEKSUALITAS
Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut je-
nis kelamin (Ing: sex). Sedangkan seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat
Berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan
Erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas
peran atau jenis, serta bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi, emosi, motivasi,
Dimensi sosial
Seksualitas dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia,
Dimensi kultural
Menunjukkan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat
Identitas seksual adalah dimensi psikologis, tentang bagaimana seorang berpikir mengenai
dirinya sendiri dalam kaitan dengan siapa ia tertarik secara romantis atau seksual. Istilah ini
diperkenalkan oleh John Money, salah satu ilmuwan pertama yang mempelajari pengalaman
psikologis dari kebingungan seksual. Identitas sekual dapat juga merujuk pada identitas ori-
entasi seksual, yang mana ketika orang mengidentifikasi atau mendisidentifikasi dengan se-
iii
buah orientasi seksual atau memilih untuk tidak mengidentifikasi dengan sebuah orientasi
seksual. Identitas seksual dan perilaku seksual berhubungan erat dengan orientasi seksual,
tetapi mereka terpisah, dengan identitas merujuk kepada konsepsi individu mengenai dirinya
sendiri, perilaku merujuk kepada kelakukan seksual yang nyata dilakukan oleh individu terse-
but, dan oreintasi seksual merujuk pada ketertarikan romantis atau seksual terhadap orang
yang berbeda atau sesama jenis kelamin atau gender, keduanya atau lebih dari satu gender,
Orientasi seksual adalah istilah dan kategorisasi mengenai pola ketertarikan seksual kepada
orang-orang dari lawan jenis atau gender atau sesuai cocok aman biologis/anatomi manusia,
jenis kelamin yang sama atau gender atau bertentangan biologis/anatomi manusia, atau untuk
kedua jenis kelamin atau lebih dari satu gender. Ini umumnya digolongkan dalam heterosek-
sual, homoseksual, dan biseksual, sementara aseksual (kurangnya ketertarikan seksual kepada
adalah aspek sifat lebih bernuansa identitas seksual dan Terminologi. Namun begitu, Hubun-
gan antara ketertarikan seksual dan ketertarikan romantis masih dalam perdebatan dan belum
sepenuhnya dipahami. Mengingat untuk aseksual, tetap dapat merasakan romantis, dan sering
dianggap lebih berguna untuk mengukur ketertarikan. Hal romantis demikian ini bersifat
sama dengan yang terjadi dalam halnya emosi, pengalaman, perasaan oleh orang-orang yang
menyukai Benda Mati (Menara Eiffel); Amy Marsh, seorang seksolog klinis mengklaim hal
tersebut sesuai dengan definisi umum seperti dalam artikel American Psychological Associa-
tion, yang mengacu pada 'perasaan dan konsep diri'. Ketertarikan seksual dipengaruhi oleh
psikologis secara luas. Diantaranya pikiran intrusif dan reaksi fisiologis yang kompleks, Ob-
sesi menyebabkan delusi, Kombinasi gangguan mental, atau hal psikologis lainnya. Istilah
Orientasi seksual di perkenalan oleh John Money, salah satu ilmuwan pertama yang mem-
iv
pelajari pengalaman psikologis dari kebingungan seksual. Dikenal juga sebagai pedofilia dan
Pro-pedofilia sebagai orientasi seksual, dan eksperimen sunat penuh anak terhadap pengem-
bangan gender yang kemudian bunuh diri pada umur 38 tahun akibat trauma perlakuannya.
Menurut American Psychological Association, orientasi seksual "juga mengacu pada penger-
tian identitas seseorang berdasarkan pada atraksi, perilaku terkait, dan keanggotaan dalam ko-
munitas lain yang berbagi atraksi mereka". Penelitian selama beberapa dekade telah menun-
jukkan bahwa orientasi seksual berkisar sepanjang kontinum, namun dalam perkembangan-
nya, konsep kontinum ini terbantahkan bahkan tidak ada. Mewakili masa yang berlangsung,
atau atraktif eksklusif untuk jenis kelamin yang sama atau bertentangan biologi - anatomi
saraf otak seksual. Perilaku Gangguan perilaku seksual kompulsif telah diidentifikasi sebagai
korelasi risiko seksual di antara homoseksual dan biseksual, juga HIV/AIDS. Profesional per-
awatan kesehatan juga dapat merujuk prilaku kompulsif dengan penamaan lain. Hal ini dapat
memperbarui konsesus ilmuwan, pengalaman klinis, dan empiris terkait seksualitas manusia;
v
BAB II
Pemenuhan kebutuhan seksual merupakan bagian integral dari kepribadian manusia sebagai
makhluk seksual, dan perilaku seksual yang ditunjukan oleh seseorang merupakan wujud pe-
menuhan hasrat seksual. Setiap orang dengan kondisi yang sehat dan tidak ada hambatan
apapun mampu memenuhi aktivitas seksual atau dapat mengekspresikan seksualitasnya den-
gan baik, namun bagi pasien yang sementara dirawat inap di Rumah sakit Jiwa pemenuhan
untuk mengekspresikan seksualitas menjadi satu masalah penting, karena waktu rawat inap-
nya relatif lama dan terpisah dari pasangan intim. Penelitian ini bertujuan untuk menggam-
barkan perilaku seksual pasien rawat inap di RSJD. dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Riset partisipan yang digunakan yaitu tiga pasien berjenis kelamin laki-laki yang sementara
dirawat inap di Rumah sakit Jiwa dengan lama rawat inap kurang lebih satu bulan dan
memenuhi kriteria riset partisipan. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif
dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi partisipan dan triangulasi sum-
ber dengan perawat ruangan untuk menguji tingkat keabsahan data. Hasil penelitian
menggambarkan bahwa selama pasien dirawat di Rumah Sakit Jiwa, ada dorongan untuk
memenuhi hasrat seksual dengan pasangan seksual, sehingga muncul beberapa perilaku sek-
sual sebagai wujud pemuasan hasrat seksual. Perilaku seksual yang dilakukan selama di
Rumah sakit Jiwa adalah perilaku self stimulation sexual, seperti noctural sex dream, karena
partisipan mengalami wet dream atau mimpi basah pada waktu tidur di malam hari, mastur-
basi yaitu dengan merangsang alat kelaminnya sendiri, dan fantasi seksual yaitu berkhayal
tentang halhal erotis yang menyertai masturbasi atau tanpa menyertai masturbasi. Beberapa
bentuk tingkah laku heteroseksual atau tingkah laku seksual terhadap jenis kelamin yang
vi
berbeda dalam hal ini terhadap perawat dan pasien perempuan diantaranya mencubit, meng-
Masalah seksual dapat memengaruhi kualitas hidup pasien. Berbagai masalah fisik, psikolo-
gis, dan seksual dapat dialami pasien dengan penyakit kronis, seperti pasien jantung, diabetes,
kanker, dan ginjal, baik yang diakibatkan oleh diagnosis penyakit kronik maupun akibat ter-
api penyakit itu sendiri. Kehidupan sosial, termasuk hubungan intimasi dengan pasangannya
serta berperan sebagai istri atau suami dalam rumah tangga juga tidak lagi sempurna yang
berisiko menyebabkan gangguan peran dan dapat mengancam kehidupan berkeluarga. Per-
masalahan ini tidak mudah untuk diselesaikan sendiri oleh para pasien dan pasangannya.
Sementara di sisi lain, para pemberi pelayanan kesehatan, khususnya perawat memiliki peran
penting untuk membantu mengatasi masalah psikoseksual yang dialami para pasien tersebut.
Kebanyakan perawat memiliki berbagai kendala untuk mampu memberikan pelayanan kese-
hatan terkait masalah psikoseksual. Berbagai penelitian melaporkan bahwa para perawat
masalah psikoseksual, dan kurang pemahaman tentang konsep seksualitas. Karena keter-
batasan tersebut, banyak di antara mereka memiliki persepsi yang salah tentang seksualitas,
menganggap masalah seksual tidak penting untuk dibahas, dan tidak nyaman untuk
mendiskusikan masalah seksual kepada para pasiennya (Kotronoulas & Papadopoulou, 2009;
Hughes, 2009; Quinn, 2003; Stead, Brown, Fallowfield, & Selby, 2003; Hautamaki, et al.
2007).
vii
Tujuan:
dengan masalah psikoseksual yang dialami para pasien dan faktor-faktor yang memen-
garuhinya.
2. Melatih peserta untuk dapat melakukan pengkajian dan intervensi mengatasi masalah sek-
sual pasien
Materi:
6. Evaluasi atau Ujian untuk menyelesaikan 1 kasus nyata pasien yang di ambil oleh perawat
viii
BAB III
RESPON SEKSUAL
3.1 Siklus Respon Seksual
Siklus respons seksual sendiri merupakan perubahan fisik dan emosi seseorang yang diper-
oleh saat mereka sedang bergairah atau mendapatkan rangsangan seksual. Siklus ini bisa di-
dapatkan saat melakukan aktivitas seksual sendiri atau masturbasi ataupun saat bersama
pasangan. Siklus respons seksual sendiri terdiri dari empat fase, yakni Desire, Arousal, Or-
gasme, dan Resolution. Desire merupakan keinginan, dorongan, dan motivasi untuk
melakukan aktivitas seksual. Dorongan ini biasanya timbul dengan adanya kerja dari otak
yakni psiko neuro endokrin. Saat timbul desire, umumnya otot menjadi tegang, denyut jan-
tung semakin cepat, kulit menjadi kemerahan, puting ereksi, dan aliran darah ke area genital
meningkat sehingga menyebabkan ereksi pada pria dan membesarnya klitoris pada wanita.
Pada fase selanjutnya, Arousal, gairah untuk melakukan aktivitas seksual semakin meningkat.
Pada fase ini, terjadi lubrikasi pada vagina, begitu pun pada penis yang mulai mengeluarkan
cairan. Kerja jantung dan pernapasan pun semakin cepat. Kemudian, fase berlanjut ke Or-
gasme. Hubungan seksual yang sehat akan melewati fase ini supaya mencapai puncak
kepuasan. Pernapasan dan kerja jantung semakin meningkat dan diikuti oleh tekanan darah.
Terjadi kontraksi rahim serta vagina pada wanita dan ejakulasi pada pria. Lalu, fase siklus re-
spons seksual ditutup dengan Resolution. Yakni fase yang terjadi setelah tercapainya or-
gasme. Tubuh akan menjadi rileks dan nyaman, pernapasan dan kerja jantung pun kembali
normal. Apabila tidak terjadi orgasme, justru malah tubuh akan merasa tidak nyaman.
1
BAB IV
4.1 Infertilisasi
Infertilitas adalah masalah pada sistem reproduksi yang menyebabkan pasangan sulit memi-
liki keturunan. Apabila Anda dan pasangan sudah rutin berhubungan intim untuk mempunyai
anak selama satu tahun, namun tetap belum berhasil, maka kondisi ini dapat diwaspadai seba-
gai gejala infertilitas. Apabila ada anggapan bahwa infertilitas hanya terjadi pada wanita, hal
ini sepenuhnya salah. Infertilitas dapat dialami oleh pria maupun wanita. Sehingga, jika suatu
pasangan mengalami kesulitan dalam memiliki keturunan, baik istri dan suami perlu
melakukan pemeriksaan.
Penyebab Infertilitas
Terdapat perbedaan dalam penyebab infertilitas pada pria dan wanita. Berikut masing-masing
penjelasan yang umum terjadi.
Infertilitas pada pria disebabkan oleh beberapa faktor, namun yang paling umum adalah
karena kelainan pada sperma (dilihat dari jumlah, bentuk, hingga pergerakannya). Terdapat
pula kemungkinan infertilitas sejak lahir yang diakibatkan oleh masalah kesehatan tertentu
yang akhirnya berpengaruh pada sperma. Adapun hal-hal lain penyebab infertilitas pada pria
adalah Masalah ejakulasi, seperti ejakulasi dini, ejakulasi retrograde, serta penyumbatan dan
kerusakan pada testis. Kelainan genetik yang menyebabkan pria tidak dapat memproduksi
sperma atau hanya mampu menghasilkan sperma dalam jumlah sedikit. Gangguan hormonal
yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma. Masalah kesehatan seperti kanker dan
obat-obatan yang berpengaruh pada kesuburan pria.
Berbeda dengan pria, sebagian besar penyebab infertilitas pada wanita adalah masalah ovu-
lasi. Hal ini dikarenakan tanpa adanya ovulasi, sel telur tidak dapat dibuahi. Gejala infertilitas
pada wanita sering kali berawal dari siklus menstruasi yang tidak teratur atau bahkan tidak
2
terjadi sama sekali. Selain itu, beberapa kondisi yang sering terjadi pada wanita dan menye-
babkan infertilitas adalah sebagai berikut:
Penyakit PCOS.
Kelainan pada rahim atau leher rahim.
Sumbatan atau kerusakan pada tuba falopi karena peradangan.
Kanker serta obat-obatan yang berpengaruh pada kesuburan wanita.
Mengalami adhesi, yaitu kondisi di mana jaringan sekitar organ reproduksi saling
terikat/menempel.
Menopause dini sebelum usia 40 tahun.
Endometriosis (jaringan endometrium yang tumbuh di luar rahim sehingga memen-
garuhi fungsi ovarium).
Selain beberapa penyebab infertilitas pada pria dan wanita tadi, ada pula faktor-faktor yang
dapat meningkatkan risiko infertilitas, di antaranya adalah:
Sebelum menegakkan diagnosis, dokter akan memulainya dengan sesi konsultasi bersama
pasien. Akan ada beberapa pertanyaan yang diajukan terkait dengan riwayat kesehatan serta
hal-hal yang berkaitan dengan reproduksi.
Pencegahan Infertilitas
Infertilitas adalah kondisi yang dapat disembuhkan. Pengobatan infertilitas salah satunya den-
gan memperbaiki kualitas sperma pada pria dan melancarkan siklus menstruasi pada wanita
3
sesuai anjuran dari dokter. Namun untuk upaya pencegahan, beberapa tips berikut bisa Anda
dan pasangan terapkan mulai dari sekarang:
Melakukan hubungan intim secara teratur di waktu subur untuk meningkatkan kesem-
patan kehamilan.
Menghindari penggunaan obat terlarang.
Berhenti mengonsumsi minuman beralkohol dan rokok.
Hindari suhu yang terlalu tinggi, karena dapat memengaruhi kualitas dan motilitas
sperma.
Olahraga secara rutin untuk meningkatkan kualitas sperma pada pria dan memperlan-
car siklus menstruasi pada wanita.
Menjaga berat badan ideal.
Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
Mengonsumsi obat kesuburan yang dianjurkan dokter.
Menggunakan teknologi reproduksi bantuan, seperti IUI (Intrauterine Insemination),
IVF (In Vitro Fertilization), dan GIFT (Gamete Intrafallopian Transfer).
harmoni dan batin nurani. Spiritualitas memberikan individu energi yang dibutuhkan untuk
menemukan diri mereka, untuk beradaptasi dengan situasi yang sulit dan untuk memelihara
kesehatan.
4
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry, 2006, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,Proses dan Praktik, edisi
A. Azis Alimun H, Musrifatul U., 2005, Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia,
A. Azis Alimun H, Musrifatul U., 2005, Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia,