Pola Seksualitas
Disusun sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar II
Disusun Oleh :
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, berkat limpahan
Rahmat dan Taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw.,
beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau sampai akhir jaman.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................I
DAFTAR ISI............................................................................................................................II
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................1
D. Manfaat.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Pengertian.....................................................................................................................3
B. Jenis-Jenis Orientasi Seksual........................................................................................3
C. Gangguan Pola Seksual.................................................................................................5
D. Dampak Gangguan Seksual..........................................................................................7
E. Permasalahan yang Berhubungan dengan Seksualitas..................................................7
F. Seksualitas dalam Proses Keperawatan.........................................................................9
BAB III PENUTUP................................................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................................11
B. Saran...........................................................................................................................11
Daftar Pustaka........................................................................................................................12
II
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Lingkupan
seksualitas suatu yang lebih luas daripada hanya sekedar kata seks yang merupakan
kegiatan fisik seksual. Kondisi seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran
kualitas kehidupan manusia, terkait dengan perasaan paling dalam, akrab, dan intim
yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam, dapat berupa pengalaman, dan
ekspresi diri manusia. Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan
laki-laki yang sering disebut jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina
untuk perempuan.
Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi
biologis, sosial, perilaku, dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaian
denganorgan reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan
dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual.
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana
menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis. Dari dimensi
sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia,
bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas
yang akhirnya membentuk perilaku seks.
Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu
perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan hasrat seksual.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari seksualitas?
2. Apa saja jenis orientasi seksual?
3. Apa saja gangguan pada pola seksual?
4. Apa saja dampak gangguan seksual?
5. Apa saja permasalahan yang berhubungan dengan seksualitas?
6. Bagaimana seksualitas dalam proses keperawatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pegertian seksualitas.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis orientasi seksual.
3. Untuk mengetahui gangguan seksual.
4. Untuk mengetahui apa saja dampak gangguan seksual.
1
5. Untuk mengetahui apa saja permasalahan yang berhubungan dengan
seksualitas.
6. Untuk mengetahui bagaimana seksualitas dalam proses keperawatan.
D. Manfaat
Hasil diskusi ini kami harapkan mampu memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan mengenai pola seksualitas bagi penulis maupun
pembaca.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang tidak
terpisahkan dan berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu.
Seksualitas tidak sama dengan seks. Seksualitas ialah interaksi faktor- faktor biologis,
psikologi personal, dan lingkungan. Fungsi biologis mengacu pada kemampuan
individu untuk memberi dan menerima kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas
dan konsep diri seksual psikologis mengacu pada pemahaman dalam diri individu
tentang seksualitas seperti citra diri, identifikasi sebagai pria atau wanita, dan
pembelajaran peran-peran maskulin atau feminin. Nilai atau aturan sosio budaya
membantu dalam membentuk individu berhubungan dengan dunia dan bagaimana
mereka memilih berhubungan seksual dengan orang lain. 2 aspek seksualitas:
1. Seksualitas dalam arti sempit Dalam arti sempit seks berarti kelamin. Yang
termasuk dalam kelamin adalah sebagai berikut:
a. Alat kelamin itu sendiri
b. Kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi
bekerjanya alat kelamin
c. Anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan laki-laki
dan perempuan
d. Hubungan kelamin
2. Seksualitas dalam arti luas Segala hal yang terjadi akibat dari adanya
perbedaan jenis kelamin antara lain:
a. Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar, genit, dll
b. Perbedaan atribut: pakaian, nama, dll
c. Perbedaan peran.
3
Namun, kini istilah heteroseksual juga dipakai untuk menggambarkan
jika seseorang tertarik kepada transgender. Jadi, istilah orientasi seksual ini
juga berlaku pada:
Pria yang tertarik pada transgender wanita (transpuan)
Wanita yang bisa tertarik pada transgender pria (transpria)
Istilah transgender sendiri mengacu pada individu yang identitas
gendernya berbeda dari jenis kelamin biologisnya, baik yang sudah
melakukan operasi kelamin atau perubahan bentuk tubuh maupun yang belum.
2. Biseksual
Biseksual atau yang sering disebut dengan “bi” adalah orientasi
seksual yang menggambarkan ketertarikan seseorang terhadap 2 jenis kelamin
atau lebih. Misalnya, seorang wanita tertarik secara seksual atau emosional
kepada pria sekaligus juga wanita.
Seseorang yang biseksual juga bisa mengalami ketertarikan terhadap
orang dengan gender di luar wanita dan pria. Ini menyebabkan biseksual
disamakan dengan panseksual. Padahal sebenarnya, ada perbedaan mendasar
pada biseksual dengan panseksual.
3. Homoseksual
Homoseksual adalah istilah yang mengacu pada individu yang
memiliki ketertarikan seksual atau emosional kepada individu lain yang
memiliki jenis kelamin sama. Misalnya, seorang pria tertarik kepada pria
(gay), atau seorang wanita tertarik wanita (lesbian).
Selain itu, istilah homoseksual juga digunakan untuk:
Transpuan yang hanya tertarik kepada wanita
Transpria yang hanya tertarik kepada pria
4. Panseksual
Panseksual adalah istilah yang menggambarkan individu yang tertarik
secara seksual atau emosional kepada siapa saja, tanpa memandang jenis
kelamin atau orientasi seksual mereka.
Seorang panseksual bisa tertarik pada wanita, pria, transgender, atau
interseks (orang yang jenis kelaminnya tidak teridentifikasi sebagai pria atau
wanita). Individu panseksual umumnya tertarik kepada orang lain berdasarkan
kepribadian atau karakter orang tersebut, bukan berdasarkan gendernya.
5. Aseksual
Istilah ini mengacu kepada individu yang tidak memiliki ketertarikan
seksual kepada orang lain dari jenis kelamin apa pun. Walau tidak memiliki
ketertarikan seksual, kaum aseksual masih memiliki ketertarikan untuk
menjalin hubungan romantis.
4
Orang yang tidak memiliki ketertarikan dalam hubungan romantis
disebut aromatik. Seseorang bisa saja menjadi aseksual tanpa menjadi
aromatik, tetapi bisa juga menjadi keduanya.
Selain berbagai jenis orientasi seks di atas, ada lagi jenis orientasi seks
lain yang disebut demiseksual. Orang yang memiliki orientasi seks ini hanya
bisa merasa tertarik secara seksual terhadap orang yang memiliki hubungan
emosional erat dengannya.
5
atau pembedahan. Keinginan seksual mungkin menjadi keinginan primer dari fantasi
seksual atau mungkin sekunder terhadap motivasi kognitif pada beberapa
wanita.Keinginan seksual sekunder khususnya dalam hubungan jangka panjang,
motivasi nonseksual, misalnya kedekatan emosional dan perasaan cinta.
2. Gangguan Rangsangan Seksual
Gangguan rangsangan seksual pada wanita didefinisikan sebagai
ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan lubrikasi genital yang adekuat
atau swelling.Rangsangan seksual ini juga memerlukan respons tubuh lain yang
bersifat menetap atau berulang. Respon tubuh yang 6 dimaksud contohnya,
berkurangnya atau tidak adanya lubrikasi vagina, respon tubuh yang lain adalah
berkurangnya relaksasi otot polos vagina serta sensitivitas puting payudara.
Walaupun gangguan rangsangan seksual disebabkan faktor berulang yang dapat
menyebabkan depresi, tetapi dapat juga disebabkan faktor medis, seperti
berkurangnya aliran darah menuju vagina atau klitoris.Problem seksual dari fakor
fisik dapat berkembang menjadi problem yang bersifat psikologis.Selanjutnya
gangguan yang berasal dari fisik dan psikologis bisa menyebabkan gangguan
rangsangan seksual.
Penyebab umum gangguan rangsangan seksual bisa lebih dari satu faktor.
Seperti stress yang disebabkan oleh kondisi ekonomi, lelah karena pekerjaan, dan
sibuk merawat anak. Wanita bisa mengalami lebih sedikit rangsangan seksual
selama hamil, melahirkan, atau sewaktu menyusui.Kunci utama kehidupan
seksual ada pada jantung.Respon seksual ereksi pada laki-laki dan lubrikasi pada
wanita sangat bergantung pada sirkulasi darah ke organ genitalia. Sementara
kolesterol yang mengendap dalam darah bisa menghambat proses sirkulasi
sehingga besar kemungkinan akan menyebabkan disfungsi seksual. Penyakit
diabetes dapat menimbulkan disfungsi seksual, baik pada pria maupun
wanita.pada wanita diabetes dapat menurunkan rangsangan seksual,
mengakibatkan rasa sakit ketika melakukan hubungan seksual dan hambatan
orgasme.
3. Gangguan orgasmus
Definisi gangguan orgasmus pada wanita dari DSM-IV-TR menggunakan
criteria diagnostik sebagai berikut :
a) Kelambatan yang persisten atau menetap atau ketiadaan orgasmus pada
fase rangsangan seksual normal. Wanita mengalami variabilitas di dalam
jenis atau intensitas stimulasi yang memicu orgasmus. Diagnosis gangguan
orgasmus wanita sebaiknya berdasarkan uji klinis untuk menentukan
kapasitas orgasmus wanita berdasarkan umur, pengalaman seksual, dan
stimulasi seksual adekuat yang diterima wanita.
b) Gangguan yang mengakibatkan distress atau kesulitan antarpersonal.
c) Disfungsi seksual tidak lebih dari gangguan disfungsi yang lain dan tidak
hanya karena pengaruh psikologis langsung, misalnya obatobat medis atau
6
kondisi medis umum. Gangguan orgasmus wanita selanjutnya dibedakan
sebagai berikut :
1) Primer : orgasmus belum pernah dicapai.
2) Sekunder : orgasmus pernah dicapai pada waktu yang lalu.
3) Absolut : orgasmus tidak dimungkinkan pada semua situasi.
4) Situasional : orgasmus tidak dimungkinkan pada situasi tertentu.
Pendekatan yang dapat dilakukan yaitu pendekatan perilaku kognitif
dan pendekatan farmakologis.
d) Dispareunia
Dspareunia didefinisikan sebagai nyeri di daerah genital yang
berhubungan dengan aktivitas seksual sebelum, pada saat, dan setelah koitus.
Dispareunia bisa diakibatkan oleh aktivitas nonseksual di dalam diri wanita
pada tatanan usia tertentu dan bisa terjadi di beberapa lokasi yang berbeda.
Meskipun dispareunia diklasifikasikan sebagai disfungsi seksual, pendekatan
nyeri yang menyeluruh pada akar masalahnya merupakan pendekatan
multidimensi.Pemikiran tentang penyebabnya menunjukkan adanya faktor
yang mengawali dan diperburuk dengan adanya faktor lainnya.Faktor ini
dapat berupa faktor fisik maupun faktor psikologis.Pasien dengan gangguan
dispareunia mengeluhkan nyeri yang jelas dan terlokalisir. Dispareunia dapat
digambarkan sebagai ketidaktertarikan, ketidakpuasan terhadap koitus yang
berhubungan dengan ketidaknyamanan akibat nyeri yang berasal dari
beberapa area, mulai dari permukaan vulva sampai struktut pelvik bagian
dalam.
7
Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak
klitorisnya sendiri. Sebuah hal yang sebenarnya sangat penting tetapi tidak
diketahui oleh banyak orang. Masalah ketidaktahuan terhadap seks sudah betul-
betul merakyat. Ini berpangkal dari kurangnya pendidikan seks yang sebagian
besar dari antara masyarakat tidak memperolehnya pada waktu remaja. Tidak
jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas informasi, bukan pendidikan. Itu
terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan seks di sekolah atau
lembaga formal lainnya. Akibatnya, keingintahuan soal seks didapatkannya dari
berbagai media. Untuk itu orang tua hendaknya memberikan pendidikan soal seks
kepada anak-anaknya sejak dini. Salah satunya dengan memisahkan anak-
anaknya tidur dalam satu kamar setelah berusia sepuluh tahun, sekalipun sama-
sama perempuan atau laki-laki. Demikian halnya dengan menghindarkan anak-
anaknya mandi bersama keluarga atau juga teman-temannya. Orang tua harus
menjawab jujur ketika anaknya bertanya soal seks. Jawaban-jawaban yang
diberikan hendaknya mudah dimengerti dan sesuai dengan usia si anak. Karena
itulah, orang tua dituntut membekali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan
tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik dan emosi anak akan terjadi pada usia
13 – 15 tahun pada pria dan 12 – 14 tahun pada wanita. Saat itulah yang
dinamakan masa pubertas yaitu masa peralihan dari masa anak-anak menjadi
remaja. Pada saat itu pula, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya.
2. Kelelahan
Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman
ini dalam melakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan
hidup, sang wanita harus ikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Pada waktu suami istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah.
Dan pasangan yang sedang lelah jarang merasakan bahwa hubungan seks
menarik minat. Akhirnya mereka memilih untuk tidur. Kelelahan bisa
menyebabkan bertambahnya usaha yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan
lawan jenis dan merupakan beban yang membuat kesal yang akhirnya bisa
memadamkan gairah seks.
3. Konflik
Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud
sebagai perang terbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain.
Konflik menjadi kendala hubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa
menggeser proses foreplay. Pasangan dapat mempertajam perselisihan mereka
dengan menghindari seks atau mengeluarkan ungkapan negatif atau
membandingkan dengan orang lain, yang sangat melukai perasaan pasangannya.
Kemarahan dan kecemasan yang tidak terpecahkan bisa menyebabkan sejumlah
masalah seksual antara lain masalah ereksi, hilang gairah atau sengaja menahan
diri untuk tidak bercinta. Perbedaan antara satu orang dan lainnya biasanya tidak
baik dan tidak juga buruk. Jadi haruslah dipandang hanya sebagai perbedaan.
Kemarahan, ketegangan atau perasaan kesal akan selalu menghambat gairah seks.
4. Kebosanan
8
Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa
dianggap seperti “kerja malam”. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering
menjadi berlebihan sampai ke suatu titik yang membosankan. Yang mendasari
rasa bosanitu adalah kemarahan yang disadari atau tidak disadari karena harapan
anda tidak terpenuhi. Masalah ini diderita oleh kebanyakan pasangan yang sudah
hidup bersama bertahun-tahun. Sebagian pasangan yang sudah hidup bersama
untuk jangka waktu yang lama merasa kehilangan getaran kenikmatan yang
datang ketika melakukan hubungan seks dengan pasangan yang baru. Orang
demikian melihat rayuan penguat ego, dibandingkan bila bersenggama dengan
mitra baru.
9
•Depresi perpisahan dengan perceraian
b. Disfungsi seksual (b.d)
•Cedera medulla spinalis
•penyakit kronis
•nyeriansietas mengenai penempatan di RSc.
c. GangguanCitra tubuh (b.d)
•efek masektomi
•disfungsi seksual
•perubahan pasca persalinan
d. Ganguan harga diri (b.d)
•kerentanan yang dirasakan setelah mengalami serangan infrak
miokardium
•pola penganiayan ketika masih kecil
3. Perencanaan Tujuan yang dicapai mencakup :
a. mempertahankan, memperbaiki, atau meningkatkan kesehatan seksual
b. b. meningkatkan pengtahuan seksualitas dan kesehatan
c. mencegah PMS
d. mecegah kehamilan yang tidak diinginkan
e. meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual
f. memperbaiki konsep seksual diri
4. Implementasi Proses kesehatan seksual
a. perawat : keterampilan komuniksi yang baik
b. Topik tentang penyuluhan tergantung
c. karakteristik dan faktor yang berhubungn
d. Rujukan mungkin diperlukan
5. Evaluasi
10
a. Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan
b. Klien, pasangan perawat mungkin harus mengubah harapan atau
menetapkan jangka waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan
c. Komunikasi terbukadanharga diri yang positifdalam artian penting.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan
meliputi seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan,
kemesraan dan reproduksi. Fungsi dari seksualitas itu sendiri yaitu sebagai
Kesuburan, Kenikmatan, Mempererat ikatan dan meningkatkan keintiman pasangan,
Menegaskan maskulinitas atau feminitas, Meningkatkan harga diri, Mencapai
kekuasaan atau dominasi dalam hubungan, Mengungkapkan permusuhan,
Mengurangi ansietas atau ketegangan, Pengambilan resiko, Keuntungan materi.
Seksualitas dipengaruhi oleh beberapa dimensi yakni dimensi sosiokultural, dimensi
agama dan etik, dimensi psikologis, dan dimensi biologis. Ada banyak permasalahan
seksualitas yang antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan mengenai seks, kelelahan,
konflik, dan kebosanan.
B. Saran
Masalah seksual merupakan masalah subyektif dan karena diagnosis sering
kali bergantung pada kesadaran orang untuk memeriksakan diri, masalah/gangguan
seksual sulit sekali untuk diidentifikasi, ditangani dan dipantau, terutama jika
masalahnya bersifat psikoseksual, untuk itu sebagai seorang perawat perlu adanya
promosikesehatan seksual kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui dengan
benar konsep seksualitas untuk meningkatkan kontrol dan meningkatkan kesehatan
seksual mereka. Apalagi kepada remaja yang rentan terlibat dalam perilaku seksual
yang beresiko yang menyebabkan infeksi menular seksual, kehamilan tidak
diharapkan, dan kesehatan seksual yang buruk.
11
Daftar Pustaka
12