Anda di halaman 1dari 15

KONSEP SEKSUALITAS

DISUSUN OLEH :
AFRIZA DIYASTARI (21200030)
LIZA OKTANIA (21200008)
NETI ELVIZA TANJUNG (21200010)
RATNA RAHMI (212000036)
NINDY ANISYA PUTRI(21200001)

MATA KULIAH PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN


DOSEN PENGAMPU:
Ns. RISTA NORA, M.Kep

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT


FAKULTAS KESEHATAN
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami semua
kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Psikososial dan Budaya
dalam Keperawatan yang berjudul “Konsep Seksualitas” dapat selesai seperti waktu yang telah
kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan . Makalah ini
membahas tentang Konsep Seksualitas .
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk
penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Bukittinggi, 01 November r 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... 3
BAB I................................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang...................................................................................................................................... 4
B. Rumusan masalah ................................................................................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................................................................... 5
BAB II .............................................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN............................................................................................................................................... 6
A. Pengertian Seksualitas .......................................................................................................................... 6
B. Aspek Seksualitas ................................................................................................................................. 6
C Kesehatan Seksualitas .............................................................................................................................
E Karakteristik Seksualitas .................................................................................................................... 12
F.Penyimpangan-penyimpangan seksualitas .............................................................................................. 12
BAB III ........................................................................................................................................................... 14
PENUTUP ...................................................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................................................................................ 14
B. Saran ...................................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seks merupakan kegiatan fisik, sedangkan seksualitas bersifat total, multi-determined dan
multi-dimensi. Oleh karena itu, seksualitas bersifat holistik yang melibatkan aspek
biopsikososial kultural dan spiritual.
Identitas seksual adalah pengenalan dasar tentang seks diri sendiri secara anatomis yang
sangat berhubungan dengan kondisi biologis, yaitu kondisi anatomis dan fisiologis, organ seks,
hormon dan otak dan saraf pusat. Seorang anak dapat menafsirkan secara jelas perilaku orang
lain yang sesuai dengan identitas seksualnya, yang bagaimana seorang memutuskan untuk
menafsirkan identitas seksual untuk dirinya sendiri atau citra diri seksual (sexual self-image)
dan konsep diri.
Peran jender berhubungan dengan bagaimana identitas jender seseorang diekspresikan
secara sosial dalam perilaku jenis seks yang sama atau berbeda. Identitas jender mulai
berkembang sejak usia 2 hingga 3 tahun yang dipengaruhi oleh faktor biologis (embrionik dan
sistem saraf pusat), anatomi genital dan pola orang tua terhadap anak. Dengan demikian,
sebenarnya peran jender terbina melalui pengamatan.
Dalam hal ini dapat disimpulkan, bahwa pada dasarnya seksualitas tidak terbatas hanya di
tempat tidur atau bagian tubuh saja, tetapi merupakan ekspresi kepribadian, perasaan fisik dan
simbolik tentang kemesraan, menghargai dan saling memperhatikan secara timbal balik.
Perilaku seksual seseorang sangat ditentukan oleh berbagai kebutuhan, antara lain kebutuhan
akan cinta dan kasih sayang, rasa aman psikologis, serta harga diri sebagai wanita atau pria.
Pada kondisi dimana kesehatannya mengalami gangguan, seseorang kemungkinan besar akan
mengalami gangguan pemenuhan kemenuhan kebutuhan seksualitasnya, yang dapat
ditampilkan melalui berbagai perilaku seksual.
B. Rumusan masalah
1) Apa yang dimaksud Seksualitas?
2) Bagaimana cara mengetahui kesehatan seksualitas?
3) Apa saja pertumbuhan dan perkembangan seks manusia?
4) Bagaimana Respon Seksualitas?
5) Apa saja penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada seksualitas?

C. Tujuan
1) Mengetahui Pengertian Seksualitas
2) Mengetahui fungsi seksualitas
3) Mengetahui kesehatan seksualitas
4) Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan seksualitas
5) Mengetahui penyimpangan seksualitas
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Seksualitas
Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang
berhubungan dengan alat reproduksi. (Stevens: 1999). Sedangkan menurut WHO dalam
Mardiana (2012) seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan
meliputi seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan,
kemesraan dan reproduksi.
Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang tidak terpisahkan
dan berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu. Seksualitas tidak
sama dengan seks. Seksualitas ialah interaksi faktor-faktor biologis, psikologi personal,
dan lingkungan. Fungsi biologis mengacu pada kemampuan individu untuk memberi dan
menerima kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas dan konsep diri seksual psikologis
mengacu pada pemahaman dalam diri individu tentang seksualitas seperti citra diri,
identifikasi sebagai pria atau wanita, dan pembelajaran peran-peran maskulin atau feminin.
Nilai atau aturan sosio budaya membantu dalam membentuk individu berhubungan dengan
dunia dan bagaimana mereka memilih berhubungan seksual dengan orang lain. (Bobak:
2004).
B. Aspek Seksualitas

1. Seksualitas dalam arti sempit


Dalam arti sempit seks berarti kelamin. Yang termasuk dalam kelamin adalah sebagai
berikut:
a. Alat kelamin itu sendiri
b. Kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat kelamin
c. Anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan laki-laki dan perempuan
d. Hubungan kelamin
2. Seksualitas dalam arti luas
Segala hal yang terjadi akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin antara lain:
a) Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar, genit, dll
b) Perbedaan atribut: pakaian, nama, dll
c) Perbedaan peran. (Mardiana: 2012)

Kesehatan Seksualitas

Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan


fisik, mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari
ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan
sosialnya misalnya dalam menjaga hubungan dengan teman atau pacar dalam
batasan yang diperbolehkan oleh norma dalam masyarakat atau agama. Bukan
hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya
bisa dicapai bila hak seksual individu perempuan dan laki-laki diakui dan
dihormati (BKKBN, 2006).

C. Pertumbuhan Dan Perkembangan Seks Manusia


Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia disebut libido. Terdiri dari
beberapa tahap yaitu:
1. Tahap oral: Sampai mencapai umur sekitar 1-2 tahun, tingkat kepuasan seks
dengan menghisap puting susu ibu, dot botol, menghisap jari tangan, Dengan bayi
baru dapat tidur setelah disusui ibu, menghisap botol atau tidur sambil menghisap
jarinya. Oleh karena itu perilaku demikian tidak perlu dilarang.
2. Tahap anal: Kepuasan seks anak didapat melalui rangsangan anus saat buang air
besar, antara umur 3-4 tahun sering duduk lama ditoilet, sehingga kepuasannya
tercapai.
3. Tahap falik: Terjadi sekitar umur 4-5 tahun, dengan jalan mempermainkan alat
kelaminnya.
4. Tahap laten: Terjadi sekitar umur 6-12 tahun. Tingkah laku seksual seolah-olah
terbenam, karena mungkin lebih banyak bermain, mulai masuk sekolah, dan
adanya pekerjaan rumah dari sekolah, Sehingga anak-anak cepat lelah dan lekas
tertidur, untuk siap bangun pagi dan pergi ke sekolah.

5. Tahap genital: Umur anak sekaitar 12-15 tahun. Tanda seks sekunder mulai
berkembang dan keinginan seks dalam bentuk libido mulia tampak dan terus
berlangsung sampai mencapai usia lanjut. Suara mulai berubah, keinginan dipuja
dan memuja mulai muncul, keingian dicumbu dan mencumbu pun mulai tampak.
Saat ini masa yang sangat berbahaya, sehingga memerlukan perhatian orang tua.
Pada wanita telah mulai dating bulan (menstruasi) dan pria mulai mimpi basah
sehingga dapat menyebabkan kehamilan atau hamil bila mereka melakukan
hubungan seksual. Karena kematangan jiwa dan jasmani belum mencapai tingkat
dewasa, sehingga bila terjadi kehamilan yang tidak dihendaki, memberikan
dampak kejiwaan yang sangat menyedihkan. (chandranita :2009).
Berkembangnya seksualitas dan pertalian seksual
1. Remaja
Pada awal masa remaja, sebagian besar seksualitas berkaitan dengan
penegasan identitas gender dan harga diri. Pada saat awitan pubertas terjadi
perubahan-perubahan di tubuh yang berlangsung tanpa dapat diduga sementara
perubahan-perubahan hormon menimbulkan dampak pada reaktivitas emosi.
2. Pasangan dan awal perkawinan
Setelah perkawinan dimulai, tantangannya adalah membangun rasa aman
dalam pertalian seksual yang juga mulai kehilangan pengaruh “pengalaman
barunya”. Pada tahap inilah membangun komunikasi yang baik menjadi sangat
penting untuk kelanjutan perkembangan pertalian seksual. Apabila pasangan tidak
mengembangkan cara-cara yang memungkinkan pasangannya mengetahui apa
yang mereka nikmati dan apa yang tidak menyenangkan maka akan muncul
masalah yang seharusnya dapat dihadapi dan dipecahkan.
3. Awal menjadi orang tua
Kehamilan, dan beberapa bulan setelah kelahiran, menimbulkan
kebutuhan lebih lanjut akan penyesuaian seksual. Wanita besar kemungkinannya
mengalami penurunan keinginan seksual dan kapasitas untuk menikmati seks
menjelang akhir kehamilnya karena terjadinya perubahan-perubahan fisik dan
mekanis. Periode pascanatal, karena berbagai alasan merupakan salah satu
periode saat munculnya kesulitan-kesulitan seksual yang apabila pasangan
obesitas belum mengembangkan metode-metode yang sesuai untuk
mengatasinya, dapat menimbulkan kesulitan berkepanjangan. Masalah jangka
panjang yang paling sering dalam hali ini adalah hilangnya gairah seksual pihak
wanita.
4. Usia paruh baya

8
Seksualitas pada hubungan yang sudah terjalin lama biasanya menghadapi
hambatan yang berbeda-beda. Pada tahap ini sesuatu yang baru dalam hubungan
seksual telah lama hilang. Bagi banyakorang halini tidak menimbulkan masalah.
Mereka telah mengembangkan bentuk kenyamanan intimasiseksual lain yang
tetap menjadi bagian integral dari hubungan mereka. Tetapi bagi yang lain,
kualitas hubungan seksual yang rutin ini akan memakan korban. Pada keadaan
seperti ini stress di tempat kerja misalnya akan mudah menyebabkan kelelahan dan
memadamkan semua antusiasme spontan untuk melakukan aktivitas seksual.
Hubungan intim menjadi jarang dilakukan dan sebagai konsekuensinya dapat
timbul ketegangan dalam hubungan pasangan tersebut.
Pada kelompok yang lebih tua lagi masalah seksual yang kita hadapi
terutama adalah masalah ereksi pada pria dan hilangnya minat seksual pada
wanita. Proses penuaan memang menimbulkan dampak pada seksualitas tetapi
tentu tidak selalu negatif. Pasangan pada usia ini lebih kecil kemungkinannya
meminta pertolongan dalam konteks keluarga berencana atau kesehatan
reproduksi.
(Glasier: 2005)

D. Tahap Perkambangan Seksualitas

1) Bayi (0 – 12 bulan ) Penentuan jender laki-laki atau perempuan

Pembedaan diri sendiri dengan orang lain secara bertahap Genital eksternal sensitif
terhadap sentuhan Bayi laki-laki mengalami ereksi penis; bayi perempuan
mangalami lubrikasi vagina Bayi laki-laki mengalami ereksi nokturnal spontan
Stimulasi taktil (sentuhan, menyusu, memeluk, membuai) senang & nyaman
berinteraksi dengan manusia.

2) Todler (1-3 tahun )

Identitas jender berkembang secara kontinyu (terus menerus) Mampu


mengidentifikasi jender diri sendiri Mulai menirukan tindakan orang tua yang
berjenis kelamin sama ,misal berinteraksi dengan boneka, pakaian yang dipakai.

3) Pra sekolah (4-5 tahun ) Kesadaran terhadap diri sendiri meningkat

Mengeksplorasi anggota tubuh sendiri dan teman bermain Mempelajari nama


anggota tubuh dengan benar Belajar mengendalikan perasaan dan tingkah laku

9
Menyukai orang tua yang berbeda jenis Mempertanyakan mengenai bagaimana
seorang bayi bisa ada.

4) Usia sekolah (6-12 tahun)

Mempunyai identifikasi yang kuat dengan orang tua yang berjenis kelamin sama
(misalnya anak perempuan dengan ibu) Senang berteman dengan sesama jenis
Kesadaran diri meningkat Mempelajari konsep dan peran jender Mulai menyukai
hal yang bersifat pribadi, modis Sekitar usia 8-9 tahun mulai memikirkan tentang
perilaku seksual, menstruasi, reproduksi, seksualitas.

5) Remaja (12-18 tahun ) Karakteristik seks mulai berkembang

Mulai terjadi menarke Mengembangkan hubungan yang menyenangkan Dapat


terjadi aktivitas seksual, misalnya masturbasi Mengidentifikasi orientasi seksual
(homoseks / heteroseks) Mencari perawatan kesehatan tanpa ditemani orang tua.

6) Dewasa awal (18-40 tahun ) Terjadi aktivitas seksual

Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut telah kuat Beberapa pasangan berbagi tugas
: keuangan, pekerjaan rumah tangga Mengalami ancaman terhadap body image
akibat penuaan.

7) Dewasa tengah (40-65 tahun )

Penurunan produksi hormon Wanita mengalami menopause (umumnya usia tahun)


Laki-laki mengalami klimakterik secara bertahap Mulai memperkokoh stándar
moral dan etik

8) Dewasa akhir (65 tahun keatas )

Aktivitas seksual lebih berkurang Sekresi vagina berkurang, payudara mengalami


atrofi Laki-laki menghasilkan sperma lebih sedikit dan memerlukan waktu lebih
lama untuk dapat ereksi dan ejakulasi

E. Permasalahan Seksualitas
Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:

a) Ketidaktahuan mengenai seks

Tidak jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas informasi, bukan


pendidikan. Itu terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan seks di
sekolah atau lembaga formal lainnya. Akibatnya, keingintahuan soal seks
didapatkannya dari berbagai media. Untuk itu orang tua hendaknya memberikan
pendidikan soal seks kepada anak-anaknya sejak dini. Salah satunya dengan

10
memisahkan anak-anaknya tidur dalam satu kamar setelah berusia sepuluh tahun,
sekalipun sama-sama perempuan atau laki-laki. Demikian halnya dengan
menghindarkan anak-anaknya mandi bersama keluarga atau juga teman-
temannya.
Orang tua harus menjawab jujur ketika anaknya bertanya soal seks.
Jawaban- jawaban yang diberikan hendaknya mudah dimengerti dan sesuai
dengan usia si anak. Karena itulah, orang tua dituntut membekali dirinya dengan
pengetahuan-pengetahuan tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik dan emosi
anak akan terjadi pada usia 13 – 15 tahun pada pria dan 12 – 14 tahun pada
wanita. Saat itulah yang dinamakan masa pubertas yaitu masa peralihan dari masa
anak-anak menjadi remaja. Pada saat itu pula, mereka mulai tertarik kepada lawan
jenisnya.

b) Kelelahan

Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini dalam
melakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan hidup, sang
wanita harus ikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Pada waktu suami istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah. Dan pasangan
yang sedang lelah jarang merasakan bahwa hubungan seks menarik minat.
Akhirnya mereka memilih untuk tidur. Kelelahan bisa menyebabkan
bertambahnya usaha yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan lawan jenis
dan merupakan beban yang membuat kesal yang akhirnya bisa memadamkan
gairah seks.

c) Konflik

Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud


sebagai perang terbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain.
Konflik menjadi kendala hubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa
menggeser proses foreplay. Pasangan dapat mempertajam perselisihan mereka
dengan menghindari seks atau mengeluarkan ungkapan negatif atau
membandingkan dengan orang lain, yang sangat melukai perasaan pasangannya.
Kemarahan dan kecemasan yang tidak terpecahkan bisa menyebabkan sejumlah
masalah seksual antara lain masalah ereksi, hilang gairah atau sengaja menahan

11
diri untuk tidak bercinta. Perbedaan antara satu orang dan lainnya biasanya tidak
baik dan tidak juga buruk. Jadi haruslah dipandang hanya sebagai perbedaan.
Kemarahan, ketegangan atau perasaan kesal akan selalu menghambat gairah seks.

d) Kebosanan

Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap
seperti “kerja malam”. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering menjadi
berlebihan sampai ke suatu titik yang membosankan. Yang mendasari rasa bosan
itu adalah kemarahan yang disadari atau tidak disadari karena harapan anda tidak
terpenuhi. Masalah ini diderita oleh kebanyakan pasangan yang sudah hidup
bersama bertahun-tahun. Sebagian pasangan yang sudah hidup bersama untuk
jangka waktu yang lama merasa kehilangan getaran kenikmatan yang datang
ketika melakukan hubungan seks dengan pasangan yang baru. Orang demikian
melihat rayuan penguat ego, dibandingkan bila bersenggama dengan mitra baru.

F. Karakteristik Seksualitas

Kemampuan mengekspresikan potensi seksual, dengan meniadakan kekerasan,


eksploitasi dan penyalahgunaan seksual. Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan
kepuasan diri terhadap penampilan pribadi Kongruen antara seks biologis, identitas
jender, dan perilaku peran jender Kemampuan membuat keputusan pribadi (otonomi)
mengenai kehidupan seksual yang dijalani dalam konteks personal dan etik social.
Kemampuan mengekspresikan seksualitas melalui komunikasi, sentuhan, emosional
dan cinta Kemampuan menerina pelayanan kesehatan seksual untuk mencegah dan
mengatasi semua masalah, dan gangguan seksual Menerima tanggung jawab yang
berkaitan dengan peran jendernya Menghargai sistem yang berlaku Mampu membina
hubungan efektif dengan orang lain.

G. Penyimpangan-penyimpangan seksualitas

Penyimpangan seksual atau kelainan seksual adalah tindakan atau


perilaku seksual yang tidak sewajarnya atau tidak selayaknya untuk
dilakukan. Macam-macam kelainan seksual sebagai berikut:

1. Sadisme Seksual an Masokhisme Seksual


Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini
kepuasan seksual diperoleh bila mereka melakukan hubungan

12
seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa
pasangannya. Sedangkan masokisme seksual merupakan kebalikan
dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya
disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual.
2. Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan
seksualnya dengan memperlihatkan alat kelamin mereka kepada
orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut,
jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi
begini sering diderita pria, dengan memperlihatkan penisnya yang
dilanjutkan denganmasturbasi hingga ejakulasi.
3. Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari
bahasa Prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita
kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara
mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau
bahkan berhubungan seksual. Setelah melakukan kegiatan
mengintipnya, penderita tidak melakukan tindakan lebih lanjut
terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat,
tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi
setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya. Dengan kata
lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan
seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual. Yang
jelas, para penderita perilaku seksual menyimpang sering
membutuhkan bimbingan ataukonseling kejiwaan, disamping
dukungan orang-orang terdekatnya agar dapat membantu mengatasi
keadaan mereka.
4. Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita
fetishisme, aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi
dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain
yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga,
orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan.
Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk
mengenakan benda- benda favoritnya, kemudian melakukan
hubungan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut.
5. Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil
Adalah orang dewasa yang yang suka melakukan hubungan
seks / kontak fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Pada dasarnya
seksualitas tidak terbatas hanya di tempat tidur atau bagian tubuh saja, tetapi merupakan
ekspresi kepribadian, perasaan fisik dan simbolik tentang kemesraan, menghargai dan
saling memperhatikan secara timbal balik. Pada kondisi dimana kesehatannya mengalami
gangguan, seseorang kemungkinan besar akan mengalami gangguan pemenuhan
kemenuhan kebutuhan seksualitasnya, yang dapat ditampilkan melalui berbagai perilaku
seksual.

Sedangkan menurut WHO dalam Mardiana (2012) seksualitas adalah suatu aspek
inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi seks, identitas dan peran gender,
orientasi seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi

B. Saran
Demikian makalah yang dapat saya buat , semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan bisa sampaikan.
Dan apabila ada kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat hendaknya mohon
dimaafkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Achir Yani S. 1999. Buku Ajar Aspek Psikoseksual dalam Keperawatan. Jakarta:
Widya Medika
Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta :
Erlangga.
Patricia A. Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Vol 1 Edisi 4.Jakarta: EGC.
Setiadi. 2007. Anatomi & Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Alimul H, A.A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: salemba medika.
Potter dan perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan

praktik. Edisi 4 Jakarta: EGC

15

Anda mungkin juga menyukai