Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S
Dengan Masalah Perubahan Seksualitas (disfungsi seksual)

Dosen Mata Kuliah :


Bu Emyk Windartik,M.Kes

Kelompok/Kelas : 1 / 2B D3 Keperawatan
Nama Anggota :
1. Dwi Arti Setyaningrum (201904052)
2. Siti Nur Faiz (201904063)
3. Yuke Happy S.A (201904081)
4. Lailatus Syarifah (201904092)

PRODI D III KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Ny.S Dengan Masalah Perubahan Seksual (disfungsi seksual)”
ini dengan baik.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak oleh
ibu Emyk Windartik, M.kes. Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini,
diantaranya:
1. Ibu Emyk Windartik, M.Kes. sekaligus dosen pembimbing
2. Teman – teman yang telah membantu dan bekerjasama sehingga tersusun makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam pembuatan makalah
ini yang namanya kami tidak dapat sebutkan satu persatu.
Kami menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan makaah ini,
sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila mendapatkan kritikan dan
saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Demikian akhir kata dari kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan
menambah wawasan bagi pembaca.

Mojokerto, 22 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………......................... i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………...................2
1.3 Rumusan tujuan ……………………………………………………... ………2
BAB II TINJAUAN TEORI ………………………………………………………3
2.1 Konsep seksualitas………………………………………………….………….3
2.1.1 Seksualitas………………………………………………………………3
2.1.2 Dimensi seksualitas……………………………………………………...3
2.1.3 Kesehatan seksual……………………………………………………….4
2.1.4 Komponen kesehatan seksual……………………………………………4
2.1.5 Tahap perkembangan seksual……………………………………………5
2.2 Disfungsi seksual……………………………………………………………….7
2.2.1 Pengertian disfungsi seksual…………………………………………….7
2.2.2 Etiologi disfungsi seksual……………………………………………….7
2.2.3 Tanda dan gejala disfungsi seksual……………………………….……..8
2.2.4 Batasan karakteristik…………………………………………….………9
2.2.5 Faktor yang berhubungan dengan disfungsi seksual……………….……9
2.2.6 Dampak dari disfungsi seksual………………………………….….…..10
2.2.7 Penatalaksanaan………………………………………………….……..10
2.3 Konsep asuhan keperawatan…………………………………………………...11
2.3.1 Pengkajian………………………………………………………………11
2.3.2 Diagnosa ……………………………………………………………….13
2.3.3 Intervensi ………………………………………………………………13
BAB III TINJAUAN KASUS ……………………………………….................... 15
3.1 Pengkajian………………………………………………….………………….15
3.2 Diagnosa…………………………………………………….…………………16
3.3 Intervensi………………………………………………………………………17

iii
3.4 Implementasi…………………………………………………………………..20
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………..23
4.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………23
4.2 Saran ……………………………………………………………………………..23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….24

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seksualitas manusia merupakan subyek kompleks karena meliputi berbagai isu,
perilaku dan proses termasuk identitas seksual dan perilaku seksual, fisiologis. Psikologis,
sosial, budaya, aspek politik dan spiritual atau aspek kepercayaan dari seks (Windu,
2009). Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan seksual bukan hanya
tidaka adanya penyakit, disfungsi dan kelemahan, tetapi menyangkut segala hal tentang
seksualitas yang berkaitan dengan keadaan fisik, emosional, mental dan kesejahteraan
sosial. Kesehatan seksual dapat mengalami gangguan, salah satunya adalah disfungsi
seksual.
Rusel et al. (2010) menyatakan bahwa disfungsi seksual meliputi berbagai hal dari
psikologi, fisik, interpersonal dan isu psikologi. Disfungsi seksual wanita adalah istilah
yang digunakan untuk menggambarkan berbagai masala-masalah seksual seperti
rendahnya keinginan atau minat, berkurangnya gairah, kesulitan orgasme, dan
dyspareunia. Dyspareunia mempengaruhi 8-22% dari perempuan selama hidup mereka,
membuatnya menjadi salah satu dari masalah nyeri yang paling umum dalam praktek
ginekologi. Dyspareunia adalah nyeri saat melakukan hubungan seksual, baik disebabkan
trauma psikologi maupun kelainan fisik seperti infeksi, tumor, kista dan endometriosis
(Steege dkk, 2019).
Seksualitas merupakan bagian yang mendasar serta penting dalam kehidupan manusia
dan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi, jika kebutuhan
seksual tidak terpenuhi maka akan terjadi perubahan yang dapat mempengaruhi
perkembangan identitas individu termasuk masalah psikologis, fisik dan factor-faktor
sosial budaya yang berdampak pada kualitas hidup dan kesehatan seksual (Lurie S dkk,
2013).
Perawat memiliki peranan penting dalam melakukan identifikasi awal terhadap
masalah seksual yang terjadi, melakukan investigasi mendalam dan memasukkan dalam
proses keperawatan dengan pengkajian sampai evaluasi yang komprehensif, serta
membantu klien dan pasangan untuk menyusun rencana kesehatan sehingga tercapai
kesehatan dan kesejahteraan seksual (Dunning, 2003 dalam Whitehouse, 2009).

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana konsep seksualitas ?
2) Bagaimana disfungsi seksualitas pada wanita?
3) Bagaimana asuhan keperawatan pada masalah perubahan seksualitas dengan disfungsi
seksual?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui bagaimana konsep seksualitas ?
2) Untuk mengetahui bagaimana disfungsi seksualitas pada wanita?
3) Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada masalah perubahan
seksualitas dengan disfungsi seksual?

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Seksualitas


2.1.1 Seksualitas
Seksualitas dan seks merupakan suatu hal yang berbeda. Kata seks sering
digunakan dalam dua cara. Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian
fisik dari berhubungan yaitu aktivitas seksual genital. Seks juga digunakan untuk
memberi label gender, baik seseorang itu pria atau wanita (Zawid, 1994).
Seksualitas memiliki arti yang lebih luas. Seksualitas berhubungan dengan
bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka
mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang
dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, senggama seksual dan melalui
perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian, dan
perbendaharaan kata (Denney & Quadagno, 1992;Zawid, 1994).

2.1.2 Dimensi seksualitas


1) Dimensi sosiokultural
Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan cultural yang menentukan
apakah perilaku diterima di dalam kultur yang ada. Sehingga keragaman kultural
secara global menyebabkan variabilitas yang sangat luas dalam norma seksual dan
menghadirkan tentang sprektrum tentang keyakinan dan nilai yang luas.misalnya
perilaku yang diperbolehkan selama pacarana, hal-hal yang dianggap merangsang,
tipe aktivitas seksual, sanksi dan larangan dalam perilaku seksual atau
menentukan orang yang boleh dan tidak boleh untuk dinikahi.
2) Dimensi agama dan etik
Pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan seksualitas
membentuk dasar untuk pembuat keputusan seksual berdasarkan agama. Dalam
suatu pendekatan, keputusan seksual didasarkan terutama pada agama. Apa yang
dianggap seseorang sebagai benar dan salah secara seksual sangat berkaitan
dengan sikap dan keyakinan agama. Keyakinan agama kontemporer memandang

3
secara berbeda terhadap nilai, perilaku dan ekspresi seksual yang dapat diterima
(Zawid, 1994).
3) Dimensi psikologis
Banyak keyakinan dan sikap kita mengenai perkembangan psikologis, moral
dan psikoseksual wanita dan pria berdasarkan teori Freud, Erikson dan Kohlberg.
Seksualitas mengandung perilaku yang dipelajari sejak dini dalam kehidupannya
melalui mengamatan terhadap perilaku orang tuanya. Untuk itulah orang tua
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap seksualitas anak-anaknya.
Seringkali bagaimana seseorang memandang diri mereka sebagai makhluk seksual
berhubungan dengan apa yang telah orang tua tunjukkan tentang tubuh dan
tindakan mereka.

2.1.3 Kesehatan seksual


Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatic,
emosional, intelektual dan sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang positif
yang memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO,
1975)

2.1.4 Komponen kesehatan seksual


1) Konsep seksual diri
Nilai tentang kapan, dimana, dengan siapa dan bagaimana seseorang
mengekspresikan seksualitasnya. Konsep seksual diri yang negative menghalangi
terbentuknya suatu hubungan dengan orang lain
2) Body image
Pusat kesadaran terhadap diri sendiri, secara konstan dapat berubah dengan
bagaimana seseorang memandang atau merasakan penampilan tubuhnya dengan
seksualitasnya seperti wanita (bentuk tubuh dan ukura payudara, pria (ukuran
penis)
3) Identitas jender
Identitas biologis : kromosom seks, hormone seks, kelamin.
Identitas jender : suatu pandangan mengenai jenis kelamin seseorang, sebagai
laki-laki atau perempuan, mencakup komponen biologi juga norma sosial dan
budaya

4
4) Orientasi seksual
Orientasi seksual adalah preferensi yang jelas, persisten, dan erotic seseorang
untuk jenis kelaminnyaatau orang lain.
Asal orientasi seksual masih belum dipahami. Teori biologis menggambarkan
heteroseksualitas dan homoseksualitas dalam istilah genetic dan dengan demikian
berarti seperti yang telah ditetapkan pada saat konsepsi. Teori ini menunjukkan
orientasi seksual sebagai komposisi genetic individu. Teori psikologis
menekankan bahwa pengalaman pembelajaran dini dan proses kognitif
menentukan orientasi seksual. Teori lannya mengungkapkan pengaruh gentik dan
lingkungan dalam perkembangan preferensi pasangan-seksual.

2.1.5 Tahap perkembangan seksual


1) Masa bayi (0-12 bulan)
a. Penentuan jender laki-laki atau perempuan
b. Pembedaan diri sendiri dengan orang lain secara bertahap
c. Genital bayi sensitive terhadap sentuhan
d. Stimulasi bayi laki-laki berespons dengan ereksi penis dan bayi perempuan
dengan lubrikasi vaginal
e. Anak laki-laki mengalami ereksi noktural spontan tanpa stimulasi
f. Stimulasi taktil, seperti menyusu, memeluk dsn menyentuh atau membuai,
membantu bayi dalam mendefinisikan pengalaman kesenangan dan
kenyamanan melalui interaksi manusia dan dari kontak tubuh
2) Masa todler (1-3 tahun)
a. Identitas jender berkembang secara kontinyu (terus-menerus)
b. Mampu mengidentifikasi jender diri sendiri
c. Mulai menirukan tindakan orang tua yang berjenis kelamin sama, missal
berinteraksi dengan boneka, pakaian yang dipakai
3) Masa pra sekolah (4-5 tahun)
a. Kesadaran terhadap diri sendiri meningkat
b. Mengeksplorasi anggota tubuh sendiri dan teman bermain
c. Mempelajari nama anggota tubuh dengan benar
d. Belajar mengendalikan perasaan dan tingkah laku
e. Menyukai orang tua yang berbeda jenis

5
f. Mempertanyakan mengenai bagaimana seorang bayi bisa ada
4) Usia sekolah (6-12 tahun)
a. Mempunyai identifikasi yang kuat dengan orang tua yang berjenis kelamin
sama (misalnya anak perempuan dengan ibu)
b. Senang berteman dengan sesame jenis
c. Kesadaran diri meningkat
d. Mempelajari konsep dan peran jender
e. Mulai menyukai hal yang bersifat pribadi, modis
f. Sekitar usia 8-9 tahun mulai memikirkan tentang perilaku seksual, menstruasi,
reproduksi, seksualitas
5) Remaja (12-18 tahun)
a. Karakteristik seks mulai berkembang
b. Mulai terjadi menarce
c. Mengembangkan hubungan yang menyenangkan
d. Dapat terjadi aktivitas seksual, misalnya masturbasi
e. Mengidentifikasi orientasi seksual (homoseks/heteroseks)
f. Mencari perawatan kesehatan tanpa ditemani orang tua
6) Dewasa awal (18-40)
a. Terjadi aktivitas seksual
b. Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut telah kuat
c. Beberapa pasangan berbagi tugas : keuangan, pekerjaan rumah tangga
d. Mengalami ancaman terhadap body image akibat penuaan
7) Dewasa tengah (40-65 tahun)
a. Penurunan produksi hormone
b. Wanita mengalami menopause (umumnya usia 40-55 tahun)
c. Laki-laki mengalami klimakterik secara bertahap
d. Mulai memperkokoh standar moral dan etik
8) Dewasa akhir (65 tahun ke atas)
a. Aktivitas seksual lebih berkurang
b. Sekresi vagina berkurang, payudara mengalami atrofi
c. Laki-laki menghasilkan sperma lebih sedikit dan memerlukan waktu lebih
lama untuk dapat ereksi dan ejakulasi

6
2.2 Disfungsi Seksual
2.2.1 Pengertian disfungsi seksual
Disfungsi seksual merupakan perubahan fungsi seksual selama fase respon
seksual berupa Hasrat, terangsang, orgasme, dan/atau relaksasi yang dirasa tidak
memuaskan, tidak bermakna atau tidak adekuat (SDKI, 2017). Disfungsi seksual
wanita adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai masalah-
masalah seksual seperti rendahnya keinginan atau minat, berkurangnya gairah,
kesulitan orgasme dan dyspareunia (Russel et al, 2010).

2.2.2 Etiologi Disfungsi Seksual


Menurut Saraswati (2011) disfungsi wanita juga dapat disebabkan oleh factor-
faktor yang terdiri dari :
1) Factor fisiologis
a) Siklus menstruasi
Keadaan yang mungkin adalah amenorea (tidak terjadi menstruasi),
dismenorea (sakit waktu menstruasi) dan menstruasi yang tidak teratur.
Perdarahan bisa disebabkan oleh trauma atau polip atau tumor, endometriosis,
kanker endometrium, atau adanya alat IUD (Intra Uteria Device). Kondisi ini juga
bisa merupakan efek sekunder dari infeksi panggul dan penyakit-penyakit local
lainnya, seperti fibroid Rahim atau endometriosis dan pada keadaan ini antibiotic
untuk mengobati infeksi atau pembedahan mungkin perlu diberikan untuk
menyembuhkannya.
b) Kehamilan
Pada sebagian wanita terjadi penurunan frekuensi senggama (aktivitas seks)
secara gradual dan perlahan-lahan, sejalan dengan berkurangnya keinginan,
kemampuan, serta kenyamanan untuk melakukan senggama. Perbedaan ini
disebabkan baik oleh factor fisik maupun emosi. Pada awal kehamilan rasa mual,
pusing, maupun adanya perubahan-perubahan fisik (membesarnya perut,
bertambahnya berat badan, perasaan cepat Lelah) membuat wanita kehilangan
selera untuk bermesraan dan bersenggama.
c) Menopause
Pada saat memasuki menopause wanita akan mengalami keadaan vagina
kering. Ini merupakan keadaan yang umum ditemukan sesudah menopause dan

7
bisa menyebabkan timbulnya kesulitan yang serius pada waktu berhubungan
seksual. Vagina kering disebabkan oleh menurunnya/hilangnya hormone estrogen.
Kehilangan hormone ini menyebabkan terjadinya atrofi lapisan vagina dan
mengurangi kemampuannya untuk menghantarkan cairan dari jaringan sekitarnya.
Kondisi ini ditolong dengan terapi sulih hormone

2) Factor organic
a) Mempengaruhi respon seksual, contohnya neuropati diabetika
b) Mempengaruhi otonom genital, contohnya vulvektomi
c) Mempengaruhi mobilitas, contohnya cerebrovascular accident
d) Terhambat oleh nyeri, contohnya arthritis, angina
e) Terhambat oleh nyeri genital, contohnya endometritis
f) Terhambat oleh kelelahan atau penyakit kronis, contohnya gagal ginjal
g) Efek samping pengobatan

3) Factor psikososial
Kemungkinan diakibatkan oleh :
a) Kurangnya atau kesalahan informasi mengenai seks
b) Mitos seksual
Kepercayaan seksual, perilaku dan nilai-nilai yang berkembang dalam keluarga,
sosial, kultural, dan agama memberikan pengalaman mengenai kebiasaan seksual
yang dapat diterima seseorang
c) Masalah komunikasi
Masalah hubungan sehari-hari yang tak terselesaikan mungkin menyebakan
kemarahan atau rasa bersalah yang berujung terjadinya hambatan pada hubungan
seksual.
d) Factor predisposisi
Pengalaman hidup dimasa lalu dapat menyebabkan masalah seksual.
e) Harapan yang tidak ralistis dan bertentangan
Masalah dapat muncul ketika salah satu pasangan menginginkan seks lebih dari
yang lainnya atau harapan berlebihan, memberi tekanan atau ketakutan jika gagal.

2.2.3 Tanda Dan Gejala Disfungsi Seksual

8
Menurut Saraswati (2011) disfungsi seksual pada wanita menunjukkan tanda dan
gejala sebagai berikut :
1) Hasrat seksual yang rendah adalah jenis disfungsi seksual yang paling umum
diderita wanita, dan ditandai dengan hilangnya Hasrat atau keinginan untuk
berhubungan seksual
2) Gangguan rangsangan seksual merupakan kondisi dimana Hasrat untuk
berhubungan seksual tetap ada, namun seorang wanita sulit untuk terangsang dan
mempertahankan rangsangan selama kegiatan seksual.
3) Gangguan nyeri atau dyspareunia adalah nyeri saat melakukan hubungan seksual,
baik disebabkan trauma maupun kelainan fisik seperti infeksi, tumor, kista dan
endometriosis
4) Gangguan orgasme yaitu kesulitan mencapai orgasme meski rangsangan dan
stimulasi dilakukan terus menerus.

2.2.4 Batasan Karakteristik


Batasan karakteristik disfungsi seksual menurut SDKI (2017) adalah sebagai berikut :
1) Aktivitas seksual berubah
2) Eksitasi seksual berubah
3) Hubungan seksual tidak memuaskan
4) Peran seksual berubah
5) Hasrat seksual menurun
6) Fungsi seksual berubah
7) Nyeri saat berhubungan seksual berubah (dyspareunia)
8) Ketertarikan pada pasangan berubah
9) Hubungan seksual terbatas
10) Mencari informasi tentang kemampuan mencapai kepuasan seksual

2.2.5 Faktor Yang Berhubungan Dengan Disfungsi Seksual


Factor yang berhubungan dengan disfungsi seksual menurut SDKI (2017) adalah
sebagai berikut :
1) Perubahan fungsi/struktur tubuh (mis. Kehamilan, baru melahirkan, obat-obatan,
pembedahan, anomaly, proses penyakit, trauma, radiasi)
2) Perubahan biopsikososial seksualitas

9
3) Ketiadaan model peran
4) Model peran tidak dapat mempengaruhi
5) Kurang privasi
6) Ketiadaan pasangan
7) Kesalahan informasi
8) Kelainan seksual (mis. Hubungan penuh kekerasan)
9) Konflik nilai
10) Penganiayaan fisik (mis. Kekerasan dalam rumah tangga)
11) Kurang terpapar informasi

2.2.6 Dampak Dari Disfungsi Seksual


Seksualitas merupakan bagian yang mendasar serta penting dalam kehidupan
manusia dan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi,
jika kebutuhan seksualitas tidak dipenuhi karena adanya disfungsi seksual maka akan
terjadi perubahan yang dapat mempengaruhi perkembangan identitas individu
termasuk masalah psikologis seperti ketidakharmonisan dengan pasangan, masalah
fisik dan factor-faktor sosial budaya seperti harga diri rendah atau dianggap tidak
mampu melayani pasangan yang berdampak pada kualitas hidup dan kesehatan
seksual dan psikologis (Lurie dkk, 2013)

2.2.7 Penatalaksanaan
Menurut Saraswati (2011) penatalaksanaan disfungsi seksual bertujuan mengatasi
masalah utama yang menyebabkan gangguan, diantaranya :
1) Pengobatan medis untuk menangani masalah fisik
Bagi penderita suatu penyakit, dokter dapat menyesuaikan atau mengganti obat
yang memiliki efek seksual tertentu. Obat flibanserin diberikan pada wanita
pramenopause yang memiliki Hasrat seksual rendah.
2) Pengobatan yang berkaitan dengan masalah hormone
Bagi wanita dengan kadar estrogen rendah, terapi estrogen dapat diberikan guna
membantu elastisitas vagina dengan meningkatkan aliran darah dan pelumas
vagina.
3) Terapi psikologi

10
Terapi ini dilakukan oleh konselor terlatih untuk membantu seseorang mengatasi
kecemasan, rasa takut atau perasaan bersalah yang berdampak pada fungsi seksual

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
Menurut Walwiener dkk (2010), hal yang perlu dikaji pada pasien dengan disfungsi
seksual antara lain :
1) Identitas
a) Nama
Dikaji untuk mengenal dan memanggil agar tidak terjadi kekeliruan dengan
pasien lain.
b) Usia
Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa produktif.
c) Agama
Untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai penyakit yang diderita.
d) Pendidikan
Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektual klien sehingga tenaga
kesehatan dapat memberikan konseling sesuai dengan kemampuan menerima
Pendidikan/konseling kesehatan.
e) Suku/bangsa
Dikaji untuk mengetahui adat/istiadat atau kebiasaan sehari-hari klien
f) Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonomi klien
g) Alamat
Dikaji untuk mengetahui tempat tinggal sehingga mempermudah kunjungan
rumah apabila diperlukan.

2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas
kesehatan.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini.

11
c) Riwayat menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah menarche atau
menstruasi yang pertama, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya
darah, keluhan utama yang dirasakan saat menstruasi, gejala premenstruasi.
d) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Dikaji untuk mengetahui jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan
yang premature. Keguguran atau kegagalan kehamilan, persalinan dengan
tindakan (dengan forceps atau dengan section caesarea), riwayar peradarahan
pada kehamilan, persalinan atau nifas sebelumnya.
e) Riwayat perkawinan
Hal yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status pernikahan, sah atau
tidaknya status pernikahan akan berkaitan dengan psikologis klien.
f) Riwayat ginekologi
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami penyakit
kandungan seperti infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau system reproduksi
lainnya.
g) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi
Dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah menjadi akseptor KB,
kontrasepsi jenis apa, lamanya menggunakan KB, adakah keluhan selama
menggunakan alat kontrasepsi
3) Riwayat kesehehatan dahulu
Dikaji untuk mengetahui apakah ada hubungannya dengan masalah kesehatan
yang dihadapi klien saat ini.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam keluarga seperti asma,
diabetes mellitus, hipertensi, jantung, dan riwayat penyakit menular lainnya.
5) Pememeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menurut Sartika (2010) dilakukan pada seluruh bagian tubuh
dengan menggunakan Teknik inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi
(mengetuk), auskultasi (mendengar).
6) Riwayat seksual
Pengkajian riwayat seksual meliputi :
a) Pola seksual

12
b) Kepuasan
c) Pengetahuan seksual
d) Masalah seksual dan kesehatan
e) Harapan
f) Suasana hati dan tingkat energi

2.3.2 Diagnosa
Diagnose keperawatan yang mungkin muncul yaitu sebagai berikut :
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi/struktur tubuh
2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

2.3.3 Intervensi
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi/struktur tubuh
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Fungsi seksual L.07055
Kriteria hasil :
1) Kepuasan hubungan seksual membaik
2) Hasrat seksual membaik
3) Keluhan nyeri saat hubungan seksual menurun

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)


Konseling seksualitas I.07214
1) Identifikasi tingkat pengetahuan, masalah system reproduksi, masalah
seksualitas dan penyakit menular seksual
2) Identifikasi waktu disfungsi seksual dan kemungkinan penyebab
3) Berikan kesempatan kepada pasangan untuk menceritakan permasalahan
seksual
4) Berikan saran yang sesuai kebutuhan pasangan menggunakan Bahasa yang
mudah diterima, dipahami dan tidak menghakimi
5) Informasikan pentingnya modifikasi pada aktivitas seksual
6) Kolaborasi dengan spesialis seksologi

2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

13
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Tingkat ansietas L.09093
Kriteria hasil :
1) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
2) Perilaku gelisah menurun
3) Tekanan darah menurun
4) Keluhan pusing menurun

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)


Reduksi ansietas I.09314
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2) Monitor tanda-tanda ansietas
3) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
4) Latih Teknik relaksasi
5) Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika perlu

14
BAB III
TINJAUAN KASUS

Ny. S usia 52 tahun datang ke pusat pelayanan dengan keluhan nyeri saat berhubungan
seksual dan mengeluh pusing, ia telah mengalami 5 bulan berturut-turut tidak menstruasi. Ia
khawatir karena respon seksualnya akhir-akhir ini telah menghilang, merasa hubungan
seksual tidak memuaskan, tampak gelisah dan menceritakan bahwa anak laki-lakinya baru
saja meninggalkan rumah untuk sekolah, saat ini ia hanya tinggal dengan suaminya. Dari data
pemeriksaan didapatkan TD: 140/90 mmHg RR: 20x/menit N: 80x/menit S: 36,70C.

3.1 Pengkajian
1) Identitas
a) Nama : Ny. S
b) Usia : 52 tahun
c) Agama : Islam
d) Pendidikan : SMP
e) Suku bangsa : Jawa
f) Alamat : Bangsalsari
g) Tanggal MRS : 20 Oktober 2020
h) Jam pemeriksaan : 09.00 WIB
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Mengeluh pusing dan nyeri saat berhubungan seksual
b) Riwayat kesehatan sekarang
Mengeluh pusing, nyeri saat berhubungan seksual, respon seksual menghilang,
merasa hubungan seksual tidak memuaskan, tampak gelisah
c) Riwayat menstruasi
Menstruasi pertama pada usia 15 tahun dan pada usia 52 tahun klien mengeluh
sudah 5 bulan berturut-turut tidak menstruasi.
d) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Klien hamil sebanyak 3 kali, semua anak klien hidup dan persalinan ketiga
anaknya melalui persalinan normal di bidan terdekat
e) Riwayat perkawinan

15
Klien menikah satu kali dan status pernikahan sah
f) Riwayat ginekologi
Klien tidak memiliki riwayat penyakit kandungan
g) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi
Menggunakan pil KB dimulai setelah melahirkan anak pertama sampai usia 52
tahun
3) Riwayat kesehatan dahulu
-
4) Riwayat kesehatan keluarga
-
5) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Bentuk abdomen simetris
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
TD :140/90 mmHg N: 80 x/menit
RR:20 x/menit S: 36,70C
6) Riwayat seksual
a) Kepuasan : klien merasa hubungan seksual tidak memuaskan
b) Pengetahuan seksual : pengetahuan klien tentang seksualitas kurang
c) Masalah seksual dan kesehatan : mengeluh nyeri saat berhubungan seksual,
respon seksualnya mulai menghilang dan merasa hubungan seksual tidak
memuaskan
d) Harapan : klien mampu menyelesaikan masalah kesehatannya dan dapat
melakukan aktivitas seksual dengan nyaman

3.2 Diagnosa
a. Analisa data
N SYMPOM (DS&DO) ETIOLOGI PROBLEM
O
1 DS : Perubahan Disfungsi seksual
 Klien mengeluh nyeri fungsi/struktur tubuh
saat berhubungan
seksual
 respon seksualnya
akhir-akhir ini telah

16
menghilang
 merasa hubungan
seksual tidak
memuaskan
 sudah 5 kali berturut-
turut tidak menstruasi.
DO :-
2 DS : Kurang terpapar Ansietas
 klien mengatakan informasi
khawatir karena respon
seksualnya akhir-akhir
ini menghilang
 Klien mengeluh pusing
DO :
 tampak gelisah
 -TD : 140/90 mmHg

b. Rumusan masalah
1) Disfungsi seksual b.d perubahan fungsi/struktur tubuh d.d klien mengeluh
nyeri saat hubungan seksual, respon seksual akhir-akhir ini telah menghilang,
merasa hubungan tidak memuaskan dan sudah 5 kali berturut-turut tidak
menstruasi.
2) Ansietas b.d Kurang terpapar informasi terkait masalah seksualitas d.d klien
mengatakan khawatir karena respon seksualnya akhir-akhir ini menghilang,
mengeluh pusing, tampak gelisah, TD : 140/90 mmHg

3.3 Intervensi
1) Disfungsi seksual b.d perubahan fungsi/struktur tubuh
Tujuan Rencana Rasional
Setelah diberikan 1. Identifikasi tingkat 1. Untuk mengetahui
intervensi keperawatan pengetahuan, tingkat pengetahuan
selama 2 jam maka masalah system klien tentang
fungsi seksual membaik reproduksi, konsep seksualitas
dengan kriteria hasil: masalah 2. Agar
1. Kepuasan seksualitas dan mempermudah
hubungan penyakit menular dalam pemberian
seksual seksual tindakan
membaik 2. Identifikasi waktu keperawatan
2. Hasrat seksual disfungsi seksual 3. Dengan
membaik dan kemungkinan menceritakan
3. Keluhan nyeri penyebab permasalahan
saat hubungan 3. Berikan seksual dengan

17
seksual menurun kesempatan pasangan maka
kepada pasangan diharapkan
untuk pasangan
menceritakan memahami dan
permasalahan menerima masalah
seksual kesehatan yang
4. Berikan saran yang dialami klien yang
sesuai kebutuhan berdampak pada
pasangan kebutuhan
menggunakan biologisnya
Bahasa yang 4. Saran diperlukan
mudah diterima, untuk membantu
dipahami dan tidak klien dalam
menghakimi mengatasi
5. Informasikan masalahnya
pentingnya 5. Agar klien
modifikasi pada memahami dan mau
aktivitas seksual melakukan
6. Kolaborasi dengan modifikasi pada
spesialis seksologi aktivitas seksualnya
6. Melalui konseling
dengan ahli, pasien
dapat menentukan
jenis disfungsi yang
diderita dan
menemukan solusi
yang tepat dalam
menyelesaikan
masalah seksualnya

2) Ansietas b.d Kurang terpapar informasi terkait masalah seksualitas

Tujuan Rencana Rasional


Setelah diberikan 1. Identifikasi saat 1. Untuk
intervensi keperawatan tingkat ansietas mengetahui
selama 2 jam maka berubah penyebab ansietas
tingkat ansietas 2. Monitor tanda-tanda 2. Tanda-tanda vital
menurun dengan kriteria ansietas dapat digunakan
hasil: 3. Motivasi sebagai indicator
1. Verbalisasi mengidentifikasi terjadinya
khawatir akibat situasi yang memicu ansietas pada
kondisi yang kecemasan klien
dihadapi 4. Latih Teknik 3. Memberikan
menurun relaksasi dukungan pada
2. Perilaku gelisah 5. Kolaborasi klien untuk
menurun pemberian obat mengurangi
3. Tekanan darah ansietas, jika perlu kecemasan

18
menurun 4. Teknik relaksasi
4. Keluhan pusing dapat digunakan
menurun untuk meredakan
kecemasan
5. Agen farmakologi
dapat digunakan
sebagai salah satu
pilihan untuk
meredakan
kecemasan pada
klien

3.4 Implementasi
TG JAM DX TINDAKAN HASIL NAMA
L . PERAWA
T
20- 09.00 1 1. Mengidentifikasi 1. Kurangnya
tingkat pengetahuan, informasi yang
10-
masalah system didapat klien
202 reproduksi, masalah tentang masalah
seksualitas dan seksualitas
0
penyakit menular 2. Mengalami
09.05 seksual disfungsi seksual
2. Mengidentifikasi sejak tidak
waktu disfungsi menstruasi tiga
09.20 seksual dan kali
kemungkinan 3. Klien dan
penyebab pasangan
3. Memberikan mendiskusikan
kesempatan kepada permasalahan
09.50
pasangan untuk seksualnya
menceritakan 4. Klien menerima
permasalahan seksual saran dari perawat
4. Memberikan saran 5. Klien memahami
yang sesuai pentingnya
kebutuhan pasangan modifikasi pada
10.15
menggunakan Bahasa aktivitas seksual
yang mudah diterima, 6. Klien mau
dipahami dan tidak melakukan
10.45
menghakimi konseling dengan
5. Menginformasikan spesialis
pentingnya seksologi, dan
modifikasi pada dapat menemukan
aktivitas seksual solusi untuk
6. Berkolaborasi dengan mengatasi
spesialis seksologi permasalahan
seksualnya
20- 11.00 2 1. Mengidentifikasi 1. Ansietas

19
10- saat tingkat berubah saat
ansietas berubah klien
202 11.05
2. Memonitor tanda- memikirkan
0 11.15 tanda ansietas kondisinya saat
3. Motivasi ini
mengidentifikasi 2. Klien khawatir
11.35 situasi yang dengan akibat
memicu kecemasan dari kondisi
11.45
4. Melatih Teknik yang dihadapi,
relaksasi mengeluh
5. Berkolaborasi pusing dan
pemberian obat tampak gelisah
antiansietas, jika TD :
perlu 140/90 mmHg
3. Klien menerima
motivasi dan
kecemasan
mulai menurun
4. Klien mau dan
mengikuti
latihan dengan
baik
5. Pemberian obat
ansietas tidak
diperlukan
karena klien
mampu
mengurangi rasa
cemas dengan
teknik relaksasi

20
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Seksualitas merupakan bagian yang mendasar serta penting dalam kehidupan
manusia dan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi,
jika kebutuhan seksual tidak terpenuhi maka akan terjadi perubahan yang dapat
mempengaruhi perkembangan identitas individu termasuk masalah psikologis, fisik
dan factor-faktor sosial budaya yang berdampak pada kualitas hidup dan kesehatan
seksual (Lurie S dkk, 2013).
Disfungsi seksual merupakan perubahan fungsi seksual selama fase respon
seksual berupa Hasrat, terangsang, orgasme, dan/atau relaksasi yang dirasa tidak
memuaskan, tidak bermakna atau tidak adekuat (SDKI, 2017).

4.2 Saran
Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual dan pemenuhan kebutuhan
menurut hierarki maslow. Membantu klien untuk mengatasi rasa nyeri dan masalah
perubahan seksualitas lainnya yang dialami pasien dengan memberikan pelayanan
kesehatan yang tepat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
: PPNI
Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan
Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.2005
https://drive.google.com/file/d/1yJLsr6jqPBTkOK-1pSX41Fm5AoadeM_C/view?
usp=drivesdk

22

Anda mungkin juga menyukai