Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-
Nya saya telah dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka melengkapi
tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar.
Pada makalah ini saya akan membahas mengenai rasa aman dan nyaman dalam
keperawatan, yang saya susun dari berbagai sumber dan saya rangkum dalam
makalah ini.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
baik berupa ide-ide maupun yang terlibat langsung dalam pembuatan makalah
ini. Saya juga berharap agar makalah ini bisa bermanfaat bagi semua untuk
dijadikan penunjang dalam mata kuliah kebutuhan dasar manusia ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulis..............................................................................................1
Bab II Landasan Teori...........................................................................................2
2.1 Definisi Rasa Aman dan Nyaman............................................................2
2.1.1 Rasa Aman..........................................................................................2
2.1.2 Rasa Nyaman.......................................................................................2
2.2 Pengkajian Rasa Aman dan Nyaman......................................................2
2.2.1 Pengkajian Rasa Aman........................................................................2
2.2.2 Pengkajian Rasa Nyaman....................................................................3
2.3 Diagnosa Rasa Aman dan Nyaman.........................................................5
2.3.1 Diagnosa Aman...................................................................................5
2.3.2 Diagnosa Nyaman...............................................................................5
2.4 Intervensi Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman...................................7
2.4.1 Intervensi Aman..................................................................................7
2.4.2 Intervensi Nyaman..............................................................................8
2.5 Implementasi Rasa Aman dan Nyaman..................................................9
2.5.1 Implementasi Aman............................................................................9
2.5.2 Implementasi Nyaman.......................................................................10
2.6 Contoh Asuhan Keperawatan................................................................10
Bab III Penutup....................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................24
Daftar Pustaka......................................................................................................25
Con
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Rasa Aman dan Nyaman
2.1.1 Rasa Aman
Keamanan seringkali di definisikan sebagai keadaan bebas dari cedera
fisik dan psikologis, keamanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia
yang harus dipenuhi.
2
kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan klien dan
lingkungan, bagian pengkajian berikut ini mendiskusikan berbagai faktor
risiko yang dihadapi dalam komunitas dan lembaga pelayanan kesehatan.
a) Komunitas
Risiko pada tahap perkembangan, ancaman keamanan dalam
komunitas dipengaruhi oleh tahap perkembangan, gaya hidup,
status mobilisasi, perubahan sensorik, dan kesadaran klien
terhadap keamanan
Bayi,todler, dan prasekolah
Anak usia skolah
Remaja
Orang dewasa dan lansia
b) Faktor risiko yang lain
Gaya hidup
Mobilisasi
Kerusakan sensorik
Kesadaran terhadap keamanan
2.2.2 Pengkajian Nyaman
Suatu cara pandang yang holistik tentang kenyamanan membantu
dalam upaya mengidentifikasi konteks:
1) Fisik berhubungan dengan sensasi tubuh.Sosial berhubungan
dengan hubungan interpersonal,keluarga,dan sosial
2) Psikospiritual berhubungan dengan latar belakang pengalaman
eksternal manusia : cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur-
unsur alamiah
Penilaian tentang konteks kenyamanan memberikan seorang perawat
tentang pilihan yang lebih luas dalam mencari tindakan untuk mengatasi
nyeri.Cara pandang yang holistik ini menguatkan konsep mahon (1994) yaitu
harus memahami pengalaman yang nyeri sebagaimana nyerii itu berlangsung.
Penting bagi perawat untuk memahami makna nyeri bagi setiap individu.
Penatalaksanaan nyeri lebih dari sekedar pemberian analgesik. Dengan
memahami nyeri dengan lebih holistik, maka perawat dapat mengembangkan
strategi yang lebih baik pada penanganan nyeri yang berhasil.
Sifat Nyeri, nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar
sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat
subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulasi nyeri dapat berupa
stimulus yang bersifat fisik dan mental, sedangkan kerusakan dapat
terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang individu
Fisiologi Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku.
Cara yang paling baik untuk memahami pengaalaman nyeri, akan
membantu untuk menjelaskan 3 komponen fisiologis berikut : Resepsi,
Persepsi, dan Reaksi.
Seorang klien yang sedang merasakan nyeri tidak dapat membedakan
komponen-komponen tersebut. Akan tetapi, dengan memahami setiap
komponen, perawat akan terbantu dalam mengenali faktor-faktor yang
3
dapat menimbulkan nyeri, gejala yang menyertai nyeri, dan rasional serta
kerja terapi yang diplih
a) Resepsi
Semua kerusakan seluler yang disebabkan oleh stimulus termal, mekanik, kimiawi
atau stimulus listrik menyebabkan pelepasan substansi yang menghasilkan nyeri.
Tipe stimulus sumber Proses patofisiologi
Mekanik Gangguan dalam cairan Distensi edema pada
tubuh distensi duktus. jaringan tubuh. Regangan
Lesi yang mengisi duktus lumen sempit.
ruangan (tumor) Iritasi saraf perifer oleh
pertumbuhan lesi di dalam
ruangan lesi.
Kimia Perforasi organ visceral Iritasi kimiawi oleh sekresi
pada ujung ujung saraf
yang sensitif
Termal Terbakar (akibat panas Inflamasi atau hilangnya
atau dingin yang lapisan
ekstrim) superfisal/epidermis yang
menyebabkan peningkatan
sensitivitas ujung-ujung
saraf
Listrik Terbakar Lapisan kulit terbakar
disertai cedera jaringan
subkutan dan cedera
jaringan otot,
menyebabkan cedera pada
Ujung-ujung saraf.
b) Persepsi
Presepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri. Stimulus
nyeri di transmisikan naik ke medula spinalis ke talamus dan otak tengah.
Dari talamus, serabut mentransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak,
termasuk korteks sensori dan korteks asosiasi (dikedua lobos pareatalis),
lobus frontalis dan sistem limbik. Di dalam sistem limbik yang diyakini
mengontrol emosi, khususnya untuk ansietas.
c) Reaksi
Merupakan respon fisiologis dan perilaku yang terjadi setelah
mempersepsikan nyeri.
4
yang tepat dalam data dasar pengkajian. Contoh diagnosa keperawatan
NANDA untuk resiko keamanan
Risiko cedera yang berhubungan dengan
berhubungan dengan Kehilangan memori
Perubahan mobilisasi Kesulitan tidur
Penataan lingkungan Efek samping obat
fisik dirumah Perubahan manajemen
Risiko keracunan yang pemeliharaan rumah yang
berhubungan dengan berhubungan dengan
Kontaminasi zat kimia Keuangan yang tidak
pada makanan atau air memadai
Penyimpangan obat- Perubahan fungsi
obatan yang mudah kongniitif
dijangkau oleh anak- Defisit pengetahuan yang
anak berhubungan dengan
Penurunan penglihatan Salah interprestasi
Risiko asfiksia yang informasi
berhubungan dengan Tidak terbiasa dengan
Penurunan kemampuan tindakan pencegahan
motorik untuk anak-anak
Bantal yang terletak Resiko perubahan suhu
diatas tempat tidur bayi tubuh yang berhubungan
Vantilasi alat dengan
pemanasan yang tidak Paparan terhadap
tepat lingkungan panas atau
Risiko trauma yang dingin yang ekstrem
berhubungan dengan Mekanisme kontrol
Kontak dengan udara suhu tubuh yang tidal
dingin yang ekstrem matang
Obstruksi jalan napas
Gangguan proses pikir yang
2.3.2 Diagnosa Nyaman
Penegakan diagnosa keperawatan yang akurat untuk klien yang
mengalami nyeri dilakukan berdasarkan pengumpulan dan analisis data yang
cermat. Seorang perawat jangan mendiagnosa klien mengalami nyeri dengan
sederhana hanya karena menyangka klien mengalami ketidaknyamanan.
Sering kali perawat memilih diagnosa nyeri karena seorang klien yang
menjalani pembedahan atau mengalami kondisi penyakit spesifik yang
mengimplikasi nyeri. Diagnosa keperawatan harus berfokus pada sifat khusus
nyeri untuk membantu perawat mengindentifikasi jenis intervensi yang paling
berguna untuk menghilangkan nyeri dan meminimalkan efek intervensi itu
pada gaya hiidup dan fungsi klien.
Penyebab:
1. Gejala penyakit
2. Kurang pengendalian situasional/lingkungan
3. Ketidakadekuatan sumber daya
4. Kurangnya privasi
5
5. Gangguan stimulus lingkungan
6. Efek samping terapi
7. Gangguan adaptasi kehamilan
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Mengeluh tidak nyaman
Objektif Gelisah
6
nyeri kronik yang berhubungan resiko cidera yang berhubungan
dengan: dengan
jaringan parut penurunan resepsi nyeri
kontro nyeri yang tidak adekkuat
devisit perawatan diri yang
ketidak berdayaan yang berhubungan dengan
berhubungan dengan nyeri muskuloskeletal
nyeri maligna kronik
disfungsi seksual berhubungan
ketidak efektifan koping individu dengan
yang berhubungan dengan nyeri arkritis panggul
nyeri kronik
gangguan pola tidur yang
berhubungan dengan
nyeri punggung bagian bawah
hambatan mobilisasi fisik yang
berhubungan dengan
nyeri muskuloskeletal
nyeri insisi
7
Gunakan kata-kata tidak dan jangan untuk menunjukkan bahwa benda
atau tindakan tersebut dapat meningkatkan resiko cedera pada anak, misalnya
bermain-main dengan korek api.
Janaganbiarkan anak berlari sambil makan permen atau es krim yang
bergagang dalam mulutnya.
Ajarkan menggunakan perlengkapan yang aman untuk bermain dan bekerja.
Janagan biarkan anak bermain alat-alat listrik ketika sedang sendirian.
Pada Remaja
Anjurkan pada remaja untuk mendaftarkan dirinya kursus mengemudi
mobil.
Berikan informasi atas penggunaan alcohol dan obat-obatan.
Berikan pendidikan seks, tekankan praktik seks yang aman.
Dengarkan remaja dan obsevasi adanya perubahan prilaku.
Pada Dewasa
Rujuk klien untuk mengikuti kursus managemen stress dan berikan
petunjuk perubahangaya hidup.
Pada Lansia
Anjurkan klien untuk memeriksa penglihatan dan pendengaran secara
teratur.
Anjurkan klien untuk mendaftarkan diri pada kursus olahraga dan menjaga
diri tetap aktif.
8
1) Pertimbangan tahap perkembangan
Bayi, Todler, dan Prasekolah
Pada usia ini, semua sangat bergantung pada orang dewasa untuk
melindungi dan mengawasi mereka dari cedera. Anak yang sedang tumbuh
mempunyai rasa ingin tahu yang lebih besar danmereka merasa tidak
sedang berada dalam bahaya.
Perawat berfungsi untuk mendidik orang tua atau wali untuk mengajari
cara mengurangi resiko cedera pada anak-anak kecil.
Anak Usia-Sekolah
Pada usia ini anak-anak sedang mengalami peningkatan dalam
mengeksplorasi lingkungan. Mereka memiliki temandi luar lingkunagan
rumah, dan menjadi lebih aktif dalam kegiatan keagamaan dan
masyarakat.
Remaja
Kelompok usia ini mempunyai angka kejadian bunuh diri yang tinggi
yang disebabkan karena perasaan harga diri yang rendah dan keputus
asaan.
Perawat harus menyadari resiko yang terjadi pada masa ini dan
disiapkan untuk mengajarkan berbagai tindakan pencegahan kecelakaan
dan cedera kepada remaja serta orang tua.
Dewasa
Risiko yang dihadapi pada orang dewasa, muda dan usia baya biasanya
disebabkan oleh faktorgaya hidup (pengasuhan anak, keadaan stress yang
tinggi, nutrisi yang tidak adekuat, konsumsi alcohol yang berlebih, dan
penyalahgunaan obat-obatan).
Lansia
Lansia mempunyai resiko kecelakaan kendaraan bermotor yang cukup
besar dikarenakan tiga macam perubahan fisiologis yang spesifik.
Pertama, penurunan pada ketajaman penglihatan menyebabkan tidak
mampu mengobservasi situasi dengan cepat sehingga dapat terjadi
kecelakaan. Kedua, penurunan fungsi pendengaran hal ini mengganggu
lansia dalam hal mendengar sirine kendaraan gawat darurat, bunyi klakson
kendaraan bermotor. Ketiga, penurunan respon system saraf, sehingga
pada hal ini lansia tidak bereaksi cepat ketika menghindari kecelakaan.
2) Pertimbangan Lingkungan
Tindakan Pencegahan Umum
Perawat dapat menyediakan lingkingan yang lebih aman dengan cara
membantu klien memenuhi kebutuhan fisiologis dan psokososial dasar.
Untuk mencegah infeksi perawat melakukan tindakan aseptik. Termasuk
mencuci tangan dan kebersihn lingkungan akan mengurangi perpindahan
organisme. Bedah yang aseptik atau teknik steril, memberikan lingkungan
yang bebas organisme, termsuk bebas dari spora. Orang tua bayi harus
diajarkan betapa pentingnya imunisasi pada anak. Dan pentingnya
mengolah makanan dirumah agar penyebaran organisme tidak
mengontaminasi makanan yang dimasak.
9
Perhatian Keamanan Yang Spesifik
Perhatian keamanan yang spesifik yaitu jatuh, kebakaran, keracunan,
bahaya listrik dan radiasi.
A. Data Subyektif
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. ”K”
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Marital : Menikah
Suku Bangsa : Indonesia / Jawa
Alamat : Betek Mojoagung
Pekerjaan : Swasta
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. ”K”
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Istri
Pekerjaan : Swasta
3. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di bagian perut bawah sebelah kanan
B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan sakit perut karena kurang nafsu makan, sakitnya seperti di tusuk-
tusuk. Pasien sakit perut di sebelah kanan bagian bawah, skala nyeri menurut Maxwell 3,
nyeri pasien bertambah, sehingga pada tanggal 24 Juli 2010 pada jam 12.30 WIB pasien
dibawa ke RSUD Jombang.
C. Data Obyektif
1. K/U : Lemah
Kesadaran : Composmentis
2. TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 82 x/menit
D : 36,5 oC
RR : 24 x/menit
3. Riwayat kesehatan sekarang
P : Banyaknya aktivitas, kurangnya istirahat
Q : Tersayat
R : Kepala
S : Berat (8-9)
T : Lama nyeri 3 hari
11
11. Genetalia
Inspeksi : Tidak terpasang kateter, bersih
12. Integumen
Inspeksi : Warna sawo matang, kering, kurang bersih
Palpasi : Tidak ada odema, turgor kulit normal
13. Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Inspeksi : Simetris, tidak ada odema, terpasang infus di tangan kanan (infus Rl dengan 7
tetes/menit)
14. Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Simetris, tidak ada odema, tidak ada kelumpuhan
Perkusi : Reflek patella (+/+)
Kekuatan Otot
AK AKI
A 5
5
5 5
BKA BKI
Keterangan :
AKA : Atas Kanan, BKA : Bawah Kanan
AKI : Atas Kiri, BKI : Bawah Kiri
1. Tidak dapat mengangkat sama sekali
2. Dapat mengangkat, tapi tidak begitu tinggi
3. Dapat mengangkat, tetapi tidak dapat menahan beban
4. Dapat mengangkat, dapat menahan beban harus di sanggah
5. Dapat mengangkat dan dapat menahan beban yang ada
E. Pola fungsi kesehatan
1. Persepsi terhadap kesehatan
• Pemakai rokok / tembakau
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah merokok
• Pemakai alkohol
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang
• Pola makan yang di sukai, pantangan, dan tidak di sukai pasien
AKTIVITAS Di Di rumah
rumah sakit
skor skor
12
0 1234 0 1 2 3 4
Mandi Ö Ö
Berpakaian Ö Ö
Berdandan Ö Ö
Mobilisasi ditempat
Ö Ö
tidur
Pindah Ö Ö
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu bantuan orang lain
3 : perlu bantuan orang lain dan alat
4 : bergantung dan tidak mampu
1. Personal Hygiene
13
Di rumah : Mandi 2 x/hari, gosok gigi 2 x/hari, keramas 1 x/3 hari, ganti baju
dalam dan pakaian 1 x 2 hari
Di rumah sakit : Belum pernah mandi, hanya diseka pagi dan sore hari (hanya bagian
luar) sampai dengan (kaki dan wajah) belum pernah gosok gigi dan keramas, ganti
pakaian 1 x/hari
2. Keadaan Spiritual
Pasien mengatakan selalu berdoa agar cepat sembuh
3. Keadaan Psikososial
Pasien mengatakan merasa gelisah dengan keadaan sekarang
5. Data Penunjang
• Hasil Laboratorium
• Terapi pengobatan
– Infus Rl di tangan kiri (7 tetes/menit)
– Ranitidin 2 x 1 (1 ampul)
– Acran 3 x 1 (1 ampul)
– Hepa Q 3 x sehari
14
– Cefotaximo 3 x 1 (1 ampul)
– Myamit 3 x 1 tablet/oral
Ds : Pasien mengatakan nyeri bagian Pembesaran hepar yang Gangguan rasa
bawah sebelah kanan mendesak organ lain nyaman ”nyeri”
Do : kesadaran composmentis
K/U lemah
TTV : TD : 120/80 mmHg
: N : 85 x/menit
S : 37,3 oC
RR : 24 x/menit
Pemeriksaan fisik
Mata : conjungtiva pucat
Cornea : bintik-bintik
Mulut : mukosa bibir kering
– Terpasang infus Rl di tangan
kanan
– Pola nutrisi
Makan : ± 2 sendok/sehari
Minum : 6-7 gelas/sehari
– Hasil laboratorium Hemoglobin
10,4
PERENCANAAN
Dx Keperawatan
TUJUAN DAN KRITERIA INTERVE
1. HE (health educa
Gangguan rasa nyaman “nyeri” Setelah di lakukan tindakan 3 x 24 jam – lakukan pendekatan
ditandai dengan diharapkan gangguan rasa nyaman (nyeri) dan keluarganya
Dx : pasien megatakan nyeri pada dapat berkurang dengan kriteria – jelaskan tentang pen
perut bawah bagian kanan – pasien mengatakan nyerinya diderita pasien
Do : K/U lemah berkurang 1. Tindakan mandir
– Wajah pasien menyeringai – ekspresi wajah pasien tenang tidak – Ajarkan keluarga pa
– Ada nyeri tekan pada perut meringis kesakitan perutnya dengan air hang
bagian kanan bawah
15
– Sklera kuning – skala nyeri 1 (maxwell) – Ajarkan pasien untu
– Abdomen kembung – pasien dalam keadaan tenang teknik distraksi
– Perut bagian kanan sedikit – keadaan umum pasien membaik – Memposisikan pasi
membesar mungkin
– Skala nyeri 3 maxwell 1. Observasi
– Kuku kuning – Observasi TTV
– Pasien memgangi perutnya – Skala nyeri
TTV : TD : 120/80 mmHg 1. kolaborasi denga
: N : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 37,5 oC
IV. IMPLEMENTASI
Nama : Tn. ”K”
Masalah : gangguan rasa nyaman ”nyeri” pada perut bagian bawah sebelah kanan
26 Juli 2010 14.00 1 Melakukan pendekatan pada pasien 1. keluarga pasien dan pasien
dan keluarga dengan cara 3S (senyum, ramah serta kooperatif
sapa, sentuh)
16
jumlah sedikit tapi sering memperhatikan perawat
27 Juli 2010 07.00 1 Melakukan pendekatan pada pasien 1. pasien dan keluarga
dan keluarga dengan cara 3S kooperatif
17
09.30 6 Memberitahu pasien untuk istirahat 6. pasien kooperatif
yang cukup
V. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. “K”
1 26-07- Gangguan rasa nyaman S : pasien mengatakan nyeri pada perut
2010 “nyeri” O : K/U lemah
Kesadaran komposmentis
TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 79 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,5 oC
Terpasang infus Rl dan transfusi porsi makan : 2
sendok sesering mungkin
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
– Mengkaji skala nyeri
– Observasi TTV
– Laksankan program pengobatan
– Acran 3×1 gr
– Ranitidin 2×1 gram (1 inj)
18
3 28-07- Gangguan rasa nyaman S : pasien mengatakan nyeri berkurang, nafsu
2010 “nyeri” makan bertambah sedikit
O : K/U lemah
Kesadaran komposmentis
TTV :
TD : 130/90 mmHg
S : 37 oC
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
– Mengkaji skala nyeri
– Observasi TTV
– Laksankan pengobatan
– Acran 3×1 gram (injk)
– Ranitidin 2×1 gram (injk)
– Deksal 2×1 gram (injk)
4 29-07- Gangguan rasa nyaman S : pasien mengatakan nyeri berkurang, nafsu
2010 “nyeri” makan bertambah sedikit
O : K/U membaik
Kesadaran komposmentis
TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 78 x/menit
S : 37 oC
RR : 24 x/menit
Terpasang infus RL porsi makan sudah banyak
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
– Mengkaji status nyeri
– Observasi TTV
– Laksankan pengobatan
– Acran 3×1 gram (injk)
– Ranitidin 2×1 gram (injk)
VI. EVALUASI
1 29 Juli 2010 Gangguan rasa nyaman “nyeri” S : Pasien mengatakan nyerinya
sudah berkurang
O : Keadaan umum : lemah
19
No Tanggal / Jam Diagnosis Keperawatan Evaluasi
Kesadaran composmentis
GCS : 4, 5, 6
Tanda-Tanda Vital
TD : 130/90 mmHg
S : 37 oC
N : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan pasien
pulang
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas penulis mengambil kesimpulan yaitu Kebutuhan rasa aman
yaitu suatu keadaan bebas dari segala fisik dan psikologis merupakan salah satu kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi, serta dipengaruhi dengan faktor lingkungan, Karena lingkungan
yang aman akan secara otomatis kebetuhan dasar manusia terpenuhi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P.A, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental keperawatan. Jakarta : EGC
Sue, C.D.,& Patricia,K.2012. fundamental of nursing standard and
practice.USA : Dhelmer Thrompson Learning
21