Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ILMU KEPERAWATAN DASAR II


SEKS DAN SEKSUALITAS

DISUSUN OLEH :
Agus Wan Hery
Arif Dwi Kurniawan
Aris Septiana
Nurvina Taurimasari
Rahayu Tri Nuritasari
Risky Angger Biansah
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PATRIA HUSADA BLITAR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang Seks dan
Seksualitas ini dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar II. Saya mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan


bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Blitar, Juni 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................5
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................5
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................5
1.3 TUJUAN...................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................6
2.1 DEFINISI SEKS DAN SEKSUALITAS.................................................6
2.1.1 Definisi Seks................................................................................6
2.1.2 Definisi Seksualitas......................................................................6
2.2 ORIENTASI SEKSUAL..........................................................................8
2.3 PERKEMBANGAN SEKSUALITAS.....................................................8
2.4 POLA FUNGSI SEKSUAL.....................................................................13
2.4.1 Definisi ........................................................................................13
2.4.2 Perubahan Pola Seksualitas..........................................................13
2.4.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan................................................13
2.5 PERILAKU SEKSUAL...........................................................................16
2.6 ASUHAN KEPERAWATAN SEKS DAN SEKSUALITAS....................20
BAB III PENUTUP...........................................................................................23
3.1 KESIMPULAN........................................................................................23
3.2 SARAN....................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................24

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi

perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,


memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik
antara dua individu tersebut. Seks pada hakekatnya merupakan dorongan naluri
alamiah tentang kepuasan syahwat. Tetapi banyak kalangan yang secara ringkas
mengatakan bahwa seks itu adalah istilah lain dari Jenis kelamin yang
membedakan antara pria dan wanita. Jika kedua jenis seks ini bersatu, maka
disebut perilaku seks. Sedangkan perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu
perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Ada
pula yang mengatakan bahwa seks merupakan hadiah untuk memenuhi atau
memuaskan hasrat birahi pihak lain. Akan tetapi sebagai manusia yang beragama,
berbudaya, beradab dan bermoral. Seks merupakan dorongan emosi cinta suci
yang dibutuhkan dalam angka mencapai kepuasan nurani dan memantapkan
kelangsungan keturunannya. Tegasnya, orang yang ingin mendapatkan cinta dan
keturunan, maka ia akan melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Seks
yang pada mulanya diidentikkan dengan cinta dan pernikahan, sekarang lebih
diasosiasikan dengan suka dan kencan.
Perilaku seksual adalah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik
anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan
intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Beberapa tahun terakhir
ini, persepsi masyarakat terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan
masalah seksual telah mengalami perubahan yang drastis. Perilaku telah beranjak
dari posisi nilai moral menjadi budaya. Dengan kata lain, jika sebelumnya seks
sarat dengan kaidah moral, sekarang seks telah merambah ke segala penjuru
kehidupan sebagai gaya hidup yang nihil moralitas. Perilaku seks juga merupakan
salah satu kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan manusia
dalam masyarakat. Perilaku seks sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya
yang berlaku dalam masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki persepsi
dan batas kepentingan tersendiri terhadap perilaku seks.
4

1.2

1.3

RUMUSAN MASALAH
Apa itu seks dan seksualitas ?
Bagaimana orientasi seksual ?
Bagaimana perkembangan seksualitas ?
Bagaimana pola fungsi seksual ?
Apa itu perilaku seksual ?
Bagaimana asuhan keperawatan seks dan seksualitas ?
TUJUAN
Agar kita lebih memahami tentang definisi, orientasi, perkembangan, pola

fungsi, perilaku dan asuhan keperawatan mengenai seks dan seksualitas.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1
2.1.1

DEFINISI SEKS DAN SEKSUALITAS


Definisi Seks
Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang

sering disebut jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untuk
perempuan. Se ksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu
dimensi biologis, sosial, perilaku dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis
berkaitan deng an organ reproduksi

dan alat kelamin, termasuk bagaimana

menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan


dorongan seksual (BKKBN, 2006).
2.1.2

Definisi Seksualitas
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim


antara laki-laki dengan perempuan. Karakter seksual masing-masing jenis kelamin
memiliki spesifikasi yang berbeda hal ini seperti yang pendapat berikut ini :
sexual charact eristics are divided into two types, primary sexual characteristics
are directly related to reproduction and include the sex organs (genitalia).
Secondary sexua l characteristics are attributes other than the sex organs that
generally distin guish one sex from the other but are not essential to reproduction,
such as the larger breasts characteristic of women and the facial hair and deeper
voices cha racteristic of men.
Pendapat tersebut seiring dengan pendapat Hurlock (1991), seorang ahli
psikologi perkembangan, yang mengemukakan tanda-tanda kelamin sekunder
yang penting pada laki-laki dan perempuan. Menurut Hurlock, pada remaja putra :
tumbuh rambut kema luan, kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat,
suara membesar dan lain-lain. Sedangkan pada remaja putri : pinggul melebar,
payudara mulai tumbuh, tumbuh rambut kemaluan, mulai mengalami haid, dan
lain-lain.
Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja kearah
kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan
keinginan seksualnya. Hal tersebut merupakan suatu yang wajar karena secara
alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih

sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan


keturunan.
Menurut kamus, kata pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan
tata laku kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan. Sedangkan kata seks mempunya dua pengertian. Pertama,
berati jenis kelamin dan yang kedua adalah hal ihwal yang berhubungan dengan
alat kelamin, misalnya persetubuhan atau sanggama. Padahal yang disebut
pendidikan seks sebenarnya mempunyai pengertian yang jauh lebih luas, yaitu
upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis, dan
psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Dengan kata lain, pendidikan seks pada dasarnya merupakan upaya untuk
memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan
moral, etika, serta komitmen agama agar tidak terjadi penyalah gunaan organ
reproduksi tersebut. Dengan demikian, pendidikan seks ini bisa juga disebut
pendidikan hidup berkeluarga. Seks merupakan pembedaan jenis kelamin secara
biologis.
Perbedaan ini dibawa sejak lahir dan tidak dapat diubah karena merupakan
kodrat yang diberikan Tuhan dan tidak dapat dipertukarkan. Seksualitas
mengandung makna yang sangat luas karena mencakup aspek kehidupan yang
menyeluruh, terkait dengan jenis kelamin biologis maupun sosial (gender),
orientasi seksual, identitas gender, dan perilaku seksual. Seksualitas adalah sebuah
proses sosial yang menciptakan dan mengarahkan hasrat atau birahi manusia (the
socially constructed expression of erotic desire), dan dalam realitas sosial,
seksualitas dipengaruhi oleh interaksi factor-faktor biologis, psikologis, sosial,
ekonomi, politik, agama dan spiritual.
Seksualitas itu sendiri membicarakan tentang totalitas ekspresi kita sebagai
laki-laki atau perempuan, apa yang kita percayai, kita pikirkan dan kita rasakan
tentang diri kita, bagaimana kita bereaksi terhadap lingkungan, bagaimana kita
menampilkan diri kita, bagaimana kita berbudaya dan bersosial, etika dan adab
pergaulan, yang kesemuanya tersebut akan mencirikan identitas kita.
Seksualitas sejatinya merupakan hal yang positif, selalu berhubungan
dengan jati diri seseorang dan juga kejujuran seseorang terhadap dirinya.
Sayangnya, masyar akat umumnya masih melihat seksualitas sebagai hal yang
negatif, bahkan menjijik kan sehingga tidak pantas atau tabu dibicarakan. Studi

tentang seksualitas memperkenalkan tiga terminologi penting menyangkut


seksualitas manusia, yaitu : identitas gender, orientasi seksual, dan perilaku
seksual.
2.2

ORIENTASI SEKSUAL
Orientasi seksual adalah dengan jenis kelamin mana seseorang lebih

tertarik secara seksual.

Orientasi seksual dikategorikan menjadi dua yaitu

heteroseks (orang yang secara seksual tertarik dengan lawan jenis) dan homoseks
(orang yang secara seksual lebih tertarik dengan orang lain yang sejenis kelamin).
Di antara ke dua orientasi seksual tersebut, masih ada perilaku-perilaku seksual
yang sulit dimasukkan dalam satu kategori tertentu karena banyak sekali
keragaman di dalamnya. Homoseksualitas adalah ketertarikan secara seksual dan
aktivitas seksual pada jenis kelamin yang sama. Laki-laki yang tertarik kepada
laki-laki disebut gay, sedangkan perempuan yang tertarik pada perempuan disebut
lesbian. Terjadinya homoseksualitas sampai saat ini masih diperdebatkan. Ada
yang mengatakan bahwa hal ini terjadi sejak lahir (dipengaruhi oleh gen) dan ada
pula yang mengatakan dari pengaruh lingkungan.
2.3

PERKEMBANGAN SEKSUALITAS
1. Masa Bayi
Genitalia bayi sensitif terhadap sentuhan sejak lahir. Dengan
stimulasi bayi laki-laki berespons dengan ereksi penis dan bayi perempuan
dengan lubrikasi vaginal. Anak laki-laki juga mengalami ereksi noktural
spontan tanpa stimulasi. Perilaku dan respons ini tidak berhubungan
dengan kontak psikologis erotik seperti pada masa pubertas atau masa
dewasa tetapi lebih pada perilaku pembelajaran normal dalam membentuk
rasa diri.
Orang tua harus mau menerima perilaku eksplorasi bayi sebagai
langkah perkembangan identiras diri yang positif. Dengan memberikan
bentuk stimulasi takti l lainnya melalui menyusu, memeluk, dan
menyentuh atau membuai, membantu bayi dalam mendefinisikan
pengalaman kesenangan dan kenyamanan melalui interaksi manusia dan
dari kontak tubuh.
2. Masa Usia

Bermain dan Prasekolah Anak dari usia 1 sampai 5 atau 6 tahun


menguatkan rasa identitas jender dan mulai mem bedakan perilaku sesuai
jender yang didefinisikan secara sosial. Anak juga menga mati perilaku
orang dewasa, mulai untuk menirukan tindakan orang tua yang berjenis
kelamin sama, dan mempertahankan atau memodifikasi perilaku yang
didasarkan pada umpan balik orang tua.
Eksplorasi tubuh terus berlanjut dalam kelompok usia ini.
Eksplorasi dapat mencakup mengelus diri sendiri, manipulasi genital,
memeluk boneka, hewan peliharaan, atau orang disekitar mereka dan
percobaan sensual lainnya. Sementara mempelajari bahwa tubuh itu baik
dan bahwa stimulasi tertentu itu menyenangkan, anak dapat juga diajarkan
tentang perbedaan perilaku yang bersifat pribadi versus publik. Permainan
dengan pasangan jenis kelamin dapat ditangani dengan cara seperti apa
adanya. Orang tua dapat menginterpretasi rasa keingintahuan yang
ditunjukan sebagai suatu indikasi yang menandakan bahwa anak telah siap
untuk belajar tentang perbedaan dan nama-nama yang sesuai untuk
genetalia perempuan dan laki-laki.
Pertanyaan tentang dari mana bayi berasal atau perilaku seksual
yang dia mati oleh anak harus dijelaskan dengan terbuka, jujur, dan
sederhana.

Bahkan

jika

pertanyaan

tidak

dijawab,

kesempatan

pembelajaran harus tetap diberikan melalui menunjuk pada wanita yang


sedangta hamil atau perilaku hewan dikebun binatang atau melalui diskusi
tentang seksualitas sebagai tindak lanjut dari cerita atau program televisi
yang melibatkan topik ini.
3. Masa Usia
Sekolah Bagi anak-anak dari usia 6 sampai 10 tahun, edukasi dan
penekanan tentang seksua litas datang dari orangtua dan gurunya tetapi
lebih signifikan dari kelompok teman sebayanya.
Anak-anak usia sekolah sepertinya akan terus melanjutkan perilaku
stimul asi diri. Orang tua dan anak-anak dapat diinformasikan bahwa
masturbasi

tidak

mempunyai

efek

fisik

atau

emosional

yang

membahayakan.
Anak-anak dalam kelompok usia ini akan terus mengajukan
pertanyaan tentang seks dan menunjukkan kemandirian mereka dengan

menguji perilaku yang sesuai. Batas-batas pengujian mungkin ditunjukkan


dengan menggunakan kata-kata kotor atau menceritakan guyonan dengan
konotasi seksual sambil mengamati reaksi orang dewasa.
Anak-anak juga mempunyai keinginan dan kebutuhan privasi.
Sampai usia 10 tahun, banyak anak gadis dan sebagian anak laki-laki
sudah mulai mengalami sebagian dari perubahan pubertas. Sebagaimana
anak memasuki pubertas, tubuh mereka berubah dan mereka mengalami
peningkatan kesopanan. Mereka membutuhkan informasi yang akurat dari
rumah dan sekolah tentang perubahan tubuh selama periode ini.
Sampai usia sekolah dini anak harus juga diberi informasi untuk
berhati-hati terhadap potensiaal penganiayaan seksual. Anak-anak yang
sangat kecil dapat diajarkan tentang perbedaan antara sentuhan yang baik
dan sentuhan yang buruk dan tentang bagian tubuh tertentu biasanya tidak
disentuh oleh orang dewasakecuali saat mandi atau selama pemeriksaan
fisik.
Jika terjadi penganiayaan seksual, anak yang merasa leluasa
menceritakan tentang tubuhnya akan dengan akurat menggambarkan
kejadian yang dialami. Respon orangtua juga dapat menjadi hal yang
sangat penting untuk bagaimana anak mengat asi efek sesudah
penganiayaan seksual.
4. Pubertas dan Masa Remaja
Pubertas pada anak gadis biasanya ditandai dengan perkembangan
payudara, puting dan areola ukurannya meningkat. Proses ini yang
sebagian dikontrol oleh hereditas, mulai pada paling muda usia 8 tahun
dan mungkin tidak komplet sampai akhir usia 10 tahunan. Kadar estrogen
yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus mulai
membesar, dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut dapat
terjadi secara spontan atau akibat perangsangan seksual. Vagina
memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai tumbuh mulai tumbuh.
Menarke sangat bervariasi. Menarke dapat terjadi secepatnya pada usia 8
tahun dan tidak sampai pada usia 16 tahun atau lebih. Meskipun siklus
menstruasi pada awalnya tidak teratur dan ovu lasi mungkin tidak terjadi
pada menstruasi pertama, fertilisasi harus selalu diwaspadai kecuali
dilakukan hal lain.

10

Kadar testoteron yang meningkat pada anak laki-laki selama


pubertas ditandai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat dan
vesikula seminalis. Anak laki-laki dan anak gadis mungkin memiliki
orgasmus sebelum masa pubertas ditandai dengan peningkatan ukuran
penis, testis, prostat dan vesikula seminalis. Anak laki-laki san anak gadis
mengalami orgasmus sebelum masa pubertas, tetapi ejakulasi pada anak
laki-laki tidak terjadi sampai organ seksnya matur yaitu usia 12-14 tahun.
Hal ini dapat diintreprestasikan sebagai suatu periode mimpi basah dan
bahkan bagi anak laki-laki yang berpengatahuan mungkin sangat
memalukan. Anak laki-laki harus mengetahui bahwa, meski mereka tidak
menghasilkan sperma saat pertama ejakulasi, mereka akan segera menjadi
subur.
Perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja sama
dramatisnya seperti perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai
oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi penghargaan masyarakat.
Informasi faktual ini dapat datang dari rumah, sekolah, buku-buku atau
teman sebaya. Bahkan dengan informasi seperti ini pun remaja mungkin
tidak mengint regrasikan pengetahuan ini gaya hidupnya. Yang lebih
penting dari hal faktual adalah pedoman dalam menetapkan sistem nilai
atau keyakinan pribadi untuk digunakan sebagai kerangka kerja
pembuatan keputusan. Sikap-sikap orang tua mengenai peran dan perilaku
sesuai gender mempengaruhi karir dan pilihan keluarga remaja dan dapat
juga mempengaruhi keputusan mengenai aktivitas seksual dan pilihan
menjadi orangtua dan pasangan.
Masa ini mungkin merupakan usia dalam mengidentifikasi
orientasi seksual. Remaja mungkin takut bahwa pengalaman ini
mendefinisikan seksualitas total mereka. Ini tidak benar: banyak individu
berorientasi heteroseksual secara ketat setelah pengalaman. Dukungan
dapat datang dari berbagai sumber seperti konselor di sekolah, penasehat
spiritual, keluarga, dan profesional kesehatan mental. Pada remaja
mungkin pertama kalinya bagi anak mencari perawatan kesehatan tanpa
ditemani yang menyayangi dan saling percaya dan keinginan untuk
mendengarkan.

11

5. Masa Dewasa
Dewasa

telah

mencapai

maturasi

tetapi

terus

untuk

mengeksploitasi dan menemukan maturasi emosional dalam hubungan.


Model ini menggambarkan sebagian besar orang dewasa. Keintiman dan
seksualitas juga merupakan masalah bagi orang dewasa yang memilih
untuk tidak melakukan hubunagan seks, tetap melajang karena pilihan
sendiri atau karena situasi tertentu tetap menginginkan aktivitas seksual,
yaitu mereka yang melajang setelah memutuskan hubungan, mereka yang
homo seksual. Beberapa orang dewasa mungkin hanya memerlukan ijin
untuk mengeksperimen dengan pilihan atau keyakinan bahwa ekspresi
seksual selain dari senggama penis-vagina adalah normal. Pengenalan
secara mutual tentang keinginan dan preferensi dan negosiasi praktik
seksual mencetuskan ekspresi yang positif.
6. Masa Dewasa Tua (Lansia)
Seksualitas dalam usia tua beralih dari penekanan pada prokreasi
menjadi penekan an pada pertemanan, kedekatan fisik, komodasi intim,
dan hubungan fisik mencari kesenangan. Hal ini dapat secara efektif
dipenuhi dengan mempertahankan aktiivitas seksual secara teratur
sepanjang hidup. Terutama sekali bagi wanita, hubungan senggama teratur
membantu mempertahankan elastisitas vagina, nencegah atrofi, dan
mempertahankan kemampuan untuk lubrikasi. Lansia mungkin juga
menghadapi keka watiran kesehatan yang membuat sulit bagi mereka
untuk melanjutkan aktivitas seksual.
2.4
2.4.1

POLA FUNGSI SEKSUAL


Definisi
Suatu kondisi dimana seorang individu mengalami atau beresiko

mengalami perubahan kesehatan seksual. Kesehatan seksual adalah integrasi dari


aspek somatik, emosional, intelektual, dan sosial dari keberadaan seksual yang
memperkaya dan menin gkatkan rasa cinta, komunikasi, dan kepribadian.
2.4.2 Perubahan Pola Seksualitas
1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan stres.
2. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut atau
kronis.

12

3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan perubahan atau


kehilangan bagian tubuh
4. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan perubahan pranatal dan
pascapartum
5. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan rasa takut hamil dan/atau
penyakit hubungan seksual
2.4.3

Faktor-Faktor yang Berhubungan


Perubahan pola seksual dapat terjadi sebagai respons terhadap berbagai

masalah kesehatan, situasi, dan konflik yang biasa atau sering terjadi adalah
sebagai berikut:
1. Patofisiologis
a. Berhubungan dengan efek biokimia pada energi, libido sekunder
terhadap:
Endokrin
- Diabetes Melitus
- Penurunan produksi hormon
- Hipertiroid
Genitourinarius
- Gagal ginjal kronis
Neuromuskular dan Rangka
- Artritis
- Sklerosis multipel
- Gangguan suplai saraf ke otak, medula spinalis,
saraf sensori atau saraf autonomic
Kardiorespiratorius
- Infark miokard
- Gangguan pernapasan kronis
- Gagal jantung kongestif
Kanker
b. Berhubungan dengan takut dihubungkan dengan (PHS) :
HIV/AIDS
Herpes
Sifilis
Klamidia
Gonoroe
Papiloma virus manusia
c. Berhubungan dengan efek alkohol pda penampilan
d. Berhubungan dengan penurunan lubrikan vaginal
e. Berhubungan dengan takut ejakulasi dini
f. Berhubungan dengan fobia mis, hamil, kanker, penyakit menular
2. Tindakan yang Berhubungan
a. Berhubuungan dengan efekk dari

13

Obat obatan
Terapi radiasi
b. Berhubungan dengan perubahan konsep diri dari perubahan dalam
penampilan (trauma, pembedahan radikal)
3. Situasional
a. Berhubungan dengan masalah pasangan
Tidak menginginkan
Perpisahan, perceraian
Penyiksaan
b. Berhubungan dengan tidak ada privasi
c. Berhubungan stresor-stresor sekunder terhadap
Masalah pekerjaan
Konflik nilai
Cemas dengan kondisi keuangan
Konflik hubungan
d. Berhubungan dengan kesalahan informasi
pengetahuan
e. Berhubungan dengan kelelahan
f. Berhubungan dengan takut
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

penolakan

atau

sekunder

kurangnya

terhadap

kegemukan
Berhubungan dengan nyeri
Berhubungan dengan takut gagal dalam hubungan seksual
Berhubungan dengan takut hamil
Berhubungan dengan depresi
Berhubungan dengan ansietas
Berhubungan dengan takut terkena penyakit hubungan seksual
Berhubungan dengan riwayat pengalaman yang tidak

menyenangkan
4. Maturasional
a. Remaja
Berhubungan dengan tidak efektifnya model peran
Berhubungan dengan pengajaran seksual yang negatif
Berhubungan dengan tidak adanya pengajaran seksual
b. Orang Dewasa
Berhubungan dengan keputusan menjadi orangtua.
Berhubungan dengan menopause
Berhubungan dengan konflik nilai
Berhubungan dengan efek kehamilan pada tingkat energi
dan gambaran tubuh
2.5

PERILAKU SEKSUAL
Dorongan seksual bisa diekspresikan dalam berbagai perilaku, namun

tentu saja tidak semua perilaku merupakan ekspresi dorongan seksual seseorang.
14

Ekspresi dorongan seksual atau perilaku seksual ada yang aman dan ada yang
tidak aman, baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Setiap perilaku seksual
memiliki konsekuensi berbeda. Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul
karena adanya dorongan seksual. Bentuk perilaku seksual bermacam-macam
mulai dari bergandengan tangan, berpelukan, bercumbu, bercumbu berat sampai
berhubungan seks.
1. Perilaku seks aman (Touching)
Perilaku seks aman adalah perilaku seks tanpa mengakibatkan
terjadinya pertukaran cairan vagina dengan cairan sperma misalnya
dengan bergandengan tangan, berpelukan, berciuman.

Sementara

hubungan seks tanpa menggunakan kondom bukan merupakan perilaku


seks aman dari kehamilan dan PMS. Jika benar-benar ingin aman, tetaplah
tidak aktif seksual tetapi jika sudah aktif, setialah dengan satu pasangan
saja, atau gunakan kondom dengan mutu yang baik dan benar agar dapat
men gurangi risiko terkena PMS, HIV/AIDS dan kehamilan (BKKBN,
2006).
2. Anal Seks
Seks anal (bahasa Inggris: anal sex atau anal intercourse) adalah
hubung an seksual di mana penis yang ereksi dimasukkan ke rectum
melalui anus. Selain itu penetrasi anus dengan dildo, butt plug, vibrator,
lidah, dan benda lainnya juga disebut anal sex. Anal sex dapat dilakukan
oleh orang heterosexual maupun hom osexual. Dalam beberapa budaya
female receptive anal intercourse diterima karena resiko kehamilan lebih
rendah (walaupun tidak ada jaminan, karena mani dapat masuk dari anus
melalui perineum ke vagina). Anal sex juga digunakan untuk menjaga
keperawanan karena hymen tidak rusak. Alasan lain adalah karena anus
lebih "ketat" daripada vagina (terutama setelah kelahiran bayi), karena itu
lebih memberikan kepuasan bagi penis.
3. Biseksual
Biseksual adalah kondisi tertentu yang membuat seseorang mampu
menikmati stimulasi erotis-seksual, baik dari pasangan sejenis maupun lain
jenis.
4. Homoseksual

15

Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis


antara pribadi yang berjenis kelamin sama. Pada penggunaan mutakhir,
kata sifat homoseks digunakan untuk hubungan intim dan/atau hubungan
sexual di antara orang-orang berjenis kelamin yang sama, yang bisa jadi
tidak

mengidentifikasi

diri

merek

sebagai

gay

atau

lesbian.

Homoseksualitas, sebagai suatu pengenal, pada umumnya dibandingkan


dengan heteroseksualitas dan biseksualitas. Istilah gay digunakan sebagian
besar untuk mengacu pada orang-orang yang mengidentifikasi dirinya
sebagai homoseks, tanpa memandang jenis kelamin. Lesbian adalah suatu
istilah tertentu yang hanya digunakan untuk merujuk kepada wanita
homoseks. Definisi tersebut bukan definisi mutlak mengingat hal ini
diperumit dengan adanya beberapa komponen biologis dan psikologis dari
seks dan gender, dan dengan itu seseorang mungkin tidak seratus persen
pas dengan kategori dimana ia digolongkan. Beberapa orang bahkan
menganggap ofensif perihal pembedaan gender (dan pembedaan orientasi
seksual). Homoseksualitas dapat mengacu kepada:
a. Orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan
orang lain mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau
identitas gender yang sama.
b. Perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak
peduli orientasi seksual atau identitas gender.
c. Identitas seksual atau identifikasi diri, yang mungkin dapat
mengacu kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual.
Ungkapan seksual dan cinta erotis sesama jenis telah menjadi suatu
corak dari sejarah kebanyakan budaya yang dikenal sejak sejarah awal.
Bagaimanapun, bukanlah sampai abad ke-19 bahwa tindakan dan hubungan
seperti itu dilihat sebagai orientasi seksual yang bersifat relatif stabil.
Penggunaan pertama kata homoseksual yang tercatat dalam sejarah adalah
pada tahun 1869 oleh Karl-Maria Kertbeny, dan kemudian dipopulerkan
penggunaannya oleh Richard Freiherr von Krafft-Ebi ng pada bukunya
Psychopathia

Sexualis.

Di

tahun-tahun

sejak

Krafft-Ebing,

homoseksualitas telah menjadi suatu pokok kajian dan debat. Mula-mula


dipandang sebagai penyakit untuk diobati, sekarang lebih sering diselidiki

16

sebagai bagian dari suatu proyek yang lebih besar untuk memahami Ilmu
Hayat, ilmu jiwa, politik, genetika, sejarah dan variasi budaya dari identitas
dan praktek seksual. status legal dan sosial dari orang yang melaksanakan
tindakan homoseks atau mengidentifikasi diri mereka gay atau homoseks
wanita beragam di seluruh dunia.
5. Oral Seks
Adalah suatu variasi seks dengan memberikan stimulasi melalui
mulut dan lidah pada organ seks atau kelamin pasangannya. Cunnilingus
yaitu seks oral yg dil akukan seorang pria pada vagina dengan mulut
ataupun lidah. Fellatio adalah seks oral yang dilakukan wanita kepada alat
kelamin pria, penis dan testis.
6. Masturbasi
Masturbasi adalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian
tubuh sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk
mendapat kepuasan seksual (orgasme) baik tanpa menggunakan alat
maupun menggunakan alat. Biasanya masturba si dilakukan pada bagian
tubuh yang sensitive, namun tidak sama pada masing-mas ing orang,
misalnya: puting payudara, paha bagian dalam, alat kelamin (bagi wani ta
terletak pada klitoris dan sekitar vagina; sedangkan bagi laki-laki terletak
pada sekitar kepala dan leher penis). Misalnya laki-laki melakukan
masturbasi dengan meraba penisnya, remaja perempuan menyentuh
klitorisnya

hingga

dapat

menimb

ulkan

perasaan

yang

sangat

menyenangkan atau bisa timbul ejakulasi pada remaja laki-laki. Secara


medis masturbasi tidak akan mengganggu kesehatan. Orang yang mela
kukannya tidak akan mengalami kerusakan pada otak atau bagian tubuh
lainnya. Mas turbasi juga tidak menimbulkan risiko fisik seperti mandul,
impotensi, dan cacat asal dilakukan secara aman, steril, tidak menimbulkan
luka dan infeksi. Risiko fisik biasanya berupa kelelahan. Pengaruh
masturbasi biasanya bersifat psikologis seperti rasa bersalah, berdosa, dan
rendah diri karena melakukan hal-hal yang tidak disetujui oleh agama dan
nilai-nilai budaya sehingga jika sering dilakukan akan menyebabkan
terganggunya konsentrasi pada remaja tertentu.

17

7. Berciuman (Kissing)
Berciuman adalah sebuah proses cumbuan pada pasangan seksual
dengan menggunakan bibir. Berciuman yang bersifat cumbuan biasanya
dilakukan pada daerah sensitif, misalnya bibir atau leher. Ciuman yang
dilakukan pada leher pasangan seks disebut dengan necking (Fatia, 2005)
8. Onani
Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Namun ada yang
berpendapat bahwa onani hanya diperuntukkan bagi laki-laki, sedangkan
istilah masturbasi dapat berlaku pada perempuan maupun laki-laki. Istilah
onani diambil dari seseorang bernama onan yang sejak kecil sering merasa
kesepian. Untuk mengatasi rasa kesepiannya ia mencari hiburan dengan
membayangkan hal-hal erotis

sambil mengeksplorasi bagian-bagian

tubuhnya yang sensitif sehingga mendatangkan suatu kenikmatan. Nama


onan ini berkembang menjadi onani. Istilah onani lainnya yang dipakai
dengan arti sama yaitu swalayan, ngocok, automanipulatif, dsb.
9. Bercumbu berat (Petting)
Bercumbu berat adalah melakukan hubungan seksual dengan atau
tanpa pakaian tetapi tanpa melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, jadi
sebatas digesekkan saja ke alat kelamin perempuan. Ada pula yang
mengatakan petting sebagai bercumbu berat. Biasanya dilakukan sebagai
pemanasan sebelum melakukan hubungan seks.
Walaupun tanpa melepaskan pakaian, bercumbu berat tetap dapat
menimbulkan kehamilan tidak diinginkan karena sperma tetap bisa masuk
ke dalam rahim, karena ketika terangsang perempuan akan mengeluarkan
cairan yang mempermudah masuknya sperma kedalam rahim, sedangkan
sperma itu sendiri memiliki kekuatan untuk berenang masuk kedalam
rahim jika tertumpah pada celana dalam yang dikenakan perempuan,
apalagi jika langsung mengenai bibir kemaluan.
10. Hubungan seksual
Hubungan seksual yaitu masuknya penis kedalam vagina. Bila
terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang di dalamnya terdapat
jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina

18

memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan


terjadinya pembuahan dan kehamilan.
2.6

ASUHAN KEPERAWATAN SEKS DAN SEKSUALITAS


1. Pengkajian kesehatan seksualitas
a. Riwayat Kesehatan Seksual
Pertanyaan masa lalu atau tidak mengetahui apakah klien
mempunyai masalah kekhaw atiran seksual.
b. Pengkajian Fisik : Inspeksi dan palpasi
c. Identifikasi klien yang beresiko Misalnya :
Adanya gangguan struktur atau fungsi tubuh akibat

trauma, dll.
Riwayat pnganiayaan seksual.
Kondisi yang tidak menyenangkan
Terapi medikasi spesifik yang dapat menyenangkan

masalah seksual.
Gangguan aktivitas fisik sementara maupun permanen
Konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan

aturan religi
2. Diagnosa masalah seksualitas
a. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan :
Ketakutan kehamilan
Efek antihipertensi
Depresi perpisahan dengan perceraian
b. Disfungsi seksual berhubungan dengan :
Cedera medulla spinalis
Penyakit kronis
Nyeri
Ansietas mengenai penempatan di RS
c. Gangguan Citra tubuh berhubungan dengan :
Efek masektomi
Disfungsi seksual
Perubahan pasca persalinan
d. Ganguan harga diri berhubungan dengan :
Kerentanan yang dirasakan setelah mengalami serangan
infrak miokardium
Pola penganiayan ketika masih kecil
3. Perencanaan
Tujuan yang dicapai mencakup :
a. Mempertahankan, memperbaiki, atau meningkatkan kesehatan
seksual
19

b. Meningkatkan pengtahuan seksualitas dan kesehatan


c. Mencegah PMS
d. Mecegah kehamilan yang tidak diinginkan
e. Meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual
f. Memperbaiki konsep seksual diri
4. Implementasi
a. Proses kesehatan seksual
b. Perawat : keterampilan komuniksi yang baik
c. Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik dan faktor yang
berhubungan
d. Rujukan mungkin diperlukan
5. Evaluasi
a. Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan
b. Klien, pasangan perawat mungkin harus mengubah harapan atau
menetapkan jangka wa ktu yang lebih sesuai untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan
c. Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif dalam artian
penting

20

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi
perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,
memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik
antara dua individu tersebut. Pada saat ini perilaku seksual telah beranjak dari
posisi nilai moral menjadi budaya. Dengan kata lain, jika sebelumnya seks sarat
dengan kaidah moral, sekarang seks telah merambah ke segala penjuru kehidupan
sebagai gaya hidup yang nihil moralitas.
3.2 SARAN
Saran yang dapat disampaikan dalam penulis ini adalah sebagai berikut :
Para pembaca dapat menggunakan makalah ini untuk menambah wawasan

tetang seks dan seksualitas.


Penulis menyarankan kepada para pembaca agar dapat membahas lebih
lanjut mengenai seks dan seksualitas.

21

DAFTAR PUSTAKA
Abineno, J.L.CH. 2002. Seksualitas dan Pendidikan Seks. Jakarta: Gunung Mulia.
Becher, Jeanne. 2004. Perempuan, Agama dan Seksualitas. Jakarta: Gunung
Mulia.
Magdalena, Merry. 2007. Melindungi Anak Dari Seks Bebas. Jakarta: Grasindo.
Niskala, Syarif. 2011. Agar Seks Tidak Salah Jalan. Jakarta: Progressio
Publishing.
Ronosulistya, Hanny, dkk. 2007. Ketika Ana Bertanya Seks. Jakarta: Grasindo.

22

Anda mungkin juga menyukai