Anda di halaman 1dari 13

ETIKA KRISTEN

“ETIKA SEKSUIL”

Dosen Pembimbing:

Pdt. Paulina Herlina Norayanti Sirait, M.Si. Theol

Oleh :

Sam Roberto Tobing 16120054

Intan Naziha 161200

Selvy Suhartini 16120063

Renida Manik 16120066

Angreni Haulina Siahaan 16120069

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

Isu sosial yang tampaknya tidak lekang oleh waktu ialah perihal seksual. Seks dan
seksualitas menjadi hal yang mampu melintasi waktu demi waktu, mulai dari peradaban kuno
masa babelonia sampai menjumpai manusia yang tengah menuju ke revolusi industri 5.0 saat
ini.

Mungkin bagi sebagian orang, istilah seks terasa sangat tabu untuk diperdengarkan
juga untuk dibahas dalam ranah publik. Mungkin juga, untuk sebagian manusia lainnya, seks
sama halnya dengan topik harian lainnya yang sudah menjadi perbincangan hangat sehari-
hari. Satu hal yang pasti, di dalam budaya apapun di daerah mana pun, perihal seksual
agaknya menjadi bagian dalam kultur masyarakat.

Sebagian dari kita mungkin menyadari bahwa setiap daerah baik itu mulai dari
regional kecil sampai besar seperti negara memiliki pandangan yang berbeda jika
menyangkut seksualitas. Perbedaan pandangan mengenai seks di setiap daerah dapat
dipengaruhi oleh faktor budaya maupun agama. Di negara yang liberal misalnya seperti
Amerika Serikat, pria yang tinggal bertahun-tahun dengan wanitanya tanpa pernikahan
adalah hal yang lumrah, dimana tetangga sebelah rumahnya tidak ikut ambil pusing dalam
menyikapi kehidupannya. Namun akan berbeda kasusnya jika hal ini terjadi di Indonesia,
dimana nilai-nilai agama dan budaya masih tertanam kuat di dalam masyarakat. Kita akan
jarang menjumpai sepasang muda-mudi yang hidup begitu bebasnya, apalagi bebas
melakukan aktivitas sensualnya tanpa ada yang menghakimi. Tentu, aktivitas sensual ini
ruang lingkupnya akan dibatasi oleh budaya, juga agama.

Agama Kristen juga memiliki sikap tersendiri dalam memaknai perihal seks dan juga
menjustifikasi seksualitas yang kini marak dalam isu sosial. Adapun seks dan seksualitas
dapat dinilai baik-buruknya dilihat dari perspektif Alkitab.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI ETIKA

Istilah dan pengertian etika secara kebahasaan/etimologi, berasal dari bahasa Yunani
adalah “Ethos”, yang berarti watak, kesusilaan, atau adat kebiasaan (custom). Di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, istilah Etika dimaknai ke dalam beberapa hal sebagai
berikut, yakni: a) Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban
moral; b)Kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak. C) Nilai mengenai yang benar
dan salah yang dianut masyarakat.

Melalui etika, kita dapat menilai baik atau buruknya nilai-nilai kesusilaan dan
perilaku yang ditampakkan manusia di dalam pergaulannya dengan sesama yang menyangkut
prinsip dan aturan tentang tingkah laku yang benar. K. Bertens sendiri mendefinisikan etika
sebagai nilai dan norma moral yang menjadi suatu acuan bagi umat manusia secara baik
secara individual atau kelompok dalam mengatur semua tingkah lakunya. Pernyataan ini
agaknya sama dengan apa yang dinyatakan oleh Martin (1993), bahwa etika adalah “the
discipline which can act as the performance index or reference for our control system”.

Disamping itu etika dapat disebut juga sebagai filsafat moral adalah cabang filsafat
yang berbicara tentang tindakan manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia,
melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak, berdasarkan norma-norma
tertentu.

Ega, G. (2017). PENGERTIAN ETIKA, MORAL, NILAI DAN NORMA. Brndil, 1-14.

B. PENGERTIAN SEKS

Istilah Seks dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa inggris yakni ‘SEX’ yang
bermakna jenis kelamin. Pengertian Seks lebih lanjut didetailkan sebagai ciri atau

3
karakteristik yang membedakan laki-laki dengan perempuan. Pembedaan ini merupakan
suatu konsep yang berdasarkan jenis kelamin manusia berdasarkan faktor-faktor biologis.

Manusia yang merupakan karya ciptaan Tuhan dianugerahi sejumlah organ biologis.
Diantaranya yang umum dimiliki ialah seperti sepasang mata untuk melihat, sepasang telinga
untuk mendengar, sepasang tangan untuk bekerja, sepasang kaki untuk berjalan, dan mulut
untuk berbicara. Meskipun hampir setiap manusia memiliki anugerah ini, namun tetap
kondisi organ-organ biologis tersebut berbeda antara satu manusia dengan manusia lainnya.
Hal inilah yang membuat setiap manusia memiliki keunikannya masing-masing yang dimana
membedakan ia dengan manusia lainnya. Berbicara tentang perbedaan manusia, satu ciri
yang paling menonjolkan karakteristik masing-masing manusia ialah organ seks dimana
lelaki dan perempuan memiliki organ seks yang berbeda.

Jika didefinisikan secara seks, laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, jakun,
dan memproduksi sperma. Sedangkan, perempuan secara seks adalah manusia yang memiliki
alat reproduksi berupa rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki
vagina dan mempunyai alat menyusui. Hal tersebut adalah ketentuan biologis yang sifatnya
permanen, atau yang sering kita anggap sebagai Kodrat dari Tuhan. Dan, perbedaan biologis
yang bersifat kodrati ini tak seorang pun dapat membuat persis dan mengubahnya.

EBahana. (2018). Etika Seksual. EBahana Jurnal, 50-63.

C. PENGERTIAN SEKSUALITAS

Seksualitas mengandung makna yang sangat luas karena mencakup aspek kehidupan
yang menyeluruh, segala hal yang berhubungan dengan organ seks, identitas seksual,
identitas dan peran gender, orientasi seksual, erotisisme, kenikmatan, kemesraan dan
reproduksi. Seksualitas dialami dan diungkapkan dalam pikiran, khayalan, gairah,
kepercayaan, sikap, nilai, perilaku, perbuatan, peran dan hubungan. Seksualitas dipengaruhi
oleh interaksi faktor biologis, psikologis, sosial, juga kultural.

Berbicara tentang Seksualitas dari sisi biologis, hal ini berkaitan dengan alat vital
(organ reproduksi) dimana kegiatannya murni dianggap untuk menjaga kesehatan dan
optimalisasi organ reproduksi manusia.

4
Kemudian, dari sudut pandang psikologis, seksualitas dan perihal seks berbicara
mengenai hasrat (keinginan) yang dimiliki seseorang. Manusia akan menjalankan perannya
sebagai mahkluk seksual karena didorong oleh hasrat seksualnya, dimana kondisi psikologis
(baik itu kognisi, emosi, dan perilaku) juga mempengaruhi hal ini.

Dari sudut pandang sosial, seksualitas dilihat dari bagaimana seksualitas itu muncul
dalam hubungan seseorang. Dimana pengaruh lingkungan sangat mempengaruhi pandangan
tentang seksualitas yang pada akhirnya akan membentuk perilaku seksual.

Lalu, Seksualitas dari sudut pandang kultural berkaitan pada kondisi , pandangan dan
budaya yang ada pada daerah itu sendiri, dimana perilaku seks menjadi bagian dari budaya
yang ada di masyarakat.

D. ETIKA DAN SEKSUALITAS DALAM PERSPEKTIF KRISTEN

Seks melekat pada hidup manusia. Sebagai manusia, maka perilaku yang berurusan
dengan seksualitas perlu disorot dari sudut pandang etika. Bagi iman Kristen, pengetahuan
etika mengenai seks dan dorongan seksual sebaiknya dilihat dari perspektif tata penciptaan
Tuhan yang bersumber dari alkitab. Sebagai awalan, apa yang tertulis di dalam Kejadian
1:27, yang berbunyi: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-
Nya, menurut gambar Allah diciptakan dia ; laki-laki dan perempuan diciptakan-
Nya mereka” , terlihat menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia sedari awalnya
sebagai mahkluk seksual. Kemudian, di nats selanjutnya, yakni di Kejadian 1:31 : “Allah
menilainya sungguh amat baik”, menjelaskan bahwa seksualitas bukan hanya sesuatu yang
sifatnya baik, tetapi sekaligus mencitrakan kesucian dan kekudusan Allah.

Jika dilihat, kedua Ayat diatas sangat tegas menunjukkan bahwa manusia itu
direncanakan dan diciptakan dengan seksnya atau jenis kelaminnya sebagai laki-laki dan
perempuan sebagai makhluk seksual. Oleh karena itu, manusia sebagai insan normal tidak
perlu merasa rendah diri apabila mengalami dorongan-dorongan seksual di dalam diri
mereka. Melainkan, seksualitas yang merupakan kebutuhan dalam diri manusia sebagai
makhluk seksual haruslah dihayati dengan menjunjung harkat dan martabat manusia itu
sendiri. Harkat dan martabat manusialah yang harus menjadi norma moralitas manusia. Jadi
jelas bahwa Seks dan dorongan-doronan seksual dalam diri manusia adalah berada dibawah
kendali moral.
5
Dari sudut pandang etika Krsiten, seks adalah suatu yang baik, luhur dan suci. Namun
seks sebagai bagian integral dari kehidupan manusia, seks tak luput dari bias dosa. Seks tidak
kotor dan najis, tetapi bisa dinajiskan dan bisa berakibat buruk. Dan jikapun terjadi
penyimpangan seks, bukanlah karena seks itu kotor dan najis tetapi karena manusia yang
melakukannya dikuasai dan dikendalikan oleh dorongan seksualnya. Seks dan dorongan-
dorongan seksual merupakan anugerah Allah, jadi harus dipertanggung jawabkan kepada
Tuhan. Sebab Tuhan menciptakan makhluk seksual dalam sebuah norma kemanusiaan, yaitu
diciptakan dalam harkat dan martabat kemanusiaan sebagai gambar dan rupa Allah (imago
Dei).

Unknown. (2019, April 5). Pengertian Seks Dan Seksualitas. Retrieved 12 6, 2019, from PKBI DIY:
https://pkbi-diy.info/pengertian-seks-dan-seksualitas/

E. ISU SOSIAL SEKSUALITAS DAN PANDANGAN KRISTEN


TERHADAPNYA

A. Masalah Seks Pranikah

Masa remaja (Adolescence) sebagai periode transisi perkembangan antara masa


kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif,
dan sosio-emosional. Perubahan-perubahan tersebut akan berdampak pada berbagai aspek
kehidupan remaja, seperti aspek fisik, psikologis dan sosial.Perubahan fisik yang dialami
remaja berhubungan dengan produksi hormon seksual dalam tubuh yang mengakibatkan
timbulnya dorongan emosi dan seksual. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia
pada 2010 menunjukkan bahwa 1% anak laki-laki dan 4% anak perempuan di seluruh
Indonesia telah melakukan hubungan seksual sebelum usia 13 tahun, beberapa bahkan ketika
berusia di bawah 10 tahun. Hal ini menjadi titik rawan karena remaja mempunyai sifat selalu
ingin tahu dan mempunyai kecenderungan mencoba hal–hal baru.Remaja sangat peka
terhadap pengaruh nilai baru, terutama bagi mereka yang tidak punya pertahanan diri yang
baik.Remaja cenderung lebih mudah melakukan penyesuaian dengan arus globalisasi dan
arus informasi yang bebas.Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh
dengan berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan
mereka. Pada masa remaja cenderung terjadi perubahan perilaku menyimpang karena

6
adaptasi terhadap nilai- nilai yang datang dari luar sehingga jauh dari norma-norma susila
yang dianut masyarakat pada umumnya, seperti pergaulan seks bebasyang dapat
menyebabkan kehamilan yang tidak dikehendaki.

Seks sebelum menikah kerap dianggap sebagai kejahatan di Indonesia. Namun, tak
bisa dipungkiri, sebagian orang telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
Kegiatan seksual yang tidak bertanggung jawab menempatkan remaja pada tantangan risiko
terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Berdasarkan hasil survei Komnas anak
bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada tahun 2007
terungkap sebanyak 93,7% siswa SMP dan SMA yang disurvei mengaku pernah melakukan
ciuman dan oral seks. Sebanyak 62,7% anak SMP yang diteliti mengaku sudah tidak
perawan, serta 21,2% remaja SMA yang disurvei mengaku pernah melakukan aborsi.
Menurut survei lain yang dilakukan Yayasan Kesehatan Perempuan (2010) menemukan
sebanyak 1.446 kasus aborsi di Kota Medan dan delapan kotabesar lainnya seperti Batam,
Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram dan Manado. Data secara
nasional ditemukan bahwa terdapat kasus aborsi sebanyak 2,5 juta pertahun. Usia pelaku
yang melakukan aborsi yakni usia 30 tahun sebesar 58%, 20-30 tahun sebesar 39% dan usia
dibawah 20 tahun sebesar 3%.

Tingginya kejadian hubungan seks pranikah pada remaja menurut berbagai penelitian
ada bermacam-macam factor .Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan
hubungan seksual pranikah yaitu :

 Karena adanya dorongan biologis, pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja
secara berlebihan, pergeseran nilai-nilai moral dan etika di masyarakat, serta
kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya wanita untuk
melakukan hubungan seks pranikah. Alasan-alasan mengapa remaja berhubungan
seks antara lain: dipaksa, merasa sudah siap, butuh dicintai, dan takut diejek teman
karena masih gadis atau perjaka, hubungan orangtua – remaja yang buruk, tekanan
negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama (religiusitas), dan terpapar media
pornografi. Pada saat ini remaja mempunyai pemahaman yang keliru mengenai
seksualitas sehingga menjadikan mereka mencoba untuk bereksperimen mengenai
masalah seks tanpa menyadari bahaya yang timbul dari perbuatannya, dan ketika
permasalahan yang ditimbulkan oleh perilaku seksnya mulai bermunculan, remaja
takut untuk mengutarakan permasalahan tersebut kepada orang tua. Remaja lebih

7
senang menyimpan dan memilih jalannya sendiri tanpa berani
mengungkapkankepada orang tua. Hal ini disebabkan karena ketertutupan orang tua
terhadap anak terutama masalah seks yang dianggap tabu untuk dibicarakan serta
kurang terbukanya anak terhadap orang tua karena anak merasa takut untuk bertanya.

 Sexual chemistry. Seseorang yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah


terkadang menjadi "terikat" secara emosional dengan pasangannya. Keterikatan
emosional ini bisa membuat pasangan jadi semakin dekat dan sulit untuk dipisahkan.
Akan tetapi, bisa berbahaya jika "keterikatan emosional" ini terjadi dengan orang
yang salah.
 Identitas seksual. Mungkin ada beberapa pasangan yang menyembunyikan identitas
seksual dan orientasi seksualnya. Hubungan seksual sebelum menikah terkadang bisa
mengungkap orientasi atau identitas seksual seseorang.

Putsanra D (2019) disertasi seks diluar nikah


ugm indonesia (2019) peran orangtua terhadap seks pranikah

B. Pandangan Kristen terhadap Masalah Seksual Pranikah

Di Indonesia, meskipun menganut budaya Timur, kasus seks pranikah masih saja marak
terjadi. Bahkan kebanyakan diantaranya adalah anak-anak yang terlibat dalam pelayanan
gereja ataupun kegiatan-kegiatan rohani lainnya. Bagi sebagian orang kasus ini kemudian
mulai dipertanyakan. Misalnya ada yang berpikir, ‘Kalau ngelakuinnya suka sama suka kan
gak ada masalah? Atau ya kalau udah kejadian kan si laki-laki tuh bertanggung jawab juga.
Jadi gak ada masalah dong?’ Benarkah begitu?

Sesungguhnya Alkitab melarang manusia berhubungan seks sebelum menikah. Seks


sebelum menikah sama salahnya dengan perzinahan dan bentuk-bentuk percabulan lainnya,
karena semua itu tersangkut paut dengan “hubungan seks dengan orang yang tidak dinikahi.”

[Seks antara suami dan istri adalah satu-satunya bentuk hubungan seks yang Allah restui
(Ibrani 13:4)].

[ “….tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya


sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.” 1 Korintus 7: 2]

8
[Galatia 5: 19-21 “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri
sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.
Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa
barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam
Kerajaan Allah.”]

[1 Tesalonika 4: 3-5 “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu
menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi
isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, bukan di dalam
keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah…”]

Beberapa ayat terakhir memberitahu kita bahwa seks pranikah menjadi sesuatu yang
dilarang dalam kekristenan. Seorang Kristen harus bisa menahan diri dari hubungan seks
karena tubuh kita bukan milik kita, tetapi milik Tuhan. Kita sudah dikarunia anugerah yang
besar oleh Tuhan, yaitu Roh KudusNya. Jadi saat kita menjalin hubungan dengan orang lain
secara fisik, kita sudah mencemarkan tubuh kita sendiri. Bagi orang Kristen, seks pranikah
adalah sesuatu yang cemar. Namun seks ini akan dianggap layak apabila seorang pria dan
wanita melakukannya setelah dipersatukan dalam sebuah ikatan pernikahan. Terlalu sering
manusia memusatkan perhatian pada aspek “rekreasi” dari seks tanpa memperhatikan aspek
“re-kreasi” dari seks. Benar, seks itu menyenangkan. Allah mendesain seks untuk itu. Dia
menghendaki pria dan perempuan menikmati aktivitas seksual, tapi hanya dalam lingkup
pernikahan. Walaupun demikian, tujuan utama dari seks bukanlah kesenangan, tapi
reproduksi. Allah melarang hubungan seks sebelum pernikahan bukan supaya manusia tidak
mendapat kesenangan, tapi untuk melindungi manusia dari kehamilan yang tidak
dikehendaki, anak-anak yang lahir dari orangtua yang menolak mereka atau tidak siap punya
anak.

Dalam hal ini, perlu ada upaya dalam mencegah dan mengatasi perilaku seks pranikah
di kalangan remaja, salah satunya melalui intervensi berbasis keluarga dan sekolah. Keluarga
merupakan faktor yang terutama dan utama memengaruhi perkembangan remaja, walaupun
dalam pertumbuhan dan perkembangannya juga dipengaruhi oleh teman sebaya, teman
sekolah dan masyarakat. Salah satu bentuk keterlibatan keluarga adalah dalam bentuk
monitoring parental. Aspek monitoring parental merupakan hal yang paling efektif dalam
menunda remaja melakukan aktivitas seksual dini. Program intervensi monitoring parental

9
yang didesain secara efektif, menurutnya, dapat memengaruhi perilaku seksual berisiko pada
remaja awal atau usia 14-16 tahun. Monitoring parental yang dapat mencegah remaja
melakukan perilaku seks pranikah, diantaranya pengetahuan parental yang meliputi
keberadaan, aktivitas, dan teman-teman remaja, hubungan orang tua dengan remaja yang
diindikasikan dengan kepedulian orang tua, kepercayaan yang diberikan, atau frekuensi
komunikasi di dalam keluarga. Selain itu, kontrol parental yang terkait dengan pergaulan, jam
malam, dan konsekuensi yang diterima remaja jika melanggar aturan/batasan yang sudah
ditetapkan orang tua. komunikasi orang tua dengan remaja, tidak hanya terkait seksualitas
tetapi juga komunikasi tentang kegiatan sehari-hari, serta kontrol psikologis juga menjadi
aspek yang perlu menjadi perhatian kedua orang tua. Meski demikian, ditekankan bahwa
monitoring parental yang efektif diterapkan pada remaja perlu memiliki keseimbangan.

Perlu diketahui juga, monitoring yang terlalu banyak aturan berhubungan dengan
bertambahnya kecenderungan perilaku berisiko remaja dengan sikap permisif dan kurangnya
pengawasan justru dapat berkontribusi pada perilaku seksual berisiko remaja. “Monitoring
parental mengurangi frekuensi intercourse remaja melalui pembatasan kesempatan
melakukan aktivitas seksual. Akan tetapi, beberapa studi mengindikasikan bahwa aktivitas
seksual cenderung meningkat jika kontrol parental berlebihan atau intrusive. Karena itu,
disarankan agar kedua orang tua dapat bekerja sama dalam melakukan pengawasan kepada
anak remajanya sedini mungkin. Tidak hanya dengan mengetahui dan memantau keberadaan
dan aktivitas remaja serta menyampaikan batasan dan aturan yang jelas, tetapi juga dengan
menjalin komunikasi dan hubungan yang dekat dengan anak remaja melalui waktu
kebersamaan dalam keluarga.

Pola asuh orang tua juga memiliki pengaruh penting terhadap perilaku seksual remaja,
terutama berkaitan dengan perilaku seksual pranikah. Pola asuh yang cenderung lebih longgar
dapat memberikan kesempatan bagi remaja untuk secara bebas menyalurkan dorongan
seksualnya, sehingga pada akhirnya remaja melakukan hubungan seksual pranikah
Sebaiknya pendidikan seks didapatkan dari orangtua, sehingga remaja tidak mendapatkannya
dari pendapat atau khayalan sendiri, teman, buku-buku, ataupun film-film porno yang kini
dijual bebas.

Jc (2018) fimela.com parenting


Fimela (2013

10
Contoh Kasus Masalah Seksual Pranikah :

1. Sepasang kekasih pembunuh bayi diringkus aparat Kepolisian.


2. Marak seks bebas, beginilah klinik aborsi yang berkeliaran.
3. Pesta narkoba dan seks bebas.
4. Membunuh bayi akibat hubungan gelap.

11
BAB III

KESIMPULAN

Seks dan seksualitas merupakan anugerah dari Tuhan yang Maha Esa. Dengan
adanya masalah-masalah seksual pranikah yang sedang marak serta banyaknya faktor-faktor
penyebab hal tersebut, maka diharapkan kepada kita semua yang akan menjadi penerus
generasi bangsa agaknya lebih bijak dalam memaknai perihal seks itu sendiri. Sebagaimana
diajarkan dalam Alkitab yang tentunya kita gunakan sebagai pedoman hidup kita dengan jelas
melarang adanya hubungan seksual pranikah. Dunia akan lebih indah jika model seks dari
Allah diikuti semua orang: penyakit kelamin akan berkurang, ibu yang tidak menikah akan
berkurang, aborsi akan berkurang. Tidak berhubungan seks sebelum menikah adalah satu-
satunya solusi. Tidak berhubungan seks sebelum menikah menyelamatkan nyawa,
melindungi para bayi, memberi hubungan seks nilai yang sebenarnya, dan yang paling
penting menghormati Allah. Marilah kita terus belajar dan belajar menjadi pribadi yang lebih
baik dan melakukan aktivitas-aktivitas yang positif guna membangun masa depan yang cerah.
Ingatlah teman, perilaku kita saat ini sangat menentukan kita di masa depan

12
REFERENCE

https://pkbi-diy.info/pengertian-seks-dan-seksualitas/

http://ebahana.com/serba-serbi/artikel/etika-seksual/

https://www.academia.edu/23212148/PENGERTIAN_ETIKA_MORAL_NILAI_DAN_NORMA

http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/Pertemuan_1_-_Pengertian_Peranan_Etika_Profesi.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/186376-ID-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
kejadian.pdf

https://www.ugm.ac.id/id/berita/12069-perhatian-orang-tua-mencegah-seks-pranikah-pada-remaja

https://media.neliti.com/media/publications/186376-ID-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
kejadian.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai