Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SEX EDUCATION

DOSEN

Ns. Lisa Maryati S.Kep

DISUSUN OLEH

Kelompok 2 :

1. Nikodimus Rahmat Adi (12201033)


2. Nurul Fitriyaningsih (12201036)
3. Ria Christina Simanjuntak (12201047)
4. Suhaebatul Aslamiah (12201002)
5. Adriana Jama Nuna (12201009)

UNIVERSITAS BOROBUDUR JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “ MAKALAH SEX EDUCATION “ .

Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari berbagai
kesalahan, untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Teman-teman. Kami menyadari bahwa dalam proses
penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya.

Namun, demikian kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya kami dengan rendah
hati dan dengan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Fifin Agustina, FKIP, UMP, 2016. Pendidikan seks di sekolah. Jakarta

Hidayana, I.M. dkk. 2004. Seksualitas Teori dan Realitas. Jakarta : FISIP UI
Mohamad, Kartono. 1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan
BAB I

PENDAHULUAN

Pernahkah anda membayangkan bagaimana pengertian seks dalam benak


orang lain? Hampir setiap orang mempunyai pandangan dan pengertian sendiri-sendiri
mengenai seks. Bagi seseorang, seks barangkali dipandang sebagai sesuatu yang
bersifat rahasia dan suci. Bagi orang lainnya, seks mungkin diartikan sebagai sesuatu
yang jorok dan menjijikkan. Bahkan ada pula orang yang memandang seks sebagai
hal yang tabu dan terlarang sehingga tidak layak diperbincangkan secara terbuka.
Sebagian orang memandang seks sebagai sumber penderitaan, kekacauan, dan
hal yang memalukan. Pandangan ini bersumber dari pengalaman masa kanak-kanak
yang tidak baik yang berhubungan dengan seks. Apabila anak-anak tidak memperoleh
penerangan yang baik mengenai seks, maka sulit diharapkan bahwa mereka akan
mampu memberikan pendidikan seksual yang baik kepada keturunan mereka kelak
setelah mereka menjadi orang tua. Ini disebabkan karena orang-orang seperti ini
kurang senang apabila ank-anak menanyakan perihal seks secara polos dan langsung
kepada mereka.
Kita tentunya tidak merasa sulit untuk menceritakan kepada anak-anak mengenai
bagaimana tumbuhnya tanaman atau apa yang menyebabkan turunnya hujan atau
mengapa matahari terbit di timur dan tenggelam di ufuk barat. Tetapi untuk
menerangkan keadaan tubuh kita sendiri, bagaimana terjadinya kita, dan bagaimana
fungsi tubuh serta organ-organ kelamin kita, dibutuhkan metode tersendiri. Hal ini
dikarenakan seks adalah sesuatu yang khusus. Seks erat sekali hubungannya dengan
emosi dan keinginan kita. Oleh karena itu, tidaklah tepat apabila kita
memperbincangkannya dengan anak-anak seperti menerangkan biologi atau ilmu
alam misalnya.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan seks adalah pendidikan yang memberikan pengajaran, pengertian dan
keterangan yang jelas kepada peserta didik ketika ia sudah memahami hal-hal yang
berkaitan dengan perubahan pubertas, sehingga ketika peserta didik memasuki usia
balig dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan hidupnya ia mengetahui mana
yang halal dan mana yang haram agar mendapat pengetahuan seks yang benar. Hal
ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli tentang pendidikan seks yang dikatakan
oleh Profesor Gawshi. Profesor Gawshi (Madani, 2003: 91) berpendapat bahwa
“Pendidikan seksual adalah memberi pengtahuan yang benar kepada anak yang
menyiapkannya untuk beradaptasi secara baik dengan sikap-sikap seksual di masa
kehidupannya dan pemberian pengetahuan ini menyebabkan anak memperoleh
kecenderungan logis yang benar terhadap masalah-masalah seksual reproduksi.
Pendidikan seksual membekali individu dengan konsep-konsep kehalalan dan
keharaman oleh prof. Al Gawshi disebut pengetahuan yang benar”. Berdasarkan
teori di atas dapat diartikan bahwa pendidikan seks kepada peserta didik adalah
pendidikan seks yang mengarahkan pengetahuan seksual yang benar sebagai bekal
di masa dewasa yang akan datang sehingga memahami hal yang haram terhadap
lawan jenis dan sesama jenis.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian
Perilaku seksual dan reproduksi pada manusia merupakan hasil interaksi dari berbagai
factor. Perilaku seksual dan reproduksi pada binatang, terutama mamalia, antara lain
ditandai dengan perilaku yang disebut sebagai estrus. Kata estrus berasal dari bahasa
Yunani oistros yang berarti nafsu birahi, atau gelisah. Perilaku seksual dipacu oleh
pengaruh hormon : pada perempuan hormon estrogen dan progesterone, sedangkan
pada laki-laki hormon testosterone. (Mohamad, 1998 : 1)
Seksualitas adalah ekspresi seksual seseorang yang secara social dianggap dapat
diterima serta mengandung aspek-aspek kepribadian yang luas dan mendalam.
Seksualitas merupakan gabungan dari perasaan dan perilaku seseorang yang tidak
hanya didasarkan pada cirri seks secara biologis, tetapi juga merupakan salah satu
aspek kehidupan sebagai manusia yang tidak dapat dipisahkan dari aspek hidup yang
lain. (Mohamad, 1998 : 36)
Makna seksualitas adalah bagaimana suatu masyarakat memberikan arti atau makna
terhadap hal-hal seksual yang secara nyata ada di masyarakat. Misalnya, dengan siapa
orang boleh berhubungan seks, kapan harus berhubungan seks, dan apa yang harus
dilakukan secara seksual, mengapa orang harus melakukan hal-hal seksual, apa yang
pantas dan tidak pantas dibicarakan, dan dengan siapa pembicaraaan tentang
seksualitas dilakukan (Wagner dan Yatim, 1997:87).
Dari beberapa penelitian, kita mengetahui bahwa ada masyarakat yang
memperbolehkan berhubungan seks sebelum menikah, tetapi ada juga masyarakat yang
melarangnya. Ini berarti bahwa tingkat pembatasan aktifitas seksual antara masyarakat
yang satu dengan yang lainnya tidak selalu sama selama rentang kehidupan tertentu.
Ada masyarakat yang memberikan batasan yang lunak bagi remaja tapi tidak bagi orang
dewasa.
Seksualitas adalah maksud dan motif dalam diri manusia. Seksualitas adalah hasrat
(desire) dan keinginan (want), yang tumpang tindih dengan aspek-aspek lain kehidupan.
Seksualitas adalah mengenai prilaku seksual, perilaku feminim dam maskulin, peran
gender dan interaksi gender. Tergantung dari alirannya, maka ada teori yang
beranggapan seksualitas seseorang berkembang dengan dipengaruhi secara kuat oleh
mitos dan stereotip yang berlaku dalam masyarakat (ekstern), ada pula yang
menganggap seksualitas ditentukan olek struktur anatomi-biologis yang dimiliki oleh
seseorang (psikoanalisa). Sementara itu, teori yang berkembang berdasarkan aliran
psikologi humanistik menekankan bahwa perilaku seksual atau seksualitas seseorang
dikembangkan sebagai hasil pilihan orang itu sendiri.
Pendidikan seks tidaklah menyangkut uraian atau penjelasan-penjelasan yang bersifat
anatomis saja. Pendidikan seks, bagaimanapun juga tetap akan menyangkut sifat
(behavior), emosi, kepribadian, pandangan hidup, lingkungan sosial dan nilai-nilai moral
yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Tidaklah berlebihan ketika Sigmun Freud menyatakan bahwa faktor libido atau
dorongan seksual merupakan faktor dominan yang mempengaruhi sifat, kepribadian dan
jalan hidup setiap individu. Pernyataan ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman
dan pengetahuan seks yang benar ditanamkan secara dini dan wajar ke dalam benak
anak-anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan layak kelak.
3.2 Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Anak
Berdasarkan hasil penyelidikan terhadap pasiennya, Sigmund Freud seorang dokter
dan pemikir besar Austria, telah mengungkapkan adanya hubungan yang erat antara
gangguan psikologis dan emosional yang dialami seseorang pada masa dewasanya
dengan pengalaman seks yang tidak baik pada masa kanak-kanaknya. Gangguan
psikologis yang menjadi pemikiran bagi para pakar penganjur pendidikan seks bagi
anak-anak adalah gangguan mental pada masa dewasanya yang diakibatkan pengaruh
segi seksualnya, rasa takut terhadap hal-ikhwal seks, sikap dingin pada kaum wanita,
lemah syahwat pada kaum pria, homoseksualitas, lesbianisme, dan gejala-gejala
penyimpangan seksual yang lainnya.
Ada beberapa alasan pentingnya pendidikan seks. Berikut ini alasan-alasan tersebut
yang mendasari pendidikan seks.
1. Pendidikan seks secara dini akan memudahkan anak-anak menerima keberadaan
tubuhnya secara menyeluruh dan menerima fase-fase perkembangannya secara
wajar. Pendidikan ini akan membantu anak-anak untuk mampu membicarakan
perihal seks dengan perasaan yang wajar.
2. Pendidikan seks secara dini akan membantu anak-anak untuk mengerti dan merasa
puas dan peranannya dalam kehidupan. Dengan berbekal pendidikan seks yang
sehat dan baik, anak laki-laki akan tumbuh menjadi pria yang bertanggung jawab
kelak. Anak-anak perempuan pun akan tumbuh menjadi seorang wanita yang wajar
dan ibu yang penuh perhatian dan kelembutan terhadap anak-anaknya kelak.
3. Pendidikan seks yang cukup efektif untuk menghilangkan rasa ingin tahu yang tidak
sehat yang sering muncul dalam benak anak-anak. Anak-anak mengetahui
kenyataan dan tahu bahwa orang tuanya mau menjawab pertanyaan-pertanyaan
mereka dengan tuntas akan merasa tidak takut atau malu-malu lagi untuk melibatkan
diri dalam perbincangan dengan orag tuanya mengenai seks. Mereka tidak akan
tertarik lagi pada kepada cerita-cerita yang kotor dan bahan porno yang bersifat tidak
mendidik. Pendidikan seks tidak dimaksudkan dan memang tidak menghilangkan
minat anak untuk mengetahui perihal seks, tetapi cukup efektif untuk menghambat
hasrat anak-anak untuk melakukan penyelidikan yang tidak terarah dan pengalaman-
pengalamannya yang bersifat menjerumuskan. Secara kesuluruhan, informasi seks
yang Anda berikan akan melindungi kehidupan masa depan mereka dari komplikasi
dan kelainan seks. Pendidikan seks ini akan mendorong anak-anak menumbuhkan
sifat-sifat yang normal dan sehat.
4. Pendidikan seks yang diajarkan secara terbuka dan wajar akan membantu gairah
dan semangat hidup seseorang, karena pendidikan tersebut akan membebaskan diri
dari persoalan seks yang seringkali menjadi sumber ketidakbahagiaan dalam
kehidupan pada saat itu maupun setelah dia dewasa kelak.
5. Pendidikan seks yang sehat, jujur, dan terbuka juga akan menumbuhkan rasa
hormat dan patuh anak-anak terhadap orang tuanya.
6. Pendidikan seks yang diajarkan secara terarah dan terpimpin di dalam lingkungan
keluarga cenderung cukup efektif untuk mengatasi informasi negatif-negatif yang
berasal dari lingkungan diluar keluarga.
7. Pendidikan seks membuat kelahiran manusia menjadi terang dan jelas.
8. Pendidikan seks juga cukup efektif untuk membuat seorang anak dengan
pengetahuan dan sifat yang baik untuk bisa menerima dengan tenang dan gembira
kehadiran saudara barunya.
9. Pendidikan seks akan membuat masing-masing anak bangga dengan jenis
kelaminnya. Perasaan bangga seperti ini akan membantu mereka menumbuhkan
sifat-sifat yang layak menurut jenis kelaminnya dan akan cenderung menumbuhkan
mereka menjadi orang tua yang wajar dan bertanggung jawab kelak setelah dewasa.
10. Pendidikan seks akan membuat anak-anak sadar dan paham kelak akan
peranannya didalam masyarakat menurut jenis kelaminnya. Kesadaran ini akan
menumbuhkan rasa percaya diri yang cukup besar dalam jiwa anak-anak tersebut.
Ini berarti bahwa pendidikan seks juga akan memperkuat kepribadian orang tersebut.
11. Pendidikan seks yang sehat dan wajar memugkinkan anak-anak meraih taraf
kedewasaan yang layak menurut usianya.
12. Pendidikan seks mempersiapkan seseorang anak untuk kelak menjadi orang tua
yang, dengan baik dan benar, akan mengajarkan penegtahuan seks kepada anak-
anaknya.
Salah satu fakta yang patut mendapat perhatian dari para orang tua adalah bahwa
percobaan seks sering kali dilakukan atau terjadi pada anak-anak yang tidak memiliki
pengetahuan yang baik mengenai seks. Anak-anak yang mempunyai pengertian
yang utuh dan menyeluruh mengenai peristiwa kelahiran dan perkembangan
manusia cenderung lebih mudah mengendalikan dorongan-dorongan yang
bersumber dari dalam dirinya sendiri. Beberapa penelitian telah mengungkapkan
bahwa para pelaku kejahatan seksual umumnya berasal dari keluarga-keluarga yang
sama sekali tidak atau sedikit sekali memperoleh penjelasan dan pengetahuan
mengenai seks.
Pendidikan seks yang baik dan benar tidak hanya setengah-tengah memuaskan
rasa ingin tahu anak mengenai masalah seks. Justru sebaliknya, anak-anak yang
mengetahui fakta-fakta seksual dan sadar bahwa mereka orang tuanya sudi
membicarakn hal ini dengan mereka cenderung kurang tertarik terhadap percobaan-
percobaan seksual yang tidak terarah bila dibandingkan dengan anak-anak yang
tidak mengetahui fakta-fakta dan kesadaran tersebut. Memberikan penjelasan,
seksual selalu mempunyai pengaruh positif; anak-anak mungkin masih ingin
mengajukan beberapa pertanyaan, tetapi mereka akan lebih suka mengajukan
secara langsung kepada orang tuanya, bukan kepada sumber sumber yang
kesadaran tanggung jawabnya atau moralitasnya masih diragukan.
Tetapi banyak informasi atau penjelasan mungkin membutuhkan bahan atau
pengetahuan yang terlalu luas dan cenderung berakibat negatif terhadap kepribadian
anak-anak tersebut. Tidaklah bijaksana dan tidak juga mendidik apabila para orag
tua menceritakan segala hal yang mereka ketahui mengenai seks.
Pada umumnya, pertanyan-pertanyan anak-anak bersifat sederhana dan mudah
dan, karena itu hanya membutuhkan keterangan atau jawaban yang juga sederhana.
Jujur dan sederhana adalah jawaban yang tepat bagi mereka. Kemudian tunggulah
dengan sabar pertanyaan-pertanyan berikutnya.
Kita bisa menyelamatkan anak-anak kita dari perasaan malu yang tidak pada
tempatnya atau dari pemikiran yang terlalu kritis, apabila kita menegaskan bahwa
persoalan seks sebaiknya dibicarakan hanya di rumah. Abak-anak kita mudah
menerima aturan sederhana ini.
3.3 Tehnik Pendidikan Seks
Strategi pendidikan seks, sebagaimana pendidikan dengan materi apapun, harus
disesuaikan dengan tujuan, tingkat kedalaman materi, usia anak, tingkat pengetahuan
dan kedewasaan anak, dan media yang dimiliki oleh pendidik. Apabila dikaitkan dengan
budaya lokal, penjelasan harus tidak tercerabut dari tradisi lokal yang positif, moral, dan
ajaran agama.
Secara edukatif, anak bisa diberi pendidikan seks sejak ia bertanya di seputar seks.
Bisa jadi pertanyaan anak tidak terucap lewat kata-kata, untuk itu ekspresi anak harus
ditangkap oleh orangtua atau pendidik. Clara Kriswanto, sebagaimana yang dikutip oleh
Nurhayati Syaifuddin, menyatakan bahwa pendidikan seks untuk anak usia 0-5 tahun
adalah dengan teknik atau strategi sebagai berikut.
1. Membantu anak agar ia merasa nyaman dengan tubuhnya.
2. Memberikan sentuhan dan pelukan kepada anak agar mereka merasakan kasih
sayang dari orangtuanya secara tulus.
3. Membantu anak memahami perbedaan perilaku yang boleh dan tidak boleh
dilakukan di depan umum seperti anak selesai mandi harus mengenakan baju
kembali di dalam kamar mandi atau di dalam kamar. Anak diberi tahu tenang hal-hal
pribadi, tidak boleh disentuh, dan dilihat orang lain.
4. Mengajar anak untuk mengetahui perbedaan anatomi tubuh laki-laki dan
perempuan.
5. Memberikan penjelasan tentang proses perkembangan tubuh seperti hamil dan
melahirkan dalam kalimat yang sederhana, bagaimana bayi bisa dalam kandungan
ibu sesuai tingkat kognitif anak. Tidak diperkenankan berbohong kepada anak
seperti “adik datang dari langit atau dibawa burung”. Penjelasan disesuaikan dengan
keingintahuan atau pertanyaan anak misalnya dengan contoh yang terjadi pada
binatang.
6. Memberikan pemahaman tentang fungsi anggota tubuh secara wajar yang mampu
menghindarkan diri dari perasaan malu dan bersalah atas bentuk serta fungsi
tubuhnya sendiri.
7. Mengajarkan anak untuk mengetahui nama-nama yang benar pada setiap bagian
tubuh dan fungsinya. Vagina adalah nama alat kelamin perempuan dan penis adalah
alat kelamin pria, daripada mengatakan dompet atau nama burung.
8. Membantu anak memahami konsep pribadi dan mengajarkan kepada mereka kalau
pembicaraan seks adalah pribadi.
9. Memberi dukungan dan suasana kondusif agar anak mau berkonsultasi kepada
orangtua untuk setiap pertanyaan tentang seks.
10. Perlu ditambahkan, teknik pendidikan seks memberikan pemahaman kepada anak
tentang susunan keluarga (nasab) sehingga memahami struktur sosial dan ajaran
agama yang terkait dengan pergaulan laki-laki dan perempuan.
11. Membiasakan dengan pakaian yang sesuai dengan jenis kelaminnya dalam
kehidupan sehatri-hari dan juga melaksanakan salat akan mempermudah anak
memahami dan menghormati anggota tubuhnya. Sebagaimana telah disebutkan,
teknik pendidikan seks tersebut dilakukan dengan menyesuaikan terhadap
kemampuan dan pemahaman anak sehingga teknik penyampaian dan bahasa amat
perlu dipertimbangkan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Seksualitas adalah ekspresi seksual seseorang yang secara social dianggap dapat
diterima serta mengandung aspek-aspek kepribadian yang luas dan mendalam.
Pendidikan seks sangat penting untuk diberikan kepada anak. Dengan pemberian
pendidikan seks ini akan dapat membuat anak merasa puas dengan keberadaannya,
anak juga akan merasa senang dapat mengetahui jawaban keingin tahuannya dan
akan mengarahkan anak untuk tidak terjerumus kedalam pergaulan bebas.
4.2 Saran
Adapun saran yang kelompok kami buat agar dapat dijadikan teladan oleh para
remaja untuk dapat memperbaiki jalur hidup mereka demi masa depan dan
nama baik negara kita, terutama orang tua selaku ayah dan ibu harus betul-betul
memberikan perhatian bagi anak-anak mereka. Dihimbaukan bagi para
pihak keamanan seperti polisi harus lebih mengetatkan keamanan serta kegiatan
mereka untuk mengatasi kenakalan remaja.

Anda mungkin juga menyukai