Anda di halaman 1dari 13

KEHAMILAN USIA REMAJA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas


Humaniora

Oleh :
Ika Oktafiantari (NIM.1941A0092)
Syamsiar Syam (NIM.1941A0111)
Illa Nur Afidha (NIM.1941A0117)
Bekti Rahayu (NIM.1941A0124)
Lia Handayani (NIM.1941A0125)
Mariatul Ulfah (NIM.1941A0126)
Wahyu Setyorini (NIM.1941A0127)
Nila Puspitarini

INSTITUT ILMU KESEHATAN


SURYA MITRA HUSADA INDONESIA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bagi perempuan, kehamilan merupakan suatu peristiwa magis yang dinanti.
Melewati pengalaman mengandung dan melahirkan merupakan sesuatu yang
menurut banyak ibu menakjubkan. Namun, tidak semua jenis kehamilan
diglorifikasi oleh masyarakat. Sanjungan dan persetujuan ini hanya diberikan bagi
perempuan yang hamil dalam ikatan pernikahan. Perempuan yang hamil di luar
nikah, terutama mereka yang masih pelajar, justru menerima penghakiman.
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia 14-20 tahun,
baik pada remaja yang sudah menikah, maupun yang belum menikah (Depkes RI,
2007). Kehamilan pada usia remaja memberikan resiko yang sangat tinggi terhadap
kematian ibu dan bayi. Angka kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan
usia di bawah 20 tahun dua sampai lima kali lebih tinggi daripada kematian maternal
yang terjadi pada wanita hamil usia 21-29 tahun (Meriyani, 2016).
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia masih sangat tinggi, hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,menunjukkan bahwa 9,5%
wanita usia 15-19 tahun di Indonesia sudah melahirkan dan hamil anak pertama.
Proporsi pernikahan usia dini juga dijumpai hampir merata di seluruh provinsi di
Indonesia.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa juga pernah menyebutkan,
pada tahun 2014, angka kehamilan remaja di luar nikah mencapai jutaan jumlahnya.
Selama tahun 2013 di Jawa Timur, anak-anak usia 10-11 tahun yang hamil di luar
nikah mencapai 600.000 kasus. Sedangkan remaja usia 15-19 tahun yang hamil di
luar nikah mencapai 2,2 juta.
Data juga ditunjukkan oleh Pengadilan Agama (PA) Kabupaten Malang, di
awal tahun 2019 Januari hingga maret kami telah menerima pengajuan dispensasi
kawin sebanyak 113 berkas. Dengan rincian, di bulan Januari ada 47 berkas, Februari
ada 36 berkas, dan di bulan Maret mencapai 30 berkas yang didominasi oleh
kehamilan diluar nikah.

2
Beberapa literatur menunjukkan bahwa tingginya proporsi kehamilan di usia
remaja disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengetahuan tentang seksualitas yang
rendah, pengaruh pergaulan dengan teman sebaya yang negatif, faktor
sosiodemografi, hubungan antar keluarga, status perkembangan, kebutuhan terhadap
perhatian, serta penyalahgunaan obat-obatan terlarang (Meriyani, 2016). Oleh karena
itu, diperlukan adanya pendidikan kesehatan sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku positif anak usia
sekolah dan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja. Dengan mengetahui
informasi yang benar dan resiko-resikonya, diharapkan remaja dapat lebih
bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Kementerian kesehatan sebagai leading sector dalam pelayanan kesehatan
remaja, telah berupaya memberikan perhatian terhadap masalah remaja seperti
remaja berbasis sekolah dengan mendapat pelayanan kesehatan melalui UKS. Upaya
lain adalah dengan pengembangan puskesmas sehingga menjadi peduli akan
kebutuhan remaja melalui Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Puskesmas
dengan PKPR, memberikan layanan kesehatan bagi remaja berbasis sekolah dan
berbasis masyarakat. PKPR di puskesmas disesuaikan dengan kebutuhan remaja
dengan peningkatan kualitas konseling tenaga kesehatan dan pemberdayaan remaja
sebagai konselor sebaya.

1.2. Tujuan Penulisan


A. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui permasalahan kehamilan pada remaja
B. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa dapat mengetahui pengertian kehamilan pada remaja
2) Mahasiswa dapat mengetahui faktor- faktor kehamilan pada remaja.
3) Mahasiswa dapat mengetahui persoalan psikologis kehamilan pada remaja
4) Mahasiswa dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan kehamilan pada
remaja
5) Mahasiswa dapat mengetahui penanganan kehamilan pada remaja.

3
1.3. Ruang lingkup
Ruang lingkup makalah ini adalah kehamilan pada remaja

1.4. Metode Penulisan


Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode penjabaran materi,
adapun teknik yang digunakan yaitu studi pustaka, dengan mempelajari buku-buku,
browsing internet dan sumber lain untuk mendapatkan data untuk pembuatan
makalah ini.

1.5. Sistematika Penulisan


BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan
dan sistematika penulisan.

BAB II : PEMBAHASAN
Menguraikan tentang landasan teori yaitu Pre Eklamsia.
BAB III : PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Perilaku Seksual Remaja


Remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin adolescere yang
artinya tumbuh ke arah kematangan (Muss, 1968) dalam Sarwono (2012:11).
Kematangan disini tidak hanya berarti kematangan fisik, tetapi terutama kematangan
sosial psikologis. Beberapa penulis Indonesia berpendapat bahwa remaja adalah
suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan
biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial.
Menurut Hall dalam Sarwono (2012:29) masa remaja (adolescence) : 12-25
tahun, yaitu masa topan badai, yang mencerminkan kebudayaan modern yang penuh
gejolak akibat pertentangan nilai-nilai Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat
disimpukan bahwa remaja adalah mereka yang berusia 12-25 tahun yang mengalami
masa transisi dari anak menuju dewasa yang ditandai dengan perkembangan
kematangan, baik itu kematangan biologis, sosial dan psikologis.
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual,
baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah
laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku
berkencan, bercumbu dan bersenggama.
Perilaku seksual remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Elizabeth B. Hurlock
dalam (Kumalasari dkk, 2012:18) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku seksual remaja yaitu:
1. Faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, yaitu berasal dari keluarga
dimana anak mulai tumbuh dan berkembang.
2. Faktor luar, yaitu mencakup kondisi sekolah/pendidikan formal yang
cukup berperan terhadap perkembangan remaja dalam mencapai
kedewasaannya.
3. Faktor masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan, dan perkembangan di segala
bidang khususnya teknologi yang dicapai manusia.
Menurut Tanner dalam (Kusmiran, 2014:31) minat seksual remaja dapat dijabarkan
sebagai berikut:

5
1. Minat Dalam Permasalahan yang Menyangkut Kehidupan Seksual
Remaja ingin tahu tentang kehidupan seksual manusia. Untuk itu, mereka
mencari informasi mengenai seks, baik melalui buku, atau gambar-gambar
lain yang dilakukan secara sembunyi sembunyi. Hal ini dilakukan remaja
karena kurang terjadinya komunikasi yang bersifat dialogis antara remaja dan
orang dewasa, baik orangtua maupun guru, mengenai masalah seksual, di
mana kebanyakan masyarakat masih mengganggap tabu untuk membicarakan
masalah seksual dalam kehidupan sehari-hari.
2. Keterlibatan Aspek Emosi dan Sosial pada Saat Berkencan
Perubahan fisik dan fungsi biologis pada remaja, menyebabkan daya tarik
terhadap lawan jenis yang merupakan akibat timbulnya dorongan-dorongan
seksual. Misalnya, pada anak laki-laki dorongan yang ada dalam dirinya
terealiasai dengan aktivitas mendekati teman perempuannya, hingga
terjalin hubungan. Dalam berkencan, biasanya para remaja melibatkan aspek
emosi yang diekspresikan dengan berbagai cara. Seperti bergandengan tangan,
berciuman, memberikan tanda mata, bunga, kepercayaan, dan sebagainya.
3. Minat dalam Keintiman secara Fisik
Dengan adanya dorongan seksual dan rasa ketertarikan terhadap lawan
jenis kelaminnya, perilaku remaja mulai diarahkan untuk menarik perhatian
lawan jenis kelaminnya. Dalam rangka mencari pengetahuan mengenai seks, ada
remaja yang melakukannya secara terbuka bahkan mulai mengadakan
ekspresimen dalam kehidupan seksual. Misalnya, dalam berpacaran, mereka
mengekspresikan perasaannya dalam bentuk-bentuk perilaku yang menuntut
keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti berciuman, bercumbu, dan
lain-lain.

2.2. Kehamilan di luar Nikah


Kehamilan dapat menjadi dambaan, tetapi juga dapat menjadi suatu malapetaka
apabila kehamilan itu dialami oleh remaja yang belum menikah. Kehamilan pada
masa remaja mempunyai risiko medis yang cukup tinggi, karena pada masa ini, alat
reproduksi belum cukup matang untuk melakukan fungsinya.

6
Hamil di luar nikah merupakan suatu pertumbuhan hasil konsepsi dari
pembuahan sel sperma dengan ovum di dalam rahim sebelum adanya perjanjian
(akad) yang menjadikan halal hubungan seksual sebagai suami istri antara seorang
laki-laki dan seorang wanita. Hamil di luar nikah adalah suatau perilaku seksual
yang dilakukan oleh laki-laki dan wanita yang belum memiliki ikatan pernikahan.
Kehamilan sebelum memiliki ikatan dikategorikan seks bebas atau perzinaan.
Akibat dari melakukan perzinaan dalam kehidupan masyarakat adalah sanksi sosial
berupa sindiran, dijauhi masyarakat maupun pengucilan. Penyimpangan perilaku
seks bebas dalam masyarakat membawa dampak negatif bagi pelaku, keluarga
maupun masyarakat. Hubungan seks di luar nikah yang menyebabkan kehamilan
akan menambah masalah sosial, oleh karena itu di dalam masyarakat terdapat
norma-norma yang membatasi hubungan antara laki-laki dan wanita untuk
mencegah terjadinya hamil di luar nikah.
Beberapa alasan mengapa kehamilan remaja dapat menimbulkan risiko antara
lain rahim remaja belum siap untuk mendukung kehamilan. Rahim (uterus) baru
siap melakukan fungsinya setelah umur 20 tahun, karena pada usia ini fungsi
hormonal melewati masa kerjanya yang maksimal. Rahim pada seorang wanita
mulai mengalami kematangan sejak umur 14 tahun yang ditandai dengan
dimulainya menstruasi. Selain itu sistem hormonal remaja belum terkoordinasi
dengan lancar, dapat dilihat dari siklus menstruasi yang belum teratur serta
kemantangan psikologis remaja untuk menghadapi proses persalinan yang traumatik
dan untuk mengasuh anak/memelihara belum cukup.

2.3. Faktor-Faktor Kehamilan diluar Nikah pada Remaja


Kehamilan diluar nikah pada remaja disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya:
1. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
2. Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami
swadarmanya sebagai pelajar.
3. Faktor luar, yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orangtua menyebabkan
remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang diinginkan.

7
4. Perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang
memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja yang termasuk hal-
hal negatif (Kusmiran, 2014:36).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Heriana dkk disebutkan bahwa terdapat
faktor penting yang berhubungan dengan terjadinya kehamilan pranikah di
kalangan remaja yaitu tingkat pengetahuan yang rendah/kurang tentang kesehatan
reproduksi, lingkungan keluarga yang tertutup, dan sumber informasi tentang
seksualitas yang tidak bertanggung jawab (Heriana dkk, 2008). Kemudian Supriadi
juga melakukan penelitian terhadap tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya kehamilan pranikah pada remaja putri dan diketahui faktor-faktor
tersebut antara lain tekanan dari pacar, adanya rasa penasaran nikmatnya
melakukan hubungan seks, adanya tekanan dari teman, adanya kebutuhan badaniah,
kurangnya pengetahuan remaja tentang kehamilan dan melampiaskan diri
(Supriadi, 2012).

2.4. Persoalan Psikologis Kehamilan di Luar Nikah


1. Terjadinya perilaku seksual pada remaja salah satunya dipengaruhi oleh
perubahan pandangan yang tampak saat remaja mulai memasuki masa pacaranan
dalam hubungan dengan status pacaran, para remaja sudah permisif untuk
melakukan gaya pacaran yang menjurus pada perilaku seksual pranikah.
2. Remaja hamil umur 10-21 tahun mayoritas berasal dari kelompok social
ekonomi rendah (berpendidikan tamat SD/MI ke bawah, pekerjaan buruh,
nelayan, petani, tinggal di desa dan pengeluaran rumah tangga perkapita yang
rendah (anies irawati, dkk. 2010). Remaja dengan status sosial ekonomi yang
rendah untuk memenuhi kebutuhannya dengan menjual diri mereka yang
berdampak pada kehamilan yang tidak diinginkan.
Contoh : Broken home

Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat memaksa seseorang remaja untuk
melakukan hal-hal yang kurang baik di luar rumah dan itu dimanfaatkan oleh
pihak pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga mengakibatkan kehamilan
pada remaja

8
2.5. Akibat yang Terjadi dari Kehamilan diluar Nikah pada Remaja
1. Aborsi
Angka kejadian aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun,
sekitar 750.000 dilakukan oleh remaja. Ada dua hal yang bisa dilakukan oleh
remaja, yaitu mempertahankan kehamilan dan mengakhiri kehamilan (aborsi).
Semua tindakan tersebut membawa dampak baik fisik, psikis, sosial, dan
ekonomi (Marmi, 2013:219).
2.  Komplikasi
Komplikasi meliputi persalinan belum cukup bulan
(prematuritas), pertumbuhan janin dalam rahim kurang sempurna, kehamilan
dengan keracunan yang memerlukan penanganan khusus, persalinan sering
dengan tindakan operasi, pendarahan setelah melahirkan semakin meningkat,
kembalinya alat reproduksi terlambat setelah persalinan, mudah terjadi infeksi
setelah persalinan dan pengeluaran ASI tidak cukup (Manuaba dkk, 2009:20).
3. Psikologis
Kehamilan telah menimbulkan posisi remaja dalam situasi yang serba salah dan
memberikan tekanan batin atau stress (Manuaba dkk, 2009:20). Pada kehamilan
pranikah rasa malu dan perasaan bersalah yang berlebihan dapat dialami remaja
apalagi kehamilan tersebut tidak diketahui oleh pihak lain seperti orang tua
(Kusmiran, 2014:37).
4. Psikososial
Remaja akan mengalami ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial
yang tiba-tiba berubah karena terjadi kanan dari masyarakat yang mencela dan
menolak keadaan tersebut. Akibatnya remaja akan dikucilkan dari masyarakat
dan hilang kepercayaan diri (Kusmiran, 2014:37).
5. Pernikahan pada Masa Remaja
Pernikahan ini terjadi karena telah hamil sebelum menikah atau untuk menutup
aib karena sudah melakukan hubungan seksual pranikah. Secara psikologis,
mental remaja juga belum siap untuk menghadapi berbagai masalah dalam
pernikahan. Akibatnya, banyak terjadi perceraian di usia muda dan kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT). Menurut hasil riset, 44 persen pelaku pernikahan

9
dini mengalami KDRT frekuensi tinggi, dan 56 persen mengalami KDRT
frekuensi rendah (BKKBN, 2012).
6. Masa depan remaja dan bayi
Salah satu resikonya adalah berhenti/putus sekolah atau kemauan
sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan besar pihak
sekolah mengeluarkan muridnya karena hingga saat ini masih banyak sekolah
yang tidak mentolerir siswi yang hamil. Selain itu pada saat merawat
kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak membutuhkan biaya besar
(Widyastuti dkk, 2010:52).

2.6. Penanganan Masalah Kehamilan Remaja


1. Keluarga
a. Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama mengenalkan pendidikan
seks secara dini agar terhindar dari perilaku seks bebas.
b. Meningkatkan pengetahuan Orang tua dalam melakukan pembinaan
terhadap remaja, disamping itu kegiatan ini diarahkan pula untuk dapat
meningkatkan kesertaan, pembinaan dan kemandirian ber-KB bagi PUS
anggota BKR (Bina Keluarga Remaja)
c. Meningkatkan bimbingan agama sebagai tameng agar terhindar dari
perbuatan dosa.
2. Masyarakat
Menyalurkan bakat dan minat remaja ke arah yang lebih positif seperti aktivitas
karang taruna, remaja masjid, dll
3. Pemerintah
a. Pelaksanaan program wajib belajar 12 tahun
b. Upaya pendewasaan usia perkawinan (meningkatkan usia kawin pertama
perempuan) dengan regulasi Undang-undang khusus perkawinan
c. Melakukan Pembinaan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga untuk
mendukung keluarga agar dpt melaksanakan fungsi keluarga scr optimal dg
cara peningkatan kualitas remaja dg pemberian akses informasi, pendidikan,
konseling dan pelayanan ttg kehidupan berkeluarga (melalui penyuluhan oleh
tenaga kesehatan, UKS, dll)

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Hamil di luar nikah merupakan suatu pertumbuhan hasil konsepsi dari
pembuahan sel sperma dengan ovum di dalam rahim sebelum adanya
perjanjian (akad) yang menjadikan halal hubungan seksual sebagai suami
istri antara seorang laki-laki dan seorang wanita. Hamil di luar nikah adalah
suatau perilaku seksual yang dilakukan oleh laki-laki dan wanita yang belum
memiliki ikatan pernikahan.
2. Kehamilan diluar nikah pada remaja disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya:
a. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
b. Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami
swadarmanya sebagai pelajar.
c. Faktor luar, yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orangtua menyebabkan
remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang diinginkan.
d. Perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang
memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja yang termasuk
hal-hal negatif.
3. Akibat yang Terjadi dari Kehamilan diluar Nikah pada Remaja
a. Aborsi
b. Komplikasi
c. Psikologis
d. Psikososial
e. Pernikahan dini
f. Masa remaja dan bayi
4. Penanganan masalah kehamilan pada remaja dilakukan bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah.

11
3.2. Saran
Untuk mencegah terjadinya kasus kehamilan pada remaja, upaya-upaya
untuk menghindari kehamilan pada remaja perlu ditingkatkan. Dengan kerja sama
antara keluarga, masyarakat dan pemerintah yang saling membantu dan
membangun sehingga akan membuahkan hasil yang optimal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Wibowo, Noroyono, dkk. 2016. “Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran :


Diagnosis dan Tata Laksana Pre-Eklamsia”. Jakarta : PB POGI.
Kusmiran, E. 2014. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, Jakarta : Salemba
Medika Jakarta.
Kumalasari, I, Iwan Andhyantoro. 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa
Kebidanan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Manuaba, AC. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2.Jakarta: EGC.
Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widyastuti, Y. 2010. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.

13

Anda mungkin juga menyukai