Anda di halaman 1dari 26

SKENARIO 1 BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS

Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja

Kelompok B-06

Ketua

: Rinto Nugroho Putra Daya

1102010293

Sekretaris

: Siti Mutia Latifah

1102012281

Anggota

: Ratih Laura Sabrina

1102012227

Muhammad Azmi Hakim

1102012170

Mulki Alifah Hasna

1102012183

Renata Setyariantika

1102012235

Reynaldi

1102012240

Sasadara Pramudita

1102012262

Tommy Widjaya

1102012297

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


JL. Letjend Soeprapto, Jakarta Pusat
2015/2016

Skenario 1

Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja


Wanita umur 16 tahun, datang ke puskesmas diantar oleh teman lelakinya dengan
perdarahan segar dan banyak lewat jalan lahir sejak satu hari yang lalu. Menurut temannya,
wanita tersebut merupakan kekasihnya yang sedang mengandung, mereka telah berhubungan
dekat sejak kelas 2 SMP.
Sebelumnya pasien pergi ke dukun untuk menggugurkan kandungan, diajak oleh
tetangganya yang pernah menggugurkan kandungan karena anaknya yang sudah terlalu banyak
dan masih kecil-kecil, pasien juga ada riwayat minum obat peluruh haid atau pengganggu
kandungan, namun sayang keadaan pasien sudah tidak dapat ditolong lagi saat tiba di puskesmas.
Dokter puskesmas mengatakan pasien memiliki risiko tinggi kehamilan dan terlambat
dibawa ke puskesmas, sehingga terlambat juga dilakukan penanganan. Kondisi seperti ini ikut
berkontribusi terhapa tingginya AKI (Angka Kematian Ibu)/ IMR (Infant Mortality Rate) akibat
kehamilan dan persalinan di Indonesia. Berdasarkan data SDKI 2007, AKI Indonesia
228/100.000 kelahiran hidup. Dengan kejadian tersebut, kemudian puskesmas melakukan
pencatatan untuk audit kematian maternal perinatal terhadap pasien tersebut.
Dalam pandangan Islam, hubungan suami istri diluar pernikahan dan menggugurkan
kandungan tidak dibenarkan dalam agama.

KATA KATA SULIT


1. SDKI : Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia ( suatu program untuk mengetahui
tingkat kelahiran kematian)
2. AKI : Angka Kematian Ibu, banyaknya angka kematian ibu saat hamil atau 42 hari
sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama, tempat persalinan
3. IMR : Banyaknya kematian bayi < 1 tahun / 1000 kelahiran hidup pada 1 tahun
4. Audit Kematian Maternal & perinatal : pengembangan upaya meningkatkan mutu
Pelayanan pada saat ini mengarah kepada pasien servik yaitu keselamatan &
Keamanan pasien

PERTANYAAN
1.
2.
3.
4.

Apakah hubungan umur ibu dengan angka kematian ibu?


Apa yang mempengaruhi AKI& IMR?
Apa saja berisiko tinggi kehamilan ?
Apakah pandangan islam mengenai hubungan suami istri diluar nikah & menggugurkan
kandungan?
5. Apa saja indikasi aborsi?
6. Mengapa puskesmas melakukan pencatatan untuk audit kematian maternal dan
perinatal?
7. Apa saja tugas dokter puskesmas?
8. Upaya apa saja yang dapat menurunkan angka kematian AKI di Indonesia?
9. Bagaimana mencegah timbulnya resiko tinggi kehamilan?
10. Apa saja masalah yang dihadapi remaja yang dapat menimbulkan masalah kesehatan?

JAWABAN
1. Semakin muda (<19 tahun) umur ibu semakin tinggi resiko angka kematian dan semakin
tua umur ibu (>35 tahun) semakin tinggi juga resiko angka kematian ibu dan anak.
2. IMR&AKI : umur kehamilan ibu, penanganan saat kehamilan& kelahiran, ekonomi dan
sosbud
3. Umur pertama ,19 tahun, usia tua >35 tahun, sering melahirkan, jarak kelahiran, infeksi
dan pendarahan
4. HARAM apabila berhubungan suami istri diluar nikah
Tergantung kondisi medis apabila mengancam hidup ibu maka diperbolehkan apabila
tidak mengancam kehidupan ibu maka diharamkan
5. Mengancam nyawa ibu
6. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
7. Penyuluhan, edukasi, meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
8. Edukasi ( memberi penyuluhan ke dukun, tokoh masyarakat) memperbaiki akses dana
antenatal care
2

9. Menghindari factor resiko


10. Berprilaku bermasalah, berprilaku menyimpang, penyesuaian diri yang salah, berprilaku
tidak dapat menetukan benar atau salah dan ADHD (attension deficit hiperactiv disorder)

HIPOTESIS

Agama

Masalah perilaku remaja

Abortus

Kehamilan di usia remaja

Kehamilan di luar nikah

Faktor resiko tinggi


kehamilan

Agama
Audit Maternal & Perinatal

AKI

IMR

SASARAN BELAJAR

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Remaja, Perilaku Berisiko dan Perilaku


Kesehatan
LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Kehamilan Pada Remaja
LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Angka Kematian Ibu
LI. 4. Memahami & Menjelaskan Audit Maternal Perinatal
LI. 5. Memahami dan Menjelaskan Hukum Hubungan Diluar Nikah Menurut
Pandangan
Islam
LI 6. . Memahami dan Menjelaskan Hukum Aborsi Menurut Pandangan Islam

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Remaja, Perilaku Berisiko dan Perilaku


Kesehatan
Definisi remaja
Istilah adolescence/remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya,
adolescentia yang berarti remaja) berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa.
a) Menurut Stanley Hall. Masa remaja merupakan masa dimana dianggap
sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress). Karena mereka
telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau
terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki
rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi
seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. Menurut Stanley Hall
usia remaja antara 12 sampai usia 23 tahun.
b) Menurut Erikson (3) masa remaja adalah masa yang akan melalui krisis
dimana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (Search for self Identity).
c) Menurut Piaget (4), masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi
dengan
masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang
yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurangkurangnya
dalam masalah hak.
d) WHO (5) mendefinisikan masa remaja merupakan periode perkembangan
antara
pubertas, perlihan biologis masa anak-anak dan masa dewasa, yaitu antara
umur 1020 tahun.

e) Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak kanak dan
masa
dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara
usia 11
atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda
(Soetjiningsih).
f) Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat
penting, yaitu
diawali dengan matangnya organ organ fisik (seksual) sehingga mampu
bereproduksi (Syamsu Yusuf).
g) Masa remaja adalah masa peralihan dari anak anak menuju dewasa
yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock,
Elizabeth B).

Tahapan perkembangan masa remaja


Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual,
semua remaja akan melewati tahapan berikut :
1

Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 11 13 tahun.


Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak
dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.

Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14 16 tahun.


Dengan ciri khas : mencari identitas diri, timbul keinginan
berkencan,berkhayaltentang seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.

untuk

Masa remaja lanjut (late adolescence) : umur 17 20 tahun.


Dengan ciri khas: mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman
sebaya,mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan
kebebasan diri.

Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu.


Walaupunsetiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena
proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.
Tahapan Perkembangan Identitas
Tahap

Usia

Karakteristik

Diferentiation

12-14

Remaja menyadari bahwa ia berbeda secara sikologis dari


orang tuanya. Kesadaran ini sering membuatnya
mempertanyakan dan menolak nilai-nilai dan nasihatnasihat orang tuanya, sekalipun nilai-nilai dan nasihat
tersebut masuk akal

Practice

14-15

Remaja percaya bahwa ia mengetahui segala-galanya dan


dapat melakukan sesuatu tanpa salah. Ia menyangkal
kebutuhan akan peringatan atau nasihat dan menantang
orang tuanya pada setiap kesempatan. Komitmennya
terhadap teman-teman juga bertambah.

Rapprochment

15-18

Karena kesedihan dan kekhawatiran yang dialaminya,


telah mendorong remaja untuk menerima kembali
sebagian otoritas orang tuanya, tetapi dengan bersyarat.
Tingkah lakunya sering silih berganti antara
eksperimentasi dan penyesuaian, kadang mereka
menantang dan kadang berdamai dan bekerjasama dengan
orang tua mereka. Di satu sisi ia menerima tanggung
jawab di sekitar rumah, namun di sisi lain ia akan
mendongkol ketika orang tuanya selalu mengontrol
membatasi gerak-gerik dan akitvitasnya diluar rumah.

Consolidation

18-21

Remaja mengembangkan kesadaran akan identitas


personal, yang menjadi dasar bagi pemahaman dirinya dan
diri orang lain, serta untuk mempertahankan perasaan
otonomi, independen dan individualitas.

Perkembangan Biologis Remaja

Perubahan hormonal ditandai dengan cepatnya pertumbuhan fisik


- Laki-laki: perkembangan dada yang semakin bidang dan tubuh yang semakin berotot
8

- Perempuan: pinggulnya membesar dan munculnya lemak


Perempuan dua tahun lebih cepat dibandingkan dengan anak laki laki (Berk, 1998)

Perilaku Beresiko Remaja


Perilaku yang dapat membahayakan aspek-aspek psikososial sehingga remaja sulit
berhasil dalam melalui masa perkembangannya. Perilaku berisiko dilakukan remajadengan
tujuan tertentu yaitu untuk dapat memenuhi perkembangan psikologisnya.
Contoh : Merokok, penggunaan narkoba agar diterima teman sebayanya, bukti kemandirian dari
orang tua
Akibat perilaku beresiko :
Berisiko terhadap kesehatan:
Merokok, minum alkohol, narkoba, tawuran
Berisiko terhadap masa depan:
Putus sekolah, kehamilan
Konsep diri yang tidak adekuat
Berisiko terhadap lingkungan sosialnya:
Bermasalah dengan hukum
Pengangguran
Center for Deseases Control and Prevention (CDC) di US sejak tahun 1989 melakukan
Youth Risk Behavior Surveillance System(YRBSS) untuk memonitor masa depan USA. Perilaku
yang dipantau:
Safety driving
Tobacco use
Drinking alcohol and or using drugs
Unprotected sex
Eating pattern
Physical activities
*yang dibold : resiko triad
Masalah kaesehatan reproduksi remaja:
1

Perkosaan
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbannya tidak hanya
remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja perempuan rentan mengalami
perkosaan oleh sang pacar, karena dibujuk dengan alasan untuk menunjukkan bukti cinta.

Free sex

Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-ganti. Seks bebas
pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis selain dapat memperbesar
kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan virus HIV (Human Immuno Deficiency
Virus), juga dapat merangsang tumbuhnya sel kanker pada rahim remaja perempuan. Sebab,
pada remaja perempuan usia 12-17 tahun mengalami perubahan aktif pada sel dalam mulut
rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan
terlarang di kalangan remaja. Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang
dihadapi remaja terkait kesehatan reproduksi ini.
3

Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)


Hubungan seks pranikah di kalangan remaja didasari pula oleh mitos-mitos seputar
masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos berhubungan seksual dengan pacar merupakan
bukti cinta. Atau, mitos bahwa berhubungan seksual hanya sekali tidak akan menyebabkan
kehamilan. Padahal hubungan seks sekalipun hanya sekali juga dapat menyebabkan
kehamilan selama si remaja perempuan dalam masa subur.

Aborsi
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan sebelum waktunya.
Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong dalam kategori aborsi provokatus, atau
pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan. Namun begitu, ada juga yang keguguran
terjadi secara alamiah atau aborsi spontan. Hal ini terjadi karena berbagai hal antara lain
karena kondisi si remaja perempuan yang mengalami KTD umumnya tertekan secara
psikologis, karena secara psikososial ia belum siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis
yang tidak sehat ini akan berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk
melangsungkan kehamilan.

Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan.
Batasan ini mempunyai dua unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan.
Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap),
maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan
di sini terdiri 4 unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan dan
lingkungan. Dengan demikian secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup:
1

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespons, baik
secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada
dirinya dan di luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan
penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai
dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni:

10

Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, (health promotion


behavior), misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga, dan sebagainya.

Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah respons untuk


melakukan pencegahan penyakit, misalnya: tidur memakai kelambu untuk mencegah
gigitan nyamuk malaria, imunisasi, dan sebagainya. Termasuk juga perilaku untuk tidak
menularkan penyakit kepada orang lain.

Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behavior), yaitu


perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati
sendiri penyakitnya, atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern
(puskesmas, mantra, dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan
tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).

Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior), yaitu


perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh
dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam
rangka pemulihan kesehatannya.

Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respons seseorang terhadap system
pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku
ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan
obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap, dan penggunaan fasilitas,
petugas, dan obat-obatan.

Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap makanan
sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap,
dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (zat gizi),
pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan dengan kebutuhan tubuh kita.

Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior) adalah respons


seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini
seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku ini antara lain mencakup:

Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di dalmnya komponen, manfaat, dan
penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.

Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi higien
pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.

Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Termasuk di
dalamnya system pembuangan sampah dan air limbah yang sehat, serta dampak
pembuangan limbah yang tidak baik.

Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan,
lantai, dan sebagainya.

11

Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vector), dan


sebagainya.

Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health
related behavior) sebagai berikut:
1

Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau
kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga
tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan,
sanitasi, dan sebaginya.

Perilaku sakit (illness behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan
kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk di sini juga kemampuan atau pengetahuan
individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha
mencegah penyakit tersebut.

Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini
di samping berpengaruh terhadap kesehatan/ kesakitannya sendiri, juga berpengaruh
terhadap orang lain, terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan
tanggung jawab terhadap kesehatannya.

LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Kehamilan Pada Remaja


Kehamilan pada remaja
Menurut BKKBN usia yang ideal 20-30 tahun, lebih atau kurang dari usia itu adalah
berisiko.
Kesiapan untuk hamil dan melahirkan ditentukan oleh:
Kesiapan fisik
Kesiapan mental/emosi/psikologis
Kesiapan sosial ekonomi
Usia 20 tahun secara fisik dianggap sudah siap,
Mengapa banyak remaja (usia < 20 tahun) hamil saat ini?

Faktor sosiodemografik (kemiskinan, kebiasaan, peran wanita di masy., seksualitas aktif &
penggunaan kontrasepsi, media massa)
Karakteristik keluarga (hubungan antar keluarga)
Status perkembangan (kurang pemikiran tentang masa depan, ingin mencoba-coba,
kebutuhan thd perhatian)
12

Penggunaan dan penyalahgunaan obat obatan

Mengapa Remaja Melakukan Hubungan Seks?

Tekanan pasangan
Merasa sudah siap melakukan hubungan seks
Keinginan dicintai
Keingintahuan ttg seks
Keinginan menjadi populer
Tidak ingin diejek masih perawan
Film, tayangan TV, & media massa (termasuk internet) menampakkan bahwa normal bagi
remaja untuk melakukan hubungan seks
Tekanan dari seseorang untuk melakukan hubungan seks

Apa yang terjadi jika remaja menikah/hamil di usia muda?


Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol kehamilan
1.Risiko kehamilan (ibu & janin)
Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami risiko
2.Berakibat pada kematian ibu
Kehamilan usia muda dapat berisiko menderita kanker di masa yang akan datang
Gilbert, et al (2004): kehamilan remaja awal (11-15 th), remaja akhir (16-19 th).
Komplikasi pd kehamilan remaja: persalinan prematur, IUGR, BBLR & kematian perinatal.
Studi thd kelompok remaja hispanik & non hispanik, Afrika Amerika & Asia; hasil kehamilan:
kematian bayi & neonatal, BBLR, persalinan prematur, PEB, eklampsia, pyelonefritis,
komplikasi infeksi.
Ahmad (2004) dari laporan Save the Children: 1 dari 10 persalinan dialami oleh ibu yang
masih anak2, berusia 11-12 tahun ;komplikasi kehamilan & persalinan membunuh 70,000 remaja
puteri tiap tahun, jika pun selamat maka akan menderita injuri permanen. Estimasi bayi yg
dilahirkan pun 1 juta meninggal dlm tahun pertama kehidupannya. Risiko kematian > tinggi 50%
dp bayi yg dilahirkan dari ibu berusia >20 th. Merekomendasikan pe biaya u/ pelayanan
kesehatan, kelangsungan hidup anak dan program keluarga berencana yg memenuhi kebutuhan
remaja putrid.
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD)
Suatu kehamilan yang karena suatu sebab maka keberadaannya tdk diinginkan oleh salah
satu atau kedua orangtua bayi tersebut.
Faktor penyebabnya:
13

Karena kurangnya pengetahuan yg lengkap & benar ttg proses terjadinya kehamilan &
metode2 pencegahannya
Akibat terjadi tindak perkosaan
Kegagalan alat kontrasepsi
Jika remaja mengalami KTD:
Hanya ada pilihan Mempertahankan atau Aborsi, hal ini akan beresiko terhadap fisik, psikis dan
sosial remaja.
Mempertahankan Kehamilan
1

Risiko Fisik: kesulitan dalam persalinan seperti pendarahan, komplikasi lain (PEB,
persalinan prematur, IUGR, CPD) hingga kematian

Risiko Psikis/Psikologis.
- Pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya/ tidak
mempertanggung jawabkan perbuatannya.
- Kalau mereka menikah: perkawinan bermasalah yang penuh konflik krn sama-sama
belum dewasa & siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua.
- Pasangan muda terutama pihak perempuan : dibebani o/ berbagai perasaan yg tdk
nyaman (dihantui rasa malu terus menerus, rendah diri, bersalah/ berdosa, depresi atau
tertekan, pesimis dll) hingga gangguan kejiwaan

Risiko Sosial
- Berhenti/putus sekolah atas kemauan sendiri krn rasa malu/cuti melahirkan.
- Dikeluarkan dari sekolah : sekolah tdk mentolerir siswi hamil.
- Menjadi objek gosip, kehilangan masa remaja yg seharusnya dinikmati, & terkena cap
buruk karena melahirkan anak "di luar nikah" : kelahiran anak di luar nikah masih
menjadi beban orang tua maupun anak yg lahir.

Risiko Ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan & membesarkan bayi/anak membutuhkan biaya besar

Mengakhiri Kehamilan

Abortus dalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah
kehamilan tersebut mampu untuk hidup diluar kandungan, dimana beratnya < 500 gram atau
sebelum kehamilan usia 20 mgg
Abortus terbagi 2:
- Abortus spontan/keguguran
- Abortus buatan/pengguguran, aborsiImami/KRR 24

Risiko aborsi tidak aman


1

Risiko Fisik: Pendarahan & komplikasi lain (infeksi, emboli, KE, robekan ddg rahim,
kerusakan leher rahim) kematian. Aborsi yang berulang: komplikasi & juga
mengakibatkan kemandulan.
14

Risiko Psikis
- Pelaku aborsi: perasaan takut, panik, tertekan atau stress, trauma mengingat proses
aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah/ dosa akibat aborsi bisa
berlangsung lama
- Depresi
- Perasaan sedih karena kehilangan bayi
- Kehilangan kepercayaan diri

Risiko Sosial
- Ketergantungan pada pasangan menjadi > besar karena perempuan merasa sudah tidak
perawan, pernah mengalami KTD dan aborsi.
- Remaja perempuan > sukar menolak ajakan seksual pasangannya.
- Pendidikan terputus dan masa depan terganggu.

Risiko Ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya menjadi semakin tinggi.

Kerugian & bahaya KTD pd remaja

Remaja jadi putus sekolah


Kehilangan kesempatan meniti karir
Menjadi orangtua tunggal & pernikahan dini yg tdk terencana
Kesulitan dalam beradaptasi secara psikologis (sulit mengharapkan adanya perasaan kasih
sayang)
Kesulitan beradaptasi menjadi orangtua (tidak bisa mengurus kehamilannya & bayinya)
Perilaku yang tidak efektif (stress, konflik)
Kesulitan beradaptasi dengan pasangan
Mengakhiri kehamilannya aborsi ilegal kematian & kesakitan ibu

LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Angka Kematian Ibu


AKI adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan
gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil)
selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100 000 kelahiran hidup. AKI diperhitungkan pula
pada jangka waktu 6 minggu hingga setahun setelah melahirkan.
Manfaat
Indikator ini secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait dengan kehamilan.
AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk status kesehatan secara umum, pendidikan
dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.
15

Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:

Metode alternatif adalah mereview semua kematian wanita pada usia reproduksi
(Reproductive Age Mortality Survei atau RAMOS).
Penyebab Kematian Ibu
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, 80 % karena komplikasi obstetri dan 20 %
oleh sebab lainnya. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah 3 Terlambat dan 4
Terlalu.
3 faktor terlambat :

Terlambat dalam mengambil keputusan

Terlambat sampai ke tempat rujukan

Terlambat dalam mendapat pelayanan di fasilitas kesehatan

4 faktor terlalu :

Terlalu muda saat melahirkan (< 20 tahun)

Terlalu tua saat melahirkan (> 35 tahun)

Terlalu banyak anak (> 4 anak)


Terlalu dekat jarak melahirkan (< 2 tahun)
Faktor Resiko
Usia
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun
ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29
tahun.Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Usia di bawah 20
tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia berisiko untuk hamil dan melahirkan.
Komplikasi yang sering timbul pada kehamilan di usia muda adalah anemia, partus
prematur, partus macet. Sedangkan kehamilan di atas usia 35 tahun menyebabkan ibu
terkena risiko terjadinya hipertensi kehamilan, diabetes, penyakit kardiovaskuler,
penyakit ginjal dan gangguan fungsi paru. Dengan resiko-resiko tersebut sangat besar
16

kemungkinan untuk menyebabkan kematian pada ibu. Sehingga usia kehamilan yang
paling aman adalah usia 20 35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara
emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang
masih muda cenderung tergantung pada orang lain.
Kebiasaan Hidup
Banyak kebiasaan hidup yang tidak sehat dan berpengaruh pada kesehatan ibu dan bayi
yang dikandungnya. Kebiasaan tersebut antara lain merokok dan juga mengkonsumsi
minuman beralkohol. Bagi wanita yang sedang hamil atau mengandung, merokok sama
halnya dengan membunuh janin, karena karbon monoksida dan nikotin akan ikut kedalam
aliran darah ke peredaran darah janin yang dikandungnya. Hal ini akan mengakibatkan
ketersediaan oksigen bagi janin akan berkurang, termasuk mempercepat denyut jantung
janin. Selain merokok, ada juga kebiasaan hidup lain yang berpengaruh pada kesehatan
ibu dan janin yang dikandungnya, yaitu mengkonsumsi minuman beralkohol. Alcohol
yang masuk kedalam tubuh ibu yang sedang mengandung akan dengan mudah menembus
kedalam plasenta. Ibu yang sering mengkonsumsi alcohol akan memungkinkan terjadinya
pembentukan janin yang tidak sempurna seperti bibir terbelah, lumpuh, keabnormalan
funsi jantung, dan visceral. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengkonsumsi minuman
beralkohol akan memiliki berat badan yang rendah serta mengalami perkembangan yang
lambat. Hal ini dikenal dengan sebutan The Fetal Alcohol Syndrome. Selain akibat yang
timbul pada bayi yang dikandungnya, alcohol juga dapat berpengaruh pada proses
kelahiran bayi yang dikandung oleh sang ibu. Sang ibu akan kesulitan dalam proses
melahirkan dan dapat meninggal akibat kegagalan jantung yang berdenyut cepat akibat
pengaruh alcohol yang terkandung dalam darahnya.
Pengetahuan
Pengetahuan yang baik akan menghasilkan kualitas hidup yang baik pula. Dari
pengetahuan yang didapat, subyek atau host tersebut akan menerapkan pengetahuan atau
informasi tersebut kedalam kehidupannya contohnya pengetahuan tentang gizi yang
cukup selama masa kehamilan, mengingat gizi merupakan salah satu factor penting
dalam menentukan kualitas hidup. Oleh karena itu, untuk menjaga agar seseorang tetap
sehat, harus diperhatikan kecukupan dan keseimbangan gizi yang ada didalam
makanannya setiap hari.
Jumlah Anak

17

Jumlah kelahiran yang paling aman adalah 2-3 anak. Untuk ibu yang akan melahirkan
untuk pertama kali mempunyai resiko untuk mengalami kematian maternal dikarenakan
sang ibu belum siap secara mental dan secara fisik untuk melakukan kelahiran.
Sedangkan ibu yang akan melahirkan lebih dari 4 kali juga beresiko untuk mengalami
kematian maternal karena secara fisik sang ibu sudah mengalami kemunduran untuk
menjalani proses kehamilan. Jarak kehamilan yang terlalu dekat, yaitu kurang dari 2
tahun dapat meningkatkan resiko kematian maternal pada ibu. Jarak antar kehamilan
yang paling baik adalah di atas dua tahun agar tubuh sang ibu dapat pulih dari kebutuhan
ekstra saat proses kehamilan dan kelahiran.
Lingkungan
Kondisi lingkungan yang tidak mendukung, seperti sulit terjangkau oleh sarana
transportasi tentu saja mengakibatkan sulitnya sarana dan tenaga kesehatan untuk
menjangkau daerah tersebut. Imbasnya, kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan
tersebut akan terbengkalai, masyarakat akan minim dalam sarana kesehatan, dan banyak
ibu yang mengalami kesulitan selama masa kehamilan, melahirkan dan juga nifas,
sehingga angka kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas) akan terus bertambah besar.
Masalah social ekonomi. Kondisi keuangan yang tidak mencukupi tentu menyulitkan
para ibu (hamil, melahirkan dan nifas) untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang
memadai. Oleh sebab itu, mereka cenderung memilih dukun beranak karena biaya yang
dikeluarkan tentu jauh lebih murah dibanding puskesmas. Sehingga, banyak ibu yang
meniggal saat melahirkan karena pendarahan atau mengalami infeksi akibat proses
melahirkan yang tidak steril, dan berujung pada kematian.
Cara menurunkan angka kematian ibu Banyak cara yang dapat ditempuh uintuk
menanggulangi tingginya kasus kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas). Seperti
metode promosi kesehatan, peningkatan pelayanan dan perbaikan sarana atau fasilitas
kesehatan dapat menjadi awal yang tepat untuk mengatasi terulangnya kasus tersebut.
Selain itu, perhatian pemerintah dan instansi terkait setempat juga sangat dibutuhkan
dalam hal ini. Salah satunya dengan bantuan dana yang cukup agar aktivitas puskesmas
dan sarana kesehatan dapat berjalan dengan normal dan sesuai dengan fungsinya. Karena
tanpa dana yang memadai, kinerja puskesmas tentu akan terganggu atau terhenti sama
sekali.
Indikator Penurunan AKI
Pemantauan dan Evaluasi penurunan AKI tidak hanya didasarkan pada pengukuran
perubahan kematian ibu, namun meliputi pemantauan proses dan luaran. Untuk itu, selain
18

indikator dampak igunakan pula indikator proses, output dan outcome.


1. Indikator Dampak
a. Rasio kematian ibu. AKI adalah kematian ibu dalam satu periode satu per 100.000
kelahira hidup pada periode yang sama.
b. Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu dalam satu periode per 100.000
wanita subur
c. Risiko kematian ibu seusia hidup. Risiko wanita terhadap kematian ibu terjadi
sepanjang usia suburnya.
d. Proporsi kematian ibu pada wanita usia reproduksi (proportion al mortality
ratio). Indikator ini merupakan presentase kematian ibu dari kematian total pada wanita
usia 15-49 tahun.
2. Indikator proses, output, dan outcome. Indikator proses, output, dan outcome
merupakan indikator yang berhubungan dengan proses, output, dan outcome dalam upaya
Safe Motherhood. Beberapa contoh indikator yang termasuk kedalamnya adalah sebagai
berikut:
a. Persentase bidan yang terlatih menangani kegawatan obstetri (indikator proses)
b. Indikator hasil pelayanan, misalnya cakupan pelayanan antenatal dan cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (indikator output)
c. Proporsi komplikasi obstetri yang mendapat penanganan adekuat dan case fatality rate
LI. 4. Memahami & Menjelaskan Audit Maternal Perinatal
Audit maternal perinatal nerupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan
kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian dimasa yang akan
datang. Penelusuran ini memungkinkan tenaga kesehatan menentukan hubungan antara faktor
penyebab yang dapat dicegah dan kesakitan/kematian yang terjadi. Dengan kata lain, istilah audit
maternal perinatal merupakan kegiatan death and case follow up. Dari kegiatan ini dapat
ditentukan:
Sebab dan faktor-faktor terkaitan dalam kesakitan/kematian ibu dan perinatal
Dimana dan mengapa berbagai sistem program gagal dalam mencegah kematian
Jenis intervensi dan pembinaan yang diperlukan
Audit maternal perinatal juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan sistem rujukan. Agar
fungsi ini berjalan dengan baik, maka dibutuhkan :
1

Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua tingkat pelayanan kesehatan

Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara otopsi verbal, yaitu
wawancara kepada keluatga atau orang lain yang mengetahui riwayat penyakit atau gejala
serta tindakan yang diperoleh sebelum penderita meninggal sehingga dapat diketahui
perkiraan sebab kematian.

19

Tujuan umum audit maternal perinatal adalah meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh
wilayah kabupaten/kota dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal
Tujuan khusus audit maternal adalah :
Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara teratur dan
berkesimnambungan, yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit
pemerintah atau swasta dan puskesmas, rumah bnersalin (RB), bidan praktek swasta atau
BPS di wilayah kabupaten/kota dan dilintas batas kabupaten/kota provinsi
Menetukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang di perlukan untuk
mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus
Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit
pemerintah/swasta, puskesmas, rumah sakit bersalin dan BPS dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap intervensi yang disepakati.
Dalam pelaksanaan audit maternal perinatal ini diperlukan mekanisme pencatatan yang akurat
baik ditingkat puskesmas, maupun ditingkat RS kabupaten/kota. Pencatatan yang diperlukan
adalah sebagai berikut
A Tingkat puskesmas
Selain menggunakan rekam medis yang sudah ada dipuskesmas ,ditambahkan pula :
Formulir R (formulir rujukan maternal dan perinatal )
Formulir ini dipakai oleh puskesmas,bidan didesa maupun bidan swasta untuk merujuk
kasus ibu maupun perinatal.

Form OM dan OP (formulir otopsi verbal maternal dan perinatal )


OM Digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/bersalin/nifas yang meninggal sedangkan
form OP untuk otopsi verbal perinatal yang meninggal . untuk mengisi formulir tersebut
dilakukan wawancara terhadap keluarga yang meninggal oleh tenaga puskesmas.

B Tingkat RS kabupaten/kota
Formulir yang dipakai adalah
Form MP (formulir maternal dan perinatal )
Form ini mencatat data dasar semua ibu bersalin /nifas dan perinatal yang masuk
kerumah sakit. Pengisiannya dapat dilakukan oleh perawat

Form MA (formulir medical audit )


Dipakai untuk menulis hasil/kesimpulan dari audit maternal maupun audit perinatal.
Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas dibagian kebidanan dan
kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus perinatal)

Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang ,yaitu :


1

Laporan dari RS kabupaten/kota ke dinas kesehatan


20

Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab
kematian) ibu dan bayi baru lahir bagian kebidanan dan penyakit kandungan serta bagian
anak.
2

Laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota


Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas ,dan jumlah kasus yang
dirujuk ke RS kabupaten/kota.

Laporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota ketingkat propinsi


Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan perinatal ditangani oleh RS
kabupaten /kota ,puskesmas dan unit pelayanan KIA lainnya ,serta tingkat kematian dari tiap
jenis komplikasi atau gangguan.Laporan merupakan rekapitulasi dari form MP dan form
R,yang hendaknya diusahakan agar tidak terjadi duplikasi pelaporan untuk kasus yang
dirujuk ke RS.

Pada tahap awal ,jenis kasus yang dilaporkan adalah komplikasi yang paling sering terjadi
pada ibu maternal dan perinatal. Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga
komponen demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan
komposisi umur penduduk.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa
menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup.

LI. 5. Memahami dan Menjelaskan Hukum Hubungan Diluar Nikah Menurut Pandangan
Islam
Pengertian zina
Zina (bahasa Arab : , bahasa Ibrani : zanah ) adalah perbuatan bersanggama
antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan).
Secara umum, zina bukan hanya di saat manusia telah melakukan hubungan seksual, tapi segala
aktivitas-aktivitas seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan zina.
Sedangkan zina secara harfiah artinya fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina dalam
pengertian istilah adalah hubungan kelamin di antara seorang lelaki dengan seorang perempuan
yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan.
Hukuman untuk orang yang berzina
Hukumnya menurut agama Islam untuk para penzina adalah sebagai berikut:

Jika pelakunya muhshan, mukallaf (sudah baligh dan berakal), suka rela (tidak dipaksa,
tidak diperkosa), maka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam, berdasarkan perbuatan Ali bin
Abi Thalib atau cukup dirajam, tanpa didera dan ini lebih baik, sebagaimana dilakukan oleh
Muhammad, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Umar bin Khatthab.

Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali. Kemudian diasingkan
selama setahun.
21

Syarat-syarat mendapatkan hukuman bagi pezina


Hukuman yang ditetapkan atas diri seseorang yang berzina dapat dilaksanakan dengan
syaarat-syarat sebagai berikut:
Orang yang berzina itu berakal/waras
Orang yang berzina sudah cukup umur (baligh)
Zina dilakukan dalam keadaan tidak terpaksa, tetapi atas kemauannya sendiri
Orang yang berzina tahu bahwa zina itu diharamkan
Larangan berbuat zina
Zina dinyatakan sebagai perbuatan yang melanggar hukum yang harus sangat buruk.
Hubungan bebas dan segala bentuk diluar ketentuan agama adalah perbuatan yang
membahayakan dan mengancam keutuhan masyarakat dan merupakan perbuatan yang sangat
nista. Allah SWT berfirman:

Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang
keji dan merupakan jalan yang buruk. (QS. al-Isra :32)

LI 6. . Memahami dan Menjelaskan Hukum Aborsi Menurut Pandangan Islam


Pengertian
Aborsi menurut Bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari kata ajhadha yajhidhu yang berarti wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum
sempurna penciptaannya atau juga bisa berarti bayi yang lahir karena dipaksa atau bayi yang
lahir dengan sendirinya. Aborsi di dalam istilah fikih juga sering disebut dengan isqhoth
(menggugurkan) atau ilqaa (melempar) atau tharhu (membuang).
Pandangan Islam Terhadap Nyawa, Janin dan Pembunuhan
Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik dengan merubah
ciptaan tersebut, maupun mengranginya dengan cara memotong sebagiananggota tubuhnya,
maupun dengan cara memperjual belikannya, maupun dengan cara menghilangkannya sama
sekali yaitu dengan membunuhnya, sebagaiman firman Allah swt :
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia ( Qs. al-Isra:70)
Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu
nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya. (Qs. Al
Maidah:32)

22

Dilarang membunuh anak (termasuk di dalamnya janin yang masih dalam kandungan), hanya
karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt :
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi
rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang
besar. (Qs al Isra : 31)
Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah swt, sebagaimana firman Allah
swt
Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur
kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi. (QS al Hajj : 5)
Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan yang
benar ( Qs al Isra : 33 )
Hukum Aborsi Dalam Islam
Di dalam teks-teks al Quran dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi, tetapi yang
ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :
Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah
neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta
menyediakan baginya adzab yang besar ( Qs An Nisa : 93 )
Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama
empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumlah darah beku.
Ketika genap empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah
mengutus malaikat untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat perkara,
yaitu penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun yang
bahagia (Bukhari dan Muslim)
Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi menjadi dua bagian
sebagai berikut :
A Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh
Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga pendapat
:
1

Pendapat Pertama
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian dari
ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat. (Hasyiat Al Qalyubi :
3/159) Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, SyafiI, dan Hambali.
Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya, (Syareh Fathul
Qadir : 2/495) Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Masud di atas yang menunjukkan

23

bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna,
serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.
2

Pendapat kedua
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika sampai pada
waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram. Dalilnya bahwa waktu peniupan
ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh menggugurkan janin jika telah
mendekati waktu peniupan ruh, demi untuk kehati-hatian. Pendapat ini dianut oleh
sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab
SyafiI . ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416)

Pendapat ketiga
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya bahwa air mani
sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita sehingga siap
menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan kejahatan. Pendapat ini
dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya
Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386)

Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan), telah dianggap
benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun disholati. Sehingga bisa dikatakan
bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya
dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika di dalamnya
ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu bentuk Abortus Profocatus
Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan
bukan dalam katagori Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan yang
bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
B Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh
hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan dalam perut
ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Masud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh
dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga
haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada
sebab yang darurat.
Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan
membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat.
1

Pendapat Pertama
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya tetap haram,
walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan keselamatan ibu yang
mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama. Dalilnya adalah firman
Allah swt : Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. (Q.S. Al Israa: 33)

Pendapat Kedua
24

Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika hal itu
merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga
kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan
ibu lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan
keberadaannya terakhir. (Mausuah Fiqhiyah : 2/57) Dari keterangan di atas, bisa diambil
kesimpulan bahwa para ulama sepakat bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi
kriminal yang menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa
suatu alasan syari hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa yang
diharamkan Allah swt. Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah
Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa,
khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian SMF Obgin UNHAS. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Makssar. Djuhari,
Wiranarta Kusumah. 1993. Ciri Demografi Kualitas Penduduk dan Pengembangan Ekonomi.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
http://cyber.unissula.ac.id/journal/dosen/publikasi/210104090/635Kespro_Remaja.pdf
http://imambuqori.blogspot.com/2013/02/hukum-hamil-di-luar-nikah-menurut-islam.html
http://staff.ui.ac.id/internal/132147454/material/PelatihanKesehatanReproduksiRemaja.pdf
http://www.acityawara.com/Detail-104-audit-maternal-perinatal--amp.html
http://www.idai.or.id/remaja/artikel.asp?q=20104710112
http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2013/01/Factsheet_AMP.pdf
http://www.noormuslima.com/hukum-anak-di-luar-nikah-dalam-islam/
http://www.slideshare.net/candra19/7-audit-maternal-perinatal

25

Anda mungkin juga menyukai