Kelompok B-06
Ketua
1102010293
Sekretaris
1102012281
Anggota
1102012227
1102012170
1102012183
Renata Setyariantika
1102012235
Reynaldi
1102012240
Sasadara Pramudita
1102012262
Tommy Widjaya
1102012297
Skenario 1
PERTANYAAN
1.
2.
3.
4.
JAWABAN
1. Semakin muda (<19 tahun) umur ibu semakin tinggi resiko angka kematian dan semakin
tua umur ibu (>35 tahun) semakin tinggi juga resiko angka kematian ibu dan anak.
2. IMR&AKI : umur kehamilan ibu, penanganan saat kehamilan& kelahiran, ekonomi dan
sosbud
3. Umur pertama ,19 tahun, usia tua >35 tahun, sering melahirkan, jarak kelahiran, infeksi
dan pendarahan
4. HARAM apabila berhubungan suami istri diluar nikah
Tergantung kondisi medis apabila mengancam hidup ibu maka diperbolehkan apabila
tidak mengancam kehidupan ibu maka diharamkan
5. Mengancam nyawa ibu
6. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
7. Penyuluhan, edukasi, meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
8. Edukasi ( memberi penyuluhan ke dukun, tokoh masyarakat) memperbaiki akses dana
antenatal care
2
HIPOTESIS
Agama
Abortus
Agama
Audit Maternal & Perinatal
AKI
IMR
SASARAN BELAJAR
e) Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak kanak dan
masa
dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara
usia 11
atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda
(Soetjiningsih).
f) Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat
penting, yaitu
diawali dengan matangnya organ organ fisik (seksual) sehingga mampu
bereproduksi (Syamsu Yusuf).
g) Masa remaja adalah masa peralihan dari anak anak menuju dewasa
yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock,
Elizabeth B).
untuk
Usia
Karakteristik
Diferentiation
12-14
Practice
14-15
Rapprochment
15-18
Consolidation
18-21
Perkosaan
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbannya tidak hanya
remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja perempuan rentan mengalami
perkosaan oleh sang pacar, karena dibujuk dengan alasan untuk menunjukkan bukti cinta.
Free sex
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-ganti. Seks bebas
pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis selain dapat memperbesar
kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan virus HIV (Human Immuno Deficiency
Virus), juga dapat merangsang tumbuhnya sel kanker pada rahim remaja perempuan. Sebab,
pada remaja perempuan usia 12-17 tahun mengalami perubahan aktif pada sel dalam mulut
rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan
terlarang di kalangan remaja. Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang
dihadapi remaja terkait kesehatan reproduksi ini.
3
Aborsi
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan sebelum waktunya.
Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong dalam kategori aborsi provokatus, atau
pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan. Namun begitu, ada juga yang keguguran
terjadi secara alamiah atau aborsi spontan. Hal ini terjadi karena berbagai hal antara lain
karena kondisi si remaja perempuan yang mengalami KTD umumnya tertekan secara
psikologis, karena secara psikososial ia belum siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis
yang tidak sehat ini akan berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk
melangsungkan kehamilan.
Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan.
Batasan ini mempunyai dua unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan.
Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap),
maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan
di sini terdiri 4 unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan dan
lingkungan. Dengan demikian secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup:
1
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespons, baik
secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada
dirinya dan di luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan
penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai
dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni:
10
Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respons seseorang terhadap system
pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku
ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan
obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap, dan penggunaan fasilitas,
petugas, dan obat-obatan.
Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap makanan
sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap,
dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (zat gizi),
pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan dengan kebutuhan tubuh kita.
Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di dalmnya komponen, manfaat, dan
penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi higien
pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.
Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Termasuk di
dalamnya system pembuangan sampah dan air limbah yang sehat, serta dampak
pembuangan limbah yang tidak baik.
Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan,
lantai, dan sebagainya.
11
Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health
related behavior) sebagai berikut:
1
Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau
kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga
tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan,
sanitasi, dan sebaginya.
Perilaku sakit (illness behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan
kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk di sini juga kemampuan atau pengetahuan
individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha
mencegah penyakit tersebut.
Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini
di samping berpengaruh terhadap kesehatan/ kesakitannya sendiri, juga berpengaruh
terhadap orang lain, terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan
tanggung jawab terhadap kesehatannya.
Faktor sosiodemografik (kemiskinan, kebiasaan, peran wanita di masy., seksualitas aktif &
penggunaan kontrasepsi, media massa)
Karakteristik keluarga (hubungan antar keluarga)
Status perkembangan (kurang pemikiran tentang masa depan, ingin mencoba-coba,
kebutuhan thd perhatian)
12
Tekanan pasangan
Merasa sudah siap melakukan hubungan seks
Keinginan dicintai
Keingintahuan ttg seks
Keinginan menjadi populer
Tidak ingin diejek masih perawan
Film, tayangan TV, & media massa (termasuk internet) menampakkan bahwa normal bagi
remaja untuk melakukan hubungan seks
Tekanan dari seseorang untuk melakukan hubungan seks
Karena kurangnya pengetahuan yg lengkap & benar ttg proses terjadinya kehamilan &
metode2 pencegahannya
Akibat terjadi tindak perkosaan
Kegagalan alat kontrasepsi
Jika remaja mengalami KTD:
Hanya ada pilihan Mempertahankan atau Aborsi, hal ini akan beresiko terhadap fisik, psikis dan
sosial remaja.
Mempertahankan Kehamilan
1
Risiko Fisik: kesulitan dalam persalinan seperti pendarahan, komplikasi lain (PEB,
persalinan prematur, IUGR, CPD) hingga kematian
Risiko Psikis/Psikologis.
- Pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya/ tidak
mempertanggung jawabkan perbuatannya.
- Kalau mereka menikah: perkawinan bermasalah yang penuh konflik krn sama-sama
belum dewasa & siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua.
- Pasangan muda terutama pihak perempuan : dibebani o/ berbagai perasaan yg tdk
nyaman (dihantui rasa malu terus menerus, rendah diri, bersalah/ berdosa, depresi atau
tertekan, pesimis dll) hingga gangguan kejiwaan
Risiko Sosial
- Berhenti/putus sekolah atas kemauan sendiri krn rasa malu/cuti melahirkan.
- Dikeluarkan dari sekolah : sekolah tdk mentolerir siswi hamil.
- Menjadi objek gosip, kehilangan masa remaja yg seharusnya dinikmati, & terkena cap
buruk karena melahirkan anak "di luar nikah" : kelahiran anak di luar nikah masih
menjadi beban orang tua maupun anak yg lahir.
Risiko Ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan & membesarkan bayi/anak membutuhkan biaya besar
Mengakhiri Kehamilan
Abortus dalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah
kehamilan tersebut mampu untuk hidup diluar kandungan, dimana beratnya < 500 gram atau
sebelum kehamilan usia 20 mgg
Abortus terbagi 2:
- Abortus spontan/keguguran
- Abortus buatan/pengguguran, aborsiImami/KRR 24
Risiko Fisik: Pendarahan & komplikasi lain (infeksi, emboli, KE, robekan ddg rahim,
kerusakan leher rahim) kematian. Aborsi yang berulang: komplikasi & juga
mengakibatkan kemandulan.
14
Risiko Psikis
- Pelaku aborsi: perasaan takut, panik, tertekan atau stress, trauma mengingat proses
aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah/ dosa akibat aborsi bisa
berlangsung lama
- Depresi
- Perasaan sedih karena kehilangan bayi
- Kehilangan kepercayaan diri
Risiko Sosial
- Ketergantungan pada pasangan menjadi > besar karena perempuan merasa sudah tidak
perawan, pernah mengalami KTD dan aborsi.
- Remaja perempuan > sukar menolak ajakan seksual pasangannya.
- Pendidikan terputus dan masa depan terganggu.
Risiko Ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya menjadi semakin tinggi.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
Metode alternatif adalah mereview semua kematian wanita pada usia reproduksi
(Reproductive Age Mortality Survei atau RAMOS).
Penyebab Kematian Ibu
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, 80 % karena komplikasi obstetri dan 20 %
oleh sebab lainnya. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah 3 Terlambat dan 4
Terlalu.
3 faktor terlambat :
4 faktor terlalu :
kemungkinan untuk menyebabkan kematian pada ibu. Sehingga usia kehamilan yang
paling aman adalah usia 20 35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara
emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang
masih muda cenderung tergantung pada orang lain.
Kebiasaan Hidup
Banyak kebiasaan hidup yang tidak sehat dan berpengaruh pada kesehatan ibu dan bayi
yang dikandungnya. Kebiasaan tersebut antara lain merokok dan juga mengkonsumsi
minuman beralkohol. Bagi wanita yang sedang hamil atau mengandung, merokok sama
halnya dengan membunuh janin, karena karbon monoksida dan nikotin akan ikut kedalam
aliran darah ke peredaran darah janin yang dikandungnya. Hal ini akan mengakibatkan
ketersediaan oksigen bagi janin akan berkurang, termasuk mempercepat denyut jantung
janin. Selain merokok, ada juga kebiasaan hidup lain yang berpengaruh pada kesehatan
ibu dan janin yang dikandungnya, yaitu mengkonsumsi minuman beralkohol. Alcohol
yang masuk kedalam tubuh ibu yang sedang mengandung akan dengan mudah menembus
kedalam plasenta. Ibu yang sering mengkonsumsi alcohol akan memungkinkan terjadinya
pembentukan janin yang tidak sempurna seperti bibir terbelah, lumpuh, keabnormalan
funsi jantung, dan visceral. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengkonsumsi minuman
beralkohol akan memiliki berat badan yang rendah serta mengalami perkembangan yang
lambat. Hal ini dikenal dengan sebutan The Fetal Alcohol Syndrome. Selain akibat yang
timbul pada bayi yang dikandungnya, alcohol juga dapat berpengaruh pada proses
kelahiran bayi yang dikandung oleh sang ibu. Sang ibu akan kesulitan dalam proses
melahirkan dan dapat meninggal akibat kegagalan jantung yang berdenyut cepat akibat
pengaruh alcohol yang terkandung dalam darahnya.
Pengetahuan
Pengetahuan yang baik akan menghasilkan kualitas hidup yang baik pula. Dari
pengetahuan yang didapat, subyek atau host tersebut akan menerapkan pengetahuan atau
informasi tersebut kedalam kehidupannya contohnya pengetahuan tentang gizi yang
cukup selama masa kehamilan, mengingat gizi merupakan salah satu factor penting
dalam menentukan kualitas hidup. Oleh karena itu, untuk menjaga agar seseorang tetap
sehat, harus diperhatikan kecukupan dan keseimbangan gizi yang ada didalam
makanannya setiap hari.
Jumlah Anak
17
Jumlah kelahiran yang paling aman adalah 2-3 anak. Untuk ibu yang akan melahirkan
untuk pertama kali mempunyai resiko untuk mengalami kematian maternal dikarenakan
sang ibu belum siap secara mental dan secara fisik untuk melakukan kelahiran.
Sedangkan ibu yang akan melahirkan lebih dari 4 kali juga beresiko untuk mengalami
kematian maternal karena secara fisik sang ibu sudah mengalami kemunduran untuk
menjalani proses kehamilan. Jarak kehamilan yang terlalu dekat, yaitu kurang dari 2
tahun dapat meningkatkan resiko kematian maternal pada ibu. Jarak antar kehamilan
yang paling baik adalah di atas dua tahun agar tubuh sang ibu dapat pulih dari kebutuhan
ekstra saat proses kehamilan dan kelahiran.
Lingkungan
Kondisi lingkungan yang tidak mendukung, seperti sulit terjangkau oleh sarana
transportasi tentu saja mengakibatkan sulitnya sarana dan tenaga kesehatan untuk
menjangkau daerah tersebut. Imbasnya, kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan
tersebut akan terbengkalai, masyarakat akan minim dalam sarana kesehatan, dan banyak
ibu yang mengalami kesulitan selama masa kehamilan, melahirkan dan juga nifas,
sehingga angka kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas) akan terus bertambah besar.
Masalah social ekonomi. Kondisi keuangan yang tidak mencukupi tentu menyulitkan
para ibu (hamil, melahirkan dan nifas) untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang
memadai. Oleh sebab itu, mereka cenderung memilih dukun beranak karena biaya yang
dikeluarkan tentu jauh lebih murah dibanding puskesmas. Sehingga, banyak ibu yang
meniggal saat melahirkan karena pendarahan atau mengalami infeksi akibat proses
melahirkan yang tidak steril, dan berujung pada kematian.
Cara menurunkan angka kematian ibu Banyak cara yang dapat ditempuh uintuk
menanggulangi tingginya kasus kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas). Seperti
metode promosi kesehatan, peningkatan pelayanan dan perbaikan sarana atau fasilitas
kesehatan dapat menjadi awal yang tepat untuk mengatasi terulangnya kasus tersebut.
Selain itu, perhatian pemerintah dan instansi terkait setempat juga sangat dibutuhkan
dalam hal ini. Salah satunya dengan bantuan dana yang cukup agar aktivitas puskesmas
dan sarana kesehatan dapat berjalan dengan normal dan sesuai dengan fungsinya. Karena
tanpa dana yang memadai, kinerja puskesmas tentu akan terganggu atau terhenti sama
sekali.
Indikator Penurunan AKI
Pemantauan dan Evaluasi penurunan AKI tidak hanya didasarkan pada pengukuran
perubahan kematian ibu, namun meliputi pemantauan proses dan luaran. Untuk itu, selain
18
Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua tingkat pelayanan kesehatan
Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara otopsi verbal, yaitu
wawancara kepada keluatga atau orang lain yang mengetahui riwayat penyakit atau gejala
serta tindakan yang diperoleh sebelum penderita meninggal sehingga dapat diketahui
perkiraan sebab kematian.
19
Tujuan umum audit maternal perinatal adalah meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh
wilayah kabupaten/kota dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal
Tujuan khusus audit maternal adalah :
Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara teratur dan
berkesimnambungan, yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit
pemerintah atau swasta dan puskesmas, rumah bnersalin (RB), bidan praktek swasta atau
BPS di wilayah kabupaten/kota dan dilintas batas kabupaten/kota provinsi
Menetukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang di perlukan untuk
mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus
Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit
pemerintah/swasta, puskesmas, rumah sakit bersalin dan BPS dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap intervensi yang disepakati.
Dalam pelaksanaan audit maternal perinatal ini diperlukan mekanisme pencatatan yang akurat
baik ditingkat puskesmas, maupun ditingkat RS kabupaten/kota. Pencatatan yang diperlukan
adalah sebagai berikut
A Tingkat puskesmas
Selain menggunakan rekam medis yang sudah ada dipuskesmas ,ditambahkan pula :
Formulir R (formulir rujukan maternal dan perinatal )
Formulir ini dipakai oleh puskesmas,bidan didesa maupun bidan swasta untuk merujuk
kasus ibu maupun perinatal.
B Tingkat RS kabupaten/kota
Formulir yang dipakai adalah
Form MP (formulir maternal dan perinatal )
Form ini mencatat data dasar semua ibu bersalin /nifas dan perinatal yang masuk
kerumah sakit. Pengisiannya dapat dilakukan oleh perawat
Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab
kematian) ibu dan bayi baru lahir bagian kebidanan dan penyakit kandungan serta bagian
anak.
2
Pada tahap awal ,jenis kasus yang dilaporkan adalah komplikasi yang paling sering terjadi
pada ibu maternal dan perinatal. Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga
komponen demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan
komposisi umur penduduk.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa
menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup.
LI. 5. Memahami dan Menjelaskan Hukum Hubungan Diluar Nikah Menurut Pandangan
Islam
Pengertian zina
Zina (bahasa Arab : , bahasa Ibrani : zanah ) adalah perbuatan bersanggama
antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan).
Secara umum, zina bukan hanya di saat manusia telah melakukan hubungan seksual, tapi segala
aktivitas-aktivitas seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan zina.
Sedangkan zina secara harfiah artinya fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina dalam
pengertian istilah adalah hubungan kelamin di antara seorang lelaki dengan seorang perempuan
yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan.
Hukuman untuk orang yang berzina
Hukumnya menurut agama Islam untuk para penzina adalah sebagai berikut:
Jika pelakunya muhshan, mukallaf (sudah baligh dan berakal), suka rela (tidak dipaksa,
tidak diperkosa), maka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam, berdasarkan perbuatan Ali bin
Abi Thalib atau cukup dirajam, tanpa didera dan ini lebih baik, sebagaimana dilakukan oleh
Muhammad, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Umar bin Khatthab.
Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali. Kemudian diasingkan
selama setahun.
21
Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang
keji dan merupakan jalan yang buruk. (QS. al-Isra :32)
22
Dilarang membunuh anak (termasuk di dalamnya janin yang masih dalam kandungan), hanya
karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt :
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi
rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang
besar. (Qs al Isra : 31)
Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah swt, sebagaimana firman Allah
swt
Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur
kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi. (QS al Hajj : 5)
Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan yang
benar ( Qs al Isra : 33 )
Hukum Aborsi Dalam Islam
Di dalam teks-teks al Quran dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi, tetapi yang
ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :
Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah
neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta
menyediakan baginya adzab yang besar ( Qs An Nisa : 93 )
Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama
empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumlah darah beku.
Ketika genap empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah
mengutus malaikat untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat perkara,
yaitu penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun yang
bahagia (Bukhari dan Muslim)
Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi menjadi dua bagian
sebagai berikut :
A Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh
Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga pendapat
:
1
Pendapat Pertama
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian dari
ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat. (Hasyiat Al Qalyubi :
3/159) Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, SyafiI, dan Hambali.
Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya, (Syareh Fathul
Qadir : 2/495) Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Masud di atas yang menunjukkan
23
bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna,
serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.
2
Pendapat kedua
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika sampai pada
waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram. Dalilnya bahwa waktu peniupan
ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh menggugurkan janin jika telah
mendekati waktu peniupan ruh, demi untuk kehati-hatian. Pendapat ini dianut oleh
sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab
SyafiI . ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416)
Pendapat ketiga
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya bahwa air mani
sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita sehingga siap
menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan kejahatan. Pendapat ini
dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya
Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386)
Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan), telah dianggap
benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun disholati. Sehingga bisa dikatakan
bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya
dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika di dalamnya
ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu bentuk Abortus Profocatus
Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan
bukan dalam katagori Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan yang
bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
B Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh
hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan dalam perut
ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Masud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh
dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga
haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada
sebab yang darurat.
Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan
membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat.
1
Pendapat Pertama
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya tetap haram,
walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan keselamatan ibu yang
mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama. Dalilnya adalah firman
Allah swt : Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. (Q.S. Al Israa: 33)
Pendapat Kedua
24
Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika hal itu
merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga
kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan
ibu lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan
keberadaannya terakhir. (Mausuah Fiqhiyah : 2/57) Dari keterangan di atas, bisa diambil
kesimpulan bahwa para ulama sepakat bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi
kriminal yang menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa
suatu alasan syari hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa yang
diharamkan Allah swt. Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah
Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa,
khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian SMF Obgin UNHAS. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Makssar. Djuhari,
Wiranarta Kusumah. 1993. Ciri Demografi Kualitas Penduduk dan Pengembangan Ekonomi.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
http://cyber.unissula.ac.id/journal/dosen/publikasi/210104090/635Kespro_Remaja.pdf
http://imambuqori.blogspot.com/2013/02/hukum-hamil-di-luar-nikah-menurut-islam.html
http://staff.ui.ac.id/internal/132147454/material/PelatihanKesehatanReproduksiRemaja.pdf
http://www.acityawara.com/Detail-104-audit-maternal-perinatal--amp.html
http://www.idai.or.id/remaja/artikel.asp?q=20104710112
http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2013/01/Factsheet_AMP.pdf
http://www.noormuslima.com/hukum-anak-di-luar-nikah-dalam-islam/
http://www.slideshare.net/candra19/7-audit-maternal-perinatal
25