MATERNITAS I
Di Indonesia berdasarkan Survey Demografi
Kesehatan Indonesia ,2007, angka unwanted
pregnancy mencapai 9.1% atau terjadi pada 9 juta
perempuan tiap tahunnya.
Menurut survei terakhir dari Badan Pusat
Statistik (BPS) melalui Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun 2012 angka
kehamilan remaja pada kelompok usia 15 – 19
tahun mencapai 48 dari 1000 kehamilan, lebih
tinggi dibandingkan tahun 2010 sebesar 30 dari
1000 kehamilan (BPS dan BKKBN, 2012).
Menurut data Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012, menunjukkan angka kejadian
hamil di usia yang sangat remaja, dibawah usia 20
tahun meningkat dengan signifikan pada tahun 2002
9,3%, tahun 2007 menjadi 11,6%.
Studi epidemiologi, menunjukkan risiko kematian
ibu hamil menjadi 2 kali lebih tinggi bila hamil pada
usia 15-19 tahun dibanding pada usia 20-24 tahun,
dan angka kematian menjadi 5 kali lebih tinggi pada
usia 10-14 tahun.
Di antara perempuan 10-54 tahun, 2,6 % menikah
pertama kali pada umur <15 tahun dan 23,9 %
menikah pada umur 15-19 tahun.
Menikah pada usia dini merupakan masalah
kesehatan reproduksi karena semakin muda umur
menikah semakin panjang rentang waktu untuk
bereproduksi.
Angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun
adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur
<15 tahun, meskipun sangat kecil (0,02%) dan
kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) sebesar
1,97 persen.
Menurut WHO, telah ada penurunan tajam dalam
tingkat kehamilan di kalangan remaja perempuan
sejak tahun 1990, tetapi sebanyak 11% dari semua
kelahiran di seluruh dunia masih terjadi pada
perempuan berusia 15 - 19 tahun. Sebagian besar
kelahiran ini (95%) terjadi di negara-negara
berpendapatan rendah dan sedang. (WHO,2014)
Among the 21 countries with complete statistics, the
pregnancy rate among 15- to 19-year olds was the
highest in the United States (57 pregnancies per 1,000
females) and the lowest rate was in Switzerland (8)
(Sedgh, 2014).
Walaupun aborsi dianggap sebagai tindakan ilegal
di Indonesia. namun angka terjadinya aborsi
mencapai 750.000 sampai 1.000.000 kejadian per
tahun. Angka tersebut berkisar antara 40 sampai
50% (sebagian besar adalah aborsi yang tidak
aman) dilakukan oleh remaja perempuan
(Wijayanti et al.. 2007).
Berdasarkan data yang dikeluarkan BKKBN,
diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi di Indonesia
mencapai 2,4 juta jiwa. Bahkan, 800 ribu di
antaranya terjadi di kalangan remaja. Seperti di
Surabaya tercatat 54%, Bandung 47%, dan 52% di
Medan. Tingginya angka aborsi di kalangan remaja
ini seringkali dikaitkan dengan kebebasan seks dan
kegagalan KB (Dimyati, 2012).
Istilah “adolescence” (remaja) berasal dari bhs latin
ad alescere, yg berarti “bertumbuh”.
Sejumlah masalah fisik, sosial, dan psikologis
bergabung untuk menciptakan karakteristik,
perilaku dan kebutuhan yg unik.
Masa remaja adalah periode individu beralih dari
fase anak ke fase dewasa.
Individu bertanya dan menjawab pertanyaan “siapa
saya?”
Tugas perkembangan bervariasi sesuai budaya,
individu itu sendiri & tujuan hidup.
1. Menerima citra tubuh
2. Menerima identitias seksual
3. Mengembangkan sistem nilai personal
4. Membuat persiapan hidup mandiri
5. Mjd mandiri/ bebas dari ortu
6. Mengembangkan ketrampilan mengambil keputusan
7. Mengembangkan identitas seorang yg dewasa
Masa remaja ditandai dgn awitan perubahan
fisik pd masa pubertas dan perkembangan
sosial ego, yg membantu individu memahami
diri sendiri.
Perkembangan remaja dipengaruhi oleh
keluarga, masyarakat, kelompok sebaya,
agama dan kondisi sosial ekonomi.
Selama masa remaja, anak laki-laki dan anak
perempuan bereksperimen dgn berbagai
peran orang dewasa dan berusaha untuk
mengembangkan sensasi diri yg realistis.
Masa yg tepat untuk memperoleh
penyuluhan, pelatihan dan ketrampilan.
Remaja sering melakukan percobaan dgn
aktivitas2 baru (termasuk yg berbahaya) spt
hubungan seks yg tidak aman,
penyalahgunaan zat & kekerasan.
Hasil survei: hubungan seksual pranikah sebagian
besar krn penasaran/ ingin tahu (57,5% pria), tjd
begitu saja (38% perempuan) dan dipaksa oleh
pasangan (12,6% perempuan).
Seks aktif pranikah pd remaja berisiko thd
kehamilan remaja & PMS. Kehamilan yg tdk
direncanakan pd remaja perempuan dpt berlanjut pd
aborsi & pernikahan remaja.
Keduanya berdampak pd masa depan remaja tsb,
janin yg dikandungnya & keluarganya.
Kehamilan remaja di luar nikah karena
diperkosa 3,2%; krn sama2 mau 12,9% & tdk
terduga 45%. Seks bebas sendiri 22,65 %
(Abidin, 2006).
Hasil SDKI, 2012 Kesehatan Reproduksi
Remaja pengetahuan remaja ttg kesehatan
reproduksi hanya 35,5% pd perempuan dan
31,2% pd laki-laki usia 15-19 tahun bahwa
perempuan dpt hamil dgn satu kali
berhubungan seks.
Pengetahuan ttg PMS, HIV AIDS dan
pelayanan remaja juga kurang
REMAJA TAHAP AWAL (USIA 10-14 TAHUN)
1. Berpikir konkret
2. Ketertarikan utama adalah pd teman sebaya dgn
jenis kelamin sama, disisi lain ketertarikan dgn
lawan jenis dimulai.
3. Mengalami konflik dgn ortu
4. Remaja berperilaku sbg seorang anak pd waktu
ttt dan sbg orang dewasa pd waktu selanjutnya.
REMAJA TAHAP MENENGAH (USIA 15-16 THN)
1. Penerimaan kelompok sebaya mrp isu utama &
seringkali menentukan harga diri.
2. Mulai melamun, berfantasi, & berpikir ttg hal-hal
magis.
3. Berjuang untuk mandiri/ bebas dari ortunya.
SIKAP
Konsep diri seksual, citra tubuh, identitas gender
Kepuasan thd seks dan pasangan seks
Sikap thd hubungan intim saat ini
1. Gangguan citra tubuh b.d kurangnya pengetahuan ttg
perubhan pd masa pubertas
2. Defisit pengetahuan ttg PMS, fertilitas dan konsepsi
3. Resiko tinggi komplikasi kehamilan b.d praktek seksual
yg tdk aman, ketidakpatuhan.
4. Resiko ketidakmampuan menjadi ortu
5. Isolasi sosial b.d perubahan penampilan fisik, persepsi
orang lain ttg kehamilan sbg perilaku sosial yg tdk dpt
diterima
6. Gangguan koping keluarga b.d perlunya mengubah gaya
hidup, rencana dan harapan; kesulitan finansial yg
muncul akibat kehamilan.
Dukung remaja untuk menjalani masa transisi dari
anak ke dewasa orang tua
Bantu remaja mengidentifikasi keluarga & teman yg
dpt memberikan dukungan slm hamil
Bantu remaja mengidentifikasi pilihan untuk
kehamilannya (ortu tunggal, baby sitter, adopsi)
Identifikasi hambatan mencari tempat ANC
Bantu kembali kesekolah dan melanjutkan
pendidikannya.
Besarkan hati untuk mencapai cita2 dan dpt bekerja
Remaja memiliki hubungan yg terapeutik dgn
petugas kesehatan
Remaja dpt berelaksasi / tdk mengalami trauma
selama pemeriksaan pelvis
Remaja menjelaskan peristiwa biologis sepanjang
siklus menstruasi
Remaja menyingkirkan mitos dan kesalahpahaman
ttg kontrasepsi dan perilaku seksual
Remaja mengidentifikasi perilaku seks yg lebih
aman.
Intervensi keperawatan untuk menghindari terjadinya
kehamilan baik melalui promosi untuk tidak
melakukan/ pantang hubungan seksual atau
menggunakan alat kontrasepsi scr teratur pd remaja
yg aktif scr seksual.
PENCEGAHAN SEKUNDER
Aplikasi proses keperawatan untuk memberikan
dukungan pd remaja & keluarga mulai masa
konsepsi sampai persalinan.
Aplikasi proses keperawatan untuk
meningkatkan hasil akhir kesehatan, sosial,
dan perkembangan ibu usia remaja dan
keluarganya dan untuk mencegah kehamilan
berulang yg tdk direncanakan.