Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI

DENGAN SEPSIS

OLEH : YANTI RIYANTINI, Sp.Kep.An.


Pendahuluan

• Sepsis & meningitis karena bakteri


masih menjadi penyebab utama
kesakitan & kematian bayi baru lahir.
• Sepsis neonatorum sangat berbahaya →
cacat neurologis
Definisi
 Sepsis pada neonates  infeksi sistemik karena bakteri,
virus atau jamur yang terjadi pada 28 hari pertama kehidupan
dengan perubahan pada hemodinamik yang dapat
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan
(Barnden et al., 2016; Shane et al., 2017)
 Sepsis neonatorum merupakan penyakit pada bayi baru lahir
yang secara klinis sakit & menunjukkan kultur darah positif.
Bakteri Patogen Yang Paling Sering
Menyebabkan Sepsis
Sepsis Awitan Dini Sepsis Awitan Lanjut

• Streptokokus Group B • Stafilokokus koagulasi-


• Kuman gram-negatif negatif
enterik • Stafilokokus aureus
- E.coli (MRSA)
- Klebsiela • Kuman gram-negatif
• Enterococcus sp. enterik
• Stafilokokus Koagulasi – - Pseudomonas
negatif - Klebsiela
• Streptokokus Group B
Faktor risiko

Faktor risiko ibu :


• Demam intrapartum > 38c
• Persalinan prematur
• Ketuban pecah dini > 18 jam
• Asfiksia antenatal atau intrapartum
• Infeksi saluran kemih ibu
Faktor risiko neonatal :
• Prematuritas
• Neonatus dgn ETT, akses vena sentral,
kateter, kateter infus dll
• Neonatus yang minum susu formula.
INFEKSI DAN SEPSIS NEONATORUM
II. PATO-FLOW
1. Infeksi pada neonatus dapat terjadi sebelum, selama dan setelah kelahiran
Faktor risiko neonatal
2. Infeksi didapat dari ascending genital tract, infeksi intrauterine atau melalui plasenta
Faktor risiko pada ibu 3. Infeksi nosokomial : infeksi yang didapat selama klien dalam perawatan di rumah sakit
4. Bakteri sumber infeksi : Streptokokus Group B, kuman gram negatif, enterik , E.coli, Klebsiela ,
Demam intrapartum > 38c Enterococcus sp, Stafilokokus Koagulasi negatif , Stafilokokus aureus (MRSA), Pseudomonas, dll Sistem imun ↓ Prematuritas

Persalinan prematur
Neonatus dgn
Saat tindakan ETT, akses
Bayi lahir Neonatus tidak
Ketuban pecah dini Penyebaran infeksi melalui vena sentral,
terpajan bakteri memperhatikan kateter,
Lebih dari 18 jam plasenta ke janin prinsip steril kateter infus
dll
Asfiksia antenatal atau Terapi :
intrapartum Pemeriksaan Diagnostik : INFEKSI 1. Pemberian antibiotik
Neonatus
1. Laboratorium : darah yang tepat sesuai Susu formula tidak
yang minum
lengkap, LED, CRP, hasil biakan darah mengandung
Infeksi saluran kemih ibu susu
biakan : darah, pus, Penyebaran infeksi melalui 2. Supportif antibodi
formula.
cairan serebrospinal & aliran darah ke seluruh tubuh 3. Obat-obatan
urin inotropik, elektrolit
2. X-ray dan USG dan TPN
SEPSIS NEONATORUM Bayi di rawat di rumah sakit

Sistem pernapasan Sistem kardiovaskuler Sistem pencernaan Sistem persarafan Sistem integumen Perilaku
Apnea, takipnea, Sianosis, Pucat, mottling, dingin, Malas minum Hipotermia Jaundice , bila dengan Letargi
grunting, napas dengan kulit lembab pada septic Muntah, kembung, diare Hipotonia, hipertonia meningitis, hepatitis, Gelisah
cuping hidung & retraksi shock, penurunan perfusi Splenomegali, Gerakan mata abnormal cytomegalovirus, Tangisan lemah
dan pengisian kembali hepatomegali jika Kejang toxoplasmosis, atau
kapiler lambat. toksoplasmosis atau sepsis neonatorum
Masalah keperawatan : Hipotensi, takikardia hepatitis. Petechiae, bila dengan
1. Pola napas tidak efektif DIC Masalah keperawatan : cytomegalovirus
2. Bersihan jalan napas 1. Hipotermia Pustula, lesi bila dengan Masalah
tidak efektif Masalah keperawatan : 2. Hipertermia herpes keperawatan :
3. Gangguan pertukaran Masalah keperawatan : 1. Risiko Hipovemia 3. Gangguan perfusi Eritema, abses, furunkel 1. Koping tidak
gas 1. Penurunan cardiac 2. Risiko jaringan serebral dan lain-lain efektif
output ketidakseimbangan 4. Risiko cidera 2. Defisit
2. Gangguan perfusi cairan dan elektrolit pengetahuan
jaringan 3. Risiko defisit nutrisi Masalah keperawatan :
3. Risiko perdarahan 1. Gangguan integritas
kulit/jaringan
2. Nyeri akut
Manifestasi klinik :

Temuan fisik dpt tdk spesifik & seringkali subtle.


Temuannya adalah sbb :
• Gawat napas : apnea, • Letargi
takipnea & sianosis • Irritability
• Gajala gastrointestinal spt • Kejang
muntah, diare, distensi •Fontanela menonjol atau
abdomen, ileus & sulit penuh.
minum •Hipotensi
• Hipotermi (paling sering) • Ketidakstabilan vasomotor
atau hiperglikemia • Syok
• Dissemnated Intravascular
Coagulopathy (DIC)
Pemeriksaan laboratorium :

• Kultur utk mengidentifikasi bakteri patogen :


Darah, Cairan Serebro Spinal, Urin, dll
• Pemeriksaan hematologis :
- Lekosit
- Trombosit
- LED
• Pemeriksaan lainnya : C-Reactive Protein
Tatalaksana Sepsis:
1. Pemberian antibiotik yg disesuaikan jenis
kuman dan sensitivity kuman.
Sepsis tahap awal : Group B
streptococcus / E.coli, antibiotik pilihan
adalah :
- Ampicillin
- Gentamicin
Jika bayi tdk bereaksi thd antibiotik pilihan
pertama atau diduga terkena infeksi rumah
sakit, berikan :
•Sefalosporin generasi ke-3
- Cefotaksim
- Seftazidim
•Untuk infeksi nosokomial
- Vancomycin ditambah gentamicin
/amikacin atau Seftazidim
2. Terapi suportif :
 suhu lingkungan yang mendukung
 perbaiki gejala Gastro Intestinal: muntah,
ileus
 antisipasi kardiorespiratori: hipoksia, apnea,
ARDS, syok.
 perbaiki kelainan hematologis: anemia,
trombositopenia dan DIC.
 dukungan neurologis: atasi kejang
3. Pemberian obat-obatan :
- Inotropika, pada disfungsi miokardial
- Terapi cairan dan elektrolit
- Nutrisi enteral atau parenteral menurut
kebutuhan neonatus
Pencegahan Infeksi Nosokomial:

1. Cuci tangan
2. Pemberian asupan dini
3. ASI
4. Kurangi penggunaan antibiotik
spektrum luas
5. Kurangi tindakan invasif
6. Prosedur sterilisasi yang sesuai
VI. ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat maternal
• Antenatal care, suku, sosial ekonomi.
• K.P.D., dilatasi serviks lebih dari 24 jam
sebelum kelahiran, kelahiran
presipitatus.
• Kelahiran diluar kamar bersalin dan
kamar operasi.
• Ada riwayat penyakit kelamin.
Riwayat penyakit infeksi, seperti : TORCH,
tuberkulosis, hepatitis selama kehamilan
atau persalinan.
Amnionitis, perdarahan, toksemia.

2. Riwayat kelahiran bayi


Prematur
Hipotermia, hipoglikemia
Nilai Apgar rendah atau dilakukan
resusitasi atau prosedur invasif
3. Sistem Kardiovaskuler
• Pucat, mottling, dingin, kulit lembab pada
septic shock, penurunan perfusi dan pengisian
kembali kapiler lambat.
• Hipotensi
• Takikardia

4. Sistem Pernapasan
• Apnea
• Takipnea
• Sianosis
5. Sistem Gastrointestinal
Malas minum
Muntah, kembung, diare
Splenomegali, hepatomegali jika toksoplas-
mosis atau hepatitis.

6. Sistem Integumen
Jaundice, bila dengan meningitis, hepatitis,
cytomegalovirus, toxoplasmosis, atau sepsis
neonatorum
Petechiae, bila dengan cytomegalovirus
Pustula, lesi bila dengan herpes
• Eritema pada periumbilikal bila omphalitis
• Pustula, abses, furuncle bila infeksi karena
streptococcus atau staphylococcus.
• Maculopapular rash bila dengan toxoplas-mosis

7. Sistem Neurologik
• Hipotermia
• Hipotonia, hipertonia
• Gerakan mata abnormal
• Kejang
8. Perilaku
• Letargi
• Gelisah
• Tangisan lemah
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Infeksi berhubungan dengan transmisi sumber infeksi


pada bayi, sebelum, selama dan sesudah kelahiran.
Tujuan : Mencegah dan mengurangi infeksi
Kriteria evaluasi :
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti :
Suhu tidak stabil
Apnea
Jaundice
Malas minum, isapan kurang kuat, abdomen
kembung
Lethargi
Intervensi :

• Monitor risiko infeksi pada bayi meliputi :


prematuritas, nilai apgar yang rendah, adanya
operasi, infeksi epidemik diruang perawatan
prosedur invasif dan resusitasi.
• Monitor adanya tanda-tanda infeksi dini seperti:
suhu tidak stabil, apnea, jaundice, malas minum
dan mengisap , abdomen kembung dan lethargi
• Identifikasi sistem tubuh yang berhubungan
dengan tanda infeksi meliputi distress napas,
apnea, takipnea, sianosis, shock, hipotermi,
lathargi, hipotoni, jitteri, ubun-ubun menonjol,
gerakan bola mata abnormal; kejang; jaundice,
petechiae, pustula, lesi rash, abses, kesulitan
minum, muntah, diare dan berat badan turun
• Monitor tanda tanda vital setiap 3 jam atau kalau
perlu
Berikan suhu lingkungan yang netral
Kolaborasi dalam pemeriksaan foto toraks
Kolaborasi dalam pemberian cairan dan nutrisi
intra vena sesuai dengan berat badan umur dan
kondisi
Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur darah,
darah lengkap, elektrolit, gula darah dan
bilirubin.
Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
Kolaborasi dalam pemberian komponen darah
2. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan
intake kurang adekuat dibuktikan dengan
malas minum dan intoleransi pemberian
minum.
Tujuan :
• BB meningkat
• Toleransi minum baik
• BB naik 10 gram / kg bb / hari
• Tidak ada edema
Intervensi :

• Monitor inteloransi minum meliputi : penurunan


berat badan, muntah, diare, kembung residu
lambung sebelum minum, refleks mengisap dan
menelan yang kurang baik
• Pasang sonde jika perlu
• Timbang berat badan setiap hari
• Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
protein dan albumin darah
• Kolaborasi dalam pemberian cairan
dan nutrisi intra vena
• Jika kondisi bayi membaik dan
stabil berikan minum peroral ASI /
PASI yang dimulai dengan volume
sedikit / kecil
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
apnea atau napas periodik.
Tujuan :
• Pola napas membaik
• Frekuensi napas membaik
• Sesak menurun
• Sianosis membaik
• AGD normal
Intervensi :

• Moitor perubahan napas seperti : takipnea,


napas dengan cuping hidung, retraksi merintih
saat espirasi, sianosis dan adanya apnea lebih
dari 10 detik.
• Pasang monitor kardio respiratori elektrik.
• Jika bayi tidak bernapas tunggu 10 detik dan
lakukan rangsang taktil dengan
goyangan/sentuhan lembut dan lebih keras bila
tidak berespon
• Jika apnea berlanjut lakukan
resusitasi
• Berikan oksigen dengan metoda
yang tepat
• Lakukan isap lendir jika perlu
• Kolaborasi dalam pemeriksaan
analisa gas darah
4. Risiko cedera berhubungan dengan transmisi
infeksi dari bayi ke personil rumah sakit dan
bayi lain

Tujuan : tidak terjadi injuri pada bayi lain dan


karyawan

Kriteria evaluasi :
• Tidak ada infeksi nosokomial
Intervensi :
Managemen pencegahan infeksi

• Rawat bayi dalam inkubator dan kamar isolasi


• Cuci tangan sesuai dengan teknik / protokol rumah sakit
• Pastikan semua karyawan / Tim kesehatan / pengunjung
pasien tidak menderita demam , infeksi saluran nafas
atau penyakit infeksi lain.
• Ganti alat alat kesehatan 2 ( dua ) kali seminggu /
menurut protokol rumah sakit
• Sterilkan alat-alat kesehatan dan linen sesuai dipakai,
kalau perlu gunakan alat disposible.
• Ganti inkubator 1 (satu) minggu sekali bersihkan
dengan antiseptik.
• Gunakan sarung tangan bila akan melakukan
prosedur invasif.
• Gunakan barak schort, instruksikan orang tua
yang berkunjung hanya: menyentuh bayi mereka
gunakan barak schort, cuci tangan sebelum
menyentuh bayi mereka dan tidak menggunakan
peralatan bayi lain.
 
5. Tidak efektif koping keluarga berhubungan
dengan rasa bersalah dan cemas karena
infeksi pada bayinya
Tujuan : Mengurangi rasa bersalah pada orang
tua
Kriteria evaluasi :
• Orang tua dapat menyatakan secara verbal
rasa bersalah dan kecemasan-nya.
Intervensi :

• Kaji ekspresi perasaan orang tua secara verbal atau non


verbal dan penggunaan mekanisme koping
• Bantu orang tua untuk mengatakan secara verbal tentang
sakit anaknya , penyebab infeksi, perawatan yang lama
dan kemungkinan prognosis yang buruk
• Berikan waktu konsultasi dengan dokter pada orang tua
• Ikut sertakan orang tua dalam merawat bayinya

Anda mungkin juga menyukai