Anda di halaman 1dari 22

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Refarat

Fakultas Kedokteran Agustus 2014


Universitas Haluoleo

INFEKSI NEONATORUM

Oleh :
Zurezki Yuana Yafie, S.Ked

Pembimbing :
dr. Hasniah Bombang, M. Kes, Sp. A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2014

1
INFEKSI NEONATORUM

Zurezki yuana yafie; dr. Hasniah Bombang, M.Kes, Sp.A

1. DEFINISI

Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dijaringan tubuh, terutama

yang menyebabkan cedera seluler akibat metabolisme yang kompetitif, toksin,

replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi.4

Infeksi merupakan penyebab paling sering dan paling penting dalam morbiditas

selama periode bayi baru lahir.1

Masa neonatus usia < 28 hari, neonatorum atau bayi baru lahir merupakan waktu

yang sangat rentan pada bayi < 28 hari, yang sedang menyempurnakan penyesuaian

fisiologis yang diperlukan untuk kehidupan ekstra uteri. Bayi yang terutama berisiko

selama masa neonatus harus diidentifikasi sedini mungkin agar dapat menurunkan

morbiditas dan mortalitas neonatus.1

Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir atau

neonatorum yang dapat terjadi pada masa antenatal, perinatal, dan postnatal.1

2. EPIDEMIOLOGI

Infeksi merupakan penyebab yang paling sering dan paling penting dalam

morbiditas dan mortalitas selama periode bayi baru lahir. Infeksi sering mulai dari

dalam uterus tetapi muncul selama hari-hari pertama kehidupan, dengan rata-rata

onset 20 jam. Bayi-bayi ini sering merupakan bayi prematur dan lahir setelah pecah

ketuban dini atau adanya demam pada ibu atau korioamnionitis. Mortalitasnya tinggi

(30 % - 50 %).1

2
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 mendapatkan

angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, 35 bayi per 1000 kelahiran hidup. Bila

dirincikan 157.000 bayi meninggal per tahun atau 430 bayi per hari. Beberapa

penyebab kematian bayi disebabkan berat badan lahir rendah, asfiksia, tetanus,

infeksi, dan masalah pemberian minum. Penyebab kematian neonatal kelompok

umur 0-7 hari adalah prematuritas dan berat badan lahir rendah/low birth weight

(LBW) 35%, diikuti oleh asfiksia lahir 33,6%. Sedangkan penyebab kematian

neonatal kelompok umur 8-28 hari adalah infeksi 57,1% (termasuk tetanus, sepsis,

pnemonia, diare), dan masalah minum 14,3%.6

Infeksi bakterial sistemik dapat terjadi kurang dari 1%, penyakit virus 6%-8%

dari seluruh populasi neonatus dan infeksi bakteri nosokomial 2%-25% dari bayi

yang dirawat di NICU. Infeksi awitan dini apabila terjadi dalam lima hari pertama

kehidupan pada umumnya disebabkan karena infeksi intrauterin atau intrapartum

sedangkan infeksi awitan lambat terjadi sesudah umur tujuh hari dan sering terjadi

selama pasca persalinan dan akibat kolonisasi nosokomial.6

Menurut perkiraan WHO, terjadi sekitar 5 juta kematian neonatus pada tahun

1995 dan menurun menjadi 4 juta pada tahun 2004, namun tetap 98% terjadi di

negara sedang berkembang.6

3. ETIOLOGI

Infeksi neonatal dapat terjadi intrauterin melalui transplasental, didapat

intrapartum saat melalui jalan lahir selama proses persalinan, atau pascapartum

akibat sumber infeksi dari luar setelah lahir. Infeksi intrapartum dapat terjadi pada

3
saat melalui jalan lahir atau infeksi asendens bila terjadi partus lama dan ketuban

pecah dini. 7

Kelompok virus yang sering menjadi penyebab termasuk herpes simplex, HIV,

cytomegalovirus (CMV), dan hepatitis B yaitu virus yang jarang ditularkan secara

transplasental. Kelompok kuman termasuk Streptokokus grup B Gram negatif,

kuman enterik Gram negatif terutama Escheria coli, gonokokus dan klamidia.7

Infeksi pasca persalinan terjadi karena kontak dengan ibu yang terinfeksi

secara langsung misalnya ibu yang menderita tuberkulosis (meskipun dapat

ditularkan intrauterin), melalui ASI (HIV, cytomegalovirus), kontak dengan petugas

kesehatan lain, atau kuman di lingkungan rumah sakit.7

4. FAKTOR RISIKO

Faktor resiko infeksi dapat bervariasi tergantung awitan infeksi yang diderita

pasien. Pada awitan dini berbagai faktor yang terjadi selama kehamilan, persalinan

ataupun kelahiran dapat dipakai sebagai indikator untuk melakukan elaborasi lebih

lanjut infeksi neonatorum. Berlainan dengan awitan dini, pada pasien awitan lambat,

infeksi terjadi karna sumber infeksi yang terdapat dalam lingkungan pasien.6

Faktor ibu :

- Persalinan dan kelahiran kurang bulan

- Ketuban pecah lebih dari 18-24 jam

- Chorioamniositis

- Persalinan dengan tindakan

- Demam pada ibu (> 38,4oC )

- Infeksi saluran kencing pada ibu

4
- Faktor sosial ekonomi dan gizi ibu.

Faktor bayi:

- Asfiksia perinatal

- Berat lahir rendah

- Bayi kurang bulan

- Prosedur invasif

- Kelainan bawaan.5,6

5. PATOGENESIS

Infeksi pada neonatus daat melalui beberapa cara. Blanc (1961) membaginya

dalam 3 golongan yaitu :2

1. Infeksi neonatal

Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Disini kuman

itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya

infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat

menyerang janin melalui janin ini adalah

a. Virus yaitu rubella, polimielitis, coxsackie, variola, vaccinia,

cytomegalic inclusion.

b. Treponemma pallidum

c. Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E.coli dan Listeria

Monocytogenes. Tuberculosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi

plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya

janin mendapat tuberculosis melalui cairan inhalasi tersebut.2

5
2. Infeksi intranatal

Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.

Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk kedalam rongga amnion

setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya

ketuban lahirnya bayi lebih dari 12 jam) mempunyai peranan penting

terhadap timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi

walaupun ketuban masih utuh misalnya pada artus lama dan seringkali

dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi liquor

yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital. Selain itu infeksi

intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal

dari vagina misalnya blenorea dan oral trush.2

3. Infeksi pascanatal

Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi

yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada

saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai

akibat infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat

dicegah. Hal ini penting sekali karna mortalitas infeksi pascanatal ini

sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah

tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.2

6. KLASIFIKASI

A. Infeksi neonatorum dibagi dalam 2 kelompok yaitu awitan dini (early

onset) dan awitan lambat (late onset).

6
Tabel 1 : klasifikasi Infeksi Neonatorum1

Infeksi Awitan Dini Infeksi Awitan Lambat

( Early Onset) (Late Onset)

1. Terjadi dalam 72 jam setelah lahir Terjadi lebih 72 jam setelah lahir

2. Sumber infeksi : traktus genitalia Sumber infeksi : nasokomial atau

maternal masyarakat

3. Presentasi klinis : distress respirasi Presentasi klinis : setikemia, pneumonia,

dan pneumonia atau meningitis

4. Awitan dini : Awitan lambat :

5. Faktor risiko predisposisi : Faktor risiko predisposisi :

BBLR (< 2.500 gram) BBLR

Demam pada ibu dengan bukti Prematuritas

infeksi bakterial dalam 2 minggu

sebelum persalinan.

Ketuban keruh bercampur Sepsis didapatkan dari rumah sakit :

meconium dan atau bau perawatan diruang intensif, pemakaian

ventilator mekanik, prosedur invasif,

pemberian cairan parenteral, penggunaan

cairan untuk mengatasi syok

Ketuban pecah dini > 24 jam Sepsis didapat dari masyarakat : higine

buruk, perawatan tali pusat tidak bersih,

pemakaian botol susu, emberian makan

dini.

7
Pemeriksaan dalam vagina

selama persalinan yang tidak

bersih

Partus lama

Asfiksia neonatorum

Adanya ketuban keruh bercampur

mekonium atau 3 kriteria diatas, indikasi

untuk memulai pemberian antibiotik.

Bayi dengan 2 faktor risiko harus

dilakukan pemeriksaan skrining sepsis

dan diobati sesuai hasil kultur.

B. Infeksi pada neonatus juga dapat dibagi menurut berat ringannya dalam

dua golongan besar, yaitu berat dan infeksi ringan.

1. Infeksi berat (major infections) : sepsis neonatal, meningitis,

pneumonia, diare epidemik, pyelonefritis, osteitis akut, tetanus

neonatoum.

2. Infeksi ringan (minor infection) : infeksi pada kulit, oftalmia

neonaturum, infeksi umbilikus (omfalitis), moniliasis.2

7. MANIFESTASI KLINIS

Infeksi neonatal sangat penting yaitu disamping untuk kepentingan bayi itu

sendiri, tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruangan perawatan

8
bayinya. Diagnosis perinatal tidak mudah. Tanda khas seperti yang terdapat ada bayi,

ada anak atau yang lebih tua sering kali tidak ditemukan.2

Kelainan tingkah laku neonatus yang seringkali merupakan tanda permulaan

infeksi umum. Neonatus, terutama BBLR yang dapat tetap hidup selama 72 jam

pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelainan kongenital tertentu,

namun tiba tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu di ingat bahwa

kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi.2

Tabel 2 : manifestasi klinis infeksi neonatal.11

Kategori A Kategori B

Kesulitan bernapas (misalnya, apnea, Tremor

napas lebih dari 30 kali per menit,

retraksi dinding dada, grunting pada

waktu ekspirasi, sianosis sentral)

Kejang Letargi atau lungkai

Tidak sadar Mengantuk atau aktivitas berkurang

Suhu tubuh tidak normal (tidak Iritabel atau rewel

normal sejak lahir dan tidak memberi

resons terhada terai atau suhu tidak

stabil sesudah engukuran suhu normal

selama tiga kali atau lebih,

menyokong diagnosis sepsis)

Persalinan dilingkungan yang tidak Muntah (menyokong kecurigaan

hygenis( menyokong kecurigaan sepsis)

9
sepsis)

Kondisi memburuk secara cepat dan Perut kembung (menyokong

dramatis (menyokong kecurigaan kecurigaan sepsis)

sepsis)

Tanda klinis mulai tampak sesudah

hari ke empat (menyokong

kecurigaan sepsis)

Air ketuban bercampur mekonium

Malas minum sebelumnya minum

dengan baik (menyokong kecurigaan

sepsis)

Sumber : Kosim, dkk

Pada sepsis awitan dini, janin yang terkena infeksi mungkin menderita

takikardia, lahir dengan asfiksia dan memerlukan resusitasi karna nilai agar yang

rendah. Setelah lahir, bayi terlihat lemah dan tamak gambaran sepsis seperti

hipotermia/hipertermia, hipoglikemia, dan kadang-kadang hiperglikemia.

Selanjutnya akan terlihat berbagai kelainan dan gangguan fungsi organ tubuh.

1. Kelainan susunan saraf pusat : Letargi, refleks hisap buruk, menangis

lemah kadang kadang high pitch cry, dan bayi menjadi irritabel, serta

mungkin disertai kejang

2. Kelainan kardiovaskuler : hipotensi, pucat, sianosis, dingin dan clumy skin.

10
3. Kelainan hematologik : perdarahan (etc. Petekie dan Purpura),

splenomegali, pucat (waktu pengisian kapiler < 2 detik), trombositopenia,

leukositosis atau leukositopenia.

4. Kelainan gastrointestinal : diare, distensi abdomen, intoleransi minum,

waktu pengosongan lambung yang panjang.

5. Gangguan Respirasi : tackhie pneu, apneu, merintih dan retraksi.

6. Gangguan hepar : ikterus 1,6

8. DIAGNOSIS

Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis

kehamilan, persalinan untuk mencari faktor risiko yang teliti, bervariasinya gejala

klinik dan gambaran klinis yang tidak seragam menyebabkan kesulitan dalam

menentukan diagnosis pasti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan laboratorium

ataupun pemeriksaan khusus lainnya seringkali dipergunakan dalam membantu

menegakkan diagnosis yang didahului oleh dugaan adanya infeksi. 2,6

Baku emas dalam hal ini adalah pemeriksaan biakan darah, tetapi hasil

pemeriksaan membutuhkan waktu minimal 2-5 hari. Biakan darah berulang

dilakukan untuk mencari kemungkinan bakterimia, biakan dari fokus infeksi, tes

kepekaan kuman, jumlah leukosit dengan apus darah tepi, kadar hemoglobin, jumlah

trombosit, urinalisis dan foto thorax. Pada keadaan syndrom sepsis dan syok septik

dierlukan pemeriksaan tambahan analisis gas darah, kadar elektrolit darah, tes fungsi

hati dan EKG. Pemeriksaan faktor pembekuan dilakukan bila ditemukan tanda tanda

DIC, emeriksaan lain dilakukan atas indikasi yang kuat.

11
Trombositopenia (<100.000) sering ditemukan, mungkin disebabkan oleh

antibodi terhadap trombosit atau berhubungan dengan kejadian Dissaminated

intravascular coagulation (DIC). Adanya leukopenia yang disertai dengan jumlah

neutrofil yang rendah menunjukkan adanya infeksi yang berat yang menimbulkan

deplesi sum-sum tulang. Gangguan faktor embekuan darah biasanya terjadi ada

Dissaminated intravascular coagulation (DIC), tetapi dapat pula terjadi karna

gangguan fungsi hati atau toksisitas obat.

Pemeriksaan marker radang yang akut seperti Protein C reaktif (CRP) yang

meningkat ad 50-90% asien sesis neonatal, laju endap darah (LED) meningkat,

peningkatan beberapa sitokin dan TNF .

Kultur yang positif merupakan gold standard diagnosis sepsis. Sampel

pemeriksaan termasuk darah, cairan serebrospinal, urine, dan cairan lain. Sebelum

kultur dapat dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan gram terlebih dahulu. Tetapi

cara ini tidak mampu menetapkan jenis kuman secara lebih spesifik. 2,6,11

9. PENATALAKSANAAN

a. Suportif 1,6,11

- Lakukan monitoring cairan dan elektrolit

- Terapi O2 bila ditemukan: sianosis, distres pemapasan, apneu, dan

serangan kejang. Dan mengusahakan agar jalan nafas teta terbuka

- Pemberian cairan dan elektrolit pada keadaan umum yang jelek,

diberikan secara parenteral sesuai dengan umur dan berat badan bayi.

12
- Bila keadaan umum baik dapat diberikan nutrisi enteral secara

bertahap dan parenteral dikurangi sampai kebutuhan rumatan terpenuhi

peroral.

- Bila terjadi SIADH (Syndrome of inappropriate anti diuretik hormon)

batasi cairan

- Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolik.

- Awasi adanya hiperbilirubinemia

- Lakukan transfuse tukar bila perlu

- Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima

nutrisi enteral.

b. Kausatif1,6,11

Eliminasi kuman merupakan pilihan utama dalam managemen sepsis

neonatal. Pada kenyataannya menentukan kuman secara pasti tidak mudah dan

membutuhkan waktu. Untuk memeroleh hasil yang maksimal pengobatan

harus cepat diberikan. Sehingga pengobatan dengan antibiotika secara empiris

terpaksa cepat diberikan untuk menghindarkan berlanjutnya perjalanan

penyakit.

Jadi, segera setelah diagnosis ditegakkan penderita harus diberi

antibiotik inisial antibiotik yang dipilih harus mempunyai spektrum luas yang

diperkirakan bisa mengatasi bakteri gram positif maupun gram negatif yang

paling sering menyebabkan infeksi atau sepsis.

Biasanya antibiotik yang dipilih adalah golongan ampisilin/ kloksasilin/

vankomisin dan golongan aminoglikosid/ sefalosorin. Lamanya pengobatan

13
sangat tergantung pada jenis kuman penyebab. Pada penderita yang disebabkan

oleh kuman gram positif , pemberian antibiotik dianjurkan selama 10-14 hari,

sedangkan pengobatan penderita dengan gram negatif diteruskan sampai 2-3

minggu.

10. PENYAKIT INFEKSI PADA NEONATUS

Adapun beberapa penyakit infeksi yang dapat dialami oleh BBL yaitu2

a) Infeksi Berat

1) Sepsis neonatorum

Sepsis neonatorum, sepsis neonatus dan septikemia neonatus

merupakan istilah yang telah digunakan untuk menggambarkan respon sistemik

terhadap infeksi pada bayi baru lahir. Penyebab paling seringa dalah

streptococcus group B (SGB) dan bakteri enterik yang didapat dari saluran

kelamin ibu.

Tanda dan gejala :

- Bayi tidak mau/tidak bisa menetek

- Bayi tampak sakit, tidak aktif, dan sangat lemah

- Hipotermia/hipertermia, tetapi dapat normal

- Bayi gelisah dan menangis

- Bayi kesulitan bernapas

- Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus

- Menggigil, hiperventilasi,

- takikardia dan vasodilatasi yang kemudian disusul dengan hipotensi

- petekie dan purpura

14
Prinsip pengobatan:

- pemantauan Cairan, elektrolit, dan glukosa , disertai dengan perbaikan

hipovalemia, hiponatremia, hipokalsemia dan hipoglikemia serta

pembatasan cairan jika jika sekres hormon antidiuretik tidak memadai.

- Pemberian oksigen untuk oksigenasi jaringan.

- Pantau hiperbilirubinemia

- Nutrisi paraenteral harus dipertimbangkan pada bayi yang tidak bisa

makan dengan cara enteral.

- Pemeriksaan laboratorium rutin.

- Pungsi lumbal, biakan cairan serebrospinalis dan uji resistensi.

- Pengobatan antibiotika secara IV

Pilihan pertama adalah sefalosporin dengan dosis 200 mg/kgbb/hari

intravena dibagi dalam dua dosis dikombinasi dengan amikasin yang

diberikan dengan dosis awal 10mg/kgbb/hari intravena, dilanjutkan dengan

15 mg/kgbb/hari atau dengan gentamisin 5-7 mg/kgbb/hari i.v masing

masing dalam 2 dosis. Atau ampisilin 200mg/kgbb/hari/i.v dalam 4 dosis

dikombinasikan dengan aminoglikosida (garamisin 5- 7 mg/kgbb/hari/iv

atau amikasin 15-20 mg/kgbb/hari/i.v atau netilmisin 5-6mg/kgbb/hari/iv

dalam 2 dosis.

Lama pengobatan ialah 14 hari. 1,2,6,11

2) Meningitis pada neonatus

Suatu peradangan selaput jaringan otak dan medula spinalis yang

disebabkan oleh bakteri patogen. Peradangan tersebut mengenai arachnoid,

15
iamater dan cairan serebrospinal. Peradangan ini meluas melalui ruang

subarachnoid sekitar otak, medula spinalis dan ventrikel. Biasanya didahului

oleh sepsis.

Meningitis pada neonatus merupakan salah satu manifestasi infeksi

awitan lambat, yaitu sepsis yang timbul antara umur 7-90 hari dan biasanya

ada hubungannya dengan faktor lingkungan.

Gejala :

- Sering kali didahului infeksi pada saluran napas atau saluran cerna

- Demam, iritable, letargie, malas minum dan high pitch cry.

- Ubun- ubun besar menonjol, kaku kuduk, kejang

Pengobatan :

- Pasang jalur intravena dan berikan cairan intravena dengan dosis

rumatan.

- Jangan memberi bayi minum selama 12 jam pertama

- Beri ampisilin dan gentamisin dengan dosis ampisilin 2 kali lipat

dosis yang diberikan untuk sepsis.

- Bila anak masuk kedalam status konvulsius diberikan diazepam 0,5

mg/kgbb/kali inravena yang dapat diulang dengan dosis sama 15

menit kemudian bila kejang belum berhenti, yang ketiga kali

diberikan secara IM. Setelah kejang dapat diatasi, diberikan

fenobarbital dosis awal untuk neonatus 30 mg. Dosis rumat: 8-10

mg/kgbb/hari dibagi dalam dua dosis selama 2 hari, selanjutnya 4-5

mg/kgbb/hari dibagi dalam dua dosis. 1,2,10

16
3) Pneumonia

Pneumonia sebagai akibat infeksi mungkin didapat secara transplasenta,

perinatal, atau pascalahir. Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang

meliputi alveolus dan jaringan interstitial. 1,10

Gejala :

- Sering tidur atau letargia atau lesu

- Suhu tidak stabil

- Perut kembung

- Berat badan turun drastis

- Kurang minum/nafsu makan buruk

- Terjadi serangan apnea (apneu neonatal), taki pneu, tackhie cardi,

napas cuping hidung, retraksi, mendengkur dan sianosis

Pengobatan :

- Resusitasi pada bayi baru lahir

- Pertahankan suhu tubuh

- Beri antibiotika spektrum luas kombinasi ampisilin dan

aminoglikosida sudah cukup pada 7-10 hari pertama

4) Osteitis Akut

Merupakan infeksi pada tulang yang disebabkan oleh metastasis dari fokus

infeksi bakteri Staphylococcus aureus ditempat lain.

Gejala :

- Demam

- Bayi tampak sakit berat

17
- Terdapat pembengkakan dan bayi menangis saat bagian yang terkena

digerakkan, biasanya pada maksila dan pelvis.

Pengobatan :

- Pemberian antibiotika: kloksasilin 50 mg/kg BB/hr secara parenteral.

- Lokal dilakukan aspirasi dari pus.2

5) Diare

Diare merupakan perubahan pola defekasi yang frekwensinya >3x/hari

dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lebih lunak sampai cair. Diare

merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4

tahun.

Gejala klinis diare yaitu :

- Frekuensi akut jika belangsung 3-7 hari tapi dapat menjadi 14 hari.

Jika lebih dari 14 hari makan menjadi diare persisten.

- Tinja/feses yang jumlahnya banyak,

- Cair, berwarna hijau/kuning dan berbau.

Tubuh bayi terdiri dari sekitar 80% air sehingga penyakit diare dengan

cepat menyebabkan kehilangan air sehingga bayi akan jatuh dalam keadaan

dehidrasi, sianosis dan syok.

Pengobatan:

- Kematian akibat diare paling sering disebabkan oleh dehidrasi, maka

intervensi awal --yang paling utama adalah penggantian cairan dan

elektrolit yang hilang. Rehidrasi paling baik dilakukan dengan cairan

rehidrasi oral.

18
- Susu bebas laktosa sebaiknya diberikan pada semua anak dengan

diare persisten --yang tidak mendapat ASI (sesuai dengan algoritme

terapi yang dibuat oleh WHO).

- Minum bayi tidak perlu dikurangi

- Berikan larutan garam gula/oralit sebanyak mungkin

- Bila keadaan lebih membahayakan perlu dilakukan rehidrasi cairan.9

B). Infeksi Ringan

1) Konjungtivitis Neonatal

Radang konjungtiva yang terjadi pada neonatus dengan onset munculnya

manifestasi dalam 28 hari pertama kehidupan. Infeksi ini umumnya diperoleh oleh

neonatus selama perjalanan melalui jalan lahir yang terinfeksi. Kondisi ini juga

dikenal sebagai oftalmia neonatorum yang dapat menghasilkan berbagai macam

komplikasi visual.

Infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, inflamasi akibat bahan kimia dan

infeksi virus. Chlamydia trachomatis adalah bakteri tersering penyebab

konjungtivitis neonatal ini dan Neisseria gonorhea merupakan infeksi yang paling

serius. .

Gejala :

- Chlamydia trachomatis : edema ringan, konjungtiva hiperemis dan

reaksi eksudat ringan sampai sedang.

- Neisseria gonorhea : onset neisseria gonorhea enyakit biasanya terjadi

3-4 hari pertama kelahiran tetapi mungkin tertunda sampai 3 minggu,

19
dapat terjadi unilateral ataupun bilateral, mata terlihat merah dan edem

disertai keluarnya sekret purulent.

- Stadium lanjut: ditandai dengan ekimosis, sekret yang berlebihan, dan

ulserasi kornea yang progresif dan dapat mejadi perfoasi.

Tindakan :

- Bayi harus diisolasi

- Cuci mata bayi dengan larutan garam fisiologis sampai sekret hilang,

keringkan dengan kasa steril

- Beri tetes mata/salep antibiotika yang mengandung neomisin dan

basitrasin, kloramfenikol atau penisilin.

- Beri antibiotika IM pada pada bagian depan lateral paha: (penisilin

kristalin) atau ampisilin per oral

- Obati orang tua bayi dari gonorea2,3

2) Infeksi Umbilikus (Omfalitis)

Merupakan infeksi pada pangkal umbilikus yang disebabkan oleh

infeksi Staphylococcus aureus.

Gejala :

- Terdapat radang & mengeluarkan nanah, merah dan ada edema pada

tali pusar

- Pada keadaan berat dapat menjalar ke hepar

- Pada keadaan kronik dapat terjadi granuloma

20
Pengobatan :

- Berikan salep yang mengandung neomisin dan basitrasin, dan salep

gentamisin

- Bila terdapat granuloma: diberi Argentinitras 3%

Pencegahan :

- Perawatan tali pusat yg baik

- Tali pusat ditutup dengan kasa steril dan diganti setiap hari2

3) Stomatitis (Oral trush)

Merupakan infeksi infeksi yang disebabkan jamur Candida albicans

(Moniliasis) yang dimulai sebagai bercak putih di lidah, bibir, dan mukosa mulut.

Pengobatan :

- Lokal dapat diberikan gentian violet 0,5% dioleskan pada lidah dan

mukosa mulut

- Obat lain: nistatin dgn dosis 3x 100.000 unit/hr

- Dapat juga diberi ampoterisin (fungilin) selama 1 minggu2

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Infeksi pada bayi baru lahir. Di dalam
Wahab S, editor. Ilmu Kesehatan Anak Nelsson.Jakarta. EGC;1996
2. Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
3. Caserta, MT. Neonatal conjuctivitis. Diakses pada tanggal 2 agustus 2014.
http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/infection_in_neonatal_c
onjuctivitis
4. Dorland, W.A. kamus saku kedokteran dorland, ed.28. Jakarta : EGC; 2009
5. Jeffrey S. Gerdes, MD. 2004. Diagnosis and management of bacterial
infections in the neonate. Diakses tanggal 5 September 2013 di
http://www.researchgate.net/publication/8433758_Diagnosis_and_management
_of_bacterial_infections_in_the_neonate/file/504635227717973904.pdf
6. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar
neonatologi. Edisi 2. Jakarta: IDAI. 2008.
7. Kosim MS. Infeksi Neonatal Akibat Ketuban Keruh. Sari Pediatri, vol. 11, No.
3, Oktober 2009 ; 212-18
8. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Indonesia. Edisi 1. Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011
9. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Indonesia. Edisi 2. Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011
10. Rauf, syarifuddin. Standar pelayanan medik. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran UNHAS RS. Wahidin Sudirohusodo. Makassar; 2009.
11. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar infeksi &
pediatri tropis. Edisi kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008.

22

Anda mungkin juga menyukai