FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 2 Cawang Jakarta 13650
Dokter Pembimbing :
dr. Ava Lanny Kawilarang, Sp.A
Riwayat Kelahiran
Riwayat Makanan
Riwayat Imunisasi
BMI=BB/(TB)²
17 = BB / (0,6)²
BB= 6,12kg (berat badan ideal)
Status Generalis dan Lokalis
Hidung : Deviasi septum -/-, mukosa hiperemis -/-, sekret -/-, nafas
cuping hidung (-)
Mulut : mukosa bibir kering, sianosis (-), lidah agak kering,
tonsil T1 / T1, faring hiperemis (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis terlihat setinggi garis midclavicula sinistra IC 4
Palpasi : Ictus cordis teraba di garis midclavicula sinistra IC 4
Perkusi : tidak dapat dinilai
Auskultasi : BJ I dan II murni, gallop (-), murmur (-)
Pulmo:
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, tidak ada bagian paru yang tertinggal,
penggunaan otot bantu napas (-), retraksi epigastrial(-)
Palpasi : Tidak dapat dinilai
Perkusi : Sonor simetris
Auskultasi : Bunyi napas dasar bronkovesikuler, rhonki +/-, wheezing -/-
Extremitas : Akral hangat, perfusi perifer baik, CRT ≤2
detik, sianosis (-)
Kulit : Turgor kulit kembali sangat lambat
Genitalia eksterna : penis normal, fimosis (-), testis berada
dalam skrotum
Elektrolit
Na = 127 mmol/L (135- 155 mmol/L)
K = 3.7 mmol/L (3,6 – 5,5 mmol/L)
Cl = 110 mmol/L (95 – 108 mmol/L)
Kesan : BP dextra
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja: Syok hipovolemik
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat
Bronkopneumonia
Kejang demam kompleks
Gangguan elektrolit
Gizi kurang
Diagnosis banding : Sepsis
TATALAKSANA
Rawat inap
Kepala : Ubun – ubun cekung, palpebra cekung, konjunctiva anemis -/-, skrera ikterik -/-
air mata tidak ada, bibir kering, lidah agak kering.
Thoraks: Pulmo : retraksi epigastrial (-), BND bronkovesikuler, rhonki +/-, wheezing -/-
Jantung: BJ I dan II murni, murmur -, gallop –
Abdomen : Tampak cembung, bising usung (+) 10 kali/menit, hepar tidak teraba, lien tidak
teraba
Ekstremitas : sianosis (-), akral hangat, CRT ≤ 2 detik, edema (-)
O : KU : TSB
Kesadaran: Somnolen, E4 M3 V2
TTV :S= 37,6 ℃, N= 132 x/menit, RR= 32x/menit, SpO2= 99%
Diuresis: 2,210 ml/jam
Kepala : Ubun – ubun datar, palpebra tidak cekung, konjunctva anemis -/-, skrera ikterik -/-,
air mata tidak ada, bibir lembab, lidah lembab
Thoraks: Pulmo : retraksi epigastrial (-), BND bronkovesikuler, rhonki +/-, wheezing -/-
Jantung: BJ I dan II murni, murmur -, gallop -
Abdomen : Tampak datar, bising usung (+) 6 kali/menit, hepar tidak teraba, lien tidak teraba
P : Bila dalam 4 – 6 jam residu tidak coklat atau kuning LLM 6 x 10ml ½ jam
sebelum minum, OGT dibilas / dekompresi
IVFD : AS 60 ml/ 10 jam = 6ml/jam selama 5 jam selang seling dengan
KAEN 1B + 5 mEq KCl = 340ml/14 jam = 24ml/jam selama 7 jam
MM : Furosemide 1 x 3mg (IV)
Phenobarbital 2 x 10 mg (IV), jika kejang 20 mg (IV)
Cefotaxime inj 3 x 200mg (IV)
Omeprazole inj 1 x 3 mg (IV)
Tanggal : 19 Mei 2017 (PH 5)
BB : 4,1 kg
S :BAB belum 3 hari, demam (-), batuk (-) kejang (-), batuk (+), demam (-)
O : KU : TSB
Kesadaran: Apatis, E3 M4 V3
TTV :S= 36 ℃, N= 140 x/menit, RR= 35 x/menit, SpO2= 98%
Diuresis= 3,75 ml/jam
Kepala : Ubun – ubun datar, palpebra tidak cekung, konjunctva anemis -/-, skrera ikterik -/-,
air mata tidak ada, bibir lembab, lidah lembab
Thoraks: Pulmo: retraksi epigastrial (-), BND bronkovesikuler, rhonki +/-, wheezing -/-
Jantung: BJ I dan II murni, murmur -, gallop -
Abdomen : Tampak datar, bising usung (+) 7 kali/menit, hepar tidak teraba, lien tidak teraba
O : KU : TSS
Kesadaran: Composmentis, E4 M6 V5
TTV :S= 36,7 ℃, N= 124 x/menit, RR= 34 x/menit, SpO2= 99%
Diuresis = 5,3 ml/jam
Kepala :Ubun – ubun datar, palpebra tidak cekung, konjunctiva anemis-/-, skrera ikterik -/-,
air mata +/+, bibir lembab, lidah lembab
Thoraks: Pulmo : retraksi epigastrial (-), BND bronkovesikuler, rhonki +/-, wheezing -/-
Jantung: BJ I dan II murni, murmur -, gallop -
Abdomen : Tampak datar, bising usung (+) 7 kali/menit, hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Elektrolit :
Na = 130 mmol/L
K = 5,2 mmol/L
Cl = 101 mmol/L
A : Sepsis
Kepala :Ubun – ubun datar, palpebra tidak cekung, konjunctiva anemis-/-, skrera ikterik -/-,
air mata +/+bibir lembab, lidah lembab
Thoraks: Pulmo : retraksi epigastrial (-), BND bronkovesikuler, rhonki +/-, wheezing -/-
Jantung: BJ I dan II murni, murmur -, gallop -
Abdomen : Tampak datar, bising usung (+) 7 kali/menit, hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Elektrolit
Na = 130 mmol/L
K = 5,2 mmol/L
Cl = 106 mmol/L
REFERAT
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar
kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan
oleh virus, bakteri atau parasit.
Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Badang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf diakses 24 Mei 2017
Diare adalah gangguan buang air besar / BAB ditandai
dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi
tinja cair, dapat disertai dengan darah atau lendir.
Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Badang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf diakses 24 Mei 2017
Cara penularan diare pada umumnya melalui :
1. Fekal – oral yaitu makan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen
2. Kontak langsung tangan dengan penderita atau barang – barang yang telah
tercamar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 4 F = finger,
flies, fluid, field).
Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain:
1. Tidak memberikan ASI secara penuh utuk 4 – 6 bulan pertama kehidupan
bayi
2. Tidak memadainya penyediaan air bersih
3. Pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK)
4. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara
penyapihan yang tidak baik.
Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
ETIOLOGI
(INFEKSI)
Bakteri Virus Parasit
Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, Jenson eds Nelson Textbook of Pediatrics 17 ed. Saunders.
2011
ETIOLOGI
(NON-INFEKSI)
Defek
Malabsorbsi Endokrinopati
Anatomis
Keracunan
Neoplasma Lain - Lain
Makanan
Sumber : Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, Jenson eds Nelson Textbook of Pediatrics 17 ed. Saunders. 2011
PATOFISIOLOGI DIARE OSMITIK
(GANGGUAN ABSORPSI)
Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
PATOFISIOLOGI DIARE SEKRETORIK
(GANGGUAN SEKRESI)
Meningkatkan
Masuknya Merangsang
Menghasilkan konsentrasi
bakteri ke dalam enzim adenilil
enterotoksin intrasel cAMP,
usus siklase
cGMP atau Ca++
Menyebabkan
Perubahan Forforilasi Mengaktifkan
Cl- di kripta
saluran ion membran protein protein kinase
keluar
Natrium akan
Peningkatan masuk ke dalam
pompa Natrium lumen usus
bersama Cl-
Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Sumber : Secretion in the Small Intestine http://www.vivo.colostate.edu/hbooks/pathphys/digestion/smallgut/secretion.html
Penegakan Diagnosis BAB Cair
Anamnesis
Sudah berapa lama mengalami BAB cair?
Berapa kali frekuensinya dalam 1 hari?
Apakah terdapat darah atau lendir?
Bagaimana konsistensinya, apakah cair saja atau disertai
ampas? Bagaimana warna dan baunya?
Riwayat makanan sebelum ini? Riwayat personal hygiene?
Pemeriksaan Fisik
Lihat tanda – tanda dehidrasi, klasifikasikan
Pemeriksaan abdomen(Bising usus meningkat? Bagaimana
bunyi perkusinya? Adakah nyeri tekan?)
Gejala klinik Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual muntah Sering Jarang sering + - sering
Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang kadang – kadang diperlukan
pada diare akut:
Tinja:
Pemeriksaan Makroskopik dan Mirkoskopik
Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Lima Pilar Penanganan Diare
REHIDRASI DENGAN
MENGGUNAKAN ORALIT BARU
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan
mengatasi dehidrasi.
Satu bungkus oralit dimasukkan
ke dalam satu gelas air matang
(200cc)
Sumber:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima Langkah
Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
ZINC SELAMA 10 HARI
Dosis Zinc untuk anak – anak:
Anak di bawah umur 6 bulan: 10mg (1/2 tablet) per hari
Anak di atas umur 6 bulan: 20mg (1 tablet) per hari
Sumber:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima Langkah
Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
ANTIBIOTIK SELEKTIF
Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya
diare berdarah atau kolera.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan
memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu
keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang
akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan.
Pada penelitian multipel ditemukan, bahwa telah terjadi
peningkatan resistensi terhadap antibiotik yang sering
dipakai seperti ampisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan
trimetoprim sulfametoksazole dalam 15 tahun ini.
Sumber:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima Langkah
Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
Penyebab Antibiotik Pilihan Alternatif
Kolera Tetracycline Erythromycin
12,5 mg/kgBB 12,5 mg/kgBB
4 x sehari selama 3 hari 4 x sehari selama 3 hari
Shigella dysentry Ciprofloxacin Pivmecillinam
15 mg/kgBB 2omg.kgBB
2x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 5 hari
Caftriaxone
50 – 100mg/ kgBB
1x sehari IM selama 2-5
hari
Amoebiasis Metronidazole
10 mg/kgBB
3xsehari sealam 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Giardiasis Metronidazole
5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
NASIHAT KEPADA ORANG TUA
Kembali segera jika :
Demam
Tinja berdarah
Makan atau minum sedikit
Diare makin sering
Belum membaik dalam 3 hari.
Sumber:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima Langkah
Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
KOMPLIKASI
HIPERNATREMIA HIPONATREMIA
HIPERKALEMIA HIPOKALEMIA
HIPERNATREMIA
Penderita diare dengan natrium plasma > 150mmol/L
memerlukan pemantauan berkala yang ketat.
Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara
perlahan – lahan. Penurunan kadar natrium plasma
yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat
menimbulkan edema otak.
Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit
adalah cara terbaik dan paling aman.
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan
dengan menggunakan cairan 0,45% saline – 5%
dextrose selama 8 jam.
Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
HIPERNATREMIA
Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa
koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam.
Bila normal lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya
lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma
setelah 8 jam.
Untuk rumatan gunakan 0,18% saline – 5% dextrose,
perhitungan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCL pada
setiap 500ml cairan infus setelah pasien dapat kencing.
Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan.
Lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB setiap BAB, sampai
diare berhenti.
Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
HIPONATREMIA
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang
hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremia
(na < 130mol/L).
Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan
pada anak malnutrisi berat dengan oedema.
Oralit aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua anak
dengan hiponatremi.
Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan dengan
koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai Ringer Laktat atau
Normal Saline.
Kadar Na koreksi (mEq/L) = 135 – kadar Na serum yang diperiksa
dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan.
Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam.
Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L/jam
Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
HIPERKALEMIA
Disebut hiperkalemia jika K>5mEq/L
Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium
glukonas 10% 0,5 – 1 ml/kgBB i.v pelan – pelan dalam 5
– 10 menit dengan monitor detak jantung
Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
HIPOKALEMIA
Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5mEq/L
Sumber : Pudjiadi AH, Latief A, Budiwardhana N. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. 2011.Ikatan Dokter Anak Indonesia.
SYOK HIPOVOLEMIK
Untuk mencegah komplikasi lanjut berupa kerusakan
organ, tatalaksana syok harus dilakukan dengan cepat.
Dalam 1 jam pertama harus dicapai:
CRT < 2 detik
Denyut nadi normal tanpa perbedaan kualitas nadi
perifer dan sentral
Produksi urin lebih dari 1 ml/kgBB/jam
Kesadaran normal
Tekanan darah normal sesuai usia
Saturasi oksigen lebih dari 95%
Sumber : Pudjiadi AH, Latief A, Budiwardhana N. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. 2011.Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Pemberian cairan kristaloid 10 – 20ml/kgBB secara
bolus dalam 10 – 30 menit dapat dilakukan sambil
menilai respons tubuh.
Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
PENCEGAHAN DIARE
Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
Kuman – kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan
secara fekal – oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab
diare perlu difokuskan pada cara penyebaran ini.
Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
Pemberian ASI yang benar
Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan
pendamping ASI
Penggunaan air bersih yang cukup
Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
sehabis BAB dan sebelum makan
Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh
anggota keluarga
Membuang tinja bayi yang benar
Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
PENCEGAHAN DIARE
Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host)
Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 th
Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping
ASI dan memberi makan dalam jumlah yang
cukup untuk memperbaiki status gizi anak
Imunisasi campak
Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
ANALISIS KASUS
Pada pasien ini, diagnosis gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat
dan syok hipovolemik ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis yaitu
pasien mengalami BAB cair sebanyak > 10 kali/hari sejak 4 hari
SMRS, BAK sedikit, penurunan kesadaran, pasien tidak mau minum,
pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda – tanda dehidrasi berat
yaitu pasien tampak sakit berat, kesadaran: somnolen, GCS
E4M3V2, nadi 133x/menit (reguler, tidak kuat angkat), ubun – ubun
cekung, palpebra cekung +/+ mukosa bibir kering, lidah kering,
turgor kulit kembali sangat lambat.
Angka mortalitas dan morbiditas pada gastroenteritis akut dengan
dehidrasi disebabkan oleh gangguan cairan dan elektrolit. Kehilangan
cairan >9% menyebabkan terjadinya dehidrasi berat, pada pasien ini telah
terjadi kehilangan cairan 20% karena telah terjadi syok hipovolemik.
Telah dilakukan pemeriksaan elektrolit dengan hasil pasien mengalami
hiponatremia (Na = 127 mmol/L). Kehilangan natrium (hiponatremia)
tersebut yang kemungkinan menyebabkan kejang pada pasien.
Penatalaksanaan yang diberikan untuk mengatasi syok hipovolemik yaitu
NaCl 0,9% (20ml/kgBB) 80ml dalam 30 menit, kemudian dilanjutkan
dengan tatalaksana dehidrasi berat, RL 30 ml/kgBB/jam selama 1 jam
(120ml/jam) dan RL 70cc/kgBB selama 5 jam (280ml/5jam= 5ml/jam).
Secara makroskopis BAB pasien berwarna kuning kehijauan,
konsistensi cair, ampas(-), darah (-), lendir(-), bau asam (-), bau
busuk (-), secara klinis frekuensi BAB > 10x/hari selama 5 hari,
pasien mengalami demam tinggi, tidak mengalami muntah.
Berdasarkan tinjauan pustaka, gambaran diatas sebagian besar
mengarah ke gejala infeksi Shigella, namun diperlukan pemeriksaan
kultur feses untuk mengetahui penyebab pastinya.
Selain itu keadaan pasien diperburuk dengan adanya bronkopneumonia
yang ditegakkan berdasarkan keluhan batuk berdahak yang sudah
berlangsung selama seminggu, pemeriksaan fisik thoraks didapatkan
bunyi rhonki pada paru – paru kanan pasien, pada foto thoraks
didapatkan kesan bronkopneumonia dextra. Tatalaksana yang
diberikan yaitu Cefotaxime injeksi 2 x 200 mg (IV).
Berdasarkan pemeriksaan status gizi didapatkan hasil sebagai
berikut BB/U=<-3SD ( berat badan sangat kurang ), PB/U=-2
SD(panjang badan normal), BB/PB= < -3SD ( gizi buruk ),
BMI/U= -3SD (gizi buruk), kesan gizi kurang. Keadaan gizi pasien
ini juga memperberat keadaan pasien. Pasien mendapatkan
Aminosteril 60 ml/ 10 jam. Aminosteril diindikasikan untuk
pencegahan dan pengobatan defisiensi protein pada anak.
Dapat disimpulkan telah ditegakkan diagnosis gastroenteritis akut
dengan dehidrasi berat, syok hipovolemik, gangguan elektrolit dan
bronkopneumonia pada pasien An. A.M. usia 4 bulan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan serta telah ditatalaksana dengan pemberian terapi non
medikamentosa dan medikamentosa sesuai dengan evidence base
medicine
TERIMA KASIH