Anda di halaman 1dari 84

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 2 Cawang Jakarta 13650

GASTROENTERITIS AKUT DENGAN


DEHIDRASI BERAT, SYOK HIPOVOLEMIK,
GANGGUAN ELEKTROLIT DAN
BRONKOPNEUMONIA
Disusun Oleh:
Jessica Levina
1261050028

Dokter Pembimbing :
dr. Ava Lanny Kawilarang, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


PERIODE 8 MEI 2017 – 10 JUNI 2017
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBINONG
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN: IDENTITAS ORANG TUA PASIEN
Nama : An. GW
Umur : 3 tahun 4 bulan Nama Ayah :
Usia :
Tanggal lahir : 2 Feb 2014
Pekerjaan :
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Suku : Nama Ibu :
Tanggal masuk RS: 12 Juni 2017 Usia :
Pekerjaan :
Tanggal keluar RS:
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu
dan bapak pasien

Keluhan Utama : BAB cair

Keluhan Tambahan : BAB cair


RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
 Pasien datang dengan keluhan BAB cair sebanyak > 10 kali/hari
sejak 4 hari SMRS.
 BAB berwarna kuning kehijauan, air (+), lendir (-), darah (-), ampas
sedikit, bau busuk (-), bau asam (-).
 Pampers diganti 5 – 10 kali / hari penuh berisi BAB cair bercampur
BAK namun BAK terlihat sedikit.
 Demam tinggi sejak 3 hari SMRS kemudian mengalami kejang
berulang ± 15 menit sejak pasien mengalami demam.
 Setelah kejang pasien lemas, tidak ada kontak. Riwayat kejang
sebelumnya tidak ada.
 Pasien tidak mau minum.
 Pasien juga mengalami batuk dan pilek.
 Pasien tidak mengalami muntah.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Kehamilan Ibu


Riwayat Kelahiran
Riwayat Makanan

Riwayat Tumbuh Kembang

Riwayat Imunisasi

Riwayat Kebiasaan Pribadi, Sosial dan Ekonomi


PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital (14/5/2017):
 Keadaan Umum : Tampak sakit berat
 Kesadaran : Somno
 GCS : E4 M3 V2
 Tekanan darah : Tidak dilakukan
 Frekuensi nadi : 133x/menit, regular, tidak kuat angkat
 Frekuensi nafas : 48x/menit
 Suhu tubuh : 38,1ºC
 SPO2 : 98%
 Status Antropometri :
Berat badan : 3,9 kg
Panjang badan : 60 cm
Status gizi:
 BB/U = <-3SD ( berat badan sangat kurang )
 PB/U = -2 SD ( panjang badan normal )
 BB/PB = < -3SD ( gizi buruk )
 BMI = BB/TB2 = 3,9/(0,6)2 = 10,83kg/m2  BMI/U= -3SD
(gizi buruk)
Kesan : status gizi kurang
BB: 3,9KG
USIA: 4 BULAN

x < -3SD (BERAT BADAN


SANGAT KURANG)
PB: 60CM
USIA: 4 BULAN
x= -2SD
Panjang badan normal
BB: 3,9kg
PB: 60CM
X < -3SD
Gizi Buruk
BMI: 10,83 kg/m²
Usia: 4 bulang
X < -3SD
Gizi Buruk
BMI IDEAL = 17kg/m

BMI=BB/(TB)²
17 = BB / (0,6)²
BB= 6,12kg (berat badan ideal)
Status Generalis dan Lokalis

Kepala : Normocephali (lingkar kepala: 39cm) rambut hitam,


distribusi merata, tak mudah dicabut, ubun – ubun cekung

Mata : Palpebra cekung +/+, pupil bulat isokor diameter 3mm/3mm,


RCL +/+, RCTL +/+, Posisi pupil simetris,

conjunctiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, air mata - / -

Telinga : Normotia, serumen -/-, sekret -/-

Hidung : Deviasi septum -/-, mukosa hiperemis -/-, sekret -/-, nafas
cuping hidung (-)
Mulut : mukosa bibir kering, sianosis (-), lidah agak kering,
tonsil T1 / T1, faring hiperemis (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis terlihat setinggi garis midclavicula sinistra IC 4
Palpasi : Ictus cordis teraba di garis midclavicula sinistra IC 4
Perkusi : tidak dapat dinilai
Auskultasi : BJ I dan II murni, gallop (-), murmur (-)

Pulmo:
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, tidak ada bagian paru yang tertinggal,
penggunaan otot bantu napas (-), retraksi epigastrial(-)
Palpasi : Tidak dapat dinilai
Perkusi : Sonor simetris
Auskultasi : Bunyi napas dasar bronkovesikuler, rhonki +/-, wheezing -/-
Extremitas : Akral hangat, perfusi perifer baik, CRT ≤2
detik, sianosis (-)
Kulit : Turgor kulit kembali sangat lambat
Genitalia eksterna : penis normal, fimosis (-), testis berada

dalam skrotum

Anus : tidak ada keluhan

Refleks fisiologis : Normorefleks pada ekstremitas superior


dan inferior
Refleks patologis : Babinski + / +
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Lengkap:
Hemoglobin = 9,9 g/dl (13,7 – 17,5 g/dl)
Eritrosit = 3,26 juta/µL (4,5 – 5,5 juta/µL)
Leukosit = 22.400 /µL (5.000 – 10.000/µL)
Trombosit = 462.000 /µL (150.000 – 450.000 /µL)
Hematokrit = 26,1 % (40 – 48%)
LED = 35 mm/jam (0 – 10 mm/jam)
Hitung jenis
Basofil = 0 % (0-1%)
Eosinofil = 0 % (1-3%)
N.Batang = 3 % (2-6%)
N.Segmen = 72 % (50 – 70%)
Limfosit = 23 % (20 – 40%)
Monosit = 2 % (2-8%)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Glukosa Darah Sewaktu = 89 mg/dl (70 - 200 mg/dl)

Elektrolit
Na = 127 mmol/L (135- 155 mmol/L)
K = 3.7 mmol/L (3,6 – 5,5 mmol/L)
Cl = 110 mmol/L (95 – 108 mmol/L)

Analisa Gas Darah


Gas Darah (Arteri):
FIO2 = 24 %
PH = 7.37 (7,35 – 7,45)
PCO2 = 28 mmHg (35 - 48 mmHg)
PO2 = 168 mmHg (83 – 108 mmHg)
BE = - 7 mmol/L (-2 – 3 mmol/L)
HCO3 = 16 mmol/L (18 – 23 mmol/L)
SO2 = 99 % (95 – 98%)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Thoraks
Iga dan Clavicula : Normal
Sinus, diafragma kanan : Baik
kiri : Baik
Cor : CTR < 50%
Aorta : Baik
Pulmo : Hilus baik
Corakan baik
Infiltrat perihiller dan
parakardial kanan
Massa / perselubungan (-)

Kesan : BP dextra
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja: Syok hipovolemik
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat
Bronkopneumonia
Kejang demam kompleks
Gangguan elektrolit
Gizi kurang
Diagnosis banding : Sepsis
TATALAKSANA
Rawat inap

O2 1 – 2 LPM Nasal Kanul


OGT dipasang (dekompresi)
IVFD : NaCl (20ml/kgBB) 80ml dalam 30 menit
RL 30 ml/kgBB/jam selama 1 jam = 120ml/jam
RL 70ml/kgBB selama 5 jam = 280ml/5jam= 56ml/jam
Dilanjutkan KAEN I B + KCl 10 mEq 400 cc/hari = 16,6 cc/jam
(Bila diuresis > 1 ml/jam)
Medikamentosa : Phenobarbital l inj 2 x 10mg (IV)  bila kejang 20mg (IV)
Cefotaxime inj 2 x 200 mg (IV)
PROGNOSIS
Quo Ad vitam : Dubia
Quo Ad functionum : Dubia
Quo Ad sanationum : Dubia
FOLLOW UP
Tanggal : 15 Mei 2017 (PH 1)
BB : 3,9 kg
S :BAB encer (+) 4 kali, warna kuning kehijauan, air (+), ampas (-), lendir (-), darah (-), bau
busuk (-), bau asam (-),demam (+), batuk (+), pilek(+), BAK sedikit

O :KU : Tampak sakit berat


Kesadaran: Somnolen, E4 M3 V2
TTV :S= 38,2 ℃ , N= 138 x/menit, RR= 34 x/menit, SpO2= 99%
Diuresis: 1,4 ml/jam

Kepala : Ubun – ubun cekung, palpebra cekung, konjunctiva anemis -/-, skrera ikterik -/-
air mata tidak ada, bibir kering, lidah agak kering.

Thoraks: Pulmo : retraksi epigastrial (-), BND bronkovesikuler, rhonki +/-, wheezing -/-
Jantung: BJ I dan II murni, murmur -, gallop –

Abdomen : Tampak cembung, bising usung (+) 10 kali/menit, hepar tidak teraba, lien tidak
teraba
Ekstremitas : sianosis (-), akral hangat, CRT ≤ 2 detik, edema (-)

Kulit: turgor kembali cepat


Pemeriksaan Lab
Na : 141 mmol/L (135- 155 mmol/L) Ur: 50 mg/dl (20 – 40 mg/dl)
K : 2,7 mmol/L (3,6 – 5,5 mmol/L) Cr:0,7mg/dl (0,5–1,5 mg/dl)
Cl : 115 mmol/L (95 – 108 mmol/L)

A : Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan sedang


Bronkopneumonia
Kejang demam kompleks
Suspek Sepsis

P : O2 1- 2 LPM , nasal canul


IVFD : KAEN 1B + 10 mEq KCl 400 cc / 24 jam = 16 cc/jam
MM : Cefotaxime inj 2 x 200 mg (IV)
Paracetamol drip 40 mg k/p (IV)
Furosemide inj extra 1 x 4 mg (IV)
Phenobarbital 2 x 10 mg (IV)  bila kejang 20mg (IV)
Gentamisin ditunda
Rencana: Periksa feces lengkap
Tanggal : 17 Mei 2017 (PH 3)
BB : 4,1 kg
S :BAB belum, BAK (+), demam (+), belum menangis, batuk (+)

O : KU : TSB
Kesadaran: Somnolen, E4 M3 V2
TTV :S= 37,6 ℃, N= 132 x/menit, RR= 32x/menit, SpO2= 99%
Diuresis: 2,210 ml/jam

Kepala : Ubun – ubun datar, palpebra tidak cekung, konjunctva anemis -/-, skrera ikterik -/-,
air mata tidak ada, bibir lembab, lidah lembab

Thoraks: Pulmo : retraksi epigastrial (-), BND bronkovesikuler, rhonki +/-, wheezing -/-
Jantung: BJ I dan II murni, murmur -, gallop -

Abdomen : Tampak datar, bising usung (+) 6 kali/menit, hepar tidak teraba, lien tidak teraba

Ekstremitas : sianosis (-), akral hangat, CRT ≤ 2 detik, edema (-)

Kulit: turgor kembali cepat


A : Pasca gastroenteritis dengan dehidrasi berat
Bronkopneumonia
Kejang demam kompleks
Sepsis

P : Bila dalam 4 – 6 jam residu tidak coklat atau kuning  LLM 6 x 10ml ½ jam
sebelum minum, OGT dibilas / dekompresi
IVFD : AS 60 ml/ 10 jam = 6ml/jam selama 5 jam selang seling dengan
KAEN 1B + 5 mEq KCl = 340ml/14 jam = 24ml/jam selama 7 jam
MM : Furosemide 1 x 3mg (IV)
Phenobarbital 2 x 10 mg (IV), jika kejang  20 mg (IV)
Cefotaxime inj 3 x 200mg (IV)
Omeprazole inj 1 x 3 mg (IV)
Tanggal : 19 Mei 2017 (PH 5)
BB : 4,1 kg
S :BAB belum 3 hari, demam (-), batuk (-) kejang (-), batuk (+), demam (-)
O : KU : TSB
Kesadaran: Apatis, E3 M4 V3
TTV :S= 36 ℃, N= 140 x/menit, RR= 35 x/menit, SpO2= 98%
Diuresis= 3,75 ml/jam

Kepala : Ubun – ubun datar, palpebra tidak cekung, konjunctva anemis -/-, skrera ikterik -/-,
air mata tidak ada, bibir lembab, lidah lembab

Thoraks: Pulmo: retraksi epigastrial (-), BND bronkovesikuler, rhonki +/-, wheezing -/-
Jantung: BJ I dan II murni, murmur -, gallop -

Abdomen : Tampak datar, bising usung (+) 7 kali/menit, hepar tidak teraba, lien tidak teraba

Ekstremitas : sianosis (-), akral hangat, CRT ≤ 2 detik, edema (-)

Kulit: turgor kembali cepat


Hasil Laboratorium:
Darah Rutin : A :Pasca gastroenteritis dengan dehidrasi berat + hiponatremia
Hb = 11,9 g/dl (13,7 – 17,5 g/dl) Kejang demam kompleks
Leukosit = 9.200 /µL (5.000 – 10.000/µL) Bronkopneumonia
Trombosit= 112.000 /µL (150.000 – 450.000 /µL) DD/ Sepsis
Hematokrit= 34,7 % (40 – 48%)
P: O2 1-2 LPM Nasal Kanul
GDS = 75 mg/dl (70 - 200 mg/dl) LLM 6 x 30 ml (bila kembung stop)
IVFD :AS 70ml/10 jam = 7ml/jam selama 5 jam
Elektrolit Selang seling dengan KAEN 3B 24 ml/jam (selama 7 jam)
Na =125mmol/L(135-155mmol/l) NaCl 3% 20 ml + NaCl 0,9% 80 ml = 100ml/6jam= 17ml/jam
K= 3.7mmol/L (3,6 – 5,5 mmol/L) MM : Cefotaxime inj 3 x 200 mg (IV)
Cl=104mmol/L(95 – 108 mmol/L) Amikasin inj 2 x 25 mg (IV)
Omeprazole inj 1 x 4 mg (IV)
Kimia Darah: Phenobarbital 2 x 10 mg (IV)  bila kejang 20mg (IV)
Ur= 24 mg/dl (20 – 40 mg/dl)
C= 0,5mg/dl (0,5–1,5 mg/dl)
Tanggal : 22 Mei 2017 (PH 8)
BB : 4,4 kg
S :Batuk (+), sudah menangis, pipis sudah banyak

O : KU : TSS
Kesadaran: Composmentis, E4 M6 V5
TTV :S= 36,7 ℃, N= 124 x/menit, RR= 34 x/menit, SpO2= 99%
Diuresis = 5,3 ml/jam

Kepala :Ubun – ubun datar, palpebra tidak cekung, konjunctiva anemis-/-, skrera ikterik -/-,
air mata +/+, bibir lembab, lidah lembab

Thoraks: Pulmo : retraksi epigastrial (-), BND bronkovesikuler, rhonki +/-, wheezing -/-
Jantung: BJ I dan II murni, murmur -, gallop -

Abdomen : Tampak datar, bising usung (+) 7 kali/menit, hepar tidak teraba, lien tidak teraba

Ekstremitas : sianosis (-), akral hangat, CRT ≤ 2 detik, edema (-)

Kulit: turgor kembali cepat


Hasil Laboratorium
Darah Rutin :
Hemoglobin = 10,4 g/dl
Leukosit = 13.200 /µL
Trombosit = 128.000 /µL
Hematokrit = 29,2 %

Elektrolit :
Na = 130 mmol/L
K = 5,2 mmol/L
Cl = 101 mmol/L

A : Sepsis

P : Minum via oral 8 x 30 ml (maksimal)


IVFD :AS 70ml / 10 jam = 7 ml/ jam (selama 5 jam)
Selang seling dengan KAEN 3B 20ml/jam
MM :Cefotaxime inj 3 x 200mg (IV)
Amikasin inj 2 x 25mg (IV)
Omeprazole inj 1 x 4 mg (IV)
Phenobarbital 2 x 6mg (IV)
Tanggal : 24 Mei 2017 (PH 10)
BB : 4,4 kg
S : Intake baik
O : KU : TSS
Kesadaran: Composmentis, E4 M6 V5
TTV :S= 36,7 ℃, N = 107x/menit, RR= 26x/menit, SpO2= 99%

Kepala :Ubun – ubun datar, palpebra tidak cekung, konjunctiva anemis-/-, skrera ikterik -/-,
air mata +/+bibir lembab, lidah lembab

Thoraks: Pulmo : retraksi epigastrial (-), BND bronkovesikuler, rhonki +/-, wheezing -/-
Jantung: BJ I dan II murni, murmur -, gallop -

Abdomen : Tampak datar, bising usung (+) 7 kali/menit, hepar tidak teraba, lien tidak teraba

Ekstremitas : sianosis (-), akral hangat, CRT ≤ 2 detik, edema (-)

Kulit: turgor kembali cepat


Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Darah Lengkap:
Hemoglobin = 10,6 g/dl A : Sepsis perbaikan
Eritrosit = 3,81 juta/µL
Leukosit = 9.600 /µL P : Pulang : Asam Valproat syr 3 x 0,7cc (pipet) (PO)
Trombosit = 393.000 /µL Cefixime syr 2 x 0,8 ml (pipet) (PO)
Hematokrit = 33,1 %
LED = 30 mm/jam
Hitung jenis Rencana: EEG
Basofil =0%
Eosinofil =0%
N.Batang =7%
N.Segmen = 48 %
Limfosit = 40 %
Monosit =5%

Elektrolit
Na = 130 mmol/L
K = 5,2 mmol/L
Cl = 106 mmol/L
REFERAT
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar
kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan
oleh virus, bakteri atau parasit.

Insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7 persen. Lima provinsi


dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%),
DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%)
Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12 –
23 bulan (7,6%), laki – laki (5,5%), tinggal di daerah pedesaan
(5,3%), dan kelompok kuintil indeks kepemilikan terbawah (6,2%)

Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Badang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf diakses 24 Mei 2017
Diare adalah gangguan buang air besar / BAB ditandai
dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi
tinja cair, dapat disertai dengan darah atau lendir.

Diare Akut: berlangsung kurang dari satu minggu


Diare Kronis: berlangsung ≥ 14 hari

Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Badang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf diakses 24 Mei 2017
 Cara penularan diare pada umumnya melalui :
1. Fekal – oral yaitu makan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen
2. Kontak langsung tangan dengan penderita atau barang – barang yang telah
tercamar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 4 F = finger,
flies, fluid, field).

Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain:
1. Tidak memberikan ASI secara penuh utuk 4 – 6 bulan pertama kehidupan
bayi
2. Tidak memadainya penyediaan air bersih
3. Pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK)
4. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara
penyapihan yang tidak baik.

Beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk


dijangkiti diare antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya
keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4
minggu dan faktor genetik.

Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
ETIOLOGI
(INFEKSI)
Bakteri Virus Parasit

• Aerominas • Astovirus • Balantidium colo


• Bacillus cereus • Calcivirus (Norovirus, • Blastocystis homonis
• Campylobacter jejuni Sapovirus) • Cryptosporidium parvum
• Clostridium perfringens • Enteric adenovirus • Entamoeba histolytica
• Clostridium defficile • Coronavirus • Giardia lamblia
• Escherichia coli • Rotavirus • Isospora belli
• Plesiomonas shigeloides • Norwalk virus • Strongyloides stercoralis
• Salmonella • Trichuris trichiura
• Shigella
• Staphylococcus aureus
• Vibrio cholera
• Vicrio parahaemolyticus
• Yersinia enterocolitica

Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, Jenson eds Nelson Textbook of Pediatrics 17 ed. Saunders.
2011
ETIOLOGI
(NON-INFEKSI)

Defek
Malabsorbsi Endokrinopati
Anatomis

Keracunan
Neoplasma Lain - Lain
Makanan

Sumber : Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, Jenson eds Nelson Textbook of Pediatrics 17 ed. Saunders. 2011
PATOFISIOLOGI DIARE OSMITIK
(GANGGUAN ABSORPSI)

Bahan yang tidak Bagian intraluminal


Air mengalir ke
diserap di usus proksimal tersebut Hiperosmolaritas
arah lumen jejunum
halus bersifat hipertonis

Bahan yang tidak Sebagian kecil


Natrium akan ikut Air banyak
diserap tersebut cairan ini akan
masuk ke dalam terkumpul dalam
akan menyababkan diabsorpsi kembali,
lumen usus lumen usus
diare sebagian tidak

Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
PATOFISIOLOGI DIARE SEKRETORIK
(GANGGUAN SEKRESI)
Meningkatkan
Masuknya Merangsang
Menghasilkan konsentrasi
bakteri ke dalam enzim adenilil
enterotoksin intrasel cAMP,
usus siklase
cGMP atau Ca++

Menyebabkan
Perubahan Forforilasi Mengaktifkan
Cl- di kripta
saluran ion membran protein protein kinase
keluar

Natrium akan
Peningkatan masuk ke dalam
pompa Natrium lumen usus
bersama Cl-

Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Sumber : Secretion in the Small Intestine http://www.vivo.colostate.edu/hbooks/pathphys/digestion/smallgut/secretion.html
Penegakan Diagnosis BAB Cair
Anamnesis
 Sudah berapa lama mengalami BAB cair?
 Berapa kali frekuensinya dalam 1 hari?
 Apakah terdapat darah atau lendir?
 Bagaimana konsistensinya, apakah cair saja atau disertai
ampas? Bagaimana warna dan baunya?
 Riwayat makanan sebelum ini? Riwayat personal hygiene?

Pemeriksaan Fisik
 Lihat tanda – tanda dehidrasi, klasifikasikan
 Pemeriksaan abdomen(Bising usus meningkat? Bagaimana
bunyi perkusinya? Adakah nyeri tekan?)
Gejala klinik Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam

Panas + ++ ++ - ++ -
Mual muntah Sering Jarang sering + - sering

Nyeri perut Tenesmus Tenesmus + Tenesmus - Tenesmus + cramp


cramp cramp
Nyeri kepala - + + - - -
Lamanya sakit 5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari

Sifat tinja Sedang sedikit sedikit Banyak Sedikit Banyak


Volume
Frekuensi 5-10x/h >10x/h sering sering sering Terus menerus
Konsistensi Cair lembek lembek cair lembek cair
Darah - Sering Kadang - + -

Bau Langu +/- busuk - - Amis khas


Warna Kuning- Merah-hijau kehijauan Tak Merah-hijau Spt air cucian beras
hijau berwarna
Leukosit - + + - - -
Lain-lain anorexia Kejang +/- Sepsis +/- meteorismu Infeksi
s sistemik
KLASIFIKASI DEHIDRASI
 Menurut WHO
 Menurut Maurice King
 Menurut MMWR 2003
Tanda dan Gejala Dehidrasi menurut WHO
Penilaian A B C
Lihat:
Keadaan umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai
Mata Normal Cekung atai tidak sadar
Air mata Ada Tidak ada Sangat cekung
Mulut dan lidah Basah Kering dan kering
Rasa haus Minum biasa *Haus, ingin Sangat kering
tidak haus minum banyak *Malas minum
atau tidak bisa
minum
Periksa: turgor Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat
kulit lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan / Dehidrasi berat
pemeriksaan: sedang Bila ada 1 tanda *
Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau
ditambah 1 atau lebih tanda lain
lebih tanda lain
Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
Derajat Dehidrasi Menurut MMWR
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut
pada umumnya tidak diperlukan, hanya pada keadaan
tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab – sebab lain
selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi
berat.

Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang kadang – kadang diperlukan
pada diare akut:

 Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah,


glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap
antibiotika.

 Urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap


antibiotika.

 Tinja:
Pemeriksaan Makroskopik dan Mirkoskopik
Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Lima Pilar Penanganan Diare
REHIDRASI DENGAN
MENGGUNAKAN ORALIT BARU
 Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan
mengatasi dehidrasi.
Satu bungkus oralit dimasukkan
ke dalam satu gelas air matang
(200cc)

Anak < 1 th diberi 50 – 100cc


cairana oralit tiap BAB

Anak > 1 th diberi 100 – 200cc


cairan oralit setiap kali BAB

Sumber:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima Langkah
Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
ZINC SELAMA 10 HARI
Dosis Zinc untuk anak – anak:
Anak di bawah umur 6 bulan: 10mg (1/2 tablet) per hari
Anak di atas umur 6 bulan: 20mg (1 tablet) per hari

 Zinc diberikan selama 10 – 14 hari berturut – turut


meskipun anak telah sembuh dari diare.
 Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air
matang, ASI, atau oralit.
 Untuk anak – anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah
atau dilarutkan dalam air matang atau oralit
Sumber:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima Langkah
Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
TERUSKAN ASI DAN MAKANAN
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak
dengan menu yang sama pada waktu anak sehat untuk
mencegah kehilangan berat badan serta pengganti
nutrisi yang hilang.

Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase


kesembuhan.

Sumber:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima Langkah
Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
ANTIBIOTIK SELEKTIF
 Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya
diare berdarah atau kolera.
 Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan
memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu
keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang
akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan.
 Pada penelitian multipel ditemukan, bahwa telah terjadi
peningkatan resistensi terhadap antibiotik yang sering
dipakai seperti ampisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan
trimetoprim sulfametoksazole dalam 15 tahun ini.

Sumber:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima Langkah
Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
Penyebab Antibiotik Pilihan Alternatif
Kolera Tetracycline Erythromycin
12,5 mg/kgBB 12,5 mg/kgBB
4 x sehari selama 3 hari 4 x sehari selama 3 hari
Shigella dysentry Ciprofloxacin Pivmecillinam
15 mg/kgBB 2omg.kgBB
2x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 5 hari
Caftriaxone
50 – 100mg/ kgBB
1x sehari IM selama 2-5
hari
Amoebiasis Metronidazole
10 mg/kgBB
3xsehari sealam 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Giardiasis Metronidazole
5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari

Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
NASIHAT KEPADA ORANG TUA
Kembali segera jika :
 Demam
 Tinja berdarah
 Makan atau minum sedikit
 Diare makin sering
 Belum membaik dalam 3 hari.

Sumber:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima Langkah
Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
KOMPLIKASI

HIPERNATREMIA HIPONATREMIA

HIPERKALEMIA HIPOKALEMIA
HIPERNATREMIA
 Penderita diare dengan natrium plasma > 150mmol/L
memerlukan pemantauan berkala yang ketat.
 Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara
perlahan – lahan. Penurunan kadar natrium plasma
yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat
menimbulkan edema otak.
 Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit
adalah cara terbaik dan paling aman.
 Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan
dengan menggunakan cairan 0,45% saline – 5%
dextrose selama 8 jam.
Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
HIPERNATREMIA
 Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa
koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam.
 Bila normal lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya
lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma
setelah 8 jam.
 Untuk rumatan gunakan 0,18% saline – 5% dextrose,
perhitungan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCL pada
setiap 500ml cairan infus setelah pasien dapat kencing.
 Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan.
Lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB setiap BAB, sampai
diare berhenti.
Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
HIPONATREMIA
 Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang
hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremia
(na < 130mol/L).
 Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan
pada anak malnutrisi berat dengan oedema.
 Oralit aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua anak
dengan hiponatremi.
 Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan dengan
koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai Ringer Laktat atau
Normal Saline.
 Kadar Na koreksi (mEq/L) = 135 – kadar Na serum yang diperiksa
dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan.
 Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam.
 Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L/jam
Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
HIPERKALEMIA
 Disebut hiperkalemia jika K>5mEq/L
 Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium
glukonas 10% 0,5 – 1 ml/kgBB i.v pelan – pelan dalam 5
– 10 menit dengan monitor detak jantung

Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
HIPOKALEMIA
 Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5mEq/L

 Koreksi dilakukan menurut kadar K


 jika Kalium 2,5 – 3,5 mEq/L maka diberikan per-oral 75mcg/kgBB/hari
dibagi 3 dosis.
 Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh
bolus) diberikan dalam 4 jam.
Dosisnya: (3,5 – kadar K terukur x BB x 0,4 + 2mEwq/kgBB/24jam)
diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah
(3,5 – kadar K terukut x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB)

 Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus,


gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat
dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan
oralit dan memberikan makanan yang kaya kalium selama diare dan
sesudah diare berhenti.
Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
SYOK HIPOVOLEMIK
Syok hipovolemik merupakan syok yang paling sering dijumpai pada
anak, terjadi akibat kehilangan cairan tubuh yang berlebihan.

Penyebab tersering syok hipovolemik pada anak adalah muntah, diare,


glikosuria, kebocoran plasma (misalnya pada demam bedarah dengue),
sepsis, trauma, luka bakar, perdarahan saluran cerna, dan perdarahan
intrakranial.

Syok hipovolemik yang lama dapat mengakibatkan gangguan fungsi


berbagai organ. Dalam keadaan normal, ginjal menerima 25% curah
jantung. Pada syok hipovolemik akan terjadi tubular nekrosis akut sera
gangguan glomerulus dengan akibat gagal ginjal akut.

Depresi miokardium juga sering terjadi, sementara hipotensi yang


lama dapat pula menyebabkan gangguan hati.

Sumber : Pudjiadi AH, Latief A, Budiwardhana N. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. 2011.Ikatan Dokter Anak Indonesia.
SYOK HIPOVOLEMIK
Untuk mencegah komplikasi lanjut berupa kerusakan
organ, tatalaksana syok harus dilakukan dengan cepat.
Dalam 1 jam pertama harus dicapai:
 CRT < 2 detik
 Denyut nadi normal tanpa perbedaan kualitas nadi
perifer dan sentral
 Produksi urin lebih dari 1 ml/kgBB/jam
 Kesadaran normal
 Tekanan darah normal sesuai usia
 Saturasi oksigen lebih dari 95%

Sumber : Pudjiadi AH, Latief A, Budiwardhana N. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. 2011.Ikatan Dokter Anak Indonesia.
 Pemberian cairan kristaloid 10 – 20ml/kgBB secara
bolus dalam 10 – 30 menit dapat dilakukan sambil
menilai respons tubuh.

 Pada kasus yang berat pemberian cairan dapat


diulangi 10ml/kgBB sambil menilai respons tubuh.

 Pada syok hipovolemik, peningkatan volume


intravaskular akan:
 ↑stroke volume (isi sekuncup)
 ↓ frekuensi jantung.
.
Sumber : Pudjiadi AH, Latief A, Budiwardhana N. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. 2011.Ikatan Dokter Anak Indonesia.
KEJANG
 Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak
selalu, dapat terjadi kejang sebelum atau selama
pengobatan rehidrasi.
 Kejang tersebut dapat disebabkan oleh karena
hipoglikemia, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak
yang gizinya buruk hiperpireksia, kejang terjadi bila
panasnya tiggi, misalnya melebihi 40˚C,
hipernatremia, atau hiponatremia

Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
PENCEGAHAN DIARE
Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
 Kuman – kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan
secara fekal – oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab
diare perlu difokuskan pada cara penyebaran ini.
 Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
 Pemberian ASI yang benar
 Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan
pendamping ASI
 Penggunaan air bersih yang cukup
 Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
sehabis BAB dan sebelum makan
 Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh
anggota keluarga
 Membuang tinja bayi yang benar
Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
PENCEGAHAN DIARE
Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host)
 Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 th
 Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping
ASI dan memberi makan dalam jumlah yang
cukup untuk memperbaiki status gizi anak
 Imunisasi campak

Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
ANALISIS KASUS
Pada pasien ini, diagnosis gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat
dan syok hipovolemik ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis yaitu
pasien mengalami BAB cair sebanyak > 10 kali/hari sejak 4 hari
SMRS, BAK sedikit, penurunan kesadaran, pasien tidak mau minum,
pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda – tanda dehidrasi berat
yaitu pasien tampak sakit berat, kesadaran: somnolen, GCS
E4M3V2, nadi 133x/menit (reguler, tidak kuat angkat), ubun – ubun
cekung, palpebra cekung +/+ mukosa bibir kering, lidah kering,
turgor kulit kembali sangat lambat.
Angka mortalitas dan morbiditas pada gastroenteritis akut dengan
dehidrasi disebabkan oleh gangguan cairan dan elektrolit. Kehilangan
cairan >9% menyebabkan terjadinya dehidrasi berat, pada pasien ini telah
terjadi kehilangan cairan 20% karena telah terjadi syok hipovolemik.
Telah dilakukan pemeriksaan elektrolit dengan hasil pasien mengalami
hiponatremia (Na = 127 mmol/L). Kehilangan natrium (hiponatremia)
tersebut yang kemungkinan menyebabkan kejang pada pasien.
Penatalaksanaan yang diberikan untuk mengatasi syok hipovolemik yaitu
NaCl 0,9% (20ml/kgBB) 80ml dalam 30 menit, kemudian dilanjutkan
dengan tatalaksana dehidrasi berat, RL 30 ml/kgBB/jam selama 1 jam
(120ml/jam) dan RL 70cc/kgBB selama 5 jam (280ml/5jam= 5ml/jam).
Secara makroskopis BAB pasien berwarna kuning kehijauan,
konsistensi cair, ampas(-), darah (-), lendir(-), bau asam (-), bau
busuk (-), secara klinis frekuensi BAB > 10x/hari selama 5 hari,
pasien mengalami demam tinggi, tidak mengalami muntah.
Berdasarkan tinjauan pustaka, gambaran diatas sebagian besar
mengarah ke gejala infeksi Shigella, namun diperlukan pemeriksaan
kultur feses untuk mengetahui penyebab pastinya.
Selain itu keadaan pasien diperburuk dengan adanya bronkopneumonia
yang ditegakkan berdasarkan keluhan batuk berdahak yang sudah
berlangsung selama seminggu, pemeriksaan fisik thoraks didapatkan
bunyi rhonki pada paru – paru kanan pasien, pada foto thoraks
didapatkan kesan bronkopneumonia dextra. Tatalaksana yang
diberikan yaitu Cefotaxime injeksi 2 x 200 mg (IV).
Berdasarkan pemeriksaan status gizi didapatkan hasil sebagai
berikut BB/U=<-3SD ( berat badan sangat kurang ), PB/U=-2
SD(panjang badan normal), BB/PB= < -3SD ( gizi buruk ),
BMI/U= -3SD (gizi buruk), kesan gizi kurang. Keadaan gizi pasien
ini juga memperberat keadaan pasien. Pasien mendapatkan
Aminosteril 60 ml/ 10 jam. Aminosteril diindikasikan untuk
pencegahan dan pengobatan defisiensi protein pada anak.
Dapat disimpulkan telah ditegakkan diagnosis gastroenteritis akut
dengan dehidrasi berat, syok hipovolemik, gangguan elektrolit dan
bronkopneumonia pada pasien An. A.M. usia 4 bulan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan serta telah ditatalaksana dengan pemberian terapi non
medikamentosa dan medikamentosa sesuai dengan evidence base
medicine
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai