Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE

IRRITATION FIBROMA
(Kasus Pilihan)

Oleh:

Heztri Sela Prima, S.KG


04074821719029

Dosen Pembimbing:

drg. Ade Puspita Sari, Sp PM

PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN GIGI

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
I. PENDAHULUAN
Fibroma atau dikenal juga sebagai focal fibrous hyperplasia atau irritation
fibroma atau traumatic fibroma adalah salah satu lesi jinak yang paling umum di
rongga mulut.1 Fibroma dapat terjadi karena adanya trauma mekanis atau iritasi
lokal. Trauma mekanis yang berulang menyebabkan hiperplasia reaktif sehingga
terjadi pembesaran jaringan ikat fibrosa yang tampak mirip dengan jaringan
sekitarnya.2 Fibroma yang disebabkan oleh trauma mekanis juga biasa disebut
focal fibrous hyperplasisa. Focal fibrous hyperplasia umumnya terjadi di mukosa
bukal, mukosa labial, dan tepi lateral lidah.3
Fibroma biasanya ditemukan pada mukosa bukal atau mukosa bibir. Namun,
terkadang fibroma juga ditemukan pada gingiva, lidah dan palatum. 1,2,4 Fibroma
dapat dibedakan berdasarkan lokasinya, yaitu jika berada pada gingiva dikenal
dengan peripheral fibroma, dan jika berada pada non gingiva dikenal dengan
irritation fibroma (traumatic fibroma).3 Cooke menyebut setiap lesi bertangkai di
permukaan mukosa sebagai “polyp” (fibro-epithelial polyp) dan setiap lesi
bertangkai dan tidak bertangkai di gingiva sebagai epulis.5
Fibroma merupakan salah satu lesi jaringan ikat yang paling sering dijumpai di
rongga mulut akibat adanya trauma kronis maupun iritasi lokal. Trauma kronis
atau berulang ini menghasilkan hiperplasia jaringan ikat fibrous sehingga terjadi
pembesaran yang tampak mirip dengan jaringan di sekitarnya. Selain itu, daerah
yang sering mengalami trauma berulang ini akan mengalami proliferasi jaringan.6
Fibroma lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria dengan rasio
perbandingan 2:1. Fibroma dapat ditemukan pada seluruh permukaan mukosa,
dengan predileksi mukosa bukal, bibir dan lidah.6
Fibroma muncul sebagai suatu lesi nodula dengan warna putih kekuningan
atau sewarna dengan mukosa di sekitarnya.7 Ukuran fibroma biasanya kecil,
namun pada keadaan yang sangat jarang, diameternya dapat membesar sampai
beberapa sentimeter. Secara klinis fibroma muncul sebagai pembengkakan tidak
nyeri yang tidak bertangkai (sessile) atau kadang-kadang bertangkai
(pedunculated). Lesi ini bisa bersifat firm, kenyal atau lembut dengan konsistensi
spongy.5 Permukaan lesi ini dapat mengalami ulserasi apabila terus mengalami
trauma berlanjut ataupun iritasi kronis. Lesi ini paling sering terjadi pada daerah
bibir, lidah dan mukosa bukal yaitu diatas garis oklusal karena sering terjadi
trauma gigitan pada daerah tersebut.1,8
Gambaran mikroskopis fibroma tampak sebagai suatu massa nodular dari
jaringan ikat fibrosa dengan serat serat kolagen yang bercampur dengan fibroblas
dan pembuluh darah kecil serta diselimuti oleh lapisan epitel skuamosa
bertingkat.9 Jika trauma pada jaringan telah terjadi maka vasodilatasi, edema dan
infiltrasi sel-sel inflamasi seperti sel limfosit dan sel plasma akan muncul.

Gambar 1. Gambaran histologis menunjukkan jaringan ikat fibrosa dengan infiltrasi


inflamasi kronis yang ringan diselimuti oleh epitel yang mengalami hiperplasia 7

Beberapa lesi yang dapat dijadikan diagnosis banding untuk fibroma antara
lain lipoma, pyogenic granuloma, dan mucocele. Lipoma merupakan suatu lesi
nodula dengan permukaan yang halus dan lembut, berwarna kekuningan yang
dapat bertangkai ataupun tidak dan biasanya asimptomatik. Secara histopatologis
lipoma sebagian besar terdiri dari sel-sel adiposa matang yang tercampur dengan
kolagen dan juga dibatasi oleh jaringan ikat sekitar.5
Pyogenic granuloma adalag tumor jinak mulut yang sering terjadi pada
gingiva. Penampakan klinisnya berupa nodul berwarna merah sampai ungu, tidak
bertangkai (sessile) namun bisa juga bertangkai (pedunculated), dengan
permukaan yang halus dan kadang-kadang berlobus. Pyogenic granuloma sering
disertai dengan ulserasi akibat trauma ringan. Terdapat banyak kapiler di
permukaan lesi sehingga lesi mudah berdarah jika terkena trauma ringan.10
Diagnosis banding lainnya yaitu mukokel. Mukokel merupakan suatu
pembengkakan pada mukosa oral yang disebabkan oleh akumulasi saliva pada
daerah yang mengalami trauma atau akibat obstruksi duktus kelenjar saliva minor.
Mukokel memiliki gambaran klinis yaitu pembengkakannya berbentuk kubah,
asimptomatik, tidak sakit, permukaan halus dan memiliki ukuran yang bervariasi
dari beberapa milimeter sampai sentimeter. Selain itu, mukokel tampak fluktuatif
saat di palpasi, memiliki karakteristik warna biru transparan yang dapat bervariasi
tergantung dengan seberapa dekat lesi dengan permukaan epitelium. Selain itu,
mukokel paling sering terjadi di bibir bawah yang ditemukan di lateral garis
tengah.1,6,5
Perawatan fibroma adalah dengan menghilangkan faktor penyebab dan
pembedahan massa. Tujuan menghilangkan faktor penyebab yaitu untuk
menghindari terjadinya rekurensi. Jika faktor penyebab tidak dihilangkan, maka
fibroma akan dengan mudah muncul kembali walaupun sebelumnya sudah
dilakukan pembedahan.9 Perawatan bedah yang dapat dilakukan yaitu dengan
bedah eksisi dengan menggunakan scalpel blade nomor 15, ataupun terapi lain
dengan bedah elektrik maupun bedah laser. Instruksi pasca bedah diberikan dan
pasien diresepkan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pasca pembedahan
serta analgesik untuk menghilangkan rasa sakit pasca bedah.
Penulisan laporan ini dilakukan untuk mengetahui etiologi, patogenesis, dan
penatalaksanaan irritating fibroma. Selain itu, laporan ini juga bertujuan sebagai
alat dokumentasi dan menganalisis proses penyembuhan irritating fibroma pada
salah satu pasien poli gigi dan mulut Rumah Sakit Mohammad Hoesin Sumatera
Selatan

II. PENATALAKSANAAN KASUS


1. Identitas Pasien
Nama : Iskandar Z
Tempat/tanggal lahir : Palembang / 23 Oktober 1964
Suku : Melayu
Jenis Kelamin : Pria
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Alamat : Jl. Silaberanti no 37, Palembang
Telepon : 0812-7838-559
Pendidikan terakhir : S1
Nomor RM : 1117489
2. Riwayat Penyakit / Kelainan Sistemik

Penyakit/kelainan Penyakit/kelainan
Ada Disangkal Ada Disangkal
sistemik sistemik
Alergi: debu, Dingin √ HIV/AIDS √
Penyakit
Penyakit Jantung √ √
pernapasan/paru
Penyakit Tekanan
√ Kelainan pencernaan √
Darah Tinggi
Penyakit Kencing
√ Penyakit ginjal √
Manis/Diabetes Melitus
Penyakit kelainan Penyakit/kelainan
√ √
Darah kelenjar ludah
Penyakit Hepatitis
√ Epilepsy √
A/B/C/D/E/F/G
Kelainan Hati Lainnya √

3. Status Umum Pasien


Keadaan Umum : Compos Mentis
Berat Badan : 83 kg
Tinggi Badan : 171 cm
Tekanan Darah : 130/90 mmHG
Nadi : 79 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Pupil Mata : Normal

4. Anamnesis
a. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh terdapat benjolan pada bagian dalam bibir bawah sejak ±1 bulan
yang lalu. Pasien mengaku benjolan tersebut terbentuk ±3 hari setelah ia makan
makanan yang sangat panas. Benjolan tersebut tergigit saat makan dan semakin
mebesar. Pasien merasa tidak nyaman dan ingin benjolan tersbut dibuang.
Keluhan Tambahan :-
b. Riwayat Perawatan Gigi : Pencabutan gigi-gigi belakang atas dan gigi-gigi depan
bawah ± 1 tahun yang lalu. Pencabutan gigi-gigi belakang bawah ±2tahun yang
lalu
c. Kebiasaan Buruk : merokok
d. Riwayat Sosial : Pasien merupakan seorang pensiunan karyawan swasta

5. Pemeriksaan Ekstra Oral


Wajah : Simetris
Bibir : sehat
Kelenjar Getah bening : - Kanan : tidak teraba dan tidak sakit
- Kiri : tidak teraba dan tidak sakit
6. Pemeriksaan Intra Oral
Debris : ada, regio b,c,e,f
Plak : ada, regio b,c,e,f
Kalkulus : ada, regio b,c,,e,f
Pendarahan Papila Interdental: ada, regio f
Gingiva : Terdapat eritema dan edema pada margin gingiva
regio
b,c,e,f
Mukosa : lesi nodula pada mukosa labialis kanan bawah
berukuran ±2cm, berbentuk oval, berbatas jelas,
bertangkai, kenyal, tidak sakit saat palpasi, tidak mudah
berdarah, sewarna mukosa ditutupi permukaan
kekuningan
Palatum : Sehat
Lidah : Terdapat fisur multiple pada permukaan dorsal lidah,
plak putih kekuningan pada dorsum lidah, tidak sakit saat palpasi, dapa diapus
Dasar mulut : Sehat
Hubungan rahang : Ortognati
Kelainan gigi-geligi : tidak ada
OHI-S : 2,5 (sedang)
Pemeriksaan gigi-geligi :
 Abrasi gigi 14
 Atrisi gigi 11,,21
 Lesi D5 pada distal gigi 22 (CE +, palpasi -, perkusi -)
 Lesi D4 pada mesial gigi 45 (CE +, palpasi -, perkusi -)
 Sisa akar 24,37

7. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

8. Temuan Masalah
1) Terdapat lesi nodul pada mukosa labialis kanan bawah ±2cm berbentuk oval,
berbatas jelas, bertangkai, konsistensi kenyal, tidak sakit saat palpasi, tidak
mudah berdarah, sewarna mukosa, ditutupi permukaan putih kekuningan.
Diagnosis: irritation fibroma
2) Terdapat perdarahan papila interdental regio f
Terdapat kalkulus disertai eritema dan edema gingiva pada regio b c e f.
Diagnosa: gingivitis marginalis
3) Terdapat fisur multiple pada permukaan dorsal lidah. Diagnosis: fissured tounge
4) Terdapat plak putih kekuningan pada dorsum lidah, tidak sakit saat palpasi, dapat
diapus. Diagnosis: Candidiasis
5) Abrasi gigi 14
6) Atrisi gigi 11, 21
7) Lesi karies D5 pada distal gigi 22 (CE +, palpasi -, perkusi -) Diagnosis: pulpitis
reversible
8) Lesi karies D4 pada mesial gigi 45 (CE +, palpasi -, perkusi -) Diagnosis: pulpitis
reversible
9) Sisa akar 24,37

9. Urutan Prioritas Perawatan


1) Pro Oral Medicine: Eksisi biopsi fibroma
2) Pro Periodonsia: Scalling rahang atas dan rahag bawah
3) Pro Bedah Mulut: Ekstraksi gigi 24, 37
4) Pro Konservasi Gigi: Tumpatan resin komposit klas V pada gigi 14, pulp capping
+ tumpatan resin komposit klas III pada gigi 22, tumpatan resin komposit klas I
pada gigi 45
5) Pro Prosthodonsia: Pembuatan gigi tiruan sebagian

10. Tata Laksana Perawatan


Tanggal 11 April 2019 (Kunjungan pertama)
Subjective: Pasien mengeluh terdapat benjolan pada bagian dalam bibir bawah sejak
± 1 bulan yang lalu. Pasien mengaku benjolan terbentuk ± 3 hari setelah ia makan
makanan yang masih sangat panas. Benjolan tersebut tergigit saat makan dan semakin
hari semakin membesar. Pasien merasa tidak nyaman dan ingin benjolan tersbut
dibuang.
Objective: Terdapat lesi nodul pada mukosa labialis kanan bawah berukuran ±2 cm,
berbentuk oval, berbatas jelas, bertangkai, konsistensi kenyal, tidak sakit saat palpasi,
tidak mudah berdarah, sewarna mukosa, ditutupi permukaan kekuningan
Assessment: Irritation fibroma pada mukosa labialis kanan bawah
Plan:
 Pro bedah eksisi (Pemeriksaan darah terlebih dahulu di Lab Patologi Klinis)
 Edukasi untuk tidak mengigit benjolan dan meminimalisir pengunyahan
makanan menggunakan sisi kanan
 Edukasi untuk mendinginkan makanan yang panas sebelum
mengkonsumsinya
 Edukasi cara menjaga kebersihan gigi dan mulut

Gambar 2. Irritation fibroma di mukosa labial kanan bawah pada kunjungan pertama

Tanggal 18 April 2019 (Kunjungan kedua)


Subjective: Pasien datang lagi dengan membawa hasil pemeriksaan lab darah.
Kondisi benjolan di dalam mulut yang dikeluhkan masih sama yaitu benjolan pada
bagian dalam bibir bawah sejak ± 1 bulan yang lalu. Pasien mengaku benjolan
terbentuk ± 3 hari setelah ia makan makanan yang masih sangat panas. Benjolan
tersebut tergigit saat makan dan semakin hari semakin membesar. Pasien merasa tidak
nyaman dan ingin benjolan tersebut dibuang.
Objective:
glukosa darah sewaktu: 312 mg/dL
glukosa puasa pasien adalah 167 mg/dL
glukosa 2 jam pp 297 mg/dL
nilai HbA1c 11,5 %
(Hasil pemeriksaan lengkap terlampir)

Lesi nodul pada mukosa labialis kanan bawah berukuran ±2 cm, berbentuk oval,
berbatas jelas, bertangkai, konsistensi kenyal, tidak sakit saat palpasi, tidak mudah
berdarah, sewarna mukosa, ditutupi permukaan kekuningan
Assessment: Irritation fibroma pada mukosa labialis kanan bawah
Plan:
 Rujuk ke Bagian Penyakit Dalam dan kembali ke poli gigi setelah gula darah
normal
 Edukasi untuk mendinginkan makanan yang panas sebelum
mengkonsumsinya
 Edukasi untuk tidak mengigit benjolan dan meminimalisir pengunyahan
makanan menggunakan sisi kanan
 Edukasi cara menjaga kebersihan gigi dan mulut
Gambar 3. Irritation fibroma di mukosa labial kanan bawah pada kunjungan kedua

Tanggal 13 Februari 2020 (Kunjungan ketiga)


Subjective: Pasien kembali untuk melakukan kontrol dan mengatakan bahwa gula
darahnya terkontrol. Pasien menyatakan tidak bersedia dibedah karena benjolan yang
dikeluhkan sudah mengecil. Sebelum benjolan mengecil, pasien mengkonsumsi obat-
obatan yang diresepkan oleh dokter umum spesialis farmakologi.
Objective: Lesi nodul pada mukosa labialis kanan bawah sudah mengecil berukuran
±5mm, berbentuk oval, berbatas jelas, bertangkai, konsistensi kenyal, tidak sakit saat
palpasi, tidak mudah berdarah, berwarna pink dikelilingi tepi kehitaman
Assessment: irritation fibroma di mukosa labialis kanan bawah
Plan:
 Edukasi untuk mendinginkan makanan yang panas sebelum mengonsumsinya
 Edukasi untuk tidak mengigit-gigit benjolan
 Edukasi bahwa benjolan bisa saja membesar lagi
 Edukasi cara menyikat gigi yang baik dan benar

Gambar 4. Irritation fibroma mengecil setelah beberapa bulan

III. PEMBAHASAN
Lesi oral yang berhubungan dengan trauma seringkali ditemukan di dalam
praktek kedokteran gigi dan ini dapat mengganggu kenyamanan bahkan menimbulkan
rasa nyeri saat makan, mengunyah dan berbicara. Trauma pada mukosa mulut terbagi
menjadi tiga macam, yaitu trauma fisik atau mekanis, kimia dan termal. Trauma dapat
terjadi akibat itdak sengaj tergigit, tekstur makanan yang keras, tepi gigi yang tajam,
makanan panas dan gerakan menyikat gigi yang ekstrim. Trauma mekanis atau fisik
dapat menyebabkan terjadinya fibroma yang biasa disebut focal fibrous hyperplasia
atau polyp (fibro-epithelial polyp). Sedangkan trauma termal seingkali menyebabkan
terjadinya thermal burn yaitu berupa eritema nyeri berwarna merah atau putih yang
kadang-kadang terkelupas meninggalkan lesi erosi Trauma termal paling banyak
terjadi karena mengkonsumsi makanan yang sangat panas11
Pasien pada kasus ini mengatakan bahwa benjolan pertama kali muncul kurang
lebih tiga hari setelah ia makan model yang sangat panas. Benjolan tergigit saat
makan kemudian ukurannya semakin membesar hingga mencapai ukuran ±2cm pada
saat kunjungan pertama ke poli gigi. Hal ini sesuai teori yang mengatakan bahwa
trauma mekanis yang berulang (dalam kasus ini tergigit terus menerus) dapat
menyebabkan hiperplasia jaringan ikat fibrous sehingga terjadi pembesaran yang
tampak mirip dengan jaringan di sekitarnya dan jika terus mengalami trauma berulang
maka akan terjadi proliferasi jaringan yaitu fibroblas akan tetap di jaringan granulasi
dan sintesis kolagen terus terjadi, sehingga terjadilah penumpukan jaringan kolagen
dan fibroblas pada area trauma.
Berdasarkan pemeriksaan klinis pada kunjungan pertama, terdapat lesi nodula
pada mukosa labialis kanan bawah berukuran ±2cm, berbentuk oval, berbatas jelas,
bertangkai, konsistensi kenyal, tidak sakit saat palpasi, tidak mudah berdarah, sewarna
mukosa ditutupi permukaan kekuningan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa gambaran
klinis fibroma muncul sebagai suatu lesi nodula dengan warna putih kekuningan atau
sama dengan jaringan mukosa di sekitarnya. 7 Ukuran fibroma biasanya kecil, namun
pada keadaan yang sangat jarang, diameternya dapat membesar sampai beberapa
sentimeter. Lesi ini bersifat asimptomatik dan memiliki tekstur permukaan yang halus
serta konsistensi kenyal. Secara klinis fibroma muncul sebagai pembengkakan tidak
nyeri yang tidak bertangkai (sessile) atau kadang-kadang bertangkai (pedunculated).5
Lesi ini tidak disertai rasa sakit dengan predileksi mukosa bukal, mukosa labial dan
tepi lateral lidah.3
Pada kunjungan kedua pasien membawa hasil pemeriksaan penunjang yang
menunjukkan bahwa kadar gula dalam darah pasien tinggi. Nilai glukosa sewaktu
pasien 312 mg/dL, glukosa puasa pasien adalah 167 mg/dL, nilai glukosa 2 jam post
prandial 297 mg/dL, nilai HbA1c 11,5 %. Hasil pemeriksaan ini menunjukkan bahwa
pasien menderita diabetes mellitus. Berdasarkan literatur, seseorang dapat
digolongkan ke dalam penderita diabetes jika nilai HbA1c ≥ 6,5 %, glukosa puasa ≥
126 mg/dL, glukosa 2 jam PP ≥ 200 mg/dL, glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dL. Diagnosa
klinik pasien ditetapkan sebagai Diabetes Melitus tipe 2 karena usia pasien 54 tahun
dan pasien tidak memiliki riwayat pemakaian insulin sejak usia anak-anak. Diabetes
melitus tipe 1 biasanya terjadi pada anak usia di bawah 20 tahun, sedangkan diabetes
mellitus tipe 2 terjadi pada orang dewasa usia ≥ 40 tahun. Diabetes mellitus tipe I
mengharuskan pasien untuk suntik insulin selama hidupnya, sedangkan Diabetes
mellitus tipe II tidak.
Karena kondisi gula darah pasien yang tinggi maka pasien dirujuk ke Bagian
Penyakit Dalam RSMH untuk mendapatkan terapi sampai gula darah terkontrol agar
dapat dilakukan bedah eksisi terhadap fibroma. Dokter di Bagian Penyakit Dalam
meresepkan obat metrix 2mg kepada pasien yang diminum satu kali setiap malam.
Metrix merupakan obat pengontrol gula darah yang memiliki kandungan glimepiride.
Glimepiride bekerja dengan cara mendorong pankreas untuk memproduksi insulin
dalam tubuh dan membantu tubuh menggunakan insulin secara lebih efisien.
Lesi lain yang secara klinis menyerupai irritation fibroma pada kasus adalah
pyogenic granuloma. Tampilan klinis dari pyogenic granuloma adalah nodul berwarna
merah sampai ungu, asimptomatik, tidak bertangkai (sessile) tetapi juga bisa
bertangkai (pedunculated), berukuran beberapa milimeter sampai 2,5 cm, dengan
permukaan halus atau berlobus.10 Perbedaan pyogenic granuloma dan irritation
fibroma secara klinis terletak pada lokasinya. Pyogenic granuloma umumnya
ditemukan pada gingiva, temuan di mukosa mulut lain selain gingiva sangat jarang
terjadi.12 Lesi pada kasus yang ditulis dalam laporan ini terletak di mukosa labial
bawah bukan gingiva. Selain itu, pyogenic granuloma seringkali disertai ulser dan
mudah berdarah saat terkena trauma ringan karena banyaknya pembuluh kapiler pada
lesi, sedangkan irritation fibroma tidak. Begitu juga dengan lesi pada kasus, pasien
melaporkan bahwa lesi tidak pernah berdarah dan tidak pernah terjadi sariawan pada
lesi. Perbedaan antara pyogenic granuloma dan irritation fibroma juga terletak pada
predileksi penderita. Pyogenic granuloma umumnya terjadi pada usia remaja atau
dewasa muda yaitu dalam dekade kedua kehidupan, sedangkan pasien pada kasus ini
berusia 56 tahun.13 Berdasarkan poin-poin ini, penulis yakin bahwa lesi pada pasien
adalah irritation fibroma bukan pyogenic granuloma.
Perawatan yang dianjurkan pada kasus pasien adalah bedah eksisi. Namun karena
gula darah pasien yang tinggi, bedah eksisi ditunda sampai gula darah pasien
terkontrol. Beberapa bulan dari kunjungan kedua, pasien datang kembali ke poli gigi
RSMH. Pasien menyatakan gula darahnya sudah terkontrol namun pasien
menyampaikan penolakan untuk dilakukan pembedahan karena benjolan sudah
mengecil dan tidak mengganggu lagi. Berdasarkan pemeriksaan klinis, ukuran nodula
pada mukosa labialis kanan bawah mengecil menjadi ±5mm, berbentuk oval, berbatas
jelas, bertangkai, tidak sakit saat palpasi, tidak mudah berdarah, dan sewarna mukosa.
Sebelum benjolan mengecil pasien mengonsumsi beberapa obat-obatan.
Dengan inisiatif sendiri, ternyata pasien pergi berobat ke dokter spesialis
farmakologi untuk mengobati masalah gula darah dan benjolan di dalam mulut pasien.
Dokter tersebut meresepkan obat penurun gula darah herbal kepada pasien yaitu
Kapsul Garu Manis dengan komposisi ekstrak kayu manis (Cinnamon burmannii) 450
mg dan ekstrak daun garu (Aquilaria malaccensis) 50 mg. Ekstrak Cinnamon
burmannii ditemukan dapat mengurangi resistensi insulin dan menjadi alat terapi pre
diabetes dan Diabetes mellitus tipe 2. Cinnamon burmannii berperan sebagai aktivator
pada jalur sinyal insulin, modulator pada sistem transfer glukosa dan modulator
sekresi adiponektin, zat yang secara khusus diekspresikan dalam jaringan adiposa dan
secara langsung membuat tubuh peka terhadap insulin.14 Ekstrak daun garu (Aquilaria
malaccensis) bekerja mendorong sekresi adiponektin lebih banyak.15 Pasien masih
mengkonsumsi Kapsul Garu Manis hingga kunjungan ketiga ke poli gigi.

Gambar 5. Obat herbal penurun gula darah yang diresepkan oleh dokter spesialis
farmakologi

Sebagai perawatan benjolan di dalam mulut pasien, dokter meresepkan asiklovir


topikal kepada pasien yang digunakan pasien setiap malam sebelum tidur. Asiklovir adalah
agen antivirus spesifik. Ia menghambat replikasi DNA virus dengan bersaing untuk masuk ke
dalam rantai DNA replikasi atau dengan menghambat viral DNA polimerase. Dokter mengira
bahwa lesi pasien adalah suatu lesi herpes. Namun akhirnya dokter menghentikan
penggunaan asiklovir karena tidak ada perubahan pada lesi setelah pemakaian selama satu
bulan. Selanjutnya dokter meresepkan Cefspan 200 kepada pasien yang diminum dua kali
sehari selama 15 hari. Cefspan mengandung cefixime yaitu antibiotik golongan sefalosporin.
Cefixime digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi, seperti infeksi saluran kemih
tanpa komplikasi, otitis media, faringitis, dan tonsilitis, bronkitis kronis, terapi demam
tifoid pada anak, serta infeksi gonore tanpa komplikasi.  Obat ini membunuh bakteri
dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri. Setelah 15 hari, dokter mengganti
Cefspan menjadi Tequinol 500 yang diminum pasien dua kali sehari selama 15 hari. Tequinol
merupakan obat dengan kandungan Ciprofloxacin yang termasuk antibiotik golongan
fluorokuinolon. Obat ini bekerja menghambat topoisomerase IV yang diperlukan oleh bakteri
untuk replikasi DNA.16 Selanjutnya dokter mengganti Tequinol dengan Levocin 500 yang
diminum oleh pasien satu kali sehari selama 15 hari. Mekanisme kerja Levocin sama dengan
tequinol karena berasal dari golongan antibitoik yang sama, yaitu fluorokuinolon.
Selain tiga antibiotik tersebut selama empat bulan terakhir dokter spesialis
farmakologi juga meresepkan Nutriflam yang diminum pasien dua kali sehari. Nutriflam
merupakan suatu antiinflamasi yang mempercepat penyembuhan radang.
Faktor yang berperan dalam proses mengecilnya fibroma pasien adalah eliminasi
faktor penyebab lesi, terkontrolnya gula darah pasien dan konsumsi Nutriflam. Faktor
penyebab fibroma pada pasien adalah karena sering tergigit. Edukasi untuk menghilangkan
faktor ini telah diberikan kepada pasien pada setiap kunjungan. Pasien dengan gula darah
terkontrol memilki kemampuan healing lebih baik dibandingkan pasien dengan gula darah
yang tinggi.17 Pasien dengan gula darah yang tinggi tidak memiliki insulin yang adekuat
untuk memindahkan gula ke dalam sel, sehingga sel-sel pertahanan tubuh kekurangan energi
dan kemampuan fagosit sel menurun.18,19 Nutriflam memiliki kandungan serratiopeptidase
yang bermanfaat dalam mengurangi peradangan, lecithin yang melancarkan aliran darah
sehingga proses penyembuhan jaringan yang meradang semakin baik, dan pankreatin yang
merupakan enzim proteolitik dan bekerja sinergis dengan serratiopeptidase. Cefspan, tequinol
dan levocin merupakan antibiotik yang diyakini penulis tidak berperan dalam proses
mengecilnya lesi karena etiologi lesi pada pasien bukanlah infeksi bakteri. Asiklovir juga
tidak berperan dalam proses mengecilnya lesikarena lesi pada pasien bukanlah infeksi virus.
Pasien diberikan edukasi bahwa lesi sewaktu-waktu dapat kembali membesar karena
tidak dilakukan pembedahan. Pasien juga diinstruksikan untuk tidak menggigit-gigit bibir,
tidak mengonsumsi makanan dan minuman dalam keadaan panas dan tetap menjaga oral
hygiene.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif, lesi pada
mukosa bukal sebelah kanan pasien adalah irritation fibroma atau focal fibrous
hyperplasia akibat trauma berulang. Lesi mengecil setelah pasien mengeliminasi
faktor predisposisi, gula darah pasien terkontrol dan mengonsumsi nutriflam selama
empat bulan. Pasien menolak untuk dilakukan pembedahan.
Lampiran
Hasil Pemeriksaan Darah
Daftar Pustaka

1. Neville BW. Oral and maxillofacial pathology. 3rd ed. Missouri : Saunders
Elsevier;2009. page 389, 438-9, 453
2. Robinson. Head and neck pathology : atlas for histologic and cytologic. Philadelphia:
Lippicontt-Williams & Wilkins. 2010. p.71-2
3. Ayekinam K, Karima EH, Wafaa EW. Surgical removal of a focal fibrous
hyperplasia: Two case reports. International Journal of Applied Dental Sciences 2017;
3(2): 215-217
4. Bagde H, Waghmare A, Savitha B, Vhanmane P. Irritation Fibroma – A case report.
Int. J. Dent. Clinics. 2013;5(1): 39-40
5. Mishra A, Pandey RK. Fibro-epithelial polyps in children: A report of two cases with
a literature review. Intractable & Rare Diseases Research. 2016; 5(2):129-132.
6. Delong L. Burkhart NW. General and oral pathology for dental hygienist. 2 nd ed.
Philadelphia:Wolters kluwer; 2013. p 306, 450-1
7. Santos TS,  Martins-Filho PRS, Piva MR, Andrade ESS. Focal fibrous hyperplasia: A
review of 193 cases. Journal of Oral and Maxillofacial Pathology.September 2014;18
(1)
8. Rajedran A, Sivapathasundharam B. Shafer’s textbook of oral pathology, 7ed. India:
Elseiver. 2012. p.131-2.
9. Greenberg MS, Garfunkel A. 2003. Burket’s Oral Medicine 10th
edition.Philadelphia : J.B. Lippincott Company. p 236,677
10. Ravi V, Jacob M, Sivakumar A, Saravanan S, Priya K. Pyogenic granuloma of labial
mucosa: A misnomer in an anomalous site. Journal Pharmacy Bioallied Sciences.
Agustus 2012 Aug; 4(2): S194–S196.
11. Koray M, Tosun T. Oral Mucosal Trauma and Injuries. Trauma in Dentistry. 2019
12. Pandey R, Gupta R, Rawat S. Pyogenic granuloma of buccal mucosa mimicking as
traumatic fibroma in pregnancy. December 2016
13. Kamala K A, L. Ashok, Sujatha G P. Pyogenic Granuloma on the Upper Labial
Mucosa: A Case Report. Journal of Clinical Diagnosis Research.Juni 2031; 7(6):
1244–1246.
14. Al-Dhubiab BE. Pharmaceutical applications and phytochemical profile
of Cinnamomum burmannii. Pharmacognosy Review. 2012 Jul-Dec; 6(12): 125–131.
15. Ahn S, Ma CT, Choi JM. Adiponectin-Secretion-Promoting Phenylethylchromones
from the Agarwood of Aquilaria malaccensis. J. Nat. 2019;82(2):259–264
16. Raini M. Antibiotik Golongan Fluorokuinolon: Manfaat dan Kerugian. Revised: 13-
04-2016, Accepted: 30-09-2016
17. Mauri-Obradors E, Estrugo-Devesa A, Jane-Salas E, Vinas M, Lopez-Lopez J. Oral
manifestations of Diabetes Mellitus. A systematic review. Med Oral Patol Oral Cir
Bucal. 2017 Sep 1;22 (5):586-94
18. Lathifah NL. Hubungan durasi penyakit dan kadar gula darah dengan keluhan
subyektif penderita diabetes melitus. Jurnal berkala epidemiologi. Mei 2017;5(2):231-
239
19. Putri NHK, Isfandiari MA. Hubungan empat pilar pengendalian dm tipe 2 dengan
rerata kadar gula darah. Jurnal Berkala Epidemiologi. September 2013;1(2):234–243
1
Neville BW. Oral and maxillofacial pathology. 3rd ed. Missouri : Saunders Elsevier; 2009.
page 389, 438-9, 453

2
Robinson. Head and neck pathology : atlas for histologic and cytologic. Philadelphia:
Lippicontt-Williams & Wilkins. 2010. p.71-2

3
Ayekinam K, Karima EH, Wafaa EW. Surgical removal of a focal fibrous hyperplasia: Two
case reports. International Journal of Applied Dental Sciences 2017; 3(2): 215-217
4
Bagde H, Waghmare A, Savitha B, Vhanmane P. Irritation Fibroma – A case report. Int. J.
Dent. Clinics. 2013;5(1): 39-40

5
Mishra A, Pandey RK. Fibro-epithelial polyps in children: A report of two cases with a
literature review. Intractable & Rare Diseases Research. 2016; 5(2):129-132.
6
Delong L. Burkhart NW. General and oral pathology for dental hygienist. 2nd ed.
Philadelphia:Wolters kluwer; 2013. p 306, 450-1

7
Santos TS,  Martins-Filho PRS, Piva MR, Andrade ESS. Focal fibrous hyperplasia: A
review of 193 cases. Journal of Oral and Maxillofacial Pathology.September 2014;18 (1)
8
Rajedran A, Sivapathasundharam B. Shafer’s textbook of oral pathology, 7ed. India:
Elseiver. 2012. p.131-2.

9
Greenberg, M.S ; A. Garfunkel. 2003. Burket’s Oral Medicine 10th edition.Philadelphia :
J.B. Lippincott Company. p 236,677

10
Ravi V, Jacob M, Sivakumar A, Saravanan S, Priya K. Pyogenic granuloma of labial mucosa: A misnomer in an anomalous
site. Journal Pharmacy Bioallied Sciences. Agustus 2012 Aug; 4(2): S194–S196.
11
Koray M, Tosun T. Oral Mucosal Trauma and Injuries. Trauma in Dentistry. 2019
12
Pandey R, Gupta R, Rawat S. Pyogenic granuloma of buccal mucosa mimicking as traumatic
fibroma in pregnancy. December 2016

13
Kamala K A, L. Ashok, Sujatha G P. Pyogenic Granuloma on the Upper Labial Mucosa: A Case
Report. Journal of Clinical Diagnosis Research.Juni 2031; 7(6): 1244–1246.

14
Al-Dhubiab BE. Pharmaceutical applications and phytochemical profile of Cinnamomum
burmannii. Pharmacognosy Review.2012 Jul-Dec; 6(12): 125–131.

15
Ahn S, Ma CT, Choi JM dkk. Adiponectin-Secretion-Promoting Phenylethylchromones from the
Agarwood of Aquilaria malaccensis. J. Nat. 2019;82(2):259–264

Raini M. Antibiotik Golongan Fluorokuinolon: Manfaat dan Kerugian. Revised: 13-04-2016,


16

Accepted: 30-09-2016
17
Mauri-Obradors E, Estrugo-Devesa A, Jane-Salas E, Vinas M, Lopez-Lopez J. Oral
manifestations of Diabetes Mellitus. A systematic review. Med Oral Patol Oral Cir Bucal.
2017 Sep 1;22 (5):586-94

18
Lathifah NL. Hubungan durasi penyakit dan kadar gula darah dengan keluhan subyektif penderita
diabetes melitus. Jurnal berkala epidemiologi. Mei 2017;5(2):231-239
19
Putri NHK, Isfandiari MA. Hubungan empat pilar pengendalian dm tipe 2 dengan rerata kadar gula
darah. Jurnal Berkala Epidemiologi. September 2013;1(2):234–243
2

Anda mungkin juga menyukai