Anda di halaman 1dari 42

Laporan Kasus

Bartholinitis

Oleh
Ainin Meisynthia Syadidah
201420401011071

Pembimbing
dr. Andri Catur J, SpKK
RSUD KABUPATEN JOMBANG

BAB 1
PENDAHULUAN

Definisi
Bartholinitis adalah infeksi pada kelenjar
bartholin, juga dapat menimbulkan
pembengkakan pada alat kelamin luar
wanita, biasanya pembengkakan disertai
rasa nyeri hebat bahkan penderitanya
sampai tidak bisa berjalan dan disertai
demam dan berwarna kemerahan (Benzion, 1994). Peradangan mendadak
glandula bartholini biasanya disebabkan
oleh gonokokus dapat pula oleh bakteri
lain (Sarwono, 2010).

Anatomi dan Fisiologi

Epidemiologi
1

dalam 50 wanita akan mengalami kista Bartolini


atau abses
2% wanita mengalami abses Bartolini atau kista
kelenjar (Schorge, et al, 2008; Patil S, 2010).
Abses 3x > daripada kista.
wanita berkulit putih dan hitam > wanita hispanik,
Paritas yang tinggi memiliki risiko terendah
Seringnya terjadi selama usia reproduksi.
Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia antara
20 sampai 30 tahun
Penyakit menular seksual seperti Gonore
13 % kasus yang mengalami rekurensi
(Omole,2003).

Etiopatogenesis
Infeksi

langsung pada kelenjar


Bartolini (Winkjosastro et al,
2002).
Infeksi sekunder pada kista
Bartolini
Aerobic organisms
Neisseria gonorrhoeae

Anaerobic organism
Bacteroides fragilis

Staphylococcus aureus

Clostridium perfringens

Streptococcus faecalis

Peptostreptococcus species

Escherichia coli

Fusobacterium species

Pseudomonas aeruginos
Chlamydia trachomatis

Non

infeksi :
Stenosis / atresia congenital
Trauma mekanik
Inspissated mucous
(Patil S, 2010)

Faktor Resiko
(Vorvick LJ, et al, 2010)
Biasanya

terjadi pada wanita dengan nulipara atau


paritas rendah.
Tingkat higiene buruk
Untuk beberapa wanita faktor risikonya adalah infeksi
menular seksual yang disebabkan oleh, misalnya,
gonore
Faktor resiko infeksi menular sexual duh vagina (gonore dan
chlamidia (2011)

Umur kurang dari 21 tahun (atau 25 tahun di beberapa tempat)


Berstatus belum menikah
Mempunyai lebih dari satu pasangan seksual dalam 3 bulan terakhir
Memiliki pasangan seksual baru dalam 3 bulan terakhir
Pasangan seksualnya mengalami IMS, dan
Belum berpengalaman menggunakan kondom.

Manifestasi Klinis
Manifestasi

klinis pada bartholinitis ditandai dengan


adanya pembengkakan labium mayor yang terkena,
merah dan nyeri tekan. Bila saluran kelenjar tersumbat
dapat timbul abses dan dapat pecah melalui mukosa
atau kulit. Kalau tidak diobati dapat menjadi rekuren
atau menjadi kista (Djuanda, 2005).

Bengkak

pada mula infeksi abses Bartolini cepat


membesar dalam jangka waktu beberapa jam hingga
beberapa hari. Pembengkakan area vulva selama 2-4
hari. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar
melalui duktusnya, atau jika duktusnya tersumbat,
mengumpul di dalamnya dan menjadi abses yang
kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek
(Patil S, 2010).

Diagnosis
Pada

anamnesa biasanya ditemukan gejala klinis nyeri yang


akut disertai pembengkakan labial unilateral, dyspareunia,
nyeri pada waktu berjalan dan duduk dan nyeri yang
mendadak mereda, diikuti dengan timbulnya discharge
(sangat mungkin menandakan adanya ruptur spontan dari
abses) (Margesson, 2010; Tri Endang, et al, 2010).

Data

Objektif

Pada pemeriksaan vulva terdapat massa berfluktuasi berbatas tegas,


steris, lunak sangat nyeri tekan yang terletak lateral dan dapat
posterior prenulum labiorum pudendi, yang dikelilingi oleh jaringan
merah dan nyeri tekanan jelas. Labia majora sering edematosa (Benzion, 1994).
Pada sepertiga posterior labia, selalu ada kemerahan unilateral
pembengkakan nyeri terutama saat defekasi. Kadang-kadang pus
keluar dari duktus ekskretorius (permukaan dalam labium minus) atau
perforasi spontan (Ben-zion, 1994).
Benjolan dispareunia, terasa berat dan mengganggu koitus

Pemeriksaan

Penunjang yang dapat

dilakukan:
Pemeriksaan gram, untuk mengetahui
bakteri penyebab
Hapusan darah tepi, untuk melihat
adanya leukosit.
Kultur jaringan, untuk identifikasi jenis
bakteri penyebab.
Biopsi dapat dilakukan pada kasus yang
dicurigai keganasan

(Omele, 2003).

Diagnosis Banding
Kista

Bartolin

Pasien tidak merasa kesakitan


Terdapat massa di labium minus unilateral,
tanpa adanya tanda peradangan.
Jika ukuranya besar dapat menyebabkan
rasa sakit.
Discharge yang keluar dari kista yang
ruptur bersifat nonpurulent (Schecter,
2009).

Diagnosis Banding
Abses

Bartolin
Abses Bartolini didefinisikan sebagai penghasilan pus
yang membentuk bengkak pada satu dari kelenjar
Bartolini yang terletak di samping labia pada alat
kelamin wanita

Pasien

tampak sangat kesakitan


Terdapat massa di labium minus unilateral yang
erithema dan odem.
Pada beberapa kasus terdapat selulitis di sekitar
abses.
Demam mungkin terjadi, tetapi tidak khas
Jika abses ruptur maka akan keluar discharge yang
bersifat purulent (Schecter, 2009).

Diagnosis Banding
Hidradenitis

supurativa
Merupakan penyakit kronis yang ditandai
dengan terbentuknya abses, utamanya di
daerah yang terdapat kelenjar apokrin, di
labia majora dan lipatan intrakruris dengan
gambaran berupa papul eritem acneiform,
nodul, berfluktuasi, dan nyeri. Pada
beberapa kasus, nodul subkutaneus yang
nyeri dapat mengalami ulserasi dan
menimbulkan duh purulen (Amiruddin, et al,
2004).

Diagnosis Banding
Hidradenitis

supurativa
Merupakan penyakit kronis yang ditandai
dengan terbentuknya abses, utamanya di
daerah yang terdapat kelenjar apokrin, di
labia majora dan lipatan intrakruris dengan
gambaran berupa papul eritem acneiform,
nodul, berfluktuasi, dan nyeri. Pada
beberapa kasus, nodul subkutaneus yang
nyeri dapat mengalami ulserasi dan
menimbulkan duh purulen (Amiruddin, et al,
2004).

Diagnosis Banding
Kista

sebaceous pada vulva sangat sering


ditemukan. Kista sebaceous ini merupakan
suatu kista epidermal inklusi dan seringkali
asimptomatik (Amiruddin, et al, 2004).

Dysontogenic

cysts merupakan kista jinak


yang berisi mucus dan berlokasi pada
introitus atau labia minora. Terdiri dari
jaringan yang menyerupai mukosentrum,
dan seringkali asimptomatik (Amiruddin, et
al, 2004).

Penatalaksanaan
Antibiotik

spektrum luas
Pengobatan empirik penyakit menular
seksual dengan antibiotik dianjurkan,
biasanya digunakan untuk mengobati
infeksi gonococcal dan chlamydial.
Idealnya, antibiotik harus mulai
diberikan secepatnya sebelum
dilakukan insisi dan drainase (Schecter,
2009). Analgesik juga dapat digunakan
untuk meredakan ketidaknyamanan
(Amiruddin, et al, 2004).

Penatalaksanaan
Infeksi

Neisseria gonorrhoe:
Ciprofloxacin 500 mg dosis tunggal atau Ofloxacin 400 mg
dosis tunggal atau Cefixime 400 mg oral ( aman untuk anak
dan bumil) atau Cefritriaxon 200 mg i.m ( aman untuk anak
dan bumil)
Infeksi Chlamidia trachomatis:
Tetrasiklin 4 X500 mg/ hari selama 7 hari, po atau Doxycyclin 2
X100 mg/ hari selama 7 hari, po
Infeksi Escherichia coli:
Ciprofoxacin 500 mg oral dosis tunggal, atau Ofloxacin 400 mg
oral dosis tunggal atau Cefixime 400 mg dosis tunggal.
Infeksi Staphylococcus dan Streptococcus :
Penisilin G Prokain injeksi 1,6-1,2 juta IU im, 1-2 x hari,
Ampisilin 250-500 mg/ dosis 4x/hari, atau Amoksisillin 250-500
mg/dosis 3x/hari po.
(Wiknjosastro, 1999)

Penatalaksanaan
Kista

Bartholin :
Kecil, asimptomatik dibiarkan
Simptomatis/rekuren
pembedahan berupa insisi
+word catheter
marsupialisasi
laser varporization dinding kista

Penatalaksanaan
Abses

bartholin :
Insisi (bedah drainase) + word
catheter, ekstirpasi
Symptomatic kista duktus
bartholin dan abses bartholin
memerlukan drainage kecuali
kalau terjadi rupture spontan,
(Wiknjosastro, 1999).

Prognosis
Abses

bartolini memberikan respon yang cukup baik


pada pengobatan dalam beberapa hari. Perbaikan
yang sangat memuaskan ditunjukkan hanya 10%
pada kejadian abses yang rekuren pada masa yang
akan datang. Sangat penting menangani penyebab
timbulnya abses seperti gonorhea, chlamydia, dan
infeksi bakteri lainnya. Kebanyakan prosedur
operasi, selain insisi dan drainase, efektif untuk
mencegah infeksi yang rekuren (S Parvathi, 2009).

Pada

beberapa kasus, terutama pada kasus diabetes


atau wanita dengan gangguan imunitas, necrotizing
fasciitis yang mengancam jiwa dapat terjadi (Omole,
2003).

BAB II
LAPORAN KASUS

Identitas Penderita
Nama

: Siumulyati
Jenis Kelamin: Perempuan
Usia: 23 tahun
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Cepoko-KepuhKajang- Jombang
Pekerjaan : Karyawan Pabrik
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 4 Agustus 2016
RM : 32-30-29

Keluhan

Utama :
Bisul pada kemaluan

Riwayat

Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Jombang
dengan keluhan muncul bisul pada kemaluan sejak
2 hari yang lalu, bisul berukuran sebesar kelereng dan
disertai rasa panas dan nyeri, nyeri terutama saat
berjalan. Ukuran bisul agak mengecil dan nyeri
berkurang setelah bisul pecah dan keluar nanah
disertai darah sejak kemaren. Pasien mengaku sering
keputihan warna putih, banyak dan bau. Pasien
belum menikah dan pernah melakukan hubungan
sexual dengan pasangannya, terakhir 2 hari yang lalu.
Riwayat menstruasi teratur, riwayat pemakaian
pantyliners disangkal, riwayat pemakaian sabun
kewanitaan disangkal.

Riwayat

Penyakit Dahulu : 3 bulan yang lalu


pernah timbul bisul di kemaluan- setelah 1
minggu sembuh dan beli salep sendiri.

Riwayat

Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga


yang sakit seperti ini.

Riwayat

Alergi
- Alergi makanan disangkal
- Alergi obat-obatan disangkal

Riwayat

Pengobatan
Obat Minum : Amoxicilin tablet Beli sendiri di
apotek, Salep berwarna hitam ???

Pemeriksaan fisik
Status Generalisata
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Kepala : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal
Thorax : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas atas : Dalam batas normal
Ekstremitas bawah : Dalam batas normal

Genitalia Externa : Lihat Status


Dermatologi

Status Dermatologi
Et Regio 1/3 posterior labium
mayor sinistra terdapat nodul (+)
disertai ulkus (+), pus(+), darah
(+), nyeri (+), disertai dengan
eritema dan odematus.

Diagnosis

Bartholinitis Sinistra
Diagnosa

Banding
Abses Bartholin
Kista Bartholin

Planning
Planning

Diagnosa
Tidak dilakukan

Planning

Terapi

Cefixime tablet 1 x 400 mg


Siclidon tablet 2 x 1
Mefinal 2 x 1

Planning

Monitoring
Keluhan pasien
Efloresensi

Planning

Edukasi

Memberitahukan kepada pasien tentang penyakit yang


diderita
Mengajak pasangannya untuk memeriksakan diri apakah
terinfeksi PMS juga apabila terinfeksi sama-sama diobati
sehingga tidak terus menerus berulang dikemudian hari.
Tidak boleh berganti- ganti pasangan dalam berhubungan
seksual.
Menjaga kebersihan alat kelamin dan PH Vagina tetap normal.
Kontrol kembali 7 hari kemudian untuk mengetahui
perkembangan penyakitnya dan tingkat kesembuhannya.
Prognosis

Dubia ad bonam

BAB III
PEMBAHASAN

Kasus
Identitas

Teori
pasien

Wanita
Belum Menikah

Berusia 23 tahun

Bartholinitis adalah infeksi


pada kelenjar bartholin dan
kelenjar bartolini merupakan
salah satu organ genitalia
eksterna pada wanita.
Glandula ini homolog dengan
glandula bulbourethralis
pada pria (Cunningham,
2005).
Kebanyakan kasus terjadi
pada wanita usia antara 20
sampai 30 tahun dan Dua
persen wanita mengalami
abses Bartolini atau kista
kelenjar (Schorge, et al,
2008; Patil S, 2010).

Kasus
Keluhan

timbul bisul di
kemaluan sejak
2 hari yang
lalu, bisul
berukuran
sebesar kelereng
dan disertai rasa
panas dan nyeri,
nyeri terutama
saat berjalan.

Teori
Bartholinitis ditandai dengan
adanya pembengkakan labium
mayor yang terkena, merah dan
nyeri tekan (Djuanda, 2005).
Bengkak pada mula infeksi abses
Bartolini cepat membesar dalam
jangka waktu beberapa jam
hingga beberapa hari.
Pembengkakan area vulva selama
2-4 hari. Isinya cepat menjadi
nanah yang dapat keluar melalui
duktusnya, atau jika duktusnya
tersumbat, mengumpul di
dalamnya dan menjadi abses
yang kadang-kadang dapat
menjadi sebesar telur bebek
(Patil S, 2010).

Kasus
Ukuran

bisul
agak mengecil
dan nyeri
berkurang
setelah bisul
pecah dan keluar
nanah disertai
darah sejak
kemaren

Teori
Nyeri pada waktu
berjalan dan duduk dan
nyeri yang mendadak
mereda, diikuti dengan
timbulnya discharge
(sangat mungkin
menandakan adanya
ruptur spontan dari
abses). Bila saluran
kelenjar tersumbat
dapat timbul abses dan
dapat pecah melalui
mukosa atau kulit
(Djuanda, 2005).

Kasus
Pasien

juga
mengaku sering
keputihan warna
putih, banyak dan
bau. Pasien
pernah melakukan
hubungan sexual
dengan
pasangannya,
terakhir 2 hari
yang lalu.
Coitus Suspectus
(CS +)

Teori
Salah satu faktor resiko bartholinitis
adalah Infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh misalnya, gonore
(Vorvick LJ, et al, 2010)
Penyakit menular seksual seperti
Gonore adalah penyebab paling
umum terjadinya infeksi pada
kelenjar bartolini yang berujung pada
terbentuknya kista dan abses, sifilis
ataupun infeksi bakteri lainnya juga
dianggap menjadi penyebab
terjadinya infeksi pada kelenjar ini
(Omole,2003).
Selain bakteri diatas biasanya infeksi
bartholin disebabkan oleh
polimikrobial. Abses kelenjar Bartolini
adalah abses polimikrobial (Schorge,
2008), Jadi sebaiknya dilakukan

Kasus
Pada

riwayat
penyakit dahulu, 3
bulan yang lalu
pasien pernah
mengalami hal
serupa yaitu timbul
bisul di kemaluan
dan diberi salep beli
sendiri di apotek
kemudian setelah 1
minggu bisul
tersebut sembuh

Teori
Dilaporkan terdapat
13 % kasus yang
mengalami rekurensi.
Radang pada kelenjar
bartholin dapat
terjadi berulang-ulang
dan akhirnya dapat
menjadi menahun
dalam bentuk kista
bartholin. Kalau tidak
diobati dapat menjadi
rekuren atau menjadi
kista (Djuanda, 2005).

Kasus
Pada

status
dermatologi
didapatkan et
Regio 1/3 posterior
labium mayor
sinistra terdapat
nodul (+) , disertai
ulkus (+) pus(+),
darah (+), nyeri
(+), disertai
dengan eritema
dan odematus.

Teori
Pada pemeriksaan vulva
terdapat massa berfluktuasi
berbatas tegas, steris, lunak
sangat nyeri tekan yang
terletak lateral dan dapat
posterior prenulum labiorum
pudendi, yang dikelilingi oleh
jaringan merah. Labia
majora sering edematosa.
Pada sepertiga posterior
labia, selalu ada kemerahan
unilateral pembengkakan.
Kadang-kadang pus keluar
dari duktus ekskretorius
(permukaan dalam labium
minus) atau perforasi
spontan (Ben-zion, 1994).

Kasus
Pada

pasien ini
tidak dilakukan
pemeriksaan
penunjang.

Teori
Menurut teori omele
(2003) menyatakan
bahwa pemeriksaan
yang dapat dilakukan
yaitu pemeriksaan gram
untuk mengetahui
bakteri penyebab,
hapusan darah tepi
untuk melihat adanya
leukosit. Kultur jaringan,
untuk identifikasi jenis
bakteri penyebab. Biopsi
dapat dilakukan pada
kasus yang dicurigai
keganasan.

Kasus

Teori

Antibiotik

spectrum
luas yaitu
Cefixime
tablet 1 x
400 mg,
Siclidon
tablet 2 x
1
Analgetik
yaitu
mefinal
500 mg
tablet 2 x
1

Antibiotik diberikan sesuai dengan bakteri


penyebab yang diketahui secara pasti dari hasil
pewarnaan gram maupun kultur pus dari abses
kelenjar bartholin. Hasil tes ini baru dilihat setelah
48 jam kemudian, tetapi hal ini tidak dapat
menunda pengobatan (Wiknjosastro, 1999)
menyatakan bahwa Pengobatan empirik penyakit
menular seksual dengan antibiotik dianjurkan,
biasanya digunakan untuk mengobati infeksi
gonococcal dan chlamydial. Infeksi Neisseria
gonorrhoe: Ciprofloxacin 500 mg dosis tunggal atau
Ofloxacin 400 mg dosis tunggal atau Cefixime 400
mg oral ( aman untuk anak dan bumil) atau
Cefritriaxon 200 mg i.m ( aman untuk anak dan
bumil) dan Infeksi Chlamidia trachomatis: Tetrasiklin
4 X500 mg/ hari selama 7 hari, po atau Doxycyclin
2 X100 mg/ hari selama 7 hari, po. .
Analgesik juga dapat digunakan untuk meredakan

Dari tinjauan pustaka, penulis menyimpulkan pencegahan


yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
bartholinitis yaitu menghindari hubungan sexual yang
beresiko seperti pada panduan IMS 2011 yaitu:
mempunyai lebih dari satu pasangan seksual dalam 3
bulan terakhir, memiliki pasangan seksual baru dalam 3
bulan terakhir,pasangan seksualnya mengalami IMS, dan
belum berpengalaman menggunakan kondom.
Tidak berganti pasangan dan menggunakan kondom dapat
mengurangi kejadian IMS
Selain kedua bekteri tersebut penyebab bartholinitis yaitu
polimikrobial, sehingga perlu menjaga kebersihan alat
kelamin dan PH Vagina tetap normal. Vorvick LJ, et al
(2010) salah satu faktor resiko yaitu tingkat hygiene buruk.

BAB IV
KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus bartholinitis pada seorang wanita berusia


23 tahun. Diagnosis ditegakkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
keluhan bisul pada daerah kemaluan, dialami sejak 2 hari yang
lalu disertai nyeri terutama saat berjalan, nyeri berkurang setelah
bisul pecah dan mengeluarkan nanah. riwayat demam (-), riwayat
keputihan (+) berwarna putih, kental dan bau. Riwayat menderita
keluhan yang sama 3 bulan yang lalu dan setelah 1 minggu
sembuh, riwayat pengobatan sebelumnya yaitu obat minum
amoxicillin tablet dan salep berwarna hitam beli sendiri di apotek.
Pada pemeriksaan fisik tampak keadaan umum baik,
composmentis, pemeriksaan tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan genitalia eksterna tampak Pada 1/3 posterior labium
mayor sinistra terdapat nodul (+) , pus(+), darah (+), nyeri (+),
disertai dengan eritema dan odematus.
Terapi yang diberikan adalah antibiotik spectrum luas yaitu
Cefixime tablet 1 x 400 mg, Siclidon tablet 2 x 1 dan analgesic
yaitu mefinal 500 mg tablet 2 x 1. Prognosis pasien ini baik, abses
bartolini memberikan respon yang cukup baik pada pengobatan
dalam beberapa hari.

Anda mungkin juga menyukai