Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KONSEP DASAR
A. Definisi

Bartholinitis adalah infeksi pada kelenjar bartholin ,juga dapat menimbulkan


pembengkakan pada alat kelamin luar wanita, biasanya pembengkakan disertai rasa nyeri
hebat bahkan penderitanya sampai tidak bisa berjalan dan disertai demam dan berwarna
kemerahan. Suatu kista duktus bartolin terinfeksi yang disebabkan oleh infeksi gonokolus,
basil koliformis / organisme lainya (Manuaba, 2015)
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan
disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai
demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah (Amiruddin, 2013).

Kelenjar bartholin terletak di seputar bibir kemaluan (vulva), tepatnya di bagian


kiri dan kanan bawah, dekat fossa navikulare. Kelenjar Bartholini memiliki diameter lebih
kurang 1 cm, terletak dibawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang
1,5 – 2 cm yang bermuara di vulva. Pada saat koitus, kelenjar bartholini mengeluarkan
getah lendir. Jadi, kelenjar inilah yang berperan mengeluarkan cairan untuk melicinkan
vagina ketika melakukan hubungan seksual.
B. Etiologi
(Satyadeng, 2010))
Etiologi dari bartholinitis adalah infeksi kuman pada kelenjar bartholin yang terletak pada
bagian dalam vagina agak keluar mulai dari chlamidia,gonore dsb. Infeksi ini kemudian
menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas vagina.

Etiologi akibat infeksi di bagi 2 yaitu:

1. Infeksi alat kelamin bagian bawah


a) Virus: condiloma acuminata,herpes simplek
b) Jamur: candida
c) Protozoa: amubiasis,trichomoniasis
d) Bacteri: neisseria gonore

2. Infeksi alat kelamin wanita bagian atas

a) Clamidia trachomosisdan parotitis epidemika


b) Jamur: asinomises
c) Bakteri: neiseria gonore,staphilococus dan e colli

C. PATOFISIOLOGI
Tersumbatnya bagian distal dari duktus Bartholin dapat menyebabkan retensi dari
sekresi, dengan akibat berupa pelebaran duktus dan pembentukan kista. Kista tersebut
dapat menjadi terinfeksi, dan abses bisa berkembang dalam kelenjar. Kelenjar BartholiIn
sangat sering terinfeksi dan dapat membentuk kista atau abses pada wanita usia
reproduksi. Kista dan abses bartholin seringkali dibedakan secara klinis.
Kista Bartholin terbentuk ketika ostium dari duktus tersumbat,
sehingga menyebabkan distensi dari kelenjar dan tuba yang berisi cairan. Sumbatan ini
biasanya merupakan akibat sekunder dari peradangan nonspesifik atau trauma. Kista
bartholin dengan diameter 1-3 cm seringkali asimptomatik. Sedangkan kista yang
berukuran lebih besar, kadang menyebabkan nyeri dan dispareunia. Abses Bartholin
merupakan akibat dari infeksi primer dari kelenjar, atau kista yang terinfeksi. Pasien
dengan abses Bartholin umumnya mengeluhkan nyeri vulva yang akut dan bertambah
secara cepat dan progresif. Abses kelenjar Bartholin disebakan oleh polymicrobial
(Amiruddin, 2014)

D. PATWHAY

infeksi
kelenjar
Bartholin

Proses
perdarahan
dalam kelenjar

pus dapat Pus tidak


keluar melalui keluar( duktus
duktus tersumbat)

radang jika Abseb


terjadi berulang Bartholitis

kista bartholin Edema sekitar


Labia Mayora

Nyeri marsupiliaisasi

Resiko infeksi
E. Manifestasi Klinik
(Winjosastro, 2009)
1) Pada vulva : perubahan warna kulit membengkak, timbunan nanah dalam
kelenjar, adanya nyeri tekan
2) Kelenjar bartolhin membengkak terasa nyeri sekali bila penderita berjalan
atau duduk juga dapat disertai demam.
3) Keputihan, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang
air kecil, atau ada benjolan disekitar alat kelamin
4) Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur
darah
5) Dapat terjadi rupture spontan.
6) tanda dan gejala yang mungkin muncul bisa disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya adanya peradangan atau trauma sehingga mengakibatkan
adanya dilatasi kistik dukus. Kista ini biasanya tidak berbahaya dan tidak
memerlukan pengobatan. Pada ukuran yang membesar akan menimbulkan
dispareunia sehingga penderita akan mengeluhkan sakit. Abses kelenjar
bartholin yang disertai dengan adanya dispareunia sehingga mengakibatkan
anda nyeri vulva sampai mengakibatkan sakit ketika berjalan. Abses ini
akan kambuh dengan adanya sederhana dan drainase. Hal ini terjadi karena
adanya inflamasi. Gejala yang sering diderita oleh pasien adalah adanya
rasa sakit, unilateral dan ditandai dengan adanya tanda-tanda kemunculan
selulitas. Kemudian ukuran akan berubah membesar dan akan pecah dan
bersifat nonpurulent
F. PENATALAKSANAAN
(Arif, 2016)
1. MEDIS
a) Diberikan antibiotik yang sesuai (umumnya terhadap klamidia, gonokok, bakteroides
dan escherichia coli) bila belum terjadi abses. Jika sudah bernanah, harus dikeluarkan
dengan sayatan.
b) Jika terbentuk kista tidak besar dan tidak mengganggu, tidak perlu dilakukan apa-
apa. Pembedahan berupa ekstirpasi dapat dilakukan bila diperlukan. Yang dianjurkan
adalah marsupialisasi yaitu sayatan dan pengeluaran isi kista diikuti penjahitan
dinding kista yang terbuka pada kulit vula yang terbuka pada sayatan. Tindakan ini
terbukti tak berrisiko dan hasilnya memuaskan. Jika terdapat hubungan keluar yang
permanen, infeksi rekoren dapat dicegah
c) Kista yang kecil pada wanita hamil dibiarkan saja dan baru diangkat kira-kira 3 bulan
setelah persalinan. Apabila kista sangat besar sehingga dikhawatirkan akan pecah
waktu persalinan, maka sebaiknya kista itu diangkat dalam keadaan tenang. Sebelum
lahirada kalanya kista yang sangat besar baru diketahui sewaktu wanita sudah dalam
persalinan dalam hal demikian dilakukan punksi dan cairan dikeluarkan walaupun
ini bukan terapi tahap..
2. NON MEDIS
Untuk menghadang radang, berbagai cara bisa dilakukan. Salah satunya adalah
gaya hidup bersih dan sehat. Anda bisa memulai dengan disiplin menjalankan aturan
di bawah ini:
a) Makanlah makanan sehat, bergizi dan sesuai porsi Anda. Jika Anda
mengalami kegemukan yang menyebabkan paha Anda bertemu satu sama
lain, pergesekan pun akan sering terjadi. Akibatnya, bisa timbul luka,
sehingga keadaan di sekitar menjadi panas dan lembab. Kuman dapat
hidup subur di daerah tersebut.
b) Jangan memakai celana yang terlalu ketat, karena bisa menimbulkan
gesekan.
c) Pilih pakaian dalam dari katun, karena menyerap keringat. Dengan begitu,
daerah vital selalu kering.
d) Periksakan diri sesegera mungkin jika mengalami keputihan cukup lama.
Tak perlu malu datang ke dokter kandungan sekalipun belum menikah.
Pasalnya, mikroba yang mengakibatkan keputihan bisa terdapat di mana
saja.
e) Biasakan membersihkan diri setelah buang air besar dengan membasuh
dari depan ke belakang. Ini akan menghindari masuknya kuman dari anus
ke alat kelamin.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama : keluhan Bartholin membesar, warna merah, nyeri tekan (+),
berbatsan tegas, lunak, labia mayor mangalami pembengkakan
3. Riwayat Penyakit
a. Sekarang
Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin.
b. Dahulu
Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan reproduksi
4. Pemerikasaan Fisik
Muka : pucat (-), oedem (-), menyeringai
Mata : konjunctiva merah muda, sklera putih
Gilut : bersih, bibir merah muda
Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (+),
bendungan vena jugularis (-)
Dada : payudara
Abdomen : bising usus
Genitalia : keluhan Bartholin membesar, warna merah, nyeri tekan (+),
berbatsan tegas, lunak, labia mayor mangalami pembengkakan
ekstremitas : atas dan bawah

5. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan laboratorium dalam perwarnaan dan biakan


bakteri

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Reny, 2017)
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay vaskularisasi atau
efek samping therapy/tindakan,
2. Gangguan ganbaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan pembedahan
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas Jaringan
C. RENCANA KEPERAWATAN
(Reny, 2017)
NO Dx. Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan dengan 1 Setelah dilkukan tindakan 1. Kaji riwayat nyeri seperti lokasi;
kerusakan jaringan syaraf, suplay keperawatan selama 3 X 24 jam nyeri frekwensi ; durasi dan intensitas
vaskularisasi. klien berkurang dengan kriteria hasil: (skala 1 – 10) dan upaya untuk
. Nyeri berkurang mengurangi nyeri.
2. skala nyeri berkurang 2. Beri kenyamanan dengan mengatur
3. pasien melaporkan rasa nyaman posisi klien dan aktivitas
diversional.
3. Dorong penggunaan stress
management seperti tehnik
relaksasi, visualisasi, komunikasi
therapeutik melalui sentuhan.
4. Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa
nyeri. Sesuaikan pemberian
medikasi sesuai kebutuhannya
5. Kolaborasi: kembangkan rencana
management penanganan sakit
dengan klien dan dokter. Beri
analgetik sesuai indikasi dan dosis
yang tepat.
2. Gangguan gambaran diri (body Setelah dilkukan tindakan keperawatan 1. Diskusi dengan klien tentang
image) berhubungan dengan selama 3 X 24 jam Gangguan gambaran diagnosa dan tindakan guna
tindakan pembedahan diri (body image) berhubungan dengan membantu klien agar dapat aktif
tindakan pembedahan klien berkurang kembali sesuai ADLS
dengan kriteria hasil: 2. Dorong untuk melakukan diskusi
dan menerima pemecahan masalah
1. Mengerti tentang perubahan pada
dari efek yang terjadi.
tubuh.
3. Beri informasi/ konseling sesering
2. Menunjukkan penyesuaian terhadap
mungkin.
perubahan.
4. Kolaborasi pada sumber/ahli lain
3. Dapat menerima realita.
sesuai indikasi
4. Hubungan interpersonal adekuat.

3. Resiko Infeksi berhubungan Setelah dilkukan tindakan keperawatan 1. Kaji kulit adanaya bengkak, iritasi
dengan kerusakan integritas selama 3 X 24 jam Resiko Infeksi dan kemerahan
Jaringan berhubungan dengan kerusakan 2. Dorong klien untuk selalu menjaga
integritas Jaringan klien berkurang kebersihan wanita, habis buang air
dengan kriteria hasil: kencing selalu menggunakan tisu .
3. Lakukan perawatan luka
1. Luka tampak kering dan bersih
4. Kolaborasi pemberian antibiotik
2. Penyembuhan luka rapat dan baik
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat menimbulkan
pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa
nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan
pada kelamin yang memerah disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak
di bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea, dan sebagainya. Infeksi
ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas vagina.

B. Saran

Sebagai seorang wanita yang mengalami infeksi pada alat genitalnya agar lebih
memperhatikan Biasakan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual. Alat
reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan kuman yang merugikan kesehatan.
Produk pembersih dan pengharum vagina yang banyak diperdagangkan sebetulnya tidak
diperlukan. Sebaliknya jika digunakan berlebihan bisa berbahaya.

Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Ingat, kuman juga bisa
berasal dari pasangan Anda. Jika Anda berganti-ganti pasangan, tak gampang mendeteksi sumber
penularan bakteri. Peradangan berhubungan erat dengan penyakit menular seksual dan pola
seksual bebas.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, M 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Penyakit kandungan Jakarta:Hipokrates

Arif, M 2016. Reproduksi Sehat Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Aula Pustaka

Aspiani, Reny yuli (2017).Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA, NIC, dan
NOC.Jakarta:Trans Info Media
Manuaba, Ida Bagus. (2015). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Jakarta : EGC.
Setyadeng. 2010. Kista Bartholini Hidup Dengan Kedokteran Barat & Timur.Jakarta:EGC
Winjosastro, H. (2009). Ilmu Penyakit Kandungan. Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai