Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Ny.P dengan Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri) di Ruang
Bougenvile RSUD WATES”. Laporan ini kami susun untuk memenuhi tugas asuhan
keperawatan individu PKK KDM tahun ajaran 2018/2019. Meskipun banyak hambatan yang
kami alami dalam proses pengerjaannya, namun kami berhasil menyelesaikannya dengan
baik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada para pembimbing dari PKK KDM
diantaranya Bapak Rudi Haryono ,S.Kep.,Ns., M.Kep. selaku pembimbing akademik dan
Bapak Winarto ,AMK selaku pembimbing lahan kami yang telah membimbing kami dalam
mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah ikut mendukung dalam pembuatan makalah ini.

Namun kami menyadari Makalah Asuhan Keperawatan individu ini masih jauh dari
kata sempurna, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun untuk pembuatan makalah selanjutnya. Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat sebagai pembelajaran ilmu keperawatan dan pendidikan pada umumnya.

Wates , 14 November 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................... 2
B. Tujuan.................................................................................................................... 3

BAB II : KONSEP DASAR

A. Definisi Nyeri...................................................................................................... 4
B. Etiologi Nyeri...................................................................................................... 5
C. Manifestasi Klinis Nyeri...................................................................................... 6
D. Patofisiologi Nyeri............................................................................................... 8
E. Skala Nyeri.......................................................................................................... 10
F. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................... 11
G. Komplikasi Nyerii................................................................................................ 12
H. Penatalaksanaan Nyeri.......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri
merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun
merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri
merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri
merasa menderita dan mencari upaya untuk menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri
tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien.. Nyeri dapat diekspresikan melalui
menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku. Nyeri yang bersifat subjektif membuat
perawat harus mampu dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistic dan
menanganinya.

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan dari laporan pendahuluan ini untuk mengetahui masalah kebutuhan dasar
manusia khususnya masalah gangguan rasa nyaman (nyeri).
b. Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi nyeri
2. Mengetahui etiologi nyeri
3. Mengetahui manifestasi klinik dari nyeri
4. Mengetahui patofisiologi nyeri
5. Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada pasien nyeri dengan skala nyeri
6. Mengetahui komplikasi nyeri
7. Mengetahui penatalaksanaan nyeri

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual
karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu
sama lain (Asmadi, 2008). Nyeri merupakan keadaan ketika individu mengalami
sensasi ketidaknyaman dalam merespons suatu rangsangan yang tidak menyenangkan
(Lynda Juall, 2012).
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan
dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain);
serangan yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat diantidipasi atau diprediksi dan berlangsung < 3 bulan (NANDA, 2018).
Nyeri kronis adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan
dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain);
serangan yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat diantidipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan (NANDA, 2018).

B. Etiologi
Etiologi penyebab nyeri pada umumnya dikarenakan oleh beberapa agen, diantaranya
adalah :
1. Agen cidera fisik : Penyebab nyeri karena trauma fisik.
2. Agen cidera biologi : Penyebab nyeri karena kerusakan fungsi organ atau
jaringan tubuh.
3. Aggen cedera psikologi: Penyebab nyeri yang bersifat psikologik seperti kelainan
organik, neurosis traumatik, skizofrenia.
4. Agen cedera kimia : Penyebab nyeri karena bahan atau zat kimia.

4
a. Faktor resiko
1) Nyeri akut
a. Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal
b. Menunjukan kerusakan
c. Posisi untuk mengurangi nyeri
d. Gerakan untuk melindungi
e. Tingkah laku berhati-hati
f. Muka dengan ekspresi nyeri
g. Gangguan tidur (mata sayu, tampak lingkaran hitam, menyeringai)
h. Fokus pada diri sendiri
i. Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat, dan orang, proses
berpilur)
j. Tingkah laku distraksi
k. Respon otonom (perubahan tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dilatasi pupil)
l. Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
m. Perubahan nafsu makan
2) Nyeri kronis
a. Perubahan berat badan
b. Melaporkan secara verbal dan nonverbal
c. Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
d. Perubahan pola tidur
e. Kelelahan
f. Atrofi yang melibatkan beberapa otot
g. Takut cedera
h. Interaksi dengan orang lain menurun

b. Faktor predisposisi
1) Trauma
a) Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami kerusakan,
misalnya akibat benturan, gesekan, luka

5
b) Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat
panas, dingin, misalnya api atau air panas
c) Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau
basa kuat
d) Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
2) Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas
3) Peradangan
4) Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah
5) Trauma psikologis

c. Faktor presipitasi
1) Ligkungan
2) Suhu ekstrim
3) Kegiatan
4) Emosi

C. Manifestasi klinik
a. Tanda dan gejala nyeri
1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan meng hindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernafasan meningkat
8. Depresi
b. Factor-faktor yang mempengaruhi nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya adalah:

6
1. Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan,merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi lingkungan
dan pengalaman.
2. Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektifdari
seseorang yang merasakan nyeri. Dikarenakan perawat tidak mampu
merasakan nyeri yang dialami oleh pasien.
3. Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang
dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-
obatan, hipnotis, gerakan atau garakan, pengalihan perhatian,kepercayaan yang
kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain
kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,nyeri yang kunjung tidak hilang, sakit,
dan lain-lain.
4. Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk
responseseorang terhadap nyeri, seperti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan
bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperi arti
nyeri, tingkat perspepsi nyeri,pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan
sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.

D. Patofisiologi
a) Teori pemisahan (Specificity theory)
Rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal card) melalui karnu dorsalis
yang bersinapsis dari daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan
menyilang dari garis median ke garis/ ke sisi lainnya dan berakhir dari korteks
sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
b) Teori pola (Pathern theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan
merangsang sel T. Hal ini mengakibatkan suatu reson yang merangsang ke bagian

7
yang lebih tinggi yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi dan
otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.
c) Teori pengendalian gerbang (Gate control theory)
Nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar
ganglion dorsalis. Rangsangan pada serabut saraf besar akan mengakibatkan
aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme
sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan akut
terhambat. Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang korteks serebri.
Hasil persepsi ini akan dikembalikan dalam medula spinalis melaui serat eferen dan
reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan
menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme,
sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan
rangsangan nyeri.
d) Teori transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga
transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls saraf. Pada serabut-
serabut besar yang memblok impuls-impuls lamban dan endogen opials system
supresif.

8
9
E. Skala Nyeri
a. NRS
NRS adalah salah satu alat diagnostik yang digunakan dokter untuk mengetahui
kualitas nyeri yang dialami pasien. Pasien diminta untuk memilih angka di antara
0-10. Angka 0 menandakan tidak nyeri dan 10 menandakan nyeri yang sangat hebat.

IIlustrasi Numerical Rating Scale.


Selain Numerical Rating Scale, ada beberapa variasi skala lain yang dapat
digunakan dalam pengukuran nyeri, seperti Visual Analog Scale (VAS) dan Faces
Rating Scale (FRS).
b. Visual Analog Scale
Pasien diberikan gambar garis, kemudian diminta untuk memberi titik pada garis.
Semakin ke kiri berarti semakin tidak nyeri. Sebaliknya, semakin ke kanan, semakin
hebat nyeri yang dialami.

Ilustrasi Visual Analog Scale.


c. Faces Rating Scale

10
Pasien yang kesulitan menentukan skala sakitnya dengan VAS maupun NRS dapat
ditunjukkan gambar berisi ekspresi wajah dari mulai yang paling kiri (tidak nyeri)
hingga paling kanan yang berarti nyeri paling hebat.

Ilustrasi Faces Rating Scale.


Bagaimanapun, skala pengukuran nyeri seperti yang telah disebutkan di atas
bersifat subjektif. Artinya, skala tersebut tergantung pada persepsi pasien. Contoh,
tukang bangunan yang kakinya sering terinjak paku, karena sudah biasa, tukang
bangunan bisa saja menganggap itu tidak nyeri. Berbeda dengan anak sekolahan
seperti kita yang menginjak sesuatu yang tajam sedikit saja, bisa menangis
menjerit-jerit dan berkata bahwa itu adalah nyeri paling hebat yang pernah dialami.
Karena sifatnya yang subjektif, skala pengukuran nyeri yang dibahas di sini
sifatnya hanya sebagai alat bantu diagnostik. Dokter tetap harus melakukan
pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk menegakkan
diagnosis pada pasien yang datang dengan keluhan nyeri.

F. Komplikasi
a) Gangguan pola istirahat tidur
b) Syok neurogenic
c) Edema Pulmonal
d) Hipovolemik
e) Kejang
f) Hipertermi
g) Masalah Mobilisasi
h) Hipertensi

G. Pemeriksaan penunjang

11
a) Pemeriksaan darah lengkap
b) CT scan
c) MRI
d) EKG

H. Penatalaksanaan keperawatan
a) Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital
b) Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri
c) Beri rasa aman
d) Sentuhan therapeutic
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai keseimbangan energy
antara tubuh dengan lingkungan luar. Orang sakit berarti ada ketidakseimbangan
energi, dengan memberikan sentuhan pada pasien, diharapkan ada transfer energy.
e) Akupressure
Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri
f) Guided imagery
Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan,
tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang terang, serta konsentrasi dari
pasien.
g) Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang.
Distraksi visual (melihat TV atau ertandingan bola), distraksi audio (mendengar
musik), distraksi sentuhan massage, memegang mainan), distraksi intelektual
(merangkai puzzle).
h) Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri.
i) Hipnotis
Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
j) Biofeedback
Terapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang
respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih control volunter terhadap respon.

12
Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren dengan cara
memasang elektroda pada pelipis.

Penatalaksanaan medis
a) Pemberian analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri dengan
jalan mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri. Analgesik
akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat
dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat analgesik yani asam salisilat
(non narkotik), morphin (narkotik), dll.
b) Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik seperti
gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri,
hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.

Azizah Asma. 2015. Skala Nyeri. http://majalah1000guru.net/2015/02/skala-nyeri/ .


Diakses pada 15 November 2018 pukul 22.00 WIB. Online.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC.

Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai