Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ genitalia
eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya
adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ genitalia interna maupun eksterna
dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada
glandula vestibularis major atau dikenal dengan kelenjar bartolini. Kelenjar
bartolini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus vagina.
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Bartolinitis
disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di bagian
dalam vagina agak keluar.1

Abses umumnya hampir terjadi tiga kali lebih banyak daripada kista. Salah
satu penelitian kasus kontrol menemukan bahwa wanita berkulit putih dan hitam
yang lebih cenderung untuk mengalami kista bartolini atau abses bartolini
daripada wanita hispanik, dan bahwa perempuan dengan paritas yang tinggi
memiliki risiko terendah. Kista Bartolini, yang paling umum terjadi pada labia
majora.4,5

Penyebab dari kelainan kelenjar Bartholin adalah tersumbatnya bagian distal


dari duktus kelenjar yang menyebabkan retensi dari sekresi, sehingga terjadi
pelebaran duktus dan pembentukan kista. Kista tersebut dapat menjadi
terinfeksi, dan selanjutnya berkembang menjadi abses. Abses bartholin selain
merupakan akibat dari kista terinfeksi, dapat pula disebabkan karena infeksi
langsung pada kelenjar Bartholin. 5

Biasanya ditemukan ketika seorang wanita datang ke dokter untuk


pemeriksaan umum tanpa keluhan apapun, tanpa rasa sakit vagina. Kista Bartolini
menyebabkan pembengkakan labia di satu sisi, dekat pintu masuk ke vagina. Kista
biasanya nampak sebagai massa yang menonjol secara medial dalam introitus
posterior pada regio yang duktusnya berakhir di dalam vestibula. 5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk
di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista bartholini adalah kista
yang terdapat pada kelenjar barholini. Kista kelenjar Bartholin terjadi ketika
kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat karena berbagai
alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran
kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama
lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar
ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk
suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi.3,4,5

Gambar 1. Kista pada kelenjar bartolini


2.2 EPIDEMIOLOGI
Kista Bartholini merupakan kista yang sering terjadi pada vulva. 2 wanita
mengalami kista Bartolini atau abses kelenjar pada suatu saat dalam
kehidupannya. Abses umumnya hampir terjadi tiga kali lebih banyak daripada
kista. Salah satu penelitian kasus kontrol menemukan bahwa wanita berkulit putih
dan hitam yang lebih cenderung untuk mengalami kista bartolini atau abses
bartolini daripada wanita hispanik, dan bahwa perempuan dengan paritas yang
tinggi memiliki risiko terendah. Kista Bartolini, yang paling umum terjadi pada
labia majora. Involusi bertahap dari kelenjar Bartolini dapat terjadi pada saat
seorang wanita mencapai usia 30 tahun.

Hal ini mungkin menjelaskan lebih seringnya terjadi kista Bartolini dan abses
selama usia reproduksi. Biopsi eksisional mungkin diperlukan lebih dini karena
massa pada wanita pascamenopause dapat berkembang menjadi kanker. Beberapa
penelitian telah menyarankan bahwa eksisi pembedahan tidak diperlukan karena
rendahnya risiko kanker kelenjar Bartholin (0,114 kanker per 100.000 wanita-
tahun). Namun, jika diagnosis kanker tertunda, prognosis dapat menjadi lebih
buruk. Sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista Bartolini atau abses di
dalam hidup mereka. Jadi, hal ini adalah masalah yang perlu dicermati.
Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia reproduktif, antara 20 sampai 30
tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih
tua atau lebih muda.4,5

2.3 ETIOLOGI

Kista Bartolini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar Bartolini


tersumbat. Penyebab penyumbatan diduga akibat infeksi atau adanya
pertumbuhan kulit pada penutup saluran kelenjar bartholini. Cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar
membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi
terinfeksi. Abses Bartolini dapat disebabkan oleh sejumlah bakteri. Ini termasuk
organisme yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti Klamidia dan
Gonore serta bakteri yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan, seperti
Escherichia coli.5

Umumnya abses ini melibatkan lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi
distal saluran Bartolini bisa mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya
dilatasi dari duktus dan pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat
berkembang dalam kelenjar. Kista Bartolini tidak selalu harus terjadi sebelum
abses kelenjar. Meskipun Neisseria gonorrheae adalah mikroorganisme aerobik
yang dominan mengisolasi, bakteri anaerob adalah patogen yang paling umum.
Chlamydia trachomatis juga mungkin menjadi organisme kausatif.5

Penyebab sumbatan.5
1) Infeksi :
Sejumlah bakteri dapat menyebabkan infeksi, termasuk bakteri yang umum,
seperti Escherichia coli (E. coli), serta bakteri yang menyebabkan penyakit
menular seksual seperti gonore dan klamidia.
2) Non infeksi :
 Stenosis / atresia congenital
 Trauma mekanik
 Inspissated mucous

Suatu studi dari Jepang yang dipublikasikan oleh Journal of Clinical


Microbiology yang meneliti epidemiologi bakteri penyebab abses bartolin
tersering. Pada salah satu rumah sakit Jepang dari tahun 2000 hingga 2004
dikumpulkan sebanyak 224 kasus. Ditemukan bahwa bakteri aerob sebanyak
307 dan anaerob sebesar 118. Escherichia coli merupakan bakteri aerob yang
ditemukan menjadi paling banyak dan spesies Bacteroides sebagai bakteri
anaerob terbanyak. Fakta menarik ditemukan sejumlah organisme penyebab
infeksi pada saluran napas yaitu Streptococcus pneumoniae and Haemophilus
influenz.3,5

2.4 PATOFISIOLOGI
Tersumbatnya bagian distal dari duktus kelenjar yang menyebabkan retensi
dari sekresi, sehingga terjadi pelebaran duktus dan pembentukan kista. Kista
tersebut dapat menjadi terinfeksi, dan selanjutnya berkembang menjadi abses.
Kista saluran bartolini bisa saja tidak tampak sebelum menjadi abses. jika kista
saluran bartolini tampak kecil dan tidak menjadi inflamasi, akan tampak
asimptomatik. Jika kista menjadi infeksi, akan tampak bentuk abses. Obstruksi
duktus  Penumpukan sekret mukus  Pembengkakan (kista bartholin) 
Kista dapat mengalami peradangan (bartholinitis) terutama bila terjadi infeksi 
Kista yang terinfeksi dapat berkembang menjadi abses (abses bartholin).5

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Jika kista duktus Bartholini masih kecil dan belum terjadi inflamasi, penyakit
ini bisa menjadi asimptomatik. Biasanya ditemukan ketika seorang wanita datang
ke dokter untuk pemeriksaan umum tanpa keluhan apapun, tanpa rasa sakit
vagina. Kista Bartolini menyebabkan pembengkakan labia di satu sisi, dekat pintu
masuk ke vagina. Kista biasanya nampak sebagai massa yang menonjol secara
medial dalam introitus posterior pada regio yang duktusnya berakhir di dalam
vestibula. Karena letaknya di vagina bagian luar, kista akan terjepit terutama saat
duduk dan berdiri. Jika kista tumbuh lebih besar dari diameter 1 inci, dapat
menyebabkan ketidaknyamanan ketika duduk, atau selama hubungan seksual.6

Jika kista menjadi terinfeksi maka bisa terjadi abses pada kelenjar (berisi
nanah, dan menjadi bengkak). Tanda kista Bartholini yang tidak terinfeksi berupa
penonjolan yang tidak nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau
pembengkakan pada daerah vulva. Indurasi biasa terjadi pada sekitar kelenjar, dan
aktivitas seperti berjalan, duduk atau melakukan hubungan seksual bisa
menyebabkan rasa nyeri pada vulva. Pasien berjalan mengegang ibarat menjepit
bisul diselangkangan.6

Pada bartholinitis akut, kelenjar membesar, merah, nyeri dan lebih panas dari
daerah sekitarnya. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar melalui
duktusnya, atau jika duktus tersumbat, mengumpul di dalamnya dan menjadi
abses yang kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek. Jika belum menjadi
abses, keadaan bisa diatasi dengan antibiotik, jika sudah bernanah akan mencari
jalan sendiri atau harus dikeluarkan dengan sayatan. Radang pada kelenjar
bartholin dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam
bentuk kista bartholin.6
 Biasanya unilateral
 Berbentuk bulat sampai oval, berukuran 1-5 cm
 Tidak terasa nyeri
 Terletak pada labia mayora bagian 1/3 posterior, menonjol ke arah
introitus
 Kista yang membesar menimbulkan rasa tidak nyaman/mengganggu saat
berjalan, duduk atau coitus
 Bila meradang : nyeri, demam, disertai tanda radang lainnya
 Bila terbentuk abses : fluktuasi (+)
 Dapat disertai pembesaran kelenjar limph femoral dan inguinal

2.6 DIAGNOSIS

Kista atau abses Bartholini di diagnosis melalui pemeriksaan fisik, khususnya


dengan pemeriksaan ginekologis pelvis. Pada pemeriksaan fisis dengan posisi
litotomi, kista terdapat di bagian unilateral, nyeri, fluktuasi dan terjadi
pembengkakan yang eritem pada posisi jam 4 atau 8 pada labium minus
posterior. jika kista terinfeksi, pemeriksaan kultur jaringan dibutuhkan untuk
mengidentifikasikan jenis bakteri penyebab abses dan untuk mengetahui ada
tidaknya infeksi akibat penyakit menular seksual seperti Gonorrhea dan
Chlamydia.4,5

Untuk kultur diambil swab dari abses atau dari daerah lain seperti serviks.
Hasil tes ini baru dilihat setelah 48 jam kemudian, tetapi hal ini tidak dapat
menunda pengobatan. Dari hasil ini dapat diketahui antibiotik yang tepat yang
perlu diberikan. Biopsi dapat dilakukan pada kasus yang dicurigai keganasan.2,3

2.7 PENATALAKSANAAN

Jika kistanya tidak besar dan tidak menimbulkan gangguan, tidak perlu
dilakukan tindakan apa-apa. Dalam hal lain perlu dilakukan pembedahan.
Tindakan itu terdiri atas ekstirpasi, akan tetapi tindakan ini bisa menimbulkan
perdarahan. Akhir-akhir ini dianjurkan marsupialisasi sebagai tindakan tanpa
resiko sayatan dan isi kista dikeluarkan, dinding kista yang terbuka dijahit pada
kulit vulva yang terbuka pada sayatan.6,7

1. Bartholinitis : Antibiotik spektrum luas


2. Kista Bartholin :
 Kecil, asimptomatik → dibiarkan
 Simptomatis/rekuren → pembedahan berupa insisi +word catheter
→ marsupialisasi
→ laser varporization dinding kista
3. Abses bartholin :
Insisi (bedah drainase) + word catheter, ekstirpasi

Penanganan abses bartholin sama dengan penanganan kista bartholin


simtomatis, namun ada sedikit perbedaan. Prinsipnya berikan terapi antibiotik
spektrum luas, dan lakukan pemeriksaan kultur pus oleh karena ada kemungkinan
disebabkan gonorrhea atau chlamydia, meskipun 67% disebabkan oleh flora
normal vagina.4,6,7

Tujuan penanganan kista bartholini adalah memelihara dan mengembalikan


fungsi dari kelenjar bartholini. Metode penanganan kista bartholini yaitu insersi
word catheter untuk kista dan abses kelenjar bartholini dan marsupialization untuk
kista kelenjar bartholini. Terapi antibiotic spectrum luas diberikan apabila kista
atau abses kelenjar bartholini disertai denganadanya selulitis. Biopsi eksisional
dilakukan untuk pengangkatan adenokarsinoma pada wanitamenopause atau
perimenopause yang irregular dan massa kelenjar Bartholini yang nodular. 4,5,6

Penatalaksanaan dari kista duktus bartholin tergantung dari gejala pada


pasien. Kista yang asimptomatik mungkin tidak memerlukan pengobatan, tetapi
symptomatic kista duktus bartholin dan abses bartholin memerlukan drainage.
Kecuali kalau terjadi rupture spontan, abses jarang sembuh dengan sendirinya.7

 Insisi dan drainage abses4,5,6


• Tindakan ini dilakukan bila terjadi symptomatic Bartholin's gland
abscesses .
• Sering terjadi rekurensi
Cara:
• Disinfeksi abses dengan betadine
• Dilakukan anastesi lokal( khlor etil)
• Insisi abses dengan skapel pada titik maksimum fluktuasi
• Dilakukan penjahitan

Gambar 2. Insisi abses pada kelenjar bartolini


 Definitive drainage menggunakan4,5,6
Word catheter biasanya digunakan pada penyembuhan kista duktus Word
catheter.bartholin dan abses bartholin. Panjang tangkai catheter 1 inch dan
mempunyai diameter seperti foley catheter no 10. Balon Catheter hanya bias
menampung 3 ml normal saline.
Cara:
• Disinfeksi dinding abses sampai labia dengan menggunakan betadine.
• Dilakukan lokal anastesi dengan menggunakan lidokain 1 %
• Fiksasi abses dengan menggunakan forsep kecil sebelum dilakukan
tindakan insisi.
• Insisi diatas abses dengan menggunakan mass no 11
• Insisi dilakukan vertikal di dalam introitus eksternal terletak bagian luar
ring himen. Jika insisi terlalu lebar, word catheter akan kembali keluar.
• Selipkan word kateter ke dalam lubang insisi
• Pompa balon word kateter dengan injeksi normal salin sebanyak 2-3 cc
• Ujung Word kateter diletakkan pada vagina.
Proses epithelisasi pada tindakan bedah terjadi setelah 4-6 minggu, word
catheter akan dilepas setelah 4-6mgg,meskipun epithelisasa bias terbentuk pada 3-
4 minggu. Bedrest selama 2-3 hari mempercepat penyembuhan. Meskipun dapat
menimbulkan terjadinya selulitis, antibiotic tidak diperlukan. Antibiotik diberikan
bila terjadi selulitis (jarang). 4,5,6
 Marsupialisasi4,5,6
Banyak literatur menyebutkan tindakan marsupialisasi hanya digunakan pada
kista bartholin. Namun sekarang digunakan juga untuk abses kelenjar bartholin
karena memberi hasil yang sama efektifnya. Marsupialisasi adalah suatu tehnik
membuat muara saluran kelenjar bartholin yang baru sebagai alternatif lain dari
pemasangan word kateter. Komplikasi berupa dispareuni, hematoma, infeksi.

Cara:
• Disinfeksi dinding kista sampai labia dengan menggunakan betadine.
• Dilakukan lokal anastesi dengan menggunakan lidokain 1 %.
• Dibuat insisi vertikal pada kulit labium sedalam 0,5cm (insisi sampai
diantara jaringan kulit dan kista/ abses) pada sebelah lateral dan sejajar
dengan dasar selaput himen.
• Dilakukan insisi pada kista dan dinding kista dijepit dengan klem pada 4
sisi, sehingga rongga kista terbuka dan kemudian dinding kista diirigasi
dengan cairan salin.
• Dinding kista dijahit dengan kulit labium dengan atraumatik catgut. Jika
memungkinkan muara baru dibuat sebesar mungkin(masuk 2 jari tangan),
dan dalam waktu 1 minggu muara baru akan mengecil separuhnya, dan
dalam waktu 4 minggu muara baru akan mempunyai ukuran sama dengan
muara saluran kelenjar bartholin sesungguhnya.8
Penggunaan antibiotik4,7
Antibiotik sesuai dengan bakteri penyebab yang diketahui secara pasti dari hasil
pengecatan gram maupun kultur pus dari abses kelenjar bartholin
 Infeksi Neisseria gonorrhoe:
Ciprofloxacin 500 mg single dose
Ofloxacin 400 mg single dose
Cefixime 400 mg oral ( aman untuk anak dan bumil)
Ceftriaxon 200 mg i.m ( aman untuk anak dan bumil)
 Infeksi Chlamidia trachomatis:
Tetrasiklin 4 X500 mg/ hari selama 7 hari, po
Doxycyclin 2 X100 mg/ hari selama 7 hari, po
 Infeksi Escherichia coli:
Ciprofoxacin 500 mg oral single dose
Ofloxacin 400 mg oral single dose
Cefixime 400 mg single dose
 Infeksi Staphylococcus dan Streptococcus :
Penisilin G Prokain injeksi 1,6-1,2 juta IU im, 1-2 x hari
Ampisilin 250-500 mg/ dosis 4x/hari, po.
Amoksisillin 250-500 mg/dosi, 3x/hari po.

2.8 Komplikasi

Komplikasi yang paling umum dari abses Bartholin adalah kekambuhan.


Pada beberapa kasus dilaporkan necrotizing fasciitis setelah dilakukan drainase
abses. Perdarahan, terutama pada pasien dengan koagulopati. Pada beberapa kasus
juga dilaporkan timbul jaringan parut.2,3

2.9 Prognosis

Jika abses dengan didrainase dengan baik dan kekambuhan dicegah,


prognosisnya baik. Tingkat kekambuhan umumnya dilaporkan kurang dari 20%.2,3
BAB III
LAPORAN KASUS

Tanggal Pemeriksaan : 2 Desember 2017


Ruangan : IGD Kebidanan RS ANUTAPURA
Jam : 10.00 WITA

I. IDENTITAS
Nama : Nn. D
Umur : 22 tahun
Alamat : Jl. Garuda
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Hindu
Pendidikan : D3

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Benjolan di kemaluan terasa nyeri.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien dating ke IGD kebidanan Rumah Sakit Anutapura dengan
keluhan timbul benjolan di bibir kemaluan sebelah kanan. Benjolannya
mulai timbul sejak 1minggu sebelum masuk rumah sakit. Benjolannya
makin lama makin membesar. Benjolan terasa sangat nyeri, nyeri
memberat bila tersentuh, saat berjalan dan saat duduk. Rasa sakit
berkurang bila dalam posisi berbaring dan tidak memakai celana ketat.
Benjolan tidak gatal. Pasien juga mengeluh mengalami keputihan, mula-
mula keputihan warna putih kental, kadang kekuning-kuningan, banyak
dan berbau dalam beberapa bulan terakhir. Pasien juga mengeluh demam
3 hari sebelum masuk rumah sakit namun sudah minum obat parasetamol
dan demam turun. Batuk (+) berdahak dialami sejak 2 hari sebelum masuk
RS.
Riwayat Penyakit Terdahulu:
Riwayat yang serupa : Disangkal
Riwayatalergi : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang sakit serupa

Riwayat Haid :
• Haid pertama kali usia 15 tahun
• Menstruasi tidak teratur, kadang 2 bulan sekali
• Lama menstruasi 5-6 hari
• Haid terakhir bulan November
• Warna merah, tak berbau,
• Riwayat memakai panty liners (-)
Riwayat sosial
Riwayat ganti-ganti pasangan/hubungan sexual ? (disangkal)

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign : TD : 110/80 mmHg
Nadi : 76x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,6oC

IV. STATUS GENERALISATA


1. Pemeriksaan Kepala
Bentuk normochepal dan simetris, rambut warna hitam, tidak mudah dicabut,
tidak mudah rontok, tidak ada nyeri tekan.
2. Pemeriksaan Mata
Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, edema palpebra-/-, secret -/-
3. Pemeriksaan Telinga
Deformitas (-), nyeri tekan (-), otore (-), discharge (-).
4. Pemeriksaan Hidung
Deformitas (-), nafas cuping hidung (-), epistasis (-), discharge (-).
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Sianosis (-), bibir pecah-pecah (-), stomatitis (-), hiperemis pada faring (-).
6. Pemeriksaan Thorak
 Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan simetris
 Palpasi : Pergerakan simetris, nyeri (-)
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Paru : rhonki(-),wheezing(-) jantung : S1/S2
tunggal
7. Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi :Luka bekas operasi (-), bendungan vena (-).
 Perkusi : Timpani
 Palpasi :Nyeri tekan (-), massa teraba (-)
 Auskultasi :Peristaltik (+) kesan normal, Aorta abdominalis (+)
8. Pemeriksaan Genitalia
Inspeksi : Tampak massa berfluktuasi dan hiperemis di labia minora dextra
meluas ke labia mayora dextra, bentuk sferis.
Palpasi : Teraba massa lunak, berfluktuasi, nyeri tekan (+), teraba lebih
hangat dibandingkan daerah sekitarnya. Ukuran 5 x 3cm
9. Pemeriksaan Ekstremitas
 Superior : deformitas (-), akral dingin (-/-)
 Inferior : deformitas (-), akral dingin (-/-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
DarahRutin (12 09 2017)
Leukosit 15,1 x103/μL
Eritrosit 3,58 x106/μL
Hemoglobin 13,2 g/dL
Platelet 263 x103/μL
Clotting Time 7 menit 30 detik
Bleeding Time 3 menit 30 detik

VI. RESUME
Pasien wanita usia 22 tahun datangke IGD Kebidanan RS Anutapura
dengan keluhan edema regio labia, dialami sejak 1 minggu sebelum masuk
rumahsakit, benjolan membesar secara progresif, terasa sangat nyeri, nyeri
memberat bila tersentuh, saat berjalan dan saat duduk. Rasa sakit berkurang bila
dalam posisi berbaring dan tidak memakai celana ketat. Pasien juga mengeluh
mengalami leukorhea, kekuning-kuningan, banyak dan berbau dalam beberapa
bulan terakhir. Pasien juga mengeluh febris 3 hari sebelum masuk rumah sakit
namun sudah minum obat antipiretik dan febris membaik. Batuk (+) berdahak
sejak 2 hari SMRS. Riwayat haid sebelumnya tidak teratur, kadang 2 bulan sekali.
Pemeriksaan fisik pasien menujukkan keadaan umum sakit
sedang,composmentis,tanda vital TD :110/80 mmHg, N 76x/mnt, R 20x/mnt, S
36,6oC. Status genitalia :tampak massa berfluktuasi dan hiperemis di labia minora
dextra meluas ke labia mayora dextra, bentuk sferis.Teraba massa
lunak,berfluktuasi, nyeri tekan (+), teraba lebih hangat dibandingkan daerah
sekitarnya. Ukuran 5 x 3cm. Pemeriksaan darah rutin menunjukkan WBC :15,1
x103/μL.

VII. DIAGNOSIS
Abses kelenjar bartolini

VIII. DIAGNOSIS BANDING


Kistabartolini
Kista sebaceous terinfeksi
Kista epidermal terinfeksi
IX. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/8 jam
Inj. Ketorolac 1 amp/8jam
Ambroxol 3x 1 tab

Non Medikamentosa
Rencanainsisi + marsupialisasi
FOLLOW UP

FOLLOW UP (3 12 2017)

S : Nyeri bagian kemaluan (+), demam (-), pusing (-), batuk (+) berdahak,
BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD:120/80 mmHg
 Konjungtiva anemis -/-
A :Abses kelenjar bartolini
P : IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/8 jam
Inj. Ketorolac 1 amp/8jam
Ambroxol 3x 1 tab
Rencana USG ginekologi

Hasil USG 13 09 2017, pkl. 15.00 WITA

- Kesan USG ginekologi dalam batas normal


- Diagnosis : Bartolinitis
- Pro insisi + Marsupialisasi

FOLLOW UP (4 12 2017)

S : Nyeri bagian kemaluan kanan(+), keluar darah bercampur nanah dari


benjolan sedikit setelahbatuk, batuk (+) berdahak, demam (-), pusing (-),
BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 120/90 mmHg
N: 88 x/m
P: 18 x/m
S : 36,5 °CKonjungtiva anemis -/-
 Pemeriksaan genitalia :Pada labia mayora dekstra tampak discharge
darah, berwarna merah segar,pus (-)
A :Abses bartolini
P : IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/8 jam
Inj. Ketorolac 1 amp/8jam
Ambroxol 3x 1 tab
Rencana insisi + marsupialisasi

Dokumentasi operasi
FOLLOW UP (5 12 2017)

S : Nyeri luka operasi (+), batuk (+), demam (-), pusing (-), BAK biasa, BAB
lancar
O :Ku : sedang
kesadaran : komposmentis
TD: 120/80 mmHg
N: 88 x/m

P: 18 x/m
S : 36,5 °C
 Konjungtiva anemis -/-
A : Post inisisi dan marsupialisasi H1
P : IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/8 jam
Inj. Ketorolac 1 amp/8jam
Ambroxol 3x 1 tab

FOLLOW UP (6 12 2017)

S : Nyeri luka operasi (+), batuk (+), demam (-), pusing (-), BAK biasa, BAB
lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 120/80 mmHg
N: 88 x/m

P: 18 x/m
S : 36,5 °C
 Konjungtiva anemis -/-
A : Post inisisi dan marsupialisasi H2
P :Cefadroxil 2 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Sangobiat 1 x 1 tablet
Ambroxol 3x 1 tab
Rencana pulang besok

Anda mungkin juga menyukai