Anda di halaman 1dari 13

KISTA

BARTHOLINI

Oleh :
Rezkatul Khairi (102118111)

Pembimbing :
dr.David I Tambun, Sp.B
dr.Abdi Gunawan, Sp.B
1. DEFENISI

Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan


semisolid yang terbentuk di bawah kulit atau di suatu
tempat di dalam tubuh.
Kista Bartholini merupakan tumor kistik jinak. Kista
kelenjar Bartholin terjadi ketika kelenjar ini menjadi
tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat karena
berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi
jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami
infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama
lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan.
2. EPIDEMIOLOGI
 Di Amerika Serikat sekitar 2% dari wanita usia
reproduksi akan mengalami pembengkakan salah satu
atau kedua kelenjar Bartholin. Abses umumnya hampir
terjadi tiga kali lebih banyak dari pada kista. Salah satu
penelitian kasus kontrol menemukan bahwa wanita
berkulit putih dan hitam yang lebih cenderung untuk
mengalami kista bartolini atau abses bartolini dari pada
wanita hispanik, dan bahwa perempuan dengan paritas
yang tinggi memiliki risiko terendah. Kelenjar Bartolini
dapat terjadi pada saat seorang wanita mencapai usia 30
tahun.
3. ETIOLOGI
 Abses Bartolini dapat disebabkan oleh sejumlah bakteri. Ini
termasuk organisme yang menyebabkan penyakit menular
seksual seperti Klamidia dan Gonore serta bakteri yang
biasanya ditemukan di saluran pencernaan, seperti Escherichia
coli. Umumnya abses ini melibatkan lebih dari satu jenis
organisme. Obstruksi distal saluran Bartolini bisa
mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi
dari duktus dan pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan
abses dapat berkembang dalam kelenjar. Kista Bartolini tidak
selalu harus terjadi sebelum abses kelenjar. Kelenjar Bartolini
adalah abses polimikrobial. Meskipun Neisseria gonorrhoeae
adalah mikroorganisme aerobik yang dominan mengisolasi,
bakteri anaerob adalah patogen yang paling umum. Chlamydia
trachomatis juga mungkin menjadi organisme kausatif. Namun,
kista saluran Bartolini dan abses kelenjar tidak lagi dianggap
sebagai bagian eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu
operasi vulvovaginal adalah penyebab umum kista dan abses
tersebut
4.PATOFISIOLOGI
 Kelenjar Bartolini menghasilkan cairan yang membasahi vagina
mulaimasa pubertas, yang selain berfungsi untuk melumasi vagina
pada saatkoitus, juga pada kondisi normal. Kista Bartolini terjadi
karena adanya sumbatan pada salah satu duktus sehingga mukus
yang dihasilkan tidak dapat disekresi, hal ini menyebabkan
akumulasi cairan sekresi. Sumbatandapat disebabkan oleh mukus
yang mengental, infeksi, inflamasi kronik,trauma atau gangguan
kongenital. Jika terjadi infeksi pada kista Bartolini maka kista ini
dapat berubah menjadi abses, yang ukurannya dapa tmeningkat
setiap hari dan sangat nyeri. Namun kista tidak selalu harus ada
mendahului terbentuknya abses.
5. MANIFESTASI KLINIS
 Nyeri yang akut disertai pembengkakan labial unilateral
 Dispareunia
 Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik, atau berhubungan seksual.
 Umumnya tidak disertai demam, kecuali jika terinfeksi dengan
mikroorganisme yang ditularkan melalui hubungan seksual atau ditandai
dengan adanya perabaan kelenjar limfe pada inguinal.
 Pembengkakan area vulva selama 2-4 hari.
 Biasanya ada sekret di vagina, kira-kira 4 sampai 5 hari pasca
pembengkakan, terutama jika infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang
ditularkan melalui hubungan seksual.
 Dapat terjadi ruptur spontan
 Teraba massa unilateral pada labia mayor sebesar telur ayam, lembut, dan
berfluktuasi, atau terkadang tegang dan keras.
6. DIAGNOSIS
Anamnesis
Jika kista Bartolini masih kecil dan
tidak terinfeksi, umumnya asimptomatik,
tetapi bila berukuran besar dapat
menyebabkan rasa kurang nyaman saat
berjalan atau duduk. Gejala yang paling
umum yaitu nyeri, dispareunia, rasa tidak
nyaman saat duduk atau berjalan. Tanda
kista bartolini yang tidak terinfeksi
berupa penonjolan yang tidak nyeri pada
salah satu sisi vulva.
Pemeriksaan Fisik
-Khususnya: pemeriksaan ginekologis pelvis.
Pada pemeriksaan fisis dengan posisi litotomi, kista terdapat di bagian
unilateral, nyeri, fluktuasi dan terjadi pembengkakan yang eritem
pada posisi jam 4 atau jam 8 pada labium minus posterior.
Jika kista terinfeksi, pemeriksaan kultur jaringan dibutuhkan
untuk mengidentifikasikan jenis bakteri penyebab abses dan
untuk mengetahui ada tidaknya infeksi akibat penyakit menular
seksual seperti Gonorrhea dan Klamidia.
Untuk kultur diambil swab dari abse satau dari daerah lain seperti
serviks.
Pemeriksaan Penunjang
Kista paravulvar secara kebetulan ditemukan oleh MRI
dan CT pelvis. Kista vulvar termasuk kista duktus
Bartolini adalah yang palingsering. Kista duktus
Bartolini biasanya memiliki panjang 1-4cm dandapat
dideteksi dengan ultrasound : kista yang kecil dan
asimptomatik tidak membutuhkan pengobatan. Pada
MRI, kesan T2 pada kistaduktus Bartolini biasanya
memperlihatkan sinyal intensitas yangtinggi, meskipun
pada T1 memperlihatkan berbagai sinyal intensitas.
7. PENATALAKSANAAN
 Medikamentosa

- Ceftriaxone
- Ciprofloxacin
- Doxycycline
- Doxycycline
 Tindakan Operatif
- Insisi dan drainage abses
- Word catheter
- Marsupialisasi
- Eksisi ( Bartholinectomy)
8. KOMPLIKASI
 Komplikasi yang mungkin terjadi adalah timbulnya
kista atau infeksi berulang serta infeksi yang
menyebar ke darah dan seluruh tubuh (sepsis).
 Pada beberapa kasus dilaporkan necrotizing fasciitis
setelah dilakukan drainase abses
 Perdarahan , terutama pada pasien koagulopati
9. PROGNOSIS
 Baik, tetapi walaupun terjadinya karsinoma
kelenjar Bartholini jarang, harus
dipertimbangkan juga pada pasien tua yang
menderita kista atau abses Bartholini pada
usia lanjut.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai