Anda di halaman 1dari 24

Case Report Session

KISTA BARTOLINI

Oleh
Prabh Joth Singh 0810314159
Akhmad Rizky Subki 1010313006
Rahmad Nopriady 1110312141
Rori Syahnidep 1210312123
Rayhan Abi Mayzan 1210313063

Preseptor:
dr. H. Muslim Nur, Sp.OG(K)
dr. Alam Patria, Sp.OG
dr. Alhadi Arlym, Sp.OG
dr. Susanti Apriani, Sp.OG

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUD DR. M.ZEIN PAINAN

1
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelenjar bartholini merupakan kelenjar vestibular terbesar menyerupai

kelanjar cowper (Kelenjar bulbouretral) pada laki-laki, yang letaknya tertutup

dan berpasangan.1 Kelenjar ini berfungsi untuk mensekresi cairan pembersih,

mukus yang alkalis kedalam duktus yang bagian dalamnya tersusun atas sel

kolumnar dan bagian luar tersusun atas epitel transisional.2

Kista bartholini adalah tersumbatnya saluran lubrikasi pada vagina atau

membesarnya muara saluran lubrikasi, yang berakibat tidak keluarnya cairan

lubrikasi yang mestinya keluar ( perempuan yang belum 40 tahun). Kondisi

ini disebabkan oleh adanya bakteri, yang antara lain adalah E- coli,

kuman/bakteri penyakit kelamin,dll.2

Kista bartholini merupakan masalah yang sering didapatkan pada wanita

usia reproduksi, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun

dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartholini atau abses

dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu untuk

dicermati. Hal ini berhubungan dengan aktivitas kelenjar bartolin yang

berkurang pada masa menopause. Kista bartholini terbentuk akibat

tersumbatnya kelenjar minyak dibibir kemaluan bagian dalam ( ada dua,

dikiri dan kanan) akibat adanya infeksi. Untuk menghindari timbulnya kista

dengan menjaga kebersihan ( hygienis). Selama kista ini tidak terinfeksi oleh

virus, bakteri, jamur kista ini tidak menimbulkan masalah, si wanita tidak

2
merasa sakit hanya saja akan ada rasa benjolan di labia mayoravagina ( bibir

bagian luar vagina ). Tapi seandainya kista ini terinfeksi maka disebut dengan

abses bartholini. Kelenjar bartholini berkembang dari epitelium pada area

posterior dari vestibula. Kelenjar bartholini terletak bilateral pada sepertiga

bawah labia minora dan mempunyai saluran kelenjar bartholin panjangnya

2cm- 2,5 cm dengan posisi pada jam 4 dan jam 8, bermuara pada vestibula. 3,4,5

Kelenjar tersebut biasanya hanya berukuran sebesar kacang polong dan

jarang melebihi ukuran 1 cm.3,5

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang

terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat didalam tubuh. Kista kelenjar

bartholini terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar bartholini bisa

tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi maka

saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya

sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi,

menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses

terjadi bila kista menjadi terinfeksi.2

2.2 EPIDEMIOLOGI

Kista bartholini ditemukan pada 1,78% individu. Diperkirakan 2% wanita

akan mengalami kista atau abses bartholini selama hidup mereka. Berdasarkan

penelitian, rentang usia terbanyak adalah 20-30 tahun sebanyak 61%. Faktor

risiko kista atau abses bartholini adalah riwayat kista ataupun abses sebelumnya,

partner seksual multipel, infeksi menular seksual, episiotomi mediolateral, dan

trauma vulva. Faktor risiko terbanyak dari kejadian kista atau abses bartholini

adalah riwayat kista atau abses bartholini sebelumnya (77.8%) diikuti dengan

infeksi menular seksual (44.4%).

4
2.3 ANATOMI.

Kelenjar bartolini merupakan salah satu organ genitalia eksterna, kelenjar

bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah berbentuk bundar,

dan berada disebelah dorsal dari bulbus vestibuli. Saluran keluar dari kelenjar ini

bermuara pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi

hymen. Glandula ini homolag dengan glandula bulbouretralis pada pria. Kelenjar

ini tertekan pada waktu coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi

atau melicinkan permukaan vagina dibagian kaudal. Kelenjar bartolini diperdarahi

oleh arteri bulbi vestibuli, dan dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervus

hemoroidal inferior. Kelenjar bartolini tersususun dari jaringan erektil dari bulbus,

jaringan erektil dari bulbus menjadi sensistif selama rangsangan seksual dan

kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak sebagai

lubrikans. Drainase pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira-kira 2cm

yang terbuka ke arah orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar

bartolini tidak teraba pada pemeriksaan palpasi, seperi pada gambar dibawah ini:9

5
Histologi

Kelenjar bartolini dibentuk oleh kelenjar racemose dibatasi oleh epitel

kolumner atau kuboid. Duktus dari kelenjar bartolini merupakan epitel

transisisonal yang secara embriologi merupakan daerah transisi anatara tractus

urinarius dengan tractus genital. 9

Fisiologi

Kelenjar Bartholini berfungsi mensekresikan cairan ke permukaan vagina.

Mukosa kelenjar dilapisi oleh sel-sel epitel kubus. Cairan ini mengalir ke dalam

duktus sepanjang 2,5 cm dan dilapisi oleh sel-sel epitel transisional. Duktus ini

bermuara diantara labia minor dan hymen dan dilapisi pada bagian ini terdiri atas

epitel skuamosa. Oleh karena itu, kelenjar ini dapat berkembang menjadi

karsinoma sel skuamosa atau adenokarsinoma. Kelenjar ini mengeluarkan lendir

untuk memberikan pelumasan vagina. Kelenjar bartholini mengeluarkan jumlah

lendir yang cukup sedikit sekitar satu atau dua tetes cairan tepat sebelum seorang

wanita orgasme. Tetesan cairan pernah dipercaya menjadi begitu penting untuk

pelumas vagina , tetapi penelitian dari Masters dan Johnson menunjukkan bahwa

pelumas vagina berasal dari bagian vagina lebih dalam. Cairan mungkin sedikit

membasahi permukaan labia vagina, sehingga kontak dengan daerah sensitif

menjadi lebih nyaman bagi wanita.9

2.4 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Kista bartholini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar bartholini

tersumbat. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar kemudian terakumulasi,

menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses

6
terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Abses bartholini dapat disebabkan oleh

sejumlah bakteri. Ini termasuk organisme yang menyebabkan penyakit menular

seksual seperti Klamidia dan Gonore serta bakteri yang biasanya ditemukan

disaluran pencernaan , seperti Escherichia coli. Umumnya abses ini melibatkan

lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran bartholini bisa

mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus dan

pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat berkembang dalam

kelenjar. Kista bartholini tidak selalu harus terjadi sebelum abses kelenjar.

Kelenjar bartholini adalah abses polimikrobial. Meskipun Neisseria gonorrhoeae

adalah mikroorganisme aerobik yang dominan mengisolasi, bakteri anaerob

adalah patogen yang paling umum. Chlamydia trachomatis juga mungkin menjadi

organisme kausatif. Namun, kista saluran bartholini dan abses kelenjar tidak lagi

dianggap sebagai bagian eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi

vulvovaginal adalah penyebab umum kista dan abses tersebut. Infeksi pada

kelenjar ini disebabkan oleh kuman gram negative, yaitu golongan

Staphylococcus dan golongan Gonoccus.Kista bartholini merupakan tumor kistik

jinak. Ditimbulkan akibat saluran kista bartholini yang mengalami sumbatan.

Sumbatan biasanya disebabkan oleh infeksi. Kuman yang sering menginfeksi

kelenjar bartholini adalah Neisseria gonorrhoae.10

Karena kelenjar terus-menerus menghasilakn cairan, maka lama kelamaan

sejalan dengan membesarnya kista, tekanan didalam kista semakin besar. Dinding

kelenjar/ kista mengalami peregangan dan meradang. Demikian juga akibat

peregangan pada dinding kista, pembuluh darah pada dinding kista terjepit

mengakibatkan bagian yang lebih dalam tidak mendapatkan pasokan darah

7
sehingga jaringan menjadi mati (nekrotik). Dibumbui dengan kuman, maka

terjadilah proses pembusukan, bernanah dan menimbulkan rasa sakit karena

letaknya di vagina bagian luar, kista akan terjepit terutama saat duduk dan berdiri

menimbulkan rasa nyeri yang terkadang disertai dengan demam.

2.5 MANIFESTASI KLINIK

Jika kista duktus bartholini masih kecil dan belum terjadi inflamasi,

penyakit ini bisa menjadi asimptomatik. Kista biasanya nampak sebagai massa

yang menonjol secara medial dalam introitus posterior pada regio yang duktusnya

berakhir di dalam vestibula. Jika kista menjadi terinfeksi maka bisa terjadi abses

pada kelenjar. Kista duktus bartholini dan abses glandular harus dibedakan dari

massa vulva lainnya. Karena kelenjar bartholini biasanya mengecil saat

menopause, pertumbuhan vulva pada wanita postmenopause harus dievaluasi

untuk kemungkinan terjadinya keganasan, khususmya jika massa irreguler,

nodular dan indurasi persisten.11


Gejala Klinis
Gejala utama akibat infeksi biasanya berupa nyeri raba dan dispareunia.

Nyeri merupakan keluhan tersering pada pasien (77,8%) dan lokasi ditemukannya

kista adalah pada vulva kiri (83,3%).2 Pada tahap supuratif, dinding kista

berwarna kemerahan, tegang dan nyeri. Bila sampai pada tahap eksudatif dimana

sudah terjadi abses, maka rasa nyeri dan ketegangan dinding kista menjadi sedikit

berkurang disertai dengan penipisan dinding di area yang lebih putih dari

sekitarnya. Umumnya hanya terjadi gejala dan keluhan lokal dan tidak

menimbulkan gejala sistemik kecuali apabila terjadi infeksi yang berat dan luas.7

8
Radang pada glandula bartholini dapat terjadi berulang-ulang dan

akhirnyan dapat menjadi menahun dalam bentuk kista bartholini. Kista tidak

selalu menyebabkan keluhan, tapi dapat terasa berat dan mengganggu koitus.

DIAGNOSIS
Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fisik sangat mendukung suatu

diagnosis, pada anamnesia ditanyakan tentang gejala seperti:11


Panas
Gatal
Sudah berapa lama gejala berlangsung
Kapan mulai muncul
Faktor yang memperberat gejala
Apakah penah berganti pasangan seks
Keluhan saat berhubungan
Riwayat penyakit menular seks sebelumnya
Riwayat penyakit kulit dalam keluarga
Riwayat keluarga mengidap penyakit kanker kelamin
Riwayat penyakit yang lainnya misalnya diabetes dan hipertensi
Riwayat pengobatan sebelumnya

Kista atau abses bartholini didiagnosis melalui pemeriksaan fisik,

khususnya dengan pemeriksaan ginekologis pelvis. Pada pemeriksaan fisis dengan

posisi litotomi, kista terdapat di bagian unilateral, nyeri, fluktuasi dan terjadi

pembengkakan yang eritem pada posisi jam 4 atau 8 pada labium minus posterior,

jika kista terinfeksi, pemeriksaan kultur jaringan dibutuhkan untuk

mengidentifikasi jenis bakteri penyebab abses dan untuk mengetahui ada tidaknya

9
infeksi akibat penyakit menular seksual seperti Gonorrhea dan chlamydia. Untuk

kultur diambil swab dari abses atau dari daerah lain seperti serviks. Hasil tes ini

baru dilihat setelah 48 jam kemudian, tetapi hal ini tidak dapat menunda

pengobatan. Dari hasil ini dapat diketahui antibiotik yang tepat yang perlu

diberikan. Biopsi dapat dilakukan pada kasus yang dicurigai keganasan.

PENATALAKSANAAN
Tujuan penanganan kista bartholini adalah memelihara dan

mengembalikan fungsi dari kelenjar bartholini. Metode penanganan kista

bartholini yaitu insersi word catheter untuk kista dan abses kelenjar bartholini dan

marsupialization untuk kista kelenjar bartholini. Terapi antibiotik spektrum luas

diberikan apabila kista atau abses kelenjar bartholini diseratai dengan adanya

selulitis. Biopsi eksisional dilakukan untuk pengangkatan adenokarsinoma pada

wanita menopause atau perimenopause yang irreguler dan massa kelenjar

bartholini yang nodular.


Penatalaksanaan dari kista duktus bartholini tergantung dari gejala pada

pasien. Kista yang asimtomatik mungkin tidak memerlukan pengobatan, tetapi

symptomatik kista duktus bartholin dan abses bartholin memerlukan drainage,

kecuali kalau terjadi rupture spontan, abses jarang sembuh dengan sendirinya.
Insisi dan drainase abses:12
Tindakan ini dilakukan bila terjadi symptomatik Bartholins gland

abscesses.
Sering terjadi rekurens

Cara:

Disinfeksi abses dengan betadine


Dilakukan anastesi lokal ( khlor etil)
Insisi abses dengan skapel pada titik maksimum fluktuasi
Dilakukan penjahitan

10
Definitive drainage menggunakan Word catheter.

Word catheter biasanya digunakan pada penyembuhan kista duktus

bartholin dan abses bartholin. Panjang tangkai catheter 1 inch dan mempunyai

diameter seperti foley catheter no.10 .Balon catheter hanya bisa menampung 3 ml

normal saline.

Cara:12

Disinfeksi dinding abses sampai labia dengan menggunakan betadin


Dilakukan lokal anastesi dengan menggunakan lidokain 1%
Fiksasi abses dengan menggunakan forcep kecil sebelum dilakukan

tindakan insisi
Insisi diatas abses dengan menggunakan mass no.11
Insisi dilakukan vertikal didalam introitus eksternal terletak bagian luar

ring himen. Jika insisi terlalu lebar, word catheter akan kembali keluar
Selipkan word kateter kedalam lubang insisi
Pompa balon word kateter dengan injeksi normal salin sebanyak 2-3cc
Ujung word kateter diletakkan pada vagina

11
Proses epithelisasi pada tindakan bedah terjadi setelah 4-6 minggu, word catheter

akan dilepas setelah 4-6 minggu, meskipun epithelisasi bisa terbentuk pada 3-4

minggu. Bedrest selama 2-3 hari mempercepat penyembuhan. Meskipun dapat

menimbulkan terjadinya selulitis, antibiotik tidak diperlukan. Antibiotik diberikan

bila terjadi selulitis ( jarang).12

Marsupialisasi

Banyak literatur menyebutkan tindakan marsupialisasi hanya digunakan

pada kista bartholin. Namun, sekarang digunakan juga untuk abses kelenjar

bartholin karena memberi hasil yang sama efektifnya. Marsupialisasi adalah suatu

teknik membuat saluran kelenjar bartholin yang baru sebagai alternatif lain dari

pemasangan word kateter. Komplikasi berupa dispareuni, hematoma, infeksi.12

Cara :

Disinfeksi dinding kista sampai labia dengan menggunakan betadine


Dilakukan lokal anastesi dengan menggunakan lidokain 1%
Dibuat insisi vertikal pada kulit labium sedalam 0,5cm ( insisi sampai

diantara jaringan kulit dan kista/ abses) pada sebelah lateral dan sejajar

dengan dasar selaput himen.


Dilakukan insisi pada kista dan dinding kista dijepit dengan klem pada 4

sisi, sehingga rongga kista terbuka dan kemudian dinding kista diirigasi

dengan cairan salin.


Dinding kista dijahit dengan kulit labium dengan atraumatik catgut. Jika

memungkinkan muara baru dibuat sebesar mungkin (masuk 2 jari tangan),

dan dalam waktu 1 minggu muara baru akan mengecil sepenuhnya, dan

dalam waktu 4 minggu muara baru akan mempunyai ukuran sama dengan

muara saluran kelenjar bartholin sesungguhnya.

12
Penggunaan antibiotik12
Antibiotik sesuai dengan bakteri penyebab yang diketahui secara pasti dari

hasil pengecatan gram maupun kultur pus dari abses kelenjar bartholin
Infeksi Neisseria gonorrhoe:
Ciprofloxacin 500mg single dose
Ofloxacin 400mg single dose
Cefixime 400mg oral (aman untuk anak dan bumil)
Ceftriaxon 200 mg i.m (aman untuk anak dan bumil)
Infeksi Chlamidia trachomatis:
Tetrasiklin 4x500mg/hari selama 7hari, po
Doxycyclin 2x100mg/hari selama 7hari, po
Infeksi Staphylococcus dan streptococcus:
Penisilin G Prokain injeksi 1,6-1,2 juta IU im, 1-2x hari
Ampisilin 250-500 mg/dosis 4x/hari, po
Amoksisilin 250-500mg?dosis, 3x/hari po.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari kista bartholini diantaranya, rekurensi, dispareunia,

kesulitan berjalan, trauma psikologis karena stigma sosial, disharmoni marital dan

akibat iatrogenik seperti pendarahan, infeksi post operasi.

13
BAB III

LAPORAN KASUS

Nama : Ny. VR

Umur : 14 tahun

Pekerjaan : Pelajar SMA

No MR : 214779

Alamat : Bayang

Tgl. Masuk : 27 Februari 2017

Anamnesis :

Seorang pasien wanita umur 14 tahun datang ke IGD RSUD M. Zein ,

Painan pada tanggal 27 Februari 2017 pukul 21:00 WIB dengan keluhan bengkak

dan nyeri di bibir kemaluan

Riwayat penyakit sekarang :

Bengkak di bibir kemaluan sejak 3 hari yang lalu, berwarna kemerahan


Nyeri di bibir kemaluan sejak 3 hari yang lalu
Keluar cairan dari kemaluan tidak ada, keputihan tidak ada
Nyeri berkemih (-)
Riwayat trauma disangkal
Riwayat demam tidak ada
Riwayat berhubungan seksual disangkal
Riwayat Menstruasi : Menarche umur 12 tahun, siklus haid teratur 1 x 30

hari, lamanya 5-7 hari, banyaknya 3-4 x ganti duk/hari, nyeri haid (+)

RPD : Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, dan

hipertensi. Riwayat alergi tidak ada

14
RPK : Tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular dan

kejiwaan

Riwayat Perkawinan : Tidak ada

Riwayat Kehamilan/Abortus/Persalinan : 0/0/0

Riwayat Kontrasepsi : Tidak ada

Riwayat Imunisasi : -

Riwayat Pendidikan : SMA

Riwayat Pekerjaan : Pelajar

Riwayat Kebiasaan : merokok (-), alkohol (-), narkoba (-)

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Compos Mentis Cooperatif (CMC)

Tinggi Badan : 155 cm

Berat Badan : 45 Kg

LILA : 24 cm

BMI : 18,8 kg/m2

Vital sign :

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 82x/menit

Nafas : 21x/menit

Temperatur : 36,80 C

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher :

15
Inspeksi : JVP 5-2 cmH2O,

Kelenjar tiroid tidak tampak membesar

Palpasi : Kelenjar tiroid tidak teraba membesar

Kelenjar Getah Bening tidak teraba membesar

Thoraks :

Cor :

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-)

Pulmo :

Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris kiri = kanan

Palpasi : Fremitus normal kiri = kanan

Perkusi : Sonor kiri = kanan

Auskultasi : Vesikuler normal, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

Abdomen : Status Ginekologikus

Genitalia : Status Ginekologikus

Ekstremitas : Edema -/-, Akral hangat , Clubbing finger -/-

Status Ginekologikus :

Abdomen :

Inspeksi : Tidak tampak membuncit, sikatrik (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-), Nyeri Lepas (-), Defans Muskular (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising Usus (+) N

16
Genitalia :

Inspeksi : Tampak massa di labia minora kanan, ukuran 5 x 3 x 2 cm, berwarna

merah

Palpasi : nyeri tekan (+), lunak, benjolan teraba hangat

VT : Tidak dilakukan

RT : Tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang :

Hematologi :

Hemoglobin : 12,3 g/dl

Leukosit : 12.000 mm
Trombosit : 376.000 mm3
Hematokrit : 37 %
Gula Darah Sewaktu : 108 mg/dl

Urinalisa :

Warna : Kuning

Kekeruhan :-

BJ : 1,010

pH : 6,0

Leukosit : 1-2

Eritrosit :-

Silinder :-

Kristal :-

Epitel : 3-4

Protein :-

Glukosa :-

Plano Test : Negatif

17
Diagnosa :

Kista Bartolini Dextra terinfeksi

Sikap : Kontrol KU,VS

Genital Hygiene

IVFD RL 28 tetes per menit

Injeksi Ceftriaxon 2x1 gr (IV) Skin Test

Injeksi Metronidazole 3x500 mg (IV)

Asam Mefenamat 3x500 mg

Rencana: Marsupialiasi

FOLLOW UP

Tanggal 27 Febuari 2017 Pukul 23.00

S/ : Nyeri dan bengkak dibibir kemaluan (+), Demam (-), Perdarahan (-)

O/ : KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CMC 110/70 86x/i 20x/i 36,5 0

18
Abdomen : Status Ginekologikus

Genitalia : Tampak massa di labia minora kanan ukuran 5x3x2 cm, berwarna

merah, nyeri tekan (+)

A/ Kista Bartolini Dextra terinfeksi

P/ Kontrol KU,VS

IVFD RL 28 tetes per menit

Injeksi Ceftriaxon 2x1 gr (IV)

Injeksi Metronidazole 3x500 mg (IV)

Asam Mefenamat 3x500 mg

Rencana Marsupialisasi

Tanggal 28 Febuari 2017 Pukul 09.00

S/ : Nyeri dan bengkak dibibir kemaluan (+), Demam (-), Perdarahan (-)

Benjolan pecah sejak jam 06.00

O/ : KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CMC 110/70 80x/i 22x/i 37 0

Abdomen : Status Ginekologikus

Genitalia : Tampak massa di labia minora kanan ukuran 5x3x2 cm, berwarna

merah, nyeri tekan (+)

A/ Kista Bartolini Dextra terinfeksi

P/ Kontrol KU,VS

IVFD RL 28 tetes per menit

Injeksi Ceftriaxon 2x1 gr (IV)

Injeksi Metronidazole 3x500 mg (IV)

19
Asam Mefenamat 3x500 mg

Rencana Marsupialisasi pasien menolak

Pasien pulang paksa Kontrol Poli

20
BAB IV

DISKUSI

Seorang pasien wanita umur 14 tahun datang ke IGD RSUD M. Zein , Painan

pada tanggal 27 Februari 2017 pukul 21:00 WIB dengan keluhan bengkak dan

nyeri di bibir kemaluan. Setelah diterima dan diperiksa di KB, pasien didiagnosa

sebagai Kista Bartolini Dextra terinfeksi.

Pasien didiagnosa sebagai Kista Bartolini Dextra terinfeksi. Penetapan

diagnosa kista bartolini harus berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik,

berdasarkan anamnesa pasien mengeluhkan adanya massa yang menonjol

didaerah kemaluan bagian luar dan nyeri,

Kista pada duktus bartholini biasanya tidak akan menimbulkan keluhan

sampai terjadi inflamasi. Kista akan tampak sebagai massa yang menonjol dalam

introitus. Keluhan bengkak ini biasanya akan membawa pasien datang mencari

pengobatan. Jika terinfeksi pada kista tersebut bahkan dapat terjadi abses pada

kelenjar tersebut

Selain massa yang menonjol, biasanya pada kista barholini dapat juga

menimbulkan keluhan nyeri raba atau bahkan dispareunia pada perempuan yang

sudah menikah atau berhubungan seksual..

Kista bartholini memiliki faktor risiko seperti adanya trauma ataupun riwayat

berhubungan seksual sebelumnya. Pada pasien ini disangkal adanya trauma

ataupun riwayat melakukan hubungan seksual. Kemungkinan sumber infeksi dari

kista bisa berasal dari tempat lain yang mengandung bakteri. Perlu juga

21
ditanyakan masalah hygiene yang juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya kista

barholini.

Pada pemeriksaan fisik daerah genitalia ditemukan massa yang terlihat

menonjol berwarna kemerahan pada labia minora. Massa kistik yang terlihat dapat

dicurigai adanya kista pada kelenjar bartholini karena sesuai dengan letak

anatomis dari kelenjar tersebut. Selain itu juga ditemukan adanya nyeri tekan dan

perabaan hangat pada massa tersebut yang kemnugkinan sudah terjadi

peradangan.

Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan nilai leukosit 12.000.

peningkatan kadar leukosit dapat mengindikasikan terjadinya inflamasi pada

tubuh pasien.

Penatalaksanaan pada pasien ini ialah dengan memberikan edukasi mengenai

hygiene dan pemberian antibiotik, dan pemberian analgetik. Terapi pada kista

barholini ialah dengan cara marsupialisasi, akan tetapi tidak dapat dilakukan pada

kista yang mengalami inflamasi karena masih tidak jelas batas dari peradangan

massa tersebut. Sehingga, pada pasien ini diberikan terapi untuk menghilangkan

peradangan dan antibiotik terlebih dahulu sebelum nanti dilakukan tindakan

marsupialisasi.

Kista barholini memiliki salah satu komplikasi yaitu terjadinya rekurensi.

Kista dapat kembali lagi meskipun telah dilakuan terapi. Selain itu juga dapat

menimbulan nyeri saat berhubungan suami istri. Harus diberikan penjelasan

kepada pasien mengenai kemamuan rekurensi dari kista ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Hart David McKay. Ginaecology Illustrated. Edisi ke-5. New York : Churcill

living Stone Division. 2000;p.172.

Quinn A.Bartholin Gland Disease. 2016. di unduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/777112-overview

Wiknjosatro H, Prof, dr, DSOG, Ilmu Kebidanan, edisi ketiga cetakan kesembilan,

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2007, hal. : 32 dan 406-

411.

Johann H. Duenhoetter, Ginekologi Greenhill, alih bahasa: dr. Chandra Sanusi,

editor oleh : dr. Petrus Andrianto, edisi 10, hal : 24.

Geoffrey Chamberlain, Prof, MD, FRCS, FRCOG, Obstetri dan Ginekologi

Praktis, alih bahasa: dr. R.F. Maulany, Msc, edisi ke-2, 1994, hal : 145-148.

Robbins dan Kumar, Buku Ajar Patologi II, Alih Bahasa : Staf Pengajar

Laboratorim Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Erlangga, Edisi

ke-4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995, hal : 372-374.

Wiknjosatro H, Prof, dr, DSOG, Ilmu Kandungan, edisi ketiga cetakan

kesembilan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2007,

hal.272.

Pernoll Martin L. Disorders Of The Vulva and Vagina. Dalam: Obstetric ang

Gynaecology. New York:Mc Graw-Hill Medical Publishing Division. 2001. P.579-

80.

Omole Folasade. Management Of Bartholins Duct Cyst and Gland Abcess.

Available from URL:http//www.american family physician.com/.

23
Emanuel A. Friedman, MD, Sc.D, Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan

Ginekologi, Alih bahasa: Dr. Widjaja Kusuma, edisi ke-2, Penerbit Binarupa

Aksara, hal : 138-139.

24

Anda mungkin juga menyukai