KISTA BARTOLINI
Oleh
Prabh Joth Singh 0810314159
Akhmad Rizky Subki 1010313006
Rahmad Nopriady 1110312141
Rori Syahnidep 1210312123
Rayhan Abi Mayzan 1210313063
Preseptor:
dr. H. Muslim Nur, Sp.OG(K)
dr. Alam Patria, Sp.OG
dr. Alhadi Arlym, Sp.OG
dr. Susanti Apriani, Sp.OG
1
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelenjar bartholini merupakan kelenjar vestibular terbesar menyerupai
mukus yang alkalis kedalam duktus yang bagian dalamnya tersusun atas sel
ini disebabkan oleh adanya bakteri, yang antara lain adalah E- coli,
dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartholini atau abses
dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu untuk
dikiri dan kanan) akibat adanya infeksi. Untuk menghindari timbulnya kista
dengan menjaga kebersihan ( hygienis). Selama kista ini tidak terinfeksi oleh
virus, bakteri, jamur kista ini tidak menimbulkan masalah, si wanita tidak
2
merasa sakit hanya saja akan ada rasa benjolan di labia mayoravagina ( bibir
bagian luar vagina ). Tapi seandainya kista ini terinfeksi maka disebut dengan
2cm- 2,5 cm dengan posisi pada jam 4 dan jam 8, bermuara pada vestibula. 3,4,5
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang
terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat didalam tubuh. Kista kelenjar
bartholini terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar bartholini bisa
tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi maka
saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya
2.2 EPIDEMIOLOGI
akan mengalami kista atau abses bartholini selama hidup mereka. Berdasarkan
penelitian, rentang usia terbanyak adalah 20-30 tahun sebanyak 61%. Faktor
risiko kista atau abses bartholini adalah riwayat kista ataupun abses sebelumnya,
trauma vulva. Faktor risiko terbanyak dari kejadian kista atau abses bartholini
adalah riwayat kista atau abses bartholini sebelumnya (77.8%) diikuti dengan
4
2.3 ANATOMI.
bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah berbentuk bundar,
dan berada disebelah dorsal dari bulbus vestibuli. Saluran keluar dari kelenjar ini
bermuara pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi
hymen. Glandula ini homolag dengan glandula bulbouretralis pada pria. Kelenjar
ini tertekan pada waktu coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi
oleh arteri bulbi vestibuli, dan dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervus
hemoroidal inferior. Kelenjar bartolini tersususun dari jaringan erektil dari bulbus,
jaringan erektil dari bulbus menjadi sensistif selama rangsangan seksual dan
kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak sebagai
lubrikans. Drainase pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira-kira 2cm
yang terbuka ke arah orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar
bartolini tidak teraba pada pemeriksaan palpasi, seperi pada gambar dibawah ini:9
5
Histologi
Fisiologi
Mukosa kelenjar dilapisi oleh sel-sel epitel kubus. Cairan ini mengalir ke dalam
duktus sepanjang 2,5 cm dan dilapisi oleh sel-sel epitel transisional. Duktus ini
bermuara diantara labia minor dan hymen dan dilapisi pada bagian ini terdiri atas
epitel skuamosa. Oleh karena itu, kelenjar ini dapat berkembang menjadi
lendir yang cukup sedikit sekitar satu atau dua tetes cairan tepat sebelum seorang
wanita orgasme. Tetesan cairan pernah dipercaya menjadi begitu penting untuk
pelumas vagina , tetapi penelitian dari Masters dan Johnson menunjukkan bahwa
pelumas vagina berasal dari bagian vagina lebih dalam. Cairan mungkin sedikit
6
terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Abses bartholini dapat disebabkan oleh
seksual seperti Klamidia dan Gonore serta bakteri yang biasanya ditemukan
lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran bartholini bisa
pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat berkembang dalam
kelenjar. Kista bartholini tidak selalu harus terjadi sebelum abses kelenjar.
adalah patogen yang paling umum. Chlamydia trachomatis juga mungkin menjadi
organisme kausatif. Namun, kista saluran bartholini dan abses kelenjar tidak lagi
dianggap sebagai bagian eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi
vulvovaginal adalah penyebab umum kista dan abses tersebut. Infeksi pada
sejalan dengan membesarnya kista, tekanan didalam kista semakin besar. Dinding
peregangan pada dinding kista, pembuluh darah pada dinding kista terjepit
7
sehingga jaringan menjadi mati (nekrotik). Dibumbui dengan kuman, maka
letaknya di vagina bagian luar, kista akan terjepit terutama saat duduk dan berdiri
Jika kista duktus bartholini masih kecil dan belum terjadi inflamasi,
penyakit ini bisa menjadi asimptomatik. Kista biasanya nampak sebagai massa
yang menonjol secara medial dalam introitus posterior pada regio yang duktusnya
berakhir di dalam vestibula. Jika kista menjadi terinfeksi maka bisa terjadi abses
pada kelenjar. Kista duktus bartholini dan abses glandular harus dibedakan dari
Nyeri merupakan keluhan tersering pada pasien (77,8%) dan lokasi ditemukannya
kista adalah pada vulva kiri (83,3%).2 Pada tahap supuratif, dinding kista
berwarna kemerahan, tegang dan nyeri. Bila sampai pada tahap eksudatif dimana
sudah terjadi abses, maka rasa nyeri dan ketegangan dinding kista menjadi sedikit
berkurang disertai dengan penipisan dinding di area yang lebih putih dari
sekitarnya. Umumnya hanya terjadi gejala dan keluhan lokal dan tidak
menimbulkan gejala sistemik kecuali apabila terjadi infeksi yang berat dan luas.7
8
Radang pada glandula bartholini dapat terjadi berulang-ulang dan
akhirnyan dapat menjadi menahun dalam bentuk kista bartholini. Kista tidak
selalu menyebabkan keluhan, tapi dapat terasa berat dan mengganggu koitus.
DIAGNOSIS
Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fisik sangat mendukung suatu
posisi litotomi, kista terdapat di bagian unilateral, nyeri, fluktuasi dan terjadi
pembengkakan yang eritem pada posisi jam 4 atau 8 pada labium minus posterior,
mengidentifikasi jenis bakteri penyebab abses dan untuk mengetahui ada tidaknya
9
infeksi akibat penyakit menular seksual seperti Gonorrhea dan chlamydia. Untuk
kultur diambil swab dari abses atau dari daerah lain seperti serviks. Hasil tes ini
baru dilihat setelah 48 jam kemudian, tetapi hal ini tidak dapat menunda
pengobatan. Dari hasil ini dapat diketahui antibiotik yang tepat yang perlu
PENATALAKSANAAN
Tujuan penanganan kista bartholini adalah memelihara dan
bartholini yaitu insersi word catheter untuk kista dan abses kelenjar bartholini dan
diberikan apabila kista atau abses kelenjar bartholini diseratai dengan adanya
kecuali kalau terjadi rupture spontan, abses jarang sembuh dengan sendirinya.
Insisi dan drainase abses:12
Tindakan ini dilakukan bila terjadi symptomatik Bartholins gland
abscesses.
Sering terjadi rekurens
Cara:
10
Definitive drainage menggunakan Word catheter.
bartholin dan abses bartholin. Panjang tangkai catheter 1 inch dan mempunyai
diameter seperti foley catheter no.10 .Balon catheter hanya bisa menampung 3 ml
normal saline.
Cara:12
tindakan insisi
Insisi diatas abses dengan menggunakan mass no.11
Insisi dilakukan vertikal didalam introitus eksternal terletak bagian luar
ring himen. Jika insisi terlalu lebar, word catheter akan kembali keluar
Selipkan word kateter kedalam lubang insisi
Pompa balon word kateter dengan injeksi normal salin sebanyak 2-3cc
Ujung word kateter diletakkan pada vagina
11
Proses epithelisasi pada tindakan bedah terjadi setelah 4-6 minggu, word catheter
akan dilepas setelah 4-6 minggu, meskipun epithelisasi bisa terbentuk pada 3-4
Marsupialisasi
pada kista bartholin. Namun, sekarang digunakan juga untuk abses kelenjar
bartholin karena memberi hasil yang sama efektifnya. Marsupialisasi adalah suatu
teknik membuat saluran kelenjar bartholin yang baru sebagai alternatif lain dari
Cara :
diantara jaringan kulit dan kista/ abses) pada sebelah lateral dan sejajar
sisi, sehingga rongga kista terbuka dan kemudian dinding kista diirigasi
dan dalam waktu 1 minggu muara baru akan mengecil sepenuhnya, dan
dalam waktu 4 minggu muara baru akan mempunyai ukuran sama dengan
12
Penggunaan antibiotik12
Antibiotik sesuai dengan bakteri penyebab yang diketahui secara pasti dari
hasil pengecatan gram maupun kultur pus dari abses kelenjar bartholin
Infeksi Neisseria gonorrhoe:
Ciprofloxacin 500mg single dose
Ofloxacin 400mg single dose
Cefixime 400mg oral (aman untuk anak dan bumil)
Ceftriaxon 200 mg i.m (aman untuk anak dan bumil)
Infeksi Chlamidia trachomatis:
Tetrasiklin 4x500mg/hari selama 7hari, po
Doxycyclin 2x100mg/hari selama 7hari, po
Infeksi Staphylococcus dan streptococcus:
Penisilin G Prokain injeksi 1,6-1,2 juta IU im, 1-2x hari
Ampisilin 250-500 mg/dosis 4x/hari, po
Amoksisilin 250-500mg?dosis, 3x/hari po.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari kista bartholini diantaranya, rekurensi, dispareunia,
kesulitan berjalan, trauma psikologis karena stigma sosial, disharmoni marital dan
13
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. VR
Umur : 14 tahun
No MR : 214779
Alamat : Bayang
Anamnesis :
Painan pada tanggal 27 Februari 2017 pukul 21:00 WIB dengan keluhan bengkak
hari, lamanya 5-7 hari, banyaknya 3-4 x ganti duk/hari, nyeri haid (+)
RPD : Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, dan
14
RPK : Tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular dan
kejiwaan
Riwayat Imunisasi : -
Pemeriksaan Fisik :
Berat Badan : 45 Kg
LILA : 24 cm
Vital sign :
Nadi : 82x/menit
Nafas : 21x/menit
Temperatur : 36,80 C
Leher :
15
Inspeksi : JVP 5-2 cmH2O,
Thoraks :
Cor :
Pulmo :
Status Ginekologikus :
Abdomen :
Palpasi : Nyeri tekan (-), Nyeri Lepas (-), Defans Muskular (-)
Perkusi : Timpani
16
Genitalia :
merah
VT : Tidak dilakukan
RT : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang :
Hematologi :
Leukosit : 12.000 mm
Trombosit : 376.000 mm3
Hematokrit : 37 %
Gula Darah Sewaktu : 108 mg/dl
Urinalisa :
Warna : Kuning
Kekeruhan :-
BJ : 1,010
pH : 6,0
Leukosit : 1-2
Eritrosit :-
Silinder :-
Kristal :-
Epitel : 3-4
Protein :-
Glukosa :-
17
Diagnosa :
Genital Hygiene
Rencana: Marsupialiasi
FOLLOW UP
S/ : Nyeri dan bengkak dibibir kemaluan (+), Demam (-), Perdarahan (-)
O/ : KU Kes TD Nd Nfs T
18
Abdomen : Status Ginekologikus
Genitalia : Tampak massa di labia minora kanan ukuran 5x3x2 cm, berwarna
P/ Kontrol KU,VS
Rencana Marsupialisasi
S/ : Nyeri dan bengkak dibibir kemaluan (+), Demam (-), Perdarahan (-)
O/ : KU Kes TD Nd Nfs T
Genitalia : Tampak massa di labia minora kanan ukuran 5x3x2 cm, berwarna
P/ Kontrol KU,VS
19
Asam Mefenamat 3x500 mg
20
BAB IV
DISKUSI
Seorang pasien wanita umur 14 tahun datang ke IGD RSUD M. Zein , Painan
pada tanggal 27 Februari 2017 pukul 21:00 WIB dengan keluhan bengkak dan
nyeri di bibir kemaluan. Setelah diterima dan diperiksa di KB, pasien didiagnosa
sampai terjadi inflamasi. Kista akan tampak sebagai massa yang menonjol dalam
introitus. Keluhan bengkak ini biasanya akan membawa pasien datang mencari
pengobatan. Jika terinfeksi pada kista tersebut bahkan dapat terjadi abses pada
kelenjar tersebut
Selain massa yang menonjol, biasanya pada kista barholini dapat juga
menimbulkan keluhan nyeri raba atau bahkan dispareunia pada perempuan yang
Kista bartholini memiliki faktor risiko seperti adanya trauma ataupun riwayat
kista bisa berasal dari tempat lain yang mengandung bakteri. Perlu juga
21
ditanyakan masalah hygiene yang juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya kista
barholini.
menonjol berwarna kemerahan pada labia minora. Massa kistik yang terlihat dapat
dicurigai adanya kista pada kelenjar bartholini karena sesuai dengan letak
anatomis dari kelenjar tersebut. Selain itu juga ditemukan adanya nyeri tekan dan
peradangan.
tubuh pasien.
hygiene dan pemberian antibiotik, dan pemberian analgetik. Terapi pada kista
barholini ialah dengan cara marsupialisasi, akan tetapi tidak dapat dilakukan pada
kista yang mengalami inflamasi karena masih tidak jelas batas dari peradangan
massa tersebut. Sehingga, pada pasien ini diberikan terapi untuk menghilangkan
marsupialisasi.
Kista dapat kembali lagi meskipun telah dilakuan terapi. Selain itu juga dapat
22
DAFTAR PUSTAKA
Hart David McKay. Ginaecology Illustrated. Edisi ke-5. New York : Churcill
http://emedicine.medscape.com/article/777112-overview
Wiknjosatro H, Prof, dr, DSOG, Ilmu Kebidanan, edisi ketiga cetakan kesembilan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2007, hal. : 32 dan 406-
411.
Praktis, alih bahasa: dr. R.F. Maulany, Msc, edisi ke-2, 1994, hal : 145-148.
Robbins dan Kumar, Buku Ajar Patologi II, Alih Bahasa : Staf Pengajar
hal.272.
Pernoll Martin L. Disorders Of The Vulva and Vagina. Dalam: Obstetric ang
80.
23
Emanuel A. Friedman, MD, Sc.D, Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
Ginekologi, Alih bahasa: Dr. Widjaja Kusuma, edisi ke-2, Penerbit Binarupa
24