Anda di halaman 1dari 49

INFEKSI PADA POST PARTUM (MASTITIS,

TROMBOFLEBITIS DAN INFEKSI SALURAN


KEMIH/ ISK)

Disusun Oleh:
Siti Hanisa Dwi Rahayu
(16.02.01.2164)
Pengertian Infeksi Postpartum

Infeksi pascapartum ialah infeksi klinis pada yang


terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan.
Etiologi Infeksi Post Partum
Infeksi bisa timbul akibat bakteri yang sering
kali ditemukan didalam vagina (endogenus) atau
akibat agen pathogen dari luar vagina
(eksogenus).

Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50%


adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya
tidak patogen sebagai penghuni normal jalan
lahir.
Manifestasi Klinis Infeksi Post Partum
a. Rubor (kemerahan).
b. Kalor (demam setempat) akibat vasodilatasi.
c. Tumor (bengkak) karena eksudasi.
d. Rasa nyeri (dolor), peradangan pada ujung syaraf.

Nyeri dan pembengkan akan mengakibatkan gangguan faal, dan


reaksi umum antara lain berupa sakit kepala, demam dan
peningkatan denyut jantung.
Jenis-jenis Infeksi
Postpartum
Beberapa jenis infeksi postpartum yang sering terjadi
diantaranya mastitis, tromboflebitis, ISK (Infeksi
Saluran Kemih).
A.1. Mastitis
Pengertian Mastitis

Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai


atau tidak disertai infeksi.

Biasanya menyertai laktasi sehingga disebut juga


Mastitis Laktisional atau Mastitis Peurperalis.
2. Etiologi Mastitis

a. Bakteri Stafilococcus aureus

1) Putting susu yang luka atau lecet, bakteri masuk sampai


ke duktus dan sinus.

2) Bakteri berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam


saluran air susu melalui sobekan atau retakan puting susu.

3) Sumber lain bakteri dapat berasal dari: tangan ibu, tangan


siapapun yang merawat ibu dan bayi.
Next........

b. Daya tahan tubuh yang lemah

c. Kuragnya menjaga kebersihan puting payudara saat

menyusui.

d. Saluran ASI tersumbat tidak segera diatasi sehingga

menjadi mastitis.
3. Penyebab Mastitis
a. Payudara bengkak yang tidak disusui secara
adekuat,
b. Retak (fisura), lecet puting susu.
c. Distensi payudara (bra yang terlalu ketat).
d. Ibu dengan gizi buruk, istirahat yang kurang, anemi
mudah terkena infeksi.
e. Teknik pengosongan payudara tidak adekuat
sehingga stasis air susu dalam duktus.
f. Memar akibat pemompaan atau manipulasi kasar.
4. Gambaran Klinis Mastitis
a. Tanda dan gejala awal mastitis:

1) Bengkak yang berat.

2) Demam ringan.

3) Nyeri ringan diseluruh payudara atau nyeri lokal


pada payudara, semakin buruk saat menyusui.

4) Kemerahan di area peradangan, seluruh payudara


atau lokal.
Next......
b. Tanda dan gejala lanjutan mastitis:

1) Suhu tubuh 37,8oC-40oC.

2) Peningkatan frekuensi nadi.

3) Menggigil, malise umum, dan sakit kepala.

4) Area payudara kemerahan, nyeri saat ditekan, dan


benjolan besar dan keras.

c. Uji laboratorium: Kultur dan sensitivitas pada sempel air


susu dapat mengidentifikasi bakteri.
Next......

d. Komplikasi Mastitis
1) Abses.
2) Rabas/pus, (suhu tubuh tinggi lebih dari 48 jam).
3) Demam yang hilang timbul disertai menggigil.
4) Pembengkakan dan nyeri hebat di payudara,
5) Massa berukuran besar, keras dengan area tidak rata
6) Kemerahan dan pucat kebiruan pada kulit,
menunjukkan lokasi abses yang dipenuhi pus.
5. Pathway Mastitis
Stasis ASI

Fisura pada puting


Jaringan mammae tegang

Bakteri masuk

Lubang duktus terbuka


Mastitis

Kurang Pengetahuan Ketegangan jarinagn mammae Laktasi terganggu Proses infeksi bakteri

Menyusui tidak Reaksi imun


Ukuran mammae membesar penekanan reseptor efektif
nyeri
Muncul pus

Gangguan citra tubuh Nyeri akut


Resiko tinggi infeksi
B. Tromboflebitis
1. Pengertian Tromboflebitis

Tromboflebitis adalah peradangan vena yang disertai


pembentukan trombus/bekuan darah (Syamsi, 2009).

Menurut Adele Pillitteri (2007) Tomboflebitis cenderung


terjadi pada pasca partum saat kemampuan
penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan
fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bawah karena
tekanan kepala janin.
2. Etiologi Tromboflebitis

Etiologi yang belum jelas diketahui, namun berhubungan


dengan keadaan berikut:

a. Perluasan infeksi endometrium

b. Mempunyai varises pada vena

c. Obesitas
Faktor Predisposisi Tromboflebitis:
a. Varises yang sebelumnya sebelumnya
ada f. Pembedahan obstetric
b. Kehamilan g. Kelahiran
c. Trauma h. Imobilisasi
d. Pertambahan usia, semakin i. Trauma vaskula
tua maka semakin beresiko j. Supresi laktasi dengan
terjadi tromboflebitis. esterogen
e. Episode tromboflebitis
k. Infeksi nifas
3. Klasifikasi Tromboflebitis
a. Tromboflebitis Femoralis

Tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena


femoralis.

Disebabkan adanya trombosis atau embosis yang karena


adanya perubahan atau kerusakan pada intima pembuluh
darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran
darah, atau karena pengaruh infeksi atau venaseksi.
Next.....
b. Tromboflebitis Pelvik
Tromboflebitis yang mengenai vena-vena dinding
uterus dan ligamentum latum (vena ovarika, vena
uterina dan vena hipogastrika).
Vena yang sering terkena adalah vena ovarika dekstra
karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak
di bagian atas uterus.
Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ke vena
renalis, sedang perluasan infeksi dari vena ovarika
dekstra ke vena kava inferior. Perluasan infeksi dari
vena uterina ialah ke vena iliaka komunis.
4. Gambaran Klinis Tromboflebitis

a. Tanda dan gejala umum:


1) Peningkatan denyut nadi tanpa sebab yang jelas.
2) Menggigil yang berat dan berulang
3) Fluktuasi suhu tubuh yang ekstrim (meningkat
mulai di bawah normal sampai 40,5oC dan
menurun secara drastis dalam waktu 1 jam).
4) Hipotensi sebagai akibat syok bakteria
5) Emboli paru yang berukuran kecil menyebabkan
pleurisis dan pneumonia.
Next......
b. Tanda dan gejala khusus
1) Trombosis Vena Superfisial
a) Suhu tubuh sedikit meningkat.
b) Takikardia ringan
c) Edema pergelangan kaki, tungkai dan paha
d) Nyeri kaki, tiba-tiba nyeri pada tungki
diperburuk dengan pergerakan /berdiri.
e) Panas setempat, nyeri tekan ekstremitas,
kemerahan pada sisi vena yang mengalami
peradangan.
Next....

2) Trombosis Vena Profunda


a) Demam tinggi disertai takikardi dan menggigil
yang mungkin berat.
b) Tanda Homan (nyeri pada sisi trombosis bila
kaki yang terkena dorsofleksi).
c) Tiba-tiba nyeri hebat pada kaki
d) Ekstremitas pucat atau dingin dengan
penurunan tekanan nadi di bawah area yang
terkena.
Next......

3) Emboli Paru
Kemungkinan besar terjadi pada tromboflebitis vena
profunda jarang terjadi pada kasus tromboflebitis
superfisial.
C. ISK (Infeksi Saluran Kemih)
1. Pengertian ISK (Infeksi Saluran Kemih)

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang


terjadi pada saluran kemih.

Kejadian ISK pada masa nifas dihubungkan dengan


hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih
waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang sering,
kontaminasi kuman dari perineum, atau katerisasi yang
sering (Krisnadi, 2005).
2. Etiologi ISK (Infeksi Saluran Kemih)

Sebagian besar ISK diawali dan disebabkan oleh bakteri


Eschericia Coli (80%-90%). Sebagian besar sisa kasus ISK
disebabkan oleh Staphylococcus saprophyticus dan C.
Trachomatis.
3. Gambaran klinis ISK (Infeksi Saluran Kemih)
1. Bakteriuria asimtomatik: tidak ada gejala
2. Sistisis:
a) Gejala
a. Sering berkemih
b. Urgensi berkemih
c. Disuria
d. Nyeri suprapubis
e. Hematuria
b) Tanda
a. Hitung koloni bakteriuria lebih dari 100.000
b. Nitrat dalam urine merupakan produk samping bakteri
c. Jumlah SDP lebih dari 50 per ml atau 25 per HPF urine
d. SDM dalam urine
Next....
3. Pielonefritis
1) Demam lebih dari 37,8oC atau lebih disertai menggigil
2) Nyeri punggung bagian bawah
3) Anoreksia, mual, muntah
4) Sering berkemih, Urgensi untuk berkemih dan disuria
5) Nyeri tekan pada sudut kostovetebra (costovertebral
angel, CVA)
6) Nyeri suprapubis
7) Bakteri, nitrat, SDM,SDP dan protein dalam urine
4. Diagnosa banding
1) Uretritis, terutama disebabkan klamidia
2) Vaginitis, vulvitis, atau trauma yang dapat menyerupai
disuria.
Managemen Medis dan
Menegemen Keperawatan
A. Managemen Medis dan Managemen Keperawatan
Mastitis
1. Managemen Medis pada Mastitis
a. Terapi Pengobatan: Antibiotik pemakaian 10 hari penuh,
Antipiretik seperti Asitamenofen dan obat Antiinflamasi
Non Steroid juga digunakan.
b. Pemberian ASI: Dianjurkan pemberian ASI kontinue.
Bila ada infeksi jamur, baik ibu dan janin, keduanya
diobati dengan Nistatin selama 14 hari.
c. Uji Laboratorium: Diindikasikan oleh peningkatan
jumlah leukosit dan jumlah bakteri.
d. Penatalaksanaan Abses pada Payudara: ASI dan setiap
drainase dikultur. Area abses perlu di insisi, di drainase
serta dikompres dengan kasa steril.
2. Asuhan Keperawatan pada Mastitis
a. Pengkajian Keperawatan Khusus
1) Kaji keadaan umum ibu. Gejala sistematis, gejala yang
menyerupai flue: sakit kepala, malaise, nyeri otot,
frekuensi nadi yang cepat dan suhu sektar 38,5oC.
2) Kaji pola makan dan tidur serta tingkat stress ibu.
Penurunan asupan makanan, tidur /stress dan aktivitas
yang berlebihan, dapat menurunkan daya tahan ibu.
3) Kaji riwayat faktor presipitasi menyusui
ketidakefektifan pengosongan mammae, pembengkakan,
pakaian atau BH yang ketat, atau perubahan pola
menyusui seperti bayi tidur sepanjang malam, atau
penggunaan suplemen makanan.
Next....
4) Area kemerahan payudara, nyeri tekan dan
pembengkakan.
5) Palpasi, keras dan teraba panas, terdapat gumpalan
seperti batu barus yang keras. Abses tampak berupa
inflamasi lokal yang nyeri, teraba keras di bawah
permukaan kulit.
6) Inspeksi puting: fisura dan keretakan. Puting radang dan
terasa sakit, indikasi infeksi Fungus dan Yeast.
7) Inspeksi mulut bayi: bercak putih yang dikelilingi oleh
kemerahan pada membran mulut, indikasi infeksi akibat
Candida albicans,atau infeksi sariawan pada mulut.
b. Diagnosis Keperawatan yang munkin Muncul
pada mastitis
1) Perilaku mencari kesehatan yang berhubungan dengan
kekurangan informasi tentang praktik menyusui yang
tepat.
2) Resiko infeksi yang berhubungan dengan fisura dan
trauma pada jaringan atau puting payudara.
3) Menyusui yang tidak efektif yang berhubungan dengan
nyeri sekunder akibat perkembangan mastitis.
c. Intervensi Keperawatan
1. Tindakan pencegahan
a) Diskusikan tentang faktor-faktor pencetus.
b) Gunakan teknik mencuci tangan yang baik.
c) Latih ibu dalam perawatan mammae, seperti:
1) Cuci tangan sebelum memegang mammae atau pusing
susu.
2) Bersihkan mammae hanya dengan air (mempertahankan
minyak pelindung lapisan atas).
3) Pakai bra penyokong setiap saat (menghindari stasis
susu).
4) Mengganti bra serta pembalut mammae secara berkala.
Next....
2. Jika ibu mengalami mastitis
a) Berikan obat-obatan analgesik per oral sebelum
menyusui untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan.
b) Ajari ibu untuk meningkatkan frekuensi menyusui,
meningkatkan asupan cairan (6-8 gelas ml air per hari).
c) Jika tidak ada kemajuan dlam 12-14 jam atau jika
demam berlangsung lama, sebaiknya ibu memberitahu
penyedia asuhan kesehatannya. Jika ibu sednag
mengonsumsi antibiotik dan bayi menjadi diare.
d) Berikan motivasi jika ibu membutuhkan penghentian
pemberian ASI untuk sementara,
d. Evaluasi

1) Ibu mampu mengidentifikasi faktor-faktor


predisposisi, tanda dan gejala dari mastitis yang
nanti terjadi, serta tindakan pencegahannya.
2) Ibu memahami penatalaksanaan yang teapt jika
mastitis terjadi. Ibu dimotivasi terhadap setiap
keputusan kapan perlu menyusui dan mengetahui
kapan menyusui perlu dihentikan.
B. Managemen Medis dan Managemen Keperawatan
Tromboflebitis
1. Managemen Medis pada Tromboflebitis
a. Tromboflebitis superfisial
Bertirah baring dengan posisi kaki ditinggikan adalah
hal yang dianjurkan. Terapi panas-lembab dilakukan,
agar terjadi drainase dan mengurangi stasis vena.
Digunakan stoking elastis setelah inflamasi inflamasi
akut mereda.
Next.....
b. Trombosis vena profunda
Pemberian Heparin melalui IV yang berkelanjutan.
Nilai laboratorium yang diharapkan dari waktu
protombin adalah 1,5-2,5 X kontrol perdetik, kemudian
dimilai terapi Warfarin Sodium (Coumadin). Aspirin
atau Ibuprofen tidak dapat diberikan pada ibu yang
sedang dalam pemberian terapi antikoagulasi.
Kewaspadaan Khusus: satu persen Protamin sulfat
digunakan sebagai antidot untuk kasus overdosis
antikoagulasi.
2. Asuhan Keperawatan pada Tromboflebitis
a. Pengkajian Keperawatan Penting
1) Kaji tanda-tanda vital, setiap 4 jam. Waspada dan
laporkan bila suhu mencapai >37,9oC.
2) Kaji peningkatan dalam ukuran, warna, kehangatan,
nadi perifer dan tanda homan positif pada area betis,
paha dan lipatan paha (khususnya bagian kiri),
secara bilateral.
3) Kaji hitung darah lengkap (Complete Blood Count,
CBC), hitung trombosit dan waktu protrombin.
4) Kaji bukti perdarahan yang berhubungan dnegan
terpi heparin.
b. Diagnosis Keperawatan yang mungkin Muncul

1. Gangguan perfusi jaringan perifer, yang berhubungan


dnegan stasis vena yang obstruksi.
2. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan
embolisme paru sekunder akibat dari lepasnya trombus
vena profunda.
c. Intervensi Keperawatan Penting

1) Pantau tanda-tanda vital.


2) Inpeksi dan palpasi panas, warna, nyeri tekan dan nadi
perifer pada area betis, paha dan lipat paha setiap hari.
3) Pantau beberapa tanda trombosis vena profunda. Nyeri
di kaki atau paha yang berat, kenaikan suhu, atau
menggigil.
4) Ukur bagian kaki yang terkena memakai pita yang tidak
melar untuk mengkaji tingkat edema
Next....
5) Bantu ibu untuk tetap beristirahat di tempat tidur dengan
posisi kaki ditinggikan total diatas bantal.
6) Pakai kompres basah, yang hangat untuk kaki yang
terkena vasodilatasi akan memfasilitasi aliran darah serta
mengurangi nyeri.
7) Berikan antibiotik sesuai dengan yang dipesankan.
8) Berikan heparin seperti yang dipesankan, setelah
mendapatkan hasil protrombin.
9) Pantau protrombin dan Ht untuk mnegevaluasi
perdarahan dan kecukupan heparinasi. Sediakan
Protamin sulfat 1% untuk penatalaksanaan over dosis
heparin.
10) Anjurkan ibu mengikuti langkah-langkah berikut
untuk mencegah stesis vena:
a) Hindari menyilangkan kaki dengkul saat duduk,
b) Tinggikan kaki saat duduk.
c) Hindari berdiri dalam waktu yang lama.
d) Lakukan ambulasi secara berkala sepanjang hari.
e) Minum sedikitnay 240 ml air 6 kali setiap hari.
d. Evaluasi

1) Jika tromboflebitis berkembang, kondisi diketahui


dengan cepat dan diatasi tanpa komplikasi lebih lanjut.
2) Saat pemulangan, Ibu mampu untuk menjelaskan tujuan,
penatalaksanaan dosis dan tindakan kewspadaan yang
dibutuhkan yang berkaitan dnegan pengobatan seperti
antikoagulan.
3) Ibu dapat mendiskusikan tindakan perawatan diri dan
terapi yang berkelanjutan (seperti penggunaan stoking
elastis), yang diindikasikan.
4) Ibu memiliki ikatan erat dengan bayi baru lahirnya dan
mampu untuk merawat bayi dengan efektif.
C. Menegemen Medis dan Menegemen
Keperawatan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
1. Managemen Medis pada Infeksi Saluran Kemih (ISK)
a. Urinalis
Lakukan analisis air kemih dan analisis untuk kadar
protein, darah dan organisme.
Urine yang mengandung kadar sel darah putih yang
meningkat (>100.000/ml organisme), serta
kadarsisapati protein dan atau darah,
mengindikasikan ISK.
Kultur dan sensitivitas urine diambil, sehingga
penentuan antibiotik organisme khusus dapat
diidentivikasi.
Next...
b. Penataksanaan cairan dan darah
 Asupan cairan ditingkatkan hingga 3-4 liter perhari, untuk
mengencerkan urine, serta dosis pengobatan vitamin C dan jus
berry dipakai untuk mengasamkan urine.
 Diberikan obat Sulfonamid kerja-pendek, seperti
Nitrofurantoin (Makrodantin) sesuai pesanan, kecuali ibu
dalam masa kehamilan, Sulfametoksasol atau trimetoprim
(Septra, Bactrim) juga bisa diberikan.
 Antiseptik saluran kemih (Azo Gantrisin)/ antibiotik sistemik
(Ampisilin atau Sefalosporin emapt kali sehari nselama 7-10
hari), dapat juga diberikan.
 Antispasmotik atau Analgesik urine, seperti Fenazopiridin
Hidroklorida (Pyridium), bisa diberikan utnuk mengurangi rasa
ketidaknyamanan.
2. Asuhan Keperawatan pada Infeksi Saluran Kemih
(ISK)
a. Pengkajian Keperawatan penting
1) Kaji frekuensi, urgensi dan jumlah haluaran urine untuk
menilai fungsi kandung kemih. Inspeksi warna urine
(hematuria), bau dan keekruhan (kental atau encer).
2) Palpasi bila ada pembesaran massa, pada area atau didekat
umbilikus.
3) Kaji bila terdapat rasa sakit menyengat dan rasa panans pada
saat berkemih, nyeri punggung bagian bawah, atau nyeri berat
pada panggul.
4) Palpasi bila ada nyeri tekan diarea kostovertebral.
5) Kaji tanda-tanda vital setiap 4 jam dan pantau bila ada
pengaruh pada tanda sistemik.
6) Kaji asupan dan haluaran setiap 8 jam.
b. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul
1) Gangguan eleminasi urune yang berhubungan dengan
infeksi saluran kemih.
2) Gangguan rasab nyaman: nyeri yang berhubungan
dengan infeksi saluran kemih.
3) Resiko trauma yang berhubungan dengan stasis urine
sekunder akibat overdistensi.
4) Perilaku mencari kesehatan yang berhubungan dengan
kekurangan informasi tentang infeksi saluran kemih,
pengobatan dan kemungkinan gejala sisanya.
c. Intervensi Keperawatan Khusus
1) Ambil sampel urine-tengah yang cukup bersih, untuk
pemeriksaan urine.
2) Anjurkan ibu untuk berkemih setiap 2-4 jam, dan
mengosongkan kandung kemih secara tuntas.
3) Sediakan kompres es untuk perineum selama 1 jam
setelah kelahiran, untuk mengurangi pembentukan
edema dan memfasilitasi berkemih.
4) Ibu sebaiknya minum sedikitnya 8 gelas (300 ml) cairan,
khususnya air setiap hari.
5) Jika ibu sedang dalam pengobatan Sulfinamida, ajarkan
ibu bahwa pemberian ASI sebaiknya dihentikan dan
ajarkan bagaimana cara memompa payudara.
6) Jelaskan pada ibu bahwa obat-obatan yang diresepkan
bisa merubah warna urine. Nitrofurantoin
mengakibatkan warna urine coklat, bisa menyebabkan
mual dan muntah serta diare, dan obat seharusnya
diberikan bersama dengan makanan dan susu untuk
mengurangi iritasi lambung.
7) Berikan dukungan untuk melakukan praktik kebersihan
profilaktik (mis, pembersihan area genitourinari dari arah
depan kebelakang, berkemih hanya bila ibu merasakan
keterdesakan, memakai pakaian dari bahan katun, dan
berkemih setelah berhubungan seksual).
d. Evaluasi
 Ibu memahami setiap pesan khusus tentang
pengobatan yang diberikan, serta kebutuhan untuk
pengambilan uji kultur urine.
 Ibu memahami pentingnya kebersihan, kebutuhan
cairan dan makanan untuk mencegah infeksi saluran
kemih, dan setiap gejala yang timbul harus dilaporkan
kepada pemberi asuhan.
Thank you....

Assalamualikum, wr. wb....

Anda mungkin juga menyukai