Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan kelainan –


kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba
(palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). (Raylene M Rospond,2009
; Terj D. Lyrawati,2009).

Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik dengan


memakai indera penglihatan, pendengaran,penciuman, dan rasa untuk mendeteksi
masalah kesehatan klien. Untuk pemeriksaan fisik perawat menggunakan teknik
inspeksi,auskultasi,palpasi, dan perkusi (Craven & Hirnle,2000; Potter,1997;Kozier et
al.,1995).

Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif


dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan
dengan wawancara. Focus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan
fungsional klien. Misalnya, klien mengalami gangguan system musculoskeletal, maka
perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari atau tidak.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian fisik
2. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian fisik sistem hematologi
C. Pemeriksaan Fisik

Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :

a. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh
yang diperiksa melalui pengamatan cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat
dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada
setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan
perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian
tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit
kebiruan (sianosis), dan lain-lain.

b. Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-
jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya
tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.

 Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :


1) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
2) Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
3) Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
4) Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir. Misalnya : adanya tumor,
oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.

c. Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh


tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan
tujuan menghasilkan suara.Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran,
bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat
untuk menghasilkan suara.

Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :

5) Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.


6) Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-
paru pada pneumonia.
7) Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah
jantung, perkusi daerah hepar.
8) Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga
kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien
asthma kronik.dan timpani pada usus

d. Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan


suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising
usus.

 Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :


1. Reles : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran – saluran halus
pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya
pada klien pneumonia, TBC.
2. Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun
saat ekspirasi. Cirri khas akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema
paru
3. Wheezing : bunyi yang terdengar “ngii…k”, bisa dijumpai pada fase
inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma
4. Pleura Friction Rub : bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan
amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

D. Pengkajian fisik sistem hematologi

Kebayakan evaluasi dari system hematology berdasarkan pada riwahyat


kesehatan. Dimana konsekuensinya, perawat harus punya kemampuan keilmuan untuk
menanyakan /mengkajitentag riwayat kesehatan untuk menemukan masalah pasien yang
berkaitan dengan gangguan system hematology. Berikut ini dapat ditampilkan
kemungkinan data yang dapat ditemukan pada pasien yang mengalami gangguan system
hematology:

1. Data Subjektif

1.1 Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Perawat melakukan pengkajian riwayat kesehatan masa lalu dengan interview


apakah pasien menderita: anemia, leukemia, mononukleosus, malabsorpsi, gangguan
liver: hepatitis, sirosis; tromboplebitis atau trombosis; gangguan limpa

1.1.1 Persepsi Sehat-Pola Penanganan Kesehatan

Perawat mengkaji persepsi sehat-pola penanganan kesehatan pasien, apakah


pasien merasakan kekurangan energi/lemah, merokok atau minum alcohol, pernah
menerima transfuse.

Apakah pasien pernah menderita salah satu dari: SLE, leukemia, myelodisplastik
syndrome, infeksi Ebstein-Barr virus, sytomegalovirus, rubella virus, hepatitis virus
(A,B, atau C), infeksi saluran nafas atas, atau bastroenteritis, infeksi HIV,
ketergantungan obat (bila ya, jenis obat-obatan apa yang di konsumsi), pembedahan,
trauma kepala, sakit kepala, pandangan berkunang-kunang, somnolen, penurunan tingkat
kesadaran, perdarahan intracranial.

1.1.2 Kesehatan Keluarga

Apakah diantara anggota keluarga ada yang menderita anemia, leukemia,


perdarahan, masalah pembekuan.
1.1.3 Pola Metabolisme-Nutrisi

Perawat mengkaji apakah pasien mengalami kesulitan makan, mengunyah,


menelan, bagaimana selera makan pasein, apakah pasien mengkonsumsi vitamin,
suplemen, zat besi, apakah pasien merasa mual, mengalami muntah, perdarahan, memar,
perubahan kondisi kulit, keringat malam, intoleransi terhadap suhu/iklin yang dingin,
pembengkakan pada lipatan ketiak, leher, lipatan paha.

1.1.4 Pola Eliminasi

Perawat mengkaji apakah pasien mengalami buang air besar berwarna hitam atau
seperti ter, kencing berdarah, urine output berkurang, diare, menorrhagia, ekimosis,
epistaxis.

1.1.5 Pola Latihan-Aktifitas

Perawat mengkaji apakah pasien mengalami rasa lelahan yang berlebihan,


bernafas pendek-pendek saat istirahat dan/atau saat beraktifitas, mengalami keterbatasan
gerak sendi, gait yang tidak baik, perdarahan dan/atau memar setelah beraktifitas.

1.1.6 Pola Istirahat-Tidur

Perawat mengkaji apakah pasien mengalami rasa lelahan dan/atau kelelahan yang
lebih dari biasanya, merasa baik setelah beristirahat.

1.1.7 Pola Persepsi-Kognitif

Perawat mengkaji apakah pasien mengalami mati rasa, rasa geli, masalah
penglihatan, pendengaran, pengecapan, perubahan fungsi mental, nyeri tulang, sendi,
abdominal, perut kembung, nyeri sendi saat melakukan gerakan, nyeri otot.
Pola Konsep-diri-Persepsi-diri

Perawat mengkaji apakah pasien merasa: masalah kesehatannya membuat


perasaan berbeda tentang dirinya sendiri, perubahan fisik yang menyebabkan distress.

1.1.8. Pola Berhubungan-Peran

Perawat mengkaji apakah pasien bekerja pada lingkungan yang kontak dengan
bahan-bahan yang merusak/merugikan, apakah pasien merasakan bahwa penyakitnya
merubah peran dan hubungan dirinya dengan orang lain.

1.1.9. Pola Reproduksi-Seksual

Perawat mengkaji apakah pasien mempunyai masalah hematology yang


menyebabkan masalah seksual, wanita: kapan mens terakhir, siklus normal, berapa lama
mengalami perdarahan tiap siklus, peningkatan pembekuan, volume mensturasi, pria:
mengalami impotensi

1.1.10. Pola Toleransi Stres-Koping

Perawat mengkaji apakah pasien mempunyai system dukungan (keluraga, teman,


organisasi, dll) yang dapat menolong, bagaimana strategi koping yang digunakan selama
sakit.

1.1.11. Pola Keyakinan-Nilai

Perawat mengkaji bagaimana pengetahuan/pendapat pasein tentang transfuse


darah, apakah pasien mempunyai konflik antara rencana terapi dan sisteem keyakinan-
nilai yang di anut.
1.1.12. Obat-obatan

Perawat mengkaji apakah klien pernah menggunakan obat-obatan:

1. Asam Aminosalisilik (Pamisil, PAS) yang berfungsi sebagai anti tluberkulin:


dapat menyebabkan leukositosis sekunder terhadap hipersensitivitas dan anemia.
2. Amphotericin B (Fungizone) yang berfungsi sebagai anti fungal : dapat
menyebabkan penurunan agregasi platelet, perpanjangan waktu perdarahan.
3. Asam Asetilsalisilik (aspirin) dan aspirin yang mengandung bahan (seperti:
Empirin, Percodan) yang berfungsi sebagai analgesik, antipiretik, antiinflamatori:
dapat menyebabkan anemia, leucopenia.
4. Azathioprine (Imuran) yang berfungsi sebagai immunosuppressi: anemila,
leucopenia, trombositopenia. Carbamazepine (Tegretol) anti kejang: anemila,
leucopenia, trombositopenia. Chloramphenicol (Chloromycetin) antibiotic:
Anemia, neutropenia, trombositopenia.
5. Chlorothiazide (Diuril) yang berfungsi sebagai diuretic: Trombositopenia
(kadang-kadang).
6. Kontrasepsi oral dan diethylstilbestrol yang berfungsi untuk control kelahiran,
gejala menopausal, perdarahan uterin, kanker prostate dan dapat menyebabkan:
Peningkatan factor II, V, VII, VIII, IX, X; peningkatan trombin; penurunan
protrombin dan parsial tromboplastin time (PTT); peningkatan koagulasi dan
pembentukan tromboemboli.
7. Diphenylhydantoin (Dilantin) yang berfungsi sebagai anti kejang, antiaritmia:
anemia.
8. Epinephrine (Adrenalin) yang berfungsi sebagai simpatomimetik dan dapat
menyebabkan: leukositosis.
9. Glucocorticoid (Prednisone) yang berfungsi sebagai antiinflamatori dan dapat
menyebabkan: limphopenia, neutropilia.
10. Isoniazide (INH) yang berfungsi sebagai antituberkulin dan dalpat menyebabkan:
neutropenia.
11. Methyldopa (Aldomet) yang berfungsi sebagai antihipertensi dan dalpat
menyebabkan: anemia hemolitik.
12. Phenacetin (APC, bahan Empirin) yang berfungsi sebagai analgesic, antipiretik
yang dapat menyebabkan: anemia.
13. Phenylbutazone (Butazolidin) yang berfungsi sebagai antiiflamatori yang dapat
menyebabkan: Anemia, leucopenia, neutropenia, trombositopenia.
14. Procaiamide hydrochloride (Pronestyl) yang berfungsi sebagai antiaritmia yang
dapat menyebabkan: agranulositosis.
15. Quinidine sulfate yang berfungsi sebagai antiaritmia yang dapat menyebabkan:
Agranulositosis, anemia, trombositopenia.
16. Trimethoprime-sulfamethoxazole (Bactrim, Septra) yang berfungsi sebagai
antibacterial yang dapat menyebabkan: anemia, leucopenia, neuutropenia,
trombositopenia.
17. Agen Antineoplastic yang berfungsi sebagai immunosuppressi, malignansi yang
dapat menyebakan: anemia, leucopenia, trombositopemia.
18. Agen Nonsteroidal Anti-inflammatory yang berfungsi sebagai antiiflamtori,
analgesi, antipiretik yang dapat menyebabkan: inhibisi agregasi platelet.
19. Qinidine atau quinine, obat penguat pada minuman keras, pemberi rasa pahit pada
minuman keras dapat menyebabkan purpura.
20. Heparin untuk antikoagulasi dapat menyebabkan:
trombositopenia/pseudotrombositopenia.
2. Data Objektif

2.1 Pemeriksaan Fisik

Perawat melakukan pengkajian dengan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi dan


perkusi untuk mengidentifikasi apakah terdapat tanda dan gejala sebagai berikut :

2.1.1 Kulit.

Kulit akan tampak pucat karena berkurangnya jumlah hemoglobin (anemia);


kemerah-meahan karena menigkatnya jumalah hemoglobin (polisitemia); jaundis karena
penumpukan pigmen empedu yang disebabkan oleh hemolisis yang cepat atau
berlebihan; purpura, peteki, ekkimosis, hematom yang disebabkan oleh defisiensi
hemostatik factor pembeku yang menyebabkan perdarahan di kulit; ekskoriasi dan
pruritus disebabkan oleh garukan pada kulit karena rasa gatal sekunder terhadap
gangguan seperti penyakit Hodgkin dan peningkatan jumlah bilirubin; ulser pada tungkai
disebabkan oleh penyakit sikel sel terutama terjadi pada bagian maleolus pergelangan
kaki; perubahan warna menjadi kecoklatan disebabkan oleh hemosiderin dan melanin
dari eritrosit yang pecah dan deposit zat besi sekunder terhadap transfuse zat besi yang
berlebihan; sianosis disebabkan oleh penurunan hemoglobin; telengiektasis disebabkan
oleh hiperemik spot disebabkan oleh dilatasi kapiler atau pembuluh darah yang kecil dan
angioma kecil dan cendrung mengalmi perdarahan; angioma disebabkan oleh tumor
benigna pada pembuluh darah atau getah bening; spidernevi disebabkan oleh dilatasi
kapiler-kapiler yang tampak seperti sarang laba-laba, hal ini berhubungan dengan
penyakit liver dan peningkatan kadar estrogen pada kehamilan.
2.1.2. Kuku.

Pada bagian kuku akan telihat dan teraba rigid memanjang, datar dan cekung yang
disebabkan oleh anemia defisiensi zat besi yang kronik.

2.1.3. Mata.

Bagian-bagian dari mata dapat terlihat jaundis pada sclera yang disebabkan oleh
penumpukan pigmen empedu karena hemolisis yang berlebihan atau cepat; pucat pada
konjungtiva disebabkan karena penurunan jumlah hemoglobin (anemia); perdarahan pada
retina disebabkan oleh trombositopenia dan anemia; dilatasi vena-vena akibat polisitema.

2.1.4. Mulut.

Sekitar mulut akan terlihat pucat karena penurunan jumlah hemoglobin (anemia);
ulserasi gusi dan mukosa karena anemia berat dan neutropenia; infiltrasi pada gusi
(membengkak, kemerahan, perdarahan) disebabkan oleh leukemia ; tekstrur lidah halus
oleh karena anemia pernicious dan deriseinsi zat besi.

2.1.5. Kelenjar getah bening.

Teraba lunak karena respon normal terhadap infeksi pada bayi dan anak, adanya
invasi kanker pada orang dewasa, pembesaran akibat infeksi, infiltrasi benda asing, atau
gangguan metabolic terutama lemak.
2.1.6. Dada.

Tampak pelebaran mediastinum karena pembesaran nodus lymph; teraba


tenderness/perlunakan pada seluruh bagian sternal karena kondisi leukemia yang
menyebakan erosi tulang; tenderness sternal local karena myeloma multiple akibat dari
peregangan periosteum; terdengar takikardia karena mekanisme kompensatori pada
anemia untuk meningkatkan kardiak output; teraba tekanan pols melebat karena
mekanisme kompensatori pada anemia untuk meningkatkan kardiak output dengan
meningkatkan volume sekuncup; terdengar murmur karena biasanya murmur sistolik
akan mucul pada anemia disebabkan oleh peningkatan jumlah dan kecepatan dari
viskositas rendah melalui katup pulmonik; terdengar bruit (terutama karotis) karena
kecepatan dari viskositas darah yang rendah melalui katub pulmoni; angina pectoris
karena peningkatan aliran darah dengan viskositas rendah melalui pembuluh darah;
hipertensi dan bradikardia karena anemia.

2.1.7. Abdomen.

Dari palpasi ditemukan hepatomegali akibat dari leukemia, sirosis atau fibrosis
sekunder terhadap kelebihan zat besi pada sikel sel atau thalasemia; spenomegali karena
leukemia, lymphoma, mononucleosis; dari auskultasi akan terdengar bruit dan rub akibat
infraksi splenik.

2.1.8. System saraf.

Dari hasil pemerisaan sensasi getar, propriosepsi/posisi, nyeri, sentuhan, getaran


dan reflek tendon ditemukan kerusakan fungsi system saraf karena defisiensi cobalamin
atau penekanan dari saraf oleh massa.
2.1.9. Punggung dan ekstremitas.

Pasien mengeluh nyeri punggung, yang merupakan penyebab adalah reaksi


hemolitik akut dari nyeri panggul karena ginjal berperan dalam lproses hemolisis;
multiple myeloma dari pembesaran tumor yang meregang periosteum atau kelemahan
jaringan penyokong yang menyebabkan strain ligament dan spasme otot; dan penyakit
sikel sel.

Dari inspeksi akan tampak peteki akibat dari tirah baring pada kondisi pasien
yang mengalami trombositopenia.

Athralgia yang disebabkan oleh leukemia karena adanya penyakit pada tulang :
sumsum tulang, dan sikel sel dari hemartrosis.

Pasien juga akan mengeluh nyeri tulang akibat invasi sel leukemia ke tulang,
demineralisasi akibat dari hematopoietik dan malignansi yang padat meningkatkan
kemungkinan patah tulang patologi, dan penyakit sikel sel.

2.2. Laboratorium

2.2.1. Hitung Darah Lengkap

Perawat melakukan pengkajian kolaborasi untuk mengetahui apakah pemeriksaan


komponen darah lengkap masih dalam batas normal atau tidak, rinciannya dapat dilihat
dalam table dibawah ini:

Studi Deskripsi dan Tujuan Nilai Normal

Hb Mengukur kapasitas pengangkutan gas oleh Wanita: 12-16 g/dl (120-


sel darah merah 160 g/L)

Pria: 13.5-18 g/dl (135-


180 g/L)

Wanita: 38-47 % (38-


Hct Mengukur volume sel dari darah merah yang
47)
diekspresikan sebagai persentasi dari volume
darah total Pria: 40-54 % (40-54)

Hitung jumlah sel darah merah dalam Wanita 4,0-5,0 X 10


Total RBC sirkulasi pangkat 6/µl (4,0-5,0 X
10 pangkat 12/L)

Pria: 4,5-6,0 X 10
pangkat 6/µl (4,5-6,0 X
10 pangkat 12/L)

Isi sel darah


82-98 fl
merah
Membedakan ukuran relative sel darah
MCV (mean merah, kekurangan MCV refleksi dari
corpuscular mikrositosis, penigkatan MCV refleksi
volume) makrositosi
MCH (mean Mengukur rata-rata berat dari Hb/RBC; 23-33 pg
corpuscular MCH yang rendah indikasi dari mikrositosis
haemoglobin) atau hipokromia, MCHC meninggi dari
makrositosis

Evaluasi saturasi RBC dengan Hb; MCHC


MCHC (mean
rendah indikasi dari hipokromia, MCHC 32-36% (0,32-0,36)
corpuscular
tinggi terjadi pada spherocytosis
haemoglobin
concentration)

WBC Mengukur jumlah total leukosit

WBC Membedakan masing-masing bagian sel


4.000-11.000/µl (4-11
dilferensial darah putih, membedakan nilai absolute
pangkat 9/L)
dengan mengalikan persentasi tipe sel oleh
jumlah total sel darah putih dan membagi Neutropil: 50-70%
dengan 100 (0,50-0,70)

Eusinopil: 2-4% (0,2-


0,4)

Basopil: 0-2% (0-0,2)

Lymposit: 20-40%
(0,20-0,40)

Monosit: 4-8% (0,4-0,8)


Mengukur jumlah platelet untuk
mempertahankan fungsi pembekuan (tidak
Platelet mengukur kualitas fungsi platelet) 150.000-400.000 /µl
(150-400 X 10 pangkat
9/L)

2.2.2. Pemeriksaan Factor Pembekuan

Perawat melakukan pemeriksaan kolaboratif untuk menilai apakah factor pembekuan


dalam batas normal atau tidak, dapat dilihat dalam table dibawah ini:

Studi Deskripsi dan Tujuan Nilai Normal

Jumlah platelet Hitung jumlah dari platelet dalam sirkulasi 15.000-


400.000/µl

12-15 sec
Protrhrombin Pengkajian koagulasi ekstrinsik dengan mengukur
time (PT) factor I, II, V, VII, X

International Standarisasi system dari PT berdasarkan referensi 2.0-3.0*


normalized model kalibrasi dan dihitung dengan
ratio (INR) membandingkan PT pasien dengan nilai control

Activated Pengkajian koagulasi inntrinsik dengan mengukur


partial factor I, II, V, VIII, IX, X, XI, XII; memanjang bila 30-45 sec
thromboplastin menggunakan heparin
time (APTT)

Automated Evaluasi koagulasi intrinsic; lebih akurat dari APTT;


coagulation digunakan selama dialysis, prosedur bypass arteri
150-180
time (ACT) koroner, arteriogram

Thromboplastin Refleksi dari generasi tromboplastin; bila abnormal,


generation test dilakukan tahap kedua untuk mengidentifikasi
(TGT) kehilangan factor koagulasi <12 sec
(100%)

Bleeding time Mengukur perdarahan insisi kulit yang kecil; refleksi


dari kemampuan konstriksi pembuluh darah kecil

1-6 min

Refleksi adekuasi trombin; perpanjangan trombin


Thrombin time
time indikasi inadekuat koagulasi sekunder terhadap
penurunan aktifitas trombin
8-12 sec

Refleksi dari kadar fibrinogen; peningkatan

Fibrinogen fibrinogen kemungkinan mengindikasikan


peningkatan pembentukan fibrin, membuat pasien
hiperkoagulasi; penurunan fibrinogen indikasi dari
200-400
kemungkinan pasien risiko perdarahan
mg/dl (2.0-
4.0g/L)
Refleksi dari derajad fibrinolisis; refleksi dari
kelebihan fibrinolisis dan predisposisi terjadi
perdarahan (bila ada); kemungkinan indikasi dari
Fibrin split
disseminated intravascular coagulation (DIC)
products
<10mg/L

Refleksi dari retraksi pembekuan dari efek test tube


setelah 24 jam; digunakan untuk mengkonfirmasi
masalah platelet

Clot retraction

Refleksi dari integritas kapiler ketika tekanan positif 50-100%


atau negative dilakukan untuk bagian tubuh yang dalam 24 jam
berbeda; test positif mengindikasikan
trombositopenia, reaksi vascular toksik
Capillary
fragility test
No peteki atau
(tourniquet test,
negative
Rumpel-Leede Refleksi dari adanya monomer fibrin (bagian fibrin
test) setelah elemen polimerisasi dan stabilisasi
pembekuan); test positif mengindikasikan
predisposisi terjadi perdarahan dan kemungkinan
Protamine
adanhya DIC
sulfate test

Negative
2.2.3. Berbagai Pemeriksaan Darah

Perawat melakukan pemeriksaan kolaboratif untuk mengetahui berbagai


komponen dalam darah apakah dalam batas normal atau tidak, dapat dilihat pada table di
bawah ini:

Studi Deskripsi dan Tujuan Nilai Normal

ESR Mengukur sedimentasi atau pengendapan sel Wanita: 1-20 mm


darah merah dalam 1 jam. Proses inflamatori dalam 1 jam
menyebabkan perubahan protein plaslma,
Pria: 1-15 mm dalam
menghasilkan agregasi seldarah merah dan
1 jam
membuat mereka bertambah berat. Sedimentasi
yang lebih cepat, ESR meninggi

Mengukur sel darah merah immature, refleksi


dari aktifitas sumsum tulang memproduksi sel 0,5-1,5% dari jumlah
Jumlah darah merah sel darah merah
Reticulosyte
(0,005-0,015 dari
RBC)

Mengukur tingkat hemolisis sel darah merah


atau ketidakmampuan liver
untuk Total: 0,2-1,3 mg/dl
mengekskresikan jumlah normal bilirubin; (3,4-22µmol/L)
Billirubin
meningginya bilirubin indirek dengan masalah
Direct: 0,1-0,3mg/dl
hemolitik
(1,7-5,1 µmol/L)

Indirect: 0,1-1,0
mg/dl (1,7-17
µmol/L)

Refleksi dari jumlah iron dikombinasi dengan 50-150 µg/dl (9,0-


protein dalam serum; akurat mengindikasikan 26,9 µmol/L)
Iron
status penyimpanan iron dan penggunaannya
Serum

Mengukur persentasi dari saturasi transferring,


250-410 µg/dl (45-73
protein mengikat iron; evaluasi jumlah dari
µmol/L)
iron ekstra yang dapat di bawa

Total iron-
binding Diferensiasi tipe anemia hemolitik; deteksi dari
capacity antibody immune

Coombs’test Deteksi dari antibody yang mendekati sel darah


merah Negative

Direct Deteksi dari antibody dalam serum

Negative

Indirect

Deteksi bentuk sel darah (megatrombosit)

Morfologi sel Normal


Deteksi factor risiko terinfeksi

Antibody Negative
HIV
Deteksi factor risiko

Negative
Antiplatelet
Deteksi factor risiko
antibody
Negative

Deteksi anemia dan trombositopenia


Antinuclear
antibody Negative

Antiglobulin
test

2.2.4. Pemeriksaan Sistem Hematologi

Perawat melakukan pemeriksaan kolaboratif system hematology untuk


mengetahui apakah kondisinya dalam batas normal atau tidak, dapat di lihat pada table di
bawah ini:

Pemeriksaan Deskripsi dan Tujuan Tanggungjawab


Keperawatan

Pemeriksaan Urine Pengukuran menggunakan Mengambil specimen


elektroporetik untuk medeteksi adanya urine
Bence Jones protein
protein Bence Jones, yang dapat
terjadi pada kondisi multiple
myeloma, hasil negative
mengindikasikan pasien normal

Radioaktif isotop diinjeksikan melalui


Radioisotope
IV. Gambaran dari pancaran radioaktif
Scan liver/spleen digunakan untuk mengevaluasi Tidak ada yang spesifik
struktur limpa dan liver.

Prosedur sama dengan skan limpa,


dalam hal ini digunakan untuk tujuan
evaluasi struktur tulang
Bone scan Tidak ada yang spesifik

Radionuclide digunakan untuk


mengkaji kelenjar getah bening dan
system kelenjar getah bening.
Technetium 99m. teknik ini lebih
Isotopic Tidak ada yang spesifik
invasive dari pada radiografi
lymphangiography
lymphangiography

Tujuannya adalah untuk mengevaluasi


nodus lymph secara cermat.
Radiopaque zat kontras berupa
minyak di infuskan perlahan ke dalam
pembuluh lymph melalui jarum kecil
Radiology
pada dorsal kaki. Radioghraph segera
Lymphangiograpraphy diambil dan juga pada hari berikutnya Informasikan kepada
psien tentang apa yang
harus di antisipasi.
Siapkan format
persetujuan. Kaji
sensitifitas terhadap
iodine. Gerikan
preparat sedasi, bila di
perlukan. Instruksikan
ke pasien bahwa urine
akan berwarna
kebiruan akibat
pengeluaran zat
konntras melalui urine
selama 1-2 hari.
Informasikan tentang
dapat mengalami
demam, kelemahan,
dan pegal otot selama
12-4 jam. Tanda-tanda
dari emboli minyak ke
dalam paru-paru
(batuk-batuk, dispnu,
nyeri pleuritik, dan
batuk darah)
Pemeriksaan radiology noninvasive Tidak ada yang spesifik
menggunakan computer dan sinar –x
mengevaluasi limpa, liver atau nodus
lymph

Prosedur noninvasive memberikan


gambaran sensitive dari jaringan lunak Instruksikan pasien
tanpa menggunakan zat kontras. untuk melepas benda
Computed tomography
Tanpa ionisasi radiasi. Teknik ini dari bahan metal dan
(CT)
digunakan untuk mengevaluasi limpa, katakana tanyakan
liver, dan nodus lymph tentang riwayat
pembedahan
pemasangan plate, atau
bahan metal lainnya.
Magnetic resonance
imaging (MRI)

Dengan teknik mengeluarkan sumsum


Jelaskan prosedur ke
tulang melalui area anestesi local
pasien. Siapkan format
untuk mengevaluasi status jaringan
persetujuan. Jelaskan
pembentukan darah. Digunakan untuk
preprosedur akan
mendiagnosa multiple myeloma,
diberikan analgesic
semua tipe leukemia, dan beberapa
untuk meningkatkan
limpoma dan tumor (misalnya tumor
rasa nyaman dan
payudara). Juga untuk mengkaji
koperatif. Lakukan
kemanjuran terapi leukemia
balutan yang menekan
setelah prosedur. Kaji
Biopsy perdarahan di area
biopsy
Bone marrow

Jelaskan prosedur ke
pasien. Siapkan format
Tujuan untuk pemeriksaan histology persetujuan. Gunakan
lymph untuk menentukan diagnosis teknik steril saat
dan terapi mengganti balutan
setelah prosedur.
Evaluasi dengan teliti
Dilakukan saat operasi dengan
adanya komplikasi,
visualisasi langsung pada area
terutama perdarahan
bersangkutan
dan edema

Dilakukan di tempat tidur atau ruang


khusus

Lymph node biopsy

Open
Closed (needle)

2.2.5. Pemeriksaan Golongan Darah

Golongan RBC Serum aglutinin Donor yang Donor yang


aglutinogen tidak dapat
dapat diterima
diterima

A A Anti-B A dan O B dan AB

B B Anti-A B dan O A dan AB

AB A dan B --- A, B, AB, dan O ---

O Donor universal Anti-A dan anti-B O A, B, dan AB


3. Diagnosa Keperawatan

Mengacu pada hasil pengkajian tersebut, kemungkinan diagnosa keperawatan yang


dapat terjadi pada kondisi pasien dengan gangguan system hematology antara lain
sebagai berikut:

1. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan lesu ditandai dengan


sulit/tidak dapat mentoleransi peningkatan aktifitas ( misalnya, pols meningkat,
respirasi rate meningkat saat istirahat dan/atau beraktifitas)
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
dan penangnanan ditandai dengan berat badan menurun, serum albumin rendah,
kadar besi menurun, defisiensi vitamin, berat badan lebih rendah dari biasanya
3. Inefektif penanganan rejimen terapeutik berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang gaya/kebiasaan hidup, kebutuhan nutrisi, dan penanganan
obat-obatan ditandai dengan menanyakan tentang kebiasaan hidup yang
diperlukan, diet, obatk-obatan.
4. MASALAH KOLABORASI risiko komplikasi: hypoxemi berhubungan dengan
penurunan hemoglobin
5. Rlisiko perubahan membrane mukosa berhubungan dengan penanganan, penyakit,
atau bulla yang berisi darah
6. Risiko injuri berhubungan dengan intervensi dan sensitifitas jaringan terhadap
trauma
7. MASALAH KOLALBORASI risiko perdarahan berhubungan dengan kehilangan
darah secara akut
8. Perubahan perfusi jaringan serebrall, kardiopulmonal, ginjal, saluran cerna, dan
perifer berhubungan dengan perdarahan dan lebam atau gangguan aliran darah
sekunder terhadap trombosis
9. Nyeri berhubungan dengan perdarahan ke dalam jaringan dan prosedur diagnostic
10. Penurunan kardiak output berhubungan dengan deficit volume cairan dan
hipotensi
11. Cemas berhubungan dengan ketakutan akibat kurangnya pengetahuan, proses
penyakit, prosedur diagnostic dan terapi
12. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan neutropil dan perubahan respon
terhadap invasi mikroba dan adanya lingkungan yang pathogen.
Komponen Hb/Hct MCV MCH MCHC Retikulosi Serum TIBC Bilirub
t besi

Defisiensi besi Menurun Menurun Menuru Menurun Normal / Menurun Meningg Normal
n menurun i atau
menuru

Normal
Meninggi
Thalasemia Menurun Normal Normal Meningg atau
mayor Normal i Meningg menuru
i

Mening

Menurun i
Menurun Meninggi Meningg
Sianokobalmin Normal i Normal
atau Normal
(vitamin B12)
sedikit
menuru
n

Normal Normal
Menurun Meninggi
Defisiensi asam Normal Meningg Normal
folat atau i Normal
sedikit
menuru
n

Menurun Normal
Menurun Normal
Anemia aplastik Normal
± normal
Normal ± normal
Penyakit kronik Menurun Normal Normal Normal Normal

Normal Menurun Menurun

Kehilangan Menurun Normal Normal Normal ± norm


darah akut
Normal Normal Normal

Kehilangan
Menurun Menurun Menuru Normal / Normal
darah kronik
n meninggi
Menurun Menurun Menurun

Anemia sikel
Meninggi
sel Menurun Normal Normal
Normal atau
Normal Normal Normal
menuru
atau atau
meninggi menurun

Mening
Meninggi
Anemia Menurun Normal i
Meningg Menurun
hemolitik Normal
Normal i

Normal
atau
mening

 KETERANGAN

Tabel diatas menunjukkan perubahan nilai normal kearah pengurangan, peningkatan,


dari hasil pemeriksaan laboratorium komponen darah. Hb., hemoglobin; Hct, hematokrin;
MCH, mean corpuscular hemoglobin; MCHC, mean corpuxcular hemoglobin concentration;
MCV, mean corpuscular volume; N, normal; TIBC, total iron-binding capacity; WBC, white
blood cell
DAFTAR PUSTAKA

Lewis, Heitkemper, Dirksen. (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and


Management of Clinical Problems. (5th ed). St. Louis: Mosby.

Brown, Edwards. [Ed.], (2005). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of
Clinical Problems. St.Louis: Elsevier Mosby.

Black, Hawks. (2005). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Positive Out
Care. (7th ed.). St. Louis: mosby.

http//coc.uc.edu/cater/web resources/assessment.htm

Diambil pada 07 September 2006

Diambil pada 07 September 2006 dari www.hematology.org/ublication/ash_sap/index.CFM

Diambil pada 07 September 2006 dari


http://wwww.kfshrc.edu.sa/nursing/ACN/oncology_hematology_hematology_s_of_service.ht
m

Diambil pada 07 September 2006 dari www.accp.com/P4b1.Blood.coagulation disorders

Diambil pada 07 September 2006 dari www.emedicine.com/med/topic

Diambil pada 07 September 2006 dari wps.prenhall.com/chet_bledsoe_essentials_1/0


Nursing Care of Hematological Disorder. Diambil pada 07 September 2006
www.elsevier.com.tcd.ie.chw.edu.aw.wordwide wounds.com.

Anda mungkin juga menyukai