Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN TERMOREGULASI (HIPERTERMI)

Tn. A DI UPT PUSKESMAS GLAGAH

Pembimbing:
Abdul Rokhman S.Kep., Ns., M.Kep.
Suhenang S.Kep., Ns.

Disusun Oleh:
1. Siti Hanisa Dwi Rahayu
2. M. Davika Nendrayana
3. Sefi Clarita Putri E.
4. Siti Khotijah
5. Sofiyah Amalia S.
6. Via Agustin Pratama
7. Sekar Sari Arum D.
8. Rifky Widya W.
9. Tri Yunisda Nur S.

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN


2018
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa :

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun
yang membuatkan makalah ini untuk kami.

Lamongan, 14 Juli 2018

Disusun Oleh:
1. Siti Hanisa Dwi Rahayu
2. M. Davika Nendrayana
3. Sefi Clarita Putri E.
4. Siti Khotijah
5. Sofiyah Amalia S.
6. Via Agustin Pratama
7. Sekar Sari Arum D.
8. Rifky Widya W.
9. Tri Yunisda Nur S.

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Dosen Pembimbing

Suhenang S.Kep., Ns Abdul Rokhman S.Kep., Ns., M.Kep.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir PKK (Praktik
Klinik Keperawtan) yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
TERMOREGULASI (HIPERTERMI) Tn. A DI UPT PUSKESMAS GLAGAH”
sesuai waktu yang ditentukan.

Tugas ini penulis susun sebagai salah satu pemenuhan tugas akhir PKK
(Praktik Klinik Keperawtan) di UPT PUSKESMAS GLAGAH, Kec. Lamongan.

Dalam penyususnan, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan


bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada Bapak atau Ibu:

1. Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep, M. Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyan Lamongan
2. Arifal Aris, S. Kep, Ns, M. Kes, selaku ketua program studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyan Lamongan
3. dr. Ismatut Thobibah selaku ketua UPT Puskesmas Glagah, Kec. Glagah,
Kab. Lamongan.
4. Abdul Rokhman S. Kep, Ns., M. Kep., selaku dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan petunjuk, saran, dorongan, moril selama
penyusunan Tugas ini.
5. Moch. Rifa’i S.Kep., Ns., selaku Pembimbing Klinik UPT Puskesmas
Glagah, Kec. Glagah, Kab. Lamongan. Dimana telah banyak memberikan
petunjuk, saran, dorongan, moril selama penyusunan Tugas ini.
6. Suhenang S.Kep., Ns., selaku Pembimbing Klinik UPT Puskesmas
Glagah, Kec. Glagah, Kab. Lamongan. Dimana telah banyak memberikan
petunjuk, saran, dorongan, moril selama penyusunan Tugas ini.
7. Serta teman-teman yang telah bekerjasama sehingga tugas akhir Praktik
Keperawtan Keperawatan ini dapat selesai sesuai waktu yang ditentikan.

Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan yang
diberikan. Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan, akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.

Lamongan, Juli 2018

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
1.4. Manfaan Penulisan

BAB 2 KAJIAN TEORI

2.1. Definisi Termoregulasi


2.2. Asal Panas Pada Tubuh Manusia
2.3. Sistem Pengaturan Suhu
2.4. Perbedaan Suhu
2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Termoregulasi
2.6. Efek Panas pada Manusia
2.7. Klasifikasi Perubahan Suhu Tubuh
2.8. Mekanisme Tubuh Ketika terjadi Perubahan Suhu
2.9. Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit
2.10. Patofisiologi Termoregulasi
2.11. Etiologi Gangguan Termoregulasi
2.12. Manifestasi Klinis Termoregulasi
2.13. Penatalaksanaan pada Gangguan Termoregulasi
2.14. Pathway Termoregulasi
2.15. Pathway Hipertermi

BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
3.2. Intervensi Keperawatan
3.3. Implementasi Keperawatan
3.4. Evaluasi Keperawatan
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI

4.1. Pengkajian Keperawatan


4.2. Analisis Data
4.3. Intervensi Keperawatan
4.4. Implementasi Keperawatan
4.5. Evaluasi Keperawatan

BAB 5 PENUTUP

5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengukuran tubuh yang paling sering dilakukan adalah pengukuran suhu,
nadi, tekanan darah, frekuensi pernafasan, dan saturasi oksigen. Sebagai
indikator dari status kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan
sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh. Karena sangat penting
maka disebut tanda-tanda vital. Beberapa faktor seperti suhu lingkungan,
latihan fisik, dan efek sakit yang menyebabkan perubahan tanda vital,
kadang-kadang di luar batas normal.
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk
mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat
ditolelir (Campbell, 2004).
Berdasarkan Tobin (2005), suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme.
Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin
tinggi karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya
tumbukan antara molekul satu dengan molekul lain semakin besar pula
(Chang, 1996).
Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme hanya akan bertambah seiring
dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini disebabkan
metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki
suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat
atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan
kehilangan fungsinya.
Suhu tubuh tergantung pada keseimbangan antara panas yang diproduksi
atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat
berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari termoregulasi?
2. Bagaimana asal panas pada tubuh manusia?
3. Bagaimana sistem pengaturan suhu?
4. Bagaimana perbedaan suhu?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi termoregulasi?
6. Bagaimana efek panas pada manusia?
7. Bagaimana klasifikasi perubahan suhu tubuh?
8. Bagaimana mekanisme tubuh ketika terjadi perubahan suhu?
9. Bagaimana mekanisme kehilangan panas melalui kulit?
10. Bagaimana patofisiologi termoregulasi?
11. Bagaimana etiologi gangguan termoregulasi?
12. Bagaimana manifestasi klinis termoregulasi?
13. Bagaimana penatalaksanaan pada gangguan termoregulasi?
14. Bagaimana pathway termoregulasi?
15. Bagaimana pathway hipertermi?
16. Bagaimana konsep asuhan keperawtan pada pasien dengan gangguan
termoregulasi?
17. Bagaimana asuhan keperawtan pada pasien dengan gangguan
termoregulasi?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas akhir
Praktik Klinik Keperawatan (PKK) yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Termoregulasi (Hipertermi) Tn. A Di Upt Puskesmas Glagah”.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari termoregulasi.
b. Untuk mengetahui asal panas pada tubuh manusia.
c. Untuk mengetahui sistem pengaturan suhu.
d. Untuk mengetahui perbedaan suhu.
e. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi termoregulasi.
f. Untuk mengetahui efek panas pada manusia.
g. Untuk mengetahui klasifikasi perubahan suhu tubuh.
h. Untuk mengetahui mekanisme tubuh ketika terjadi perubahan suhu.
i. Untuk mengetahui mekanisme kehilangan panas melalui kulit.
j. Untuk mengetahui patofisiologi termoregulasi.
k. Untuk mengetahui etiologi gangguan termoregulasi.
l. Untuk mengetahui manifestasi klinis termoregulasi.
m. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada gangguan termoregulasi.
n. Untuk mengetahui pathway termoregulasi.
o. Untuk mengetahui pathway hipertermi.
p. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan termoregulasi
q. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dnegan gangguan
termoregulasi

1.4. Manfaat Penulisan


1. Manfaat bagi akademis, merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dnegan gangguan
termoregulasi.
2. Bagi Ilmu Kesehatan Masyarakat, agar dapat menambah wawasan dalam
ilmu kesehatan masyarakat.
3. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan cakrawala berpikir dan
mampu memberikan sumbangan pemikiran mengenai asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan termoregulasi (hipertermi).

BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1. Definisi Termoregulasi


Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh
dapat dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan
prilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal,
hubungan antara prodksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan.
Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskular.
Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu untuk
meningkatkan regulasi suhu.

2.2. Asal panas pada tubuh manusia


1. Laju metabolism basal (Basal Metabolisme Rate, BMR)
a. BMR merupakan pemanfaatan energy di dalam tubuh.
b. Besarnya BMR bervariasi sesuai dengan umur dan jenis
kelamin.
c. Faktor yang menyebabkan BMR meningkat diantaranya
cidera, demam, dan infeksi.
d. Meningkatnya BMR menunjukkan tingginya metabolism yang
dialami klien.
2. Laju cadangan metabolism yang disebabkan aktifitas otot. Termasuk
kontraksi otot akibat menggigil.
3. Peningkatan produksi tiroksin
a. Hipotalamus merespon terhadap dingin dengan melepas factor
releasing.
b. Faktor ini merangsang tirotropin pada adenohipofise untuk
merangsang pengeluaran tiroksin oleh kelenjar tiroid.
c. Efek tiroksin meningkatkan nilai metabolisme sel di seluruh
tubuh dan memproduksi panas.
4. Termogenesis kimia
Perangsangan produksi panas melalui sirkulasi norepineprin dan
epineprin atau melalui perangsangan saraf simpatis. Hormon-hormon
ini segera meningkatkan nilai metabolisme sel di jaringan tubuh.
Secara langsung norepineprin dan epineprin mempengaruhihati dan
sel-sel otot sehingga meningkatkan aktifitas otot.
5. Demam
Demam meningkatkan metabolisme tubuh. Reaksi-reaksi kimia
meningkat rata-rata 120% untuk setiap peningkatan suhu 10oC.
2.3. Sistem pengaturan suhu
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Titik tetap tubuh
dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 36,8-37,4oC. Apabila pusat
temperature hipotalamus mendekati suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh
akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi
bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk
mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Tubuh manusia
memiliki seperangkat system yang memungkinkan tubuh menghasilkan,
mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan.
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikanal suhu inti(core
temperature) yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti cranial,
toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan
relative konstan (±37oC). selain itu ada suhu permukaan (surface
temperature), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan
lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 40 oC. Lokasi pengukuran
temperature tubuh : ketiak (aksila), sub lingual, atau rectal (dubur).
Temperature dubur lebih tingggi 0,3-0,5oC daripada temperature aksila. Suhu
rectal agak konstan bila dibandingkan dengan suhu-suhu di daerah lain.

2.4. Perbedaan Suhu


Perbedaan suhu berdasarkan usia, meliputi:

NO. USIA SUHU


1. 3 bulan 37.5 oC
2. 6 bulan 37.7 oC
3. 1 tahun 37.7 oC
4. 3 tahun 37.2 oC
5. 5 tahun 37.0 oC
6. 7 tahun 36.8 oC
7. 9 tahun 36.7 oC
8. 11 tahun 36.7 oC
9. 13 tahun 36.6 oC
10. Dewasa 36.4 oC
11. >70 tahun 36.0 oC

Keterangan:
a. Hipotermi : suhu tubuh <36oC.
b. Normal : suhu tubuh antara 36-37.5oC
c. Febris/pireksia : suhu tubuh 37.5-40oC
d. Hipertermi : suhu tubuh >40oC

2.5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Termoregulasi


1. Usia
Suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan
suhu lingkungan. Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas
tubuhnya melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup
kepala untuk mencegah pengeluaran panas.
Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal turun
secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia
mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu
oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Namun rentang
suhu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. Lansia terutama sensitif terhadap
suhu yang ekstrem karena kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada
kontrol vasomotor (kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan
jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjr keringat dan
penurunan metabolisme.
2. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan
karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme
dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi
panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama,
seperti lari jarak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara
sampai 41 ºC.
3. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar
dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadarprogesteron meningkat dan
menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron
rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh
yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Perubahan suhu juga
terjadi pada wanita menopause. Wanita yang sudah berhenti mentruasi
dapat mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik
sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol vasomotor yang tidak stabil
dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi.
4. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode
24 jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia. Suhu
tubuh paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari.
Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai sekitar pukul 18:00 dan kemudian
turun seperti pada dini hari. Penting diketahui, pola suhu tidak secara
otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari.
Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran itu berubah. Secara umum,
irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan,
puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia.
5. Stress
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan
panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik
dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal.
6. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam
ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu
tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik.
Saat berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah
karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif.
Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena
mekaisme suhu mereka kurang efisien.

2.6. Efek panas pada manusia


Efek panas terbagi dalam 3 bagian:
1. Fisik
Panas menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke
segala arah.
2. Kimia
Kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan kecepatan temperature.
Reaksi oksidasi permeabilitas pada jaringan akan terjadi peningkatan
metabolisme peningkatan pertukaran zat kimia tubuh dalam cairan tubuh.
3. Biologis
Efek panas terhadap fisik dan kimia peningkatan sel darah putih,
peradangan dan dilatasi pembuluh darah peningkatan sirkulasi darah dan
peningkatan tekanan kapiler dan pH darah menurun.

2.7. Klasifikasi Perubahan Suhu Tubuh


1. Demam
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas yang
mengakiatkan peningkatan suhu abnormal. Demam biasanya tidak
berbahaya jika <39o C. Demam terjadi akibat perubahan set point
hipotalamus.
Pola demam:
a. Terus menerus : tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1-2)oC.
b. Intermitten : demam memuncak secara berseling dengan suhu
normal.
c. Remitten : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke
tingkat suhu normal.
d. Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat
suhu normal, episode demam dengan normotermia dapat
memanjang lebih dari 24 jam.
2. Kelelahan Akibat Panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan. Juga disebabkan olehlingkungan yang
panas.

3. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas.
4. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi
ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas yg tinggi. Klien berisiko termasuk yang masih sangat muda atau
sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme,
diabetes atau alkoholik. Yang juga termasuk beresiko adalah orang yang
mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk
mengeluarkan panas (mis. Fenotiasin, antikolinergik, diuretik, amfetamin,
dan antagonis reseptor beta- adrenergik) dan mereka yang menjalani
latihan olahraga atau kerja yang berat (mis. Atlet, pekerja kontruksi dan
petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium,
sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkotinensia.
Tanda yang paling dari heatstroke adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit
sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih
besar dari 40,5 ºC mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua
organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi
45 ºC, takikardia dan hipotensi.
5. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas,
mengakibatkan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan melalui
pengukuran suhu inti. Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak
sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik
dan kebutuhan tubuh terhada oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak
diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC,
klien menglami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan
tidak mampu menila. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi
jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.

2.8. Mekanisme Tubuh Ketika Terjadi Perubahan Suhu


1. Mekanisme ketika suhu tubuh naik
a. Vasodilatasi : disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada
hipotalamus posterior (penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi
vasodilatasi yang kuat pad kulit, yang memungkinkan percepatan
perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga 8x lipat lebih banyak.
b. Berkeringat : pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan
pengeluaran panas melalui evaporasi.
c. Penurunan pembentukan panas : beberapa mekanisme pembentukan
panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan
kuat.
2. Mekanisme tubuh saat suhu tubuh turun
a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh karena rangsangan pada pusat
simpatis hipotalamus posterior.
b. Piloreksi rangsangan simpatis menyebabkan otot erector pili yang
melekat pada folikel rambut berdiri.
c. Peningkatan pembentukan panas system metabolisme meningkat
melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan
simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.

2.9. Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit


1. Radiasi
Pemindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek
lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang
elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke
kulit dank e pembuluh darah permukaan.
2. Konduksi
Perpindahan panas dari suatu objek ke objek lain dengan kontak
langsung. Terjadi melalui getaran dan gerakan elektro bebas. Ketika kulit
hangat menyentuh objek yang lebih dingin maka panas hilang. Panas
berkonduksi melalui benda padat, cair, dan gas.
3. Konveksi
Perpindahan karena gerakan udara. Aliran konveksidapat terjadi
dikarenakanmassa jenis udara panas sangat ringan dibandingkan dengan
massa jenis udara dingin. Contoh: kipas angin listrik meningkatkan
kehilangan panas melalui konveksi.
4. Evaporasi
Perpindahan aliran panas ketika cairan berubah menjadi gas. Evaporasi
ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul
air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.

2.10. Patofisiologi Termoregulasi


Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang sempit,
walaupun terpapar suhu lingkungan yang bervariasi. Suhu tubuh secara
normal berfluktuasi sepanjang hari 0,5 0C dibawah normal pada pagi hari dan
0,5 0C di atas normlapada malam hari. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus
yang mengatur keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas.
Produksi panas tergantung pada aktifitas metabolik dan aktifitas fisik.
Kehilangan panas terjadi melalui radiasi, evaporasi, konduksi dan konveksi.
Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus selalu diatur pada
setpoint sekitar 370C, setelah informasi tentang suhu diolah di hipotalamus
selanjutnya ditentukan pembentukan dan pengeluaran panas sesuai dengan
perubahan setpoint.

2.11. Etiologi Gangguan Termoregulasi


1. Dehidrasi
2. Cidera otak akut
3. Infeksi
4. Trauma
5. Suhu dan lingkungan yang ekstrim
6. Perubahan laju metabolisme
7. Peningkatan kebutuhan oksigen
8. Kerusakan hipotalamus
9. Usia yang ekstrim
10. Proses transfer panas
2.12. Manifestasi Klinis Termoregulasi
1. Hipertermia :

a. Apnea h. Letargi
b. Gelisa i. Postur abnormal
c. Hipotensi j. Stuppor
d. Kejang k. Takikardia
e. Koma l. Takipnea
f. Kulit kemerahan m. Vasodilatasi
g. Kulit terasa hangat

2. Hipotermi

a. Akrosianosis i. Peningkatan
b. Bradikardia
konsumsi oksigen
c. Dasar kuku sianosis
j. Peningkatan laju
d. Hipertensi
e. Hipoglikemia metabolik
f. Hipoksia k. Penurunan kadar glukosa
g. Kulit dingin
darah
h. Menggigil
l. Penurunan ventilasi
m. Pileoreksi p. Pengisian ulang kapiler
n. Takikardia
lambat
o. Vasokontriksi perifer

2.13. Penatalaksanaan Pada Gangguan Termoregulasi


1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Selama menggigil
1. Memberikan selimut atau pakaian ekstra
2. Memberikan intake cairan yang adekuat
3. Mengobservasi TTV (tanda-tanda vital)
b. Selama terjadi peningkatan suhu
1. Memberikan pakaian tipis
2. Memberikan coocing spongtbath
3. Membatasi aktivitas
4. Menungkatkan sirkulasi udara untuk meningkatkan rasa
nyaman
5. Memakaikan baju dan selimut yang tipis menyerap keringat
2. Penatalaksanaan medis
a. Pemebrian obat antipiretik, untuk menurunkan demam, untuk
pasisen yang berisiko kejang, demam dan lain
b. Beri obat parasetamol
c. Pemberian obat anti inflamasi dan analgetik, untuk menurunkan
setpoint hipotalamus melalui pencegahan pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cydooxygenase.
Efek samping berupa mual, perut kembung, dan pendarahan
2.14. Pathway Termoregulasi

Suhu kulit Suhu inti tubuh

Termoreseptor Termoreseptor sentral


perifer kulit (hipotalamus, SSP, organ
abdomen)

Termoreseptor
sentral

Pusat termoregulasi terpadu


hipotalamus

Adaptasi Saraf motorik Sistem saraf


perilaku simpatik

Pengaturan Otot
produksi Pembulu Kelenjar
rangka
atau darah kulit keringat
pelepasan
panas
Tonus Vasokontriksi berkeringat
otot dan
menggigil vasodilatasi
kulit

Pengaturan
produksi Pengaturan
panas pelepasan
panas
2.15. Pathway Hipertermi

Ininiinfeksi atau cidera pada jaringan

inflamasi

Akumulasi monosit, makrofag, sel T


helper dan fibroblas

Pelepasan pirogen endogen


(sitokinin)

Interleukin -1,
interleukin -6

Merangsang saraf vagus


Menembus
sawar otak
Sinyal mencapai
sistem saraf pusat

Pembentukan
prostaglandin otak

Merangsang hipotalamus, meningkatkan titik patokan


suhu atau setpoint

Menggigil, meningkatkan suhu basal

Hipertermi
BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN TERMOREGULASI

3.1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien yang mengalami demam:
1. Identitas diri:
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan alamat
2. Status Kesehatan :
a. Keluhan Utama: panas
3. Riwayat Penyakit Sekarang: Pola demam, mulai kapan timbulnya panas,
berapa lama, waktu, upaya untuk mengurangi.
Pola demam:
1) Hipertermi:
a) Terus menerus: tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1-2)oC.
b) Intermitten: demam memuncak secara dengan suhu normal.
c) Remitten: demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat
suhu normal.
d) Relaps: periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu
normal, episode demam dengan normotermia dapat memanjang
lebih dari 24 jam.
2) Hipotermi: Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur
dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun
menjadi 35ºC, klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang
ingatan, depresi, dan tidak mampu menelan. Jika suhu tubuh turun di
bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah
turun. kulit menjadi sianotik.

4. Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
b. Hipotermi : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak kapan timbul
gejala gemetar, hilang ingatan, depresi dan gangguan menelan.
5. Riwayat penyakit keluarga: (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak).
6. Riwayat psikologis.
7. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan fisik utama meliputi:
a. Hitung TTV ketika panas terus menerus dan sesuai perintah (2/4 jam)
b. Inspeksi dan palpasi kulit, ceg turgor (dingin, kering, kemerahan,
hangat, turgor menurun)
c. Tanda-tanda dehidrasi
d. Perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, disertai
dengan sakit kepala, nyeri otot, nousea, photopobia, lemah, letih, dll.

3.2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan hipertermia
2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
3. Hipotermia berhubungan dengan penuaan

3.3. Intervensi Keperawatan


No. Diagnosis NOC NIC
Keperawatan
1. Resiko Tujuan: setelah Intervensi :
ketidakseimbangan dilakukan tindakan
1. Evaluasi
suhu tubuh keperawatan
lingkungan
berhubungan selama 3 x 24 jam
rumah
dengan suhu tubuh dalam
tentang
hipertermia rentang normal.
Kriteria hasil : faktor–faktor
yan dapat
1. Suhu tubuh
mengganggu
dalam rentang
suhu tubuh.
normal 36,5 – 2. Kaji tanda
37,5 0C dan gejal
2. Kulit tidak hipertermia
3. Anjurkan
teraba hangat
pasien atau
keluarga
untuk minum
secara
adekuat
4. Instruksikan
keluarga
untuk
mengenali
tanda dan
gejala awal
hipertermia:
kulit kering,
sakit kepala,
penignkatan
suhu,
iritabilitas,
suhu diatas
37,8 0C, dan
kelemahan.
5. Kolaborasi
dalam
pemberian
antipiretik
sesuai
kebutuhan
6. Sesuaikan
suhu
lingkungan
sesuai dengan
kebutuhan
pasien.
2. Hipertermia Tujuan: setelah Intervensi:
berhubungan dilakukan tindakan
1. Pantau hidrasi
dengan penyakit keperawatan
(turgor kulit,
selama 3 x 24 jam
kelembapan
suhu tubuh dalam
membran
rentang normal.
Kriteria hasil : mukosa)
2. Pantau TTV
1.Suhu tubuh dalam dan warna
rentang normal kulit
3. Ajarkan
36,5 – 37,5 0C
2.Kulit tidak teraba pasien atau
hangat keluarga dala
3.Nadi dan
mebgukur
pernafasan dalam
suhu untuk
rentang normal
mencegah
yaitu:
dan
a. Nadi : 60
mengenali
-100 x/
secara dini
menit,
b. RR : 16 – hipertermia.
4. Kolaborasi
24 x /
dengan dokter
menit,
c. Tekanan dalam
darah: pemberian
sistole: 90 – antipiretik
140 mmHg, sesuai dengan
diastole : 60 kebutuhan.
5. Kompres
– 90 mmHg
dengan air
dingin atau
hangat
6. Anjurkan
asupan cairan
oral
7. Lepaskan
pakaian yang
berlebihan
4. Hipotermia Tujuan : setelah Intervens:
berhubungan dilakukan tindakan
1. Kaji gejala
dengan penuaan keperawatan
hipotermia
selama 3 x 24 jam
(perubahan
suhu tubuh kembali
warna kulit,
dalam rentang
menggigil,
normal.
Kriteria hasil: kelelahan,
kelemahan,
1. Suhu tubuh
apatis, dan
dalam rentang
bicara yang
normal 36,5 –
bergumam).
37,5 0C 2. Kaji suhu
2. Kulit tidak
tubuh paling
teraba dingin
sedikit setiap
3. Pasien tidak
2 jam sesuai
tampak
kebutuhan.
menggigil,
3. Ajarkan pada
pucat dan
pasien,
merinding
khusunya
4. TTV dalam
pasien lansia
rentang normal:
a. Nadi : 16 – tentang
24 x / menit, tindakan
b. RR : 60 –
untuk mence
100 x / 4. gah
menit, hipotermia
c. Tekanan dari pajanan
darah, dingin.
5. Kolaborasi
sistole : 90 –
dalam teknik
140 mmHg,
menghangatk
diastole : 60
an suhu basal
– 90 mmHg.
(hemodialisa,
dialisis
peritonial,
irigasi kolon).
6. Berikan
pakaian yang
hangat,
kering,
selimut
penghangat,
alat–alat
pemanas
mekanik,
suhu ruangan
yang
disesuaikan,
botol dengan
air hangat,
minum air
hangat sesuai
dengan
toleransi.

3.4. Implementasi Keperawatan


Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan.
3.5. Evaluasi Keperawatan
Melakukan penilaian keberhasilan atas tindakan keperawtan yang sudah
dilakukan dengan menggunakan konsep SOAP, yaitu:
1. S: Subjective (informasi yang didapat berupa ungkapan yang didapat
dari klien setelah tindakan diberikan).
2. O: Objective (informasi didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakuakn oleh perawat setelah tindakan dilakukan)
3. A: Analisis (membandingkan anatara informasi subjektiv dan
informasi objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak
teratasi)
4. P: Planing
BAB 4

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI


PADA PASIEN Tn. A DI UPT PUSKESMAS GLAGAH

Pengkajian tgl. : 03 Juli 2018 Jam : 07.35


MRS tanggal : 01 Juli 2018 No. RM :
Ruang/Kelas : Zaal/III Diagnosa Masuk : DM

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A Penanggung jawab biaya :
Usia : 60 th Nama : Ny. M
Jenis kelamin: Laki-laki Alamat : Bp. Bandung
Suku : Jawa Hub. Keluarga : Istri
Agama : Islam Telepon :-
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Alamat : Bp. Bandung

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


1. Keluhan Utama : panas
2. Riwayat Penyakit Sekarang: pasien mengakatakan badan terasa panas
dingin sejak tadi pagi saat bangun tidur. Sakit kepala, batuk malam hari,
dahak bisa keluar, makan minum sedikit, dan nyeri ulu hati.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Riwayat Penyakit Kronik dan Menular
ya, jenis : DM tidak
2. Riwayat Penyakit Alergi
ya, jenis :....................... tidak
3. Riwayat Operasi
ya, jenis :....................... tidak
D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ya, sebutkan .............................. tidak

E. PSIKOSOSIAL
1. Sosial/Interaksi : dapat berinteraksi dengan baik
2. Konsep Diri : merasa dirinya sakit dan tidak kunjung sembuh
3. Spiritual : beribadah kadang-kadang

F. Pola Kegiatan Sehari-Hari (D.Orem)


1. Makan Minum
Frek. : 1 x/hari Frek. : 8 x/hari

Jenis : nasi & lauk pauk Jenis : air putih

Diit : rendah karbohidrat, 1,5 porsi Diit : 8 gelas/hari

Alergi :- Alergi : -

2. Eliminasi
BAK : 5 x/hari Warna : kuning jernih Volume : 1,5 L

BAB : 1 x/hari Warna : coklat Konsistensi : lunak

3. Kebersihan diri
Mandi : - x/hari

Keramas : - x/Minggu

Sikat gigi …………… x/hari

Memotong kuku…… x/Minggu

4. Istirahat dan aktifitas


Tidur malam : 8-9 jam/hari jam : 20.00 s/d 05.00
Aktivitas : - jam/hari jenis : -

5. Kebiasaan merokok/alkohol/jamu: sejak dulu, sejak masih muda px


sudah merokok

G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan Umum : lemas, wajah terlihat lelah

2. Tanda –tanda vital :


Tensi : 120/80 mmHg TB : 175 cm
Nadi : 100 x/menit BB : 40 kg
Suhu : 38oC
Respirasi : 20 x/menit

H. PENGKAJIAN PERSISTEM (ROS)


a. Pernafasan
Inspeksi :
1. Bentuk Dada
Simetris Funnel Chest
Asimetris Pigeons Chest
Barrel Chest

2. Pola Nafas
a. Frekwensi Nafas : 20 x/menit
Reguler Cheyne Stokes Kussmaul
Ireguler Biot Apnea
Hiper Ventilasi Hipo Ventilasi lain-lain

3. Gerakan Pernafasan
Intercostal Supra Clavicula lain-lain
Tracheal Tag Substernal
Flail Chest Suprasternal

Palpasi :
1. Tractil Fremitis / Fremitus Vokal
Meningkat Lokasi …………..
Menurun Lokasi …………..
Lain-lain

Perkusi : sonor

Auskultasi :
Bunyi Nafas
b. Normal
Vasikuler/ Bronchial/ Broncho vesikuler di
c. Abnormal
Stridor Lokasi …………..
Wheezing Lokasi …………..
Rales Lokasi …………..
Ronchi Lokasi …………..
Krepitasi Lokasi …………..
Friction Rap Lokasi …………..
d. Resonen lokal
Pectoreloguy
Bronchofoni
Egofoni
4. Alat Bantu Pernafasan
Nasal Bag and Mask Tracheostomi
Masker Respirator
b. Cardiovascular (Focus)
Inspeksi:
Iktus:
Tak tampak
Tampak, letak: ……………

Pulsasi Jantung:
Tak tampak
Tampak, letak : ……………
Palpasi :
Iktus :
Tak teraba
Teraba, letak : ICS 5
Pulsasi Jantung :
Tak teraba
Teraba, letak : Apeks, Prekardium Anterior, aorta, Pulmonal,
Epigastrial, Suprasternal, Ektopik.

Getaran /Thrill :
Ada Fase, Letak ……………….
Tidak ada.
Perkusi :
Auskultasi :
Bunyi Jantung I : ICS V
Bunyi Jantung II : ICS II
Bunyi Jantung III : -

Bising Jantung :
1. Nadi
Frekuensi 100 x/menit
Reguler Kuat
Irreguler Lemah

2. Irama :
Normal : Reguler Irreguler
Abnormal :

3. Tekanan Darah: 120/80 mmHg

4. Bunyi Jantung: Normal


Tambahan Ada Tidak, jenis ……………….

5. Letak Jantung
Ictus cordis teraba pada: ICS
6. Pembesaran Jantung: ya tidak
7. Nyeri Dada: ya tidak
8. Clubbing Finger: ya tidak

c. Persarafan
Tingkat Kesadaran:
Compos Mentis Apatis Somnolen
Sopor Koma
1. GCS:
Eye: ……4…… Verbal: ……5…… Motorik : ……6……
Total GCS: ………15………………

2. Refleks
Normal Parese Hemi Parese
Babinsky Paraplegi Tetraplegi

3. Koordinasi Gerak: ya tidak


4. Kejang: ya tidak
5. Lain-lain…-……….......

d. Penginderaan
1. Mata (Penglihatan)
2. Bentuk
Normal Enoftalmus
Eksoptalmus Lain-lain
a. Visus …-…....…
b. Pupil:
Isokor Unisokor
Miosis Midriasis
c. Reflek Cahaya: Positif Negatif
d. Gerak Bola Mata: Normal Menyempit
e. Medan Penglihatan: Normal Menyempit
f. Buta Warna: tidak ya, jenis……
g. Tekanan Intra Okuler: Meningkat Tidak

3. Hidung (Penciuman)
a. Bentuk : Normal Denasi
b. Gangguan Penciuman : Ya Tidak

4. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel: normal anomaly ket………….
b. Membran tympani
Terang Keruh Kemerahan
Utuh Perforasi
c. Otorrhoea: Ya, Jenis …... Tidak
d. Gangguan pendengaran : ya tidak
e. Tinitus : ya tidak

5. Perasa: Normal Tremor Parese


Lain-lain, sebutkan ………

6. Peraba: Normal Kelainan, sebutkan ……………

e. Perkemihan
Masalah kandung kemih
Tidak ada masalah Menetes Incontinensia
Oliguria Nyeri Retensi
Poliuria Panas Hematuria
Disuria Sering Nokturia
Pasang Kateter Sistostomi Nokturia
Produksi urine ………1.5 L……….ml/hari Frekuensi …5….x/hari
Warna kuning jernih Bau ……-…… Lain-lain …………………

f. Pencernaan
1. Mulut dan Tenggorokan
a. Selaput Lendir Mulut Lembab Merah
Stomatis
b. Lidah Hiperemik Kotor lain-lain......
c. Rongga Mulut Tidak berbau Berbau
Gigi bersih Gigi kotor
d. Tenggorokan :
Sakit menelan / nyeri tekan
Suilt menelan lain-lain ………………..
e. Abdomen
Kenyal Tegang Kembung
Nyeri tekan, lokasi …………….
Bejolan, lokasi ………………
f. Pembesaran Hepar : ya tidak
g. Pembesaran Lien : ya tidak
h. Asites : ya tidak
i. Lain-lain ………………….

2. Masalah Usus Besar dan Rectum / Anus


BAB ……1………. x/menit
Tidak Ada Masalah Diare Menelan
Konstipasi Faeces Berdarah Colostomi
Inkontinensia Faeces Berlendir Wasir lain-lain
Obat Pencahar ya tidak
Lavemen ya tidak

g. Otot, Tulang dan Integument


1. Otot dan Tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM)
bebas terbatas
Kemampuan kekuatan otot
Fraktur: Tidak ya lokasi ……………
Dislokasi: Tidak ya lokasi ……………
Haemotom: Tidak ya lokasi ……………

2. Integumen
Warna kulit : Akral :
Ikterik Hangat
Siasonik Panas
Pucat Dingin Kering
Kemerahan Dingin Basah
Pigmentasi
Turgor: Elastik Tidak elastik
Tulang Belakang
Lordosis Scoliosis Kiposis
lain-lain, sebutkan ………….
h. Reproduksi
Laki-laki:
Kelamin Bentuk : normal tidak normal, Ket......
Kebersihan Alat Kelamin : bersih kotor, Ket..…
Perempuan :
Payudara
Bentuk simetris asimetris
Benjolan ya tidak
Kelamin
Bentuk normal tidak
Keputihan ada tidak Keterangan ………………
Siklus Haid ………-………. hari

i. Endokrin
1. Faktor Alergi ya tidak
Manifestasi ……………………
Cara mengatasi ……………….

2. Pernah mendapat Imunisasi


BCG Polio DPT Hepatitis
Keterangan ………………………
3. Kelainan endokrin : ……………………………..

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, Photo, USG dsb)

Jenis Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 12,0 L : 13-18 P : 12-16,5
Leukosit 10.100 4500-11.000
Trombosit 258.000 160.000-400.000
P.V.C 35,8 % L : 37-47 P : 42-52
Gula Darah Acak 210 < 126 mg/dl

J. TERAPI

Nama obat Dosis (dalam mg atau gr) Kandungan Fungsi


Fasgo 3x1 hari 650 mg Paracetamol Penurun panas
Glibenclamid 1x1 hari 5 mg Glibenclamid Mengendalikan
kadar gula
Metformin 2x1 hari 500 mg Metformin Menurunkan
kadar gula darah
yang tinggi
Antasid 3x1 hari 500 gr Antasid Menghambat
sekresi asam
lambung
Ambroxol 3x1 hari 30 mg Mengencerkan
dahak
Salbutamol 3x1 hari 2 mg bronkodilator
Cefixime 2x1 hari 200 gr Mengatasi
infeksi

K. CATATAN LAIN-LAIN
1. Infus RL : 1x(1 juli 2018)
2. Injeksi Ranitidin : extra
3. Injeksi Novalgin : extra 1 mg
ANALISA DATA

NO TGL DATA ETIOLOGI MASALAH


1 03 DS : px mengatakan panas Infeksi Hipertermi
Juli
DO : keadaan px, TTV:
2018
1. T : 120/80 mmHg Pembentukan respon
2. N : 100 x/menit pasien, inflamasi
3. S : 38o C
4. RR : 20 x/menit
Kulit hangat dan Menggigil,
kemerahan meniongkatkan suhu
basal

hipertermi
2 03 DS : px mengatakan tidak Penurunan nafsu Ketidaksei
Juli nafsu makan, nyeri ulu makan mbangan
2018 hati nutrisi:
kurang dari
DO: keadaan px :
Intake makan kebutuhan
1. A : BB: 40 kg, TB: 175 berkurang tubuh
cm
2. B: Hb : 12,0, Glukosa
Ketidakseimbangan
acak: 210, P.V.C : 35, 8 nutrisi : kurang dari
% kebutuhan tubuh
3. C: lemah otot
4. D: rendah karohidrat

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATANA


1. Hipertermi b.d proses inflamasi akibat keparahan infeksi
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
asupan makanan
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NURSING NURSING


KEPERAWATAN OUTCOMES INTERVENTIONS
CLASSIFICATION CLASSIFICATION (NIC)
(NOC)
1 Hipertermi b.d Setelah dilakukan 1. Monitor TTV
proses inflamasi asuhan keperawatan 2. Monitor warna kulit dan
akibat keparahan 1 x 24 jam maka suhu
infeksi pasien bisa 3. Monitor asupan dan
mendapatkan suhu
dalam batas normal, keluaran
dengan kriteria 4. Fasilitas istirahat
5. Berikan antipiretik
hasil:
sesuai anfis dokter
1. Suhu tubuh Px 6. Mengontrol infeksi :
antara 36,5oC- a. Tingkatkan intake
37,5oC. nutrisi dan cairan
2. Melaporkan yang tepat
kenyamanan b. Dorong pasien
suhu untuk beristirahat
c. Berikan gterapi
dipertahankan
antibiotik sesuai
pada 3 dan
anfis dokter
ditingkatkan ke
5.
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Monitor nutrisi
nutrisi: kurang dari asuhan keperawatan a. Timbang BB
kebutuhan tubuh 1x24 jam, maka pasien
b.d kurang asupan kebutuhan nutrisi b. Monitori adanya
makanan pasien terpenuhi,
dengan kriteria mual dan muntah
hasil: c. Monitor turgor
kulit dan
1. Nafsu makan
mobilisasi pasien
dipertahankan
d. Identifikasi
pada 3
perubahan nafsu
ditingkatkan
makan
pada 5. 2. Terapi nutrisi
2. Asupan makan Monitor intake
dipertahankan makanan dan
cairan
pada 3 3. Manajemen gangguan
ditingkatkan ke makan
5 Anjurkan pasien
dan keluarga untuk
pasien bisa makan
sedikit-sedikit tapi
sering
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tgl No Implementasi Respon pasien Paraf


Dx. Perawat
3 Juli 1 1. Melakukan 1. Mengikuti
2018 pengecekan TTV px perintah atau
2. Memonitor warna dan
Jam: arahan petugas
08.00 suhu pada kulit tangan
ketika diTTV
px 2. Pasien atau
3. Menanyakan intake
keluarga
makan dan minum
menjawab
pada px dan keluarga
bahwa tidak
4. Membantu px untuk
nafsu makan
beristirahat
5. Memberikan fasgo dan merasa
3x1 hari 650 mg nyeri di ulu
cefixime 2x1 200 g hati
3. Pasien
2 1. Monitor adanya mual beristirahat
dan muntah dengan tidur
2. Monitor turgor dan
mobilisasi pasien
3. Tanyakan perubahan
nafsu makan px
4. Menganjurkan pasien
untuk makan dengan
sering dan sedikit-
sedikit
4 Juli 1 1. Melakukan 1. Mengikuti
2018 pengecekan TTV arahan petugas
08.00 2. Memonitor warna 2. Px mulai
kulit dan kehangatan makan sedikit-
tangan px sedikit
3. Px beristirahat
setelah petugas
pergi
2 1. Menanyakan intake
makanan px
2. Menanyakan adanya
mual dan muntah
3. Menganjurkan pasien
untuk makan dengan
sering dan sedikit-
sedikit
4/7 2 1. Menanyakan intake
2018 makanan px
15.00 2. Menanyakan adanya
mual dan muntah
Menganjurkan pasien
untuk makan dengan
sering dan sedikit-
sedikit
EVALUASI

Tgl No. Evaluasi Paraf


Dx. Perawat
3 Juli 1 S : px mengatakan sudah enakan, tenggorokan terasa
2018 sakit, sudah tidak panas, badan dingin
15.00 O : TD : 100/70 mmHg
N : 108 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 37,5 0C
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
2 S : px mengatakan masih terasa nyeri ulu hati, sakit
pada kanan atas perut, belum mau makan, BAB
(-), BAK (+)
O : TD : 100/70 mmHg
N : 108 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 37,5 0C
A : BB : 40 kg
TB : 175 cm
B : Hb : 12,0
GD acak : 210
P.V.C :35, 8 %
C : lemah otot berkurang, pasien sedikit lemas
D : rendah karbohidrat
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
4/7 1 S : px mengatakan badan sudah enak, tidak panas
atau dingin
2018
O : TD : 130/60 mmHg
15.00
N : 97 x/menit
S : 34,9 0C
RR : 20 x/menit
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
2 S : Px mengatakn nyeri ulu hati berkurang, sudah
makan sedikit, BAB (+), BAK(+), minum cukup
O : TD : 130/60 mmHg
N : 97 x/menit
S : 34,9 0C
RR : 20 x/menit
A : BB: 40 kg
TB : 175 cm
B : Hb : 12, 8
GD acak : 210
P.V.C : 36, 8 %
C : px tidak lemah
D : rendah karbohidrat
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
5/7 2 S : px mengatakan sudah tidak nyeri ulu hati, sudah
makan seperti biasa, minum cukup
2018
O : TD : 120/70 mmHg
08.00
N : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 35,5 0C
A : BB/TB : 40/175
B : GD acak : 200
C : Px bisa beraktifitas
D : rendah karbohidrat
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh
dapat dipertahankan secara konstan.
Asal panas pada tubuh manusia laju metabolisme basal (Basal
Metabolisme Rate/BMR), laju cadangan metabolisme yang disebabkan
aktifitas otot, peningkatan produksi tiroksin, termogenesis kimia melalui
sirkulasi norepineprin dan epineprin, serta demam.
Sistem pengaturan suhu berpusat pada hipotalamus. Tubuh manusia
memiliki seperangkat system yang memungkinkan tubuh menghasilkan,
mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan.
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikanal suhu inti(core
temperature) yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti cranial,
toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu permukaan (surface
temperature), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan
lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 40oC.
Perbedaan suhu tubuh dibagi atas: Hipotermi: suhu tubuh <36oC. Normal:
suhu tubuh antara 36-37.5 oC Febris/pireksia: suhu tubuh 37.5-40 oC.
Hipertermi: suhu tubuh >40oC.
Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh naik: vasodilatasi, berkeringat,
penurunan pembentukan panas. Sedangkan mekanisme tubuh saat suhu tubuh
turun: vasokontriksi kulit di seluruh tubuh karena rangsangan pada pusat
simpatis hipotalamus posterior, piloreksi rangsangan simpatis menyebabkan
otot erector pili yang melekat pada folikel rambut berdiri, peningkatan
pembentukan panas system metabolisme meningkat melalui mekanisme
menggigil.
Mekanisme kehilangan panas melalui kulit melalui: Radiasi (Pemindahan
panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa keduanya
bersentuhan), Konduksi (perpindahan panas dari suatu objek ke objek lain
dengan kontak langsung), Konveksi (perpindahan karena gerakan udara), dan
Evaporasi (perpindahan aliran panas ketika cairan berubah menjadi gas).
Klasifikasi perubahan suhu tubuh meliputi: demam (mekanisme
pengeluaran panas tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan
pengeluaran kelebihan produksi panas), kelelahan akibat panas (diaphoresis
yang banyak menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan), hipertermia (peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas), heatstroke
(Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu
tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas), hipotermia
(pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas).
Etiologi gangguan termoregulasi meliputi: dehidrasi, cidera otak akut,
infeksi, trauma, suhu dan lingkungan yang ekstrim, perubahan laju
metabolisme, peningkatan kebutuhan oksigen, kerusakan hipotalamus, usia
yang ekstrim, dan proses transfer panas.
Manifestasi klinis termoregulasi pada hipertermia: apnea, gelisa, hipotensi,
kejang, koma, kulit kemerahan, kulit terasa hangat, letargi, postur abnormal,
stuppor, takikardia, takipnea, dan vasodilatasi. Sedangkan pada hipotermi:
akrosianosis, bradikardia, dasar kuku sianosis, hipertensi, hipoglikemia,
hipoksia, kulit dingin, menggigil, peningkatan konsumsi oksigen,
peningkatan laju metabolik, penurunan kadar glukosa darah, penurunan
ventilasi, pileoreksi, takikardia, vasokontriksi perifer, dan pengisian ulang
kapiler lambat.
Penatalaksanaan pada gangguan termoregulasi meliputi: penatalaksanaan
keperawatan: selama pasien menggigil (memberikan selimut atau pakaian
ekstra, memberikan intake cairan yang adekuat, mengobservasi ttv (tanda-
tanda vital), selama terjadi peningkatan suhu (memberikan pakaian tipis,
memberikan coocing spongtbath, membatasi aktivitas, menungkatkan
sirkulasi udara untuk meningkatkan rasa nyaman, memakaikan baju dan
selimut yang tipis menyerap keringat). penatalaksanaan medis: pemberian
obat antipiretik, untuk menurunkan demam, untuk pasisen yang berisiko
kejang, demam dan lain, beri obat parasetamol, pemberian obat anti inflamasi
dan analgetik, untuk menurunkan setpoint hipotalamus.

5.2. Saran
1. Sebagai Mahasiswa S1 Keperawatan hendaknya mengetahui semua
pengetahuan terkiat gangguan termoregulasi.
2. Sebagai Mahasiswa S1 Keperawatan hendaknya mengetahui bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien dnegan gangguan termoregulasi.
3. Sebagai Masyarakat hendaknya mengetahui penatalaksanaan pada
gangguan termoregulasi.
DAFTAR PUSTAKA

Cameron, J.R, dkk. 2006. Fisika Tubuh Manusia. Jakarta. EGC.


Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9. Jakarta. EGC
M. Wilkinson, judith. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi
NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC
Khasanah, Intan Nur. 2014. Laporan Pendahuluan Termoregulasi. Diakses pada
tanggal 14 Juli 2018 pada http://we-blogcom.blogspot.com/2014/11/
laporan-pendahuluan-termoregulasi.html
Nanda International. 2015. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2015–
2017. Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan, volume 1. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai