Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL


PADA HIPOTERMI
Dosen Pengampu :
Triatmi Andri Yanuarini, M.Keb

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

1. Astrid Risandra Rahadias Putri (P17321193046)


2. Nisa Rohmatin Maghfiroh (P17321193053)
3. Anggun Novita Sari (P17321194066)
4. Lintang Kameswara (P17321194074)
5. Millenia Bunga Saputri P (P17321194076)
6. Angelika Vanindya windarti (P17321194077)
7. Fernanda Elga Andariesta (P17321194080)
8. Maulia Zamsyah (P17321194083)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadiraya Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.

Tak lupa penulis ucapakan terima kasih kepada Ibu Triatmi Andri Yanuarini, M.Keb.
selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat diselesaikan dengan
semestinya. Penulis juga ucapakan terimakasih kepada anggota kelompok 3 yang sudah mau
bekerja sama dalam menyusun tugas ini hingga selesai.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa makalh ini belum sepenuhnya sempurna.


Sehingga saya mengharapkan kritik serta saran yang membangun menambah kualitas serta
mutu dari makalah tersebut. Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah ilmu dan
wawasan kita semua.

Kediri, 12 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Definisi hipotermi.............................................................................................................3
2.2 Etiologi hipotermi.............................................................................................................3
2.3 Patofisiologi hipotermi.....................................................................................................3
2.4 Klasifikasi hipotermi........................................................................................................4
2.5 Tanda dan gejala hipotermi..............................................................................................5
2.6 Pencegahan hipotermi.................................................................................................5
2.7 Penatalaksanaan hipotermi..........................................................................................6
2.8 Evidance Based hipotermi...........................................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................10
TINJAUAN KASUS................................................................................................................10
3.1 Kasus..............................................................................................................................10
BAB IV....................................................................................................................................16
PEMBAHASAN......................................................................................................................16
BAB V......................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................17
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................................17
5.2 Saran...............................................................................................................................17
DAFTAR PUSAKA.................................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh
fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan
neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas Perubahan
kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus
selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan neonatus
harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya
Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil
tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya. Temperatur
rektal biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di banding suhu inti tubuhnya.
Suhu membran timpani sangat akurat karena telinga tengah mempunyai sumber vascular
yang sama sebagaimana vaskular yang menuju hipotalamus
Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu
lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik,
pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik
ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya
serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah
kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak
bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai
lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut.
Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan berlangsung
dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju kulit. Tahap kedua
panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau evaporasi.
Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil
tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya. Temperatur
rektal biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di banding suhu inti tubuhnya.
Suhu membran timpani sangat akurat karena telinga tengah mempunyai sumber vascular
yang sama sebagaimana vaskular yang menuju hipotalamus
Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu
lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik,
pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik

1
ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya
serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah
kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak
bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai
lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut. Transfer panas melalui lapisan pelindung
tersebut dengan lingkungan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti
tubuh disalurkan menuju kulit. Tahap kedua panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi,
konveksi atau evaporasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi dari Hipotermi?


2. Apa saja Etiologi Hipotermi?
3. Bagaimana Klasifikasi Hipotermi ?
4. Bagaimana Patofisiologi Hipotermi?
5. Apa Tanda dan Gejala Hipotermi?
6. Bagaimana Pencegahan Hipotermi?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Hipotermi ?
8. Apa Evidance Based dari Hipotermi ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari hipotermi


2. Untuk mengetahui etiologi hipotermi
3. Untuk mengetahui klasifikasi hipotermi
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari hipotermi
5. Untuk mengetahui tanda dn gejala hipotermi
6. Untuk mengetahui pencegahan hipotermi
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hipotermi
8. Untuk mengetahui evidance based dari hipotermi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi hipotermi

Hipotermia merupakan keadaan dimana seorang individu gagal mempertahankan


suhu tubuh dalam batasan normal 36-37,5oC (Karlina, Ermalina, & Pratiwi, 2014).
Gejala awal hipotermia apabila suhu <36oC atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.
Bila tubuh bayi merasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu
32-36oC). Disebut hipotermia berat bila suhu <32oC, diperlukan termometer
berukuran rendah (Low Reading Thermometer) yang dapat mengukur sampai 25oC.
Disamping suatu gejala, hipotermia merupakan awal penyakit yang berakhir
kematian. Hipotermia yaitu kondisi dimana suhu inti tubuh turun samapi dibawah
35oC. (Susanti & Sari, 2017).

Sumber : Audina, Tata. 2021. Asuhan Keperawatan pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) dengan Masalah Keperawatan Resiko Hipotermia. Ponorogo : Universitas
Muhammadiyah Ponorogo

2.2 Etiologi hipotermi

1) Bayi baru lahir dengan tubuh basah karena terkena air ketuban
2) Aliran udara melalui jendela atau pintu yang terbuka
3) Pertolongan dan perawatan yang kurang tepat segera setelah bayi lahir.
4) Terlalu cepat memandikan bayi.
5) Terlambat membungkus atau membedong bayi.
6) Bayi dipisahkan dari ibu segera setelah lahir.
7) Suhu kamar bersalin dan kamar bayi yang rendah.
8) Bayi kurang bulan atau bayi baru lahir rendah.
9) Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis,sindrom dengan
pernapasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial.
10) Melakukan rujukan pada bayi yang tidak mempertahankan kehangatan bayi.

(Jamil et al., 2017)

3
Sumber : Audina, Tata. 2021. Asuhan Keperawatan pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) dengan Masalah Keperawatan Resiko Hipotermia. Ponorogo : Universitas
Muhammadiyah Ponorogo

2.3 Patofisiologi hipotermi

Suhu normal pada neonates berkisar antara 36oC – 37,5oC pada suhu ketiak,
gejala awal hipotermi apabila suhu <36 C kedua kaki dan tangan teraba dingin.
Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermi
sedang antara 32oC – <36oC, sedangkan bila disebut hipotermia berat bila suhu
tubuh bayi <32oC. disamping sebagai suatu gejala, hipotermi dapat merupakan
awal penyakit yang berakhir dengan kematian, yang menjadi prinsip kesulitan
sebagai akibat hipotermi adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia),
terjadinya metabolic asidosis sebagai konsekuensi glikosis anaerobic dan
menurunnya simpangan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori
tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan
meningkatkan intake kalori.
Bayi dengan BBLR cenderung memiliki suhu yang abnormal disebabkan
oleh reproduksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas. Kegagalan
untuk mengahasilkan panas yang adekuat disebabkan tidak adanya jaringan
adipose cokelat (yang mempunyai aktivitas metabolik yang tinggi), pernafasan
yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan masukan makanan yang
rendah. Kehilangan panas yang meningkat karena adanya permukaaan tubuh yang
relative besar dan tidak adanya lemak subkutan, tidak adanya pengaturan panas
bayi sebagai disebabkan oleh panas immature dari pusat pengaturan panas dan
sebagian akibat kegagalan untuk memberikan repson terhadap stimulus dari luar.
Keadaan ini sebagian disebabkan oleh mekanisme keringat yang cacat, demikian
juga tidak adanya lemak subkutan. (Maryunani, 2013).

Sumber : Karlina, Novvi, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Maternal & Neonatal. In Media : Bogor

4
2.4 Klasifikasi hipotermi

1. Hipotermia Sedang
Merupakan hipotermi akibat bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah, waktu
timbulnya hipotermi sedang adalah kurang dari 2 hari dengan ditandai suhu
320C-360C, bayi mengalami gangguan pernapasan, denyut jantung kurang dari
100x/menit, malas minum dan mengalami letargi selain itu kulit bayi akan
berwarna tidak merata atau disebut cutis marmorata, kemampuan menghisap yang
dimiliki bayi lemah serta kaki akan teraba dingin.

2. Hipotermi Berat
Hipotermi ini terjadi karena bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah cukup
lama akan timbul selama kurang dari 2 hari dengan tanda suhu tubuh bayi
mencapai 320C atau kurang, tanda lain seperti hipotermi sedang, kulit bayi teraba
keras, napas bayi tampak pelan dan dalam , bibir dan kuku bayi akan berwarna
kebiruan, pernapasan bayi melambat, pola pernapasan tidak teratur dan bunyi
jantung melambat.

3. Hipotermi Dengan Suhu Tidak Stabil


Merupakan gejala yang timbul tanpa terpapar dengan suhu dingin atau panas
yang berlebihan dengan gejala suhu bisa berada pada rentang 36-390C meskipun
dengan suhu ruangan yang stabil (Dwienda et al.,2014)

Sumber :http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2271/3/BAB%20II.pdf

2.5 Tanda dan gejala hipotermi

Berikut ini tanda dan gejala :


1. Hipotermia sedang
a. Aktivtas berkurang, laetargis
b. Kaki teraba dingin
c. Kemampuan menghisap lemah
d. Tangisan lemah
e. Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
2. Hipotermia berat

5
a. Sama dengan hipotermia sedang
b. Pernafasan lambat tidak teratur
c. Bibir dan kuku kebiruan
d. Bunyi jantung lambat
e. Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik
3. Stadium lanjut hipotermia
a. Muka, ujung kaki, dan tangan bewarna merah terang
b. Bagian tubuh lainnya pucat
c. Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung,
kaki, dan tangan
d. Sklerema

Sumber : Sembiring, J. 2019. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak


Pra Sekolah. Yogyakarta : Deepublish

2.6 Pencegahan hipotermi

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah hipotermia adalah:


 Menutup kepala bayi dengan topi hangat,
 memastikan pakaian bayi selalu kering,
 menyelimuti bayi saat tidur, 
 menjaga agar suhu ruangan selalu hangat (suhu kamar tidak kurang dari 25°C),
 memastikan seluruh bagian tubuh bayi, termasuk yang bersentuhan dengan
popok, selalu dalam keadaan kering,
 tidak menempatkan bayi di arah hembusan angin dari jendela, pintu, atau tepat
di depan pendingin ruangan,
 baju, handuk, dan air hangat perlu dipersiapkan sebelum memandikan bayi,
 setelah dimandikan, segera keringkan seluruh bagian tubuhnya dan dan kenakan
baju pada si Kecil.

Sumber : Karlina, Novvi, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Maternal & Neonatal. In Media : Bogor

2.7 Penatalaksanaan hipotermi

a. Hipotermi sedang (32-25,3)

6
 Pakaian hangat,topi,serta selimut yang hangat
 ASI dan perawatan bayi lekat apabila dimungkinkan
 Gunakan inkubator / radiant warmer
 Periksa kadar gula darah , terapi hipoglikemia sesuai indkasi
 Pengawasan dan penanganan segera adanya tanda-tanda kegawatan
 Pantau suhu tubuh bayi setiap jam :
 Bila suhu naik minimal 0,5/jam, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2
jam
 Bila suhu tidak naik / naik terlalu pelan kurang dari 0,5/jam,
penganan kearah sepsis
 Setelah suhu normal
 Lakukan perawatan lanjutan
 Pantau bayi selama 12 jam berikutnya,periksa suhu setiap 3 jam
b. Hipotermi berat < 32
o Segera hangatkan bayi dibawah radiant warmer, rawat di dalam inkubator.
o Pakaian yang hangat, topi.
o Pasang jalur i.v pemberian cairan sesuai kebutuhan, dengan pipa infus
terpasang dibawah pancaran panas, untuk menghangatkan
o Periksa kadar gula darah , terapi hipoglikemia sesuai indikasi
o Pengawasan dan penanganan segera adanya tanda-tanda kegawatan
o Pemberian antibiotika.
o ASI / menyusu ibu apabila memungkinkan.
o Pantau suhu tubuh bayi setiap jam, apabila terdapat kenaikan paling tidak
0,5 / jam lanjutkan dengan memeriksa suhu tubuh bayi setiap 2 jam
o Setelah suhu tubuh bayi normal , lakukan perawatan lanjutan untuk bayi.

Sumber : Karlina, Novvi, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Maternal & Neonatal. In Media : Bogor

2.8 Evidance Based hipotermi

Penatalaksanaan yang diberikan meliputi pencegehan hipotermi (menjaga kehangatan


bayi dengan diletakkan di dalam inkubator atau dibawah lampu pemancar panas,
menggunakan bedong/selimut, mengganti pakaian apabila telah basah dan tidak
menyentuh bayi dengan tangan yang dingin), pencegahan infeksi dilakukan karena
imunitas bayi prematur sangat rendah (menjaga kebersihan tubuh bayi dan semua

7
peralatan yang akan digunakan untuk bayi prematur), pemberian nutrisi (peralatan
yang digunakan, frekuensi, jadwal pemberian serta balance cairan), penimbangan berat
badan yang rutin dilakukan setiap pagi hari untuk mengetahui perubahan kondisi
gizi/nutrisi bayi prematur. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Nasifah & Setyawati
tahun 2017 bahwa penatalaksanaan yang diberikan pada prematur adalah pencegahan
hipotermi, pencegahan infeksi, pemberian nutrisi dan penimbangan berat badan.
Namun dalam penimbangan berat badan dilakukan hanya saat pertama kali bayi datang
ke ruang perinatologi dan ketika akan pulang, hal ini dikarenakan keadaan bayi yang
terpasang alat-alat sehingga tidak memungkinkan untuk selalu melakukan
penimbangan setiap hari.
Salah satu masalah pada bayi prematur adalah kesulitan mempertahankan suhu
tubuhnya, di rumah sakit pada umumnya bayi prematur akan dirawat di inkubator
namun perawatan tersebut akan menurunkan ikatan (bounding) antara ibu dan bayi
sehingga perlu adanya metode perawatan menyerupai inkubator yaitu dengan
melibatkan orang tua bayi secara kulit ke kulit atau disebut dengan metode kanguru.
Setelah dilakukannya perawatan metode kanguru menghasilkan perubahan respon
fisiologis mengalami peningkatan ke arah positif yang meliputi suhu tubuh, denyut
jantung, reflek mencari dan reflek menghisap (Kamila & Elisa, 2020). Penelitian oleh
Trianingsih, Istiqomah & Sasanti, 2018 menyebutkan bahwa perawatan metode
kanguru tidak hanya berpengaruh terhadap perubahan suhu tubuh dan denyut jantung
tetapi juga adanya peningkatan saturasi oksigen setelah dilakukan metode kanguru.
Keterlibatan ibu dalam pelaksanaan perawatan metode kanguru dengan baik akan
menghasilkan perubahan positif terhadap kondisi bayi prematur sehingga akhirnya
dapat meningkatkan kepercayaan ibu dalam merawat bayinya.
Selain perawatan metode kanguru yang berfungsi untuk menjaga kehangatan
bayi penelitian Ningsih, 2017 menyebutkan bahwa terapi sentuhan dapat
meningkatkan suhu tubuh bayi prematur, hal ini dikarenakan sentuhan yang diberikan
pada kulit bayi dengan hati-hati tanpa ada tekanan menghasilkan rasa hangat dan
nyaman yang dirasakan bayi sehingga meningkatkan suhu tubuh bayi prematur namun
juga perlu diperhatikan apabila akan menyentuh bayi pastikan tangan dalam keadaan
hangat agar rasa dingin pada tangan tidak terserap oleh kulit bayi prematur.
Fazrin, 2015 dalam penelitiannya mengkombinasikan antara perawatan
metode kanguru (PMK) dengan terapi sentuhan ibu pada bayi prematur. Hasil dari
penelitiannya menyebutkan bahwa lama rawat inap bayi prematur yang diberikan

8
PMK dengan terapi sentuhan lebih pendek 4 hari dibandingkan dengan PMK saja
tanpa terapi sentuhan, hal ini disebabkan perawatan metode kanguru yang dilakukan
oleh ibu dengan cara mendekap bayinya diantara payudara ditambah dengan terapi
sentuhan yang diberikan oleh kedua telapak tangan ibu yang hangat akan
menimbulkan rasa nyaman pada bayi prematur sehingga akan mengurangi stress dan
sakit akibat alat-alat medis yang digunakannya serta meningkatkan berat badan,
tanda-tanda vital dan imunitas bayi prematur. Setelah bayi prematur telah mengalami
perbaikan keadaan maka bayi tersebut dapat dipulangkan apabila telah memenuhi
kriteria dari rumah sakit. Penelitian Julianti, Rustina & Efendi, 2019 mengatakan
ketidaktahuan dan ketidakmampuan ibu merawat bayi prematur di rumah
menyebabkan bayi mengalami berbagai masalah kesehatan dan berisiko untuk dirawat
ulang. Namun terkadang kurangnya keterlibatan ibu dalam merawat bayi prematur
saat di rumah sakit akan mempengaruhi perawatan yang diberikan saat di rumah
nantinya. Hal ini berkaitan dengan penelitian Trianingsih, Istiqomah & Sasanti, 2018
bahwa keterlibatan ibu merawat meningkatkan kepercayaan merawat bayi prematur.
Maka dari itu pentingnya memberikan edukasi perencaan pulang yang baik untuk
meningkatkan keterampilan ibu merawat bayi prematur. Edukasi yang diberikan
meliputi cara menyusui yang baik dan benar serta perawatan metode kanguru (PMK).
Setelah diberikan edukasi terdapat hasil peningkatan pengetahuan dan keterampilan
ibu merawat bayi prematur (Julianti, Rustina & Efendi, 2019).
Bayi yang terlahir prematur pada umumnya mengalami berbagai masalah
kesehatan terutama gangguan pernapasan yang diakibatkan karena kurangnya jumlah
surfaktan pada paru-paru. Maka dari itu bayi prematur sangat memerlukan
manajemen pernapasan yaitu resusitasi serta penggunaan ventilator untuk membantu
memperlancar sistem pernapasan. Selain itu bayi prematur juga berpotensi mengalami
perdarahan intraventrikular sehingga sirkulasi dan pernapasan harus diperhatikan
salah satu caranya adalah meminimalkan penanganan bayi dengan menempatkan pada
posisi yang nyaman dan tidak melakukan penghisapan cairan mulut atau jalan napas
serta pemeriksaan fisik yang tidak perlukan (Isayama T, 2019).
Evidance Based Pencegahan Hipotermi
Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal diketahui bahwa penatalaksanaan
perawatan bayi prematur ditinjau dari pencegahan hipotermi di ruang NICU RS X
Surabaya dapat diketahui bahwa 74 bayi prematur 97.36%) diberikan penanganan
dengan baik. Tindakan perawat sudah sesuai dengan standar operasional

9
penalataksanaan (SOP) dalam perawatan bayi prematur diantaranya bayi
dikenakan baju atau digedong kecuali bagian kepala, bayi diletakkan di ruangan hangat
atau di bawah pemancar panas (tidak kurang 250C) atau dalam inkubator, baju dan
diapers bayi diganti setiap kalibasah, bayi dimandikan denganair hangat, suhu
tubuh bayi diukur dengan termometer, selama pengukuran bayi dijaga agar tetap
hangat dengan cara bayi diselimuti dengan kain yang hangat atau diletakkan di
permukaan yang hangat, bayi tidak disentuh dengan tangan dingin. Bayi kecil yang
karena keadaannya di rawat di infant care tetap di bungkus dengan menggunakan
Politilene atau plastik untuk mencegah terjadinya Hipotermia dan diberlakukan
prinsip Minimal Handling dalam memberikan perawatan pada bayi Premature.
Berdasarkan tindakan perawat dan dokter di ruang NICU RS X Surabaya yang
sudah sesuai dengan SOP dalam penanganan dan pencegahan hipotermi tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa bayi telah dilakukan tindakan yang sangat baik
dalam pencegahan hipotermi. Menurut Muryani(2013), beberapa penanganan hipotermi
pada bayi baru lahir adalah bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali
meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi didalam
inkubator atau melalui penyinaran lampu, menjaga bayi dari segala bentuk kehilangan
panas.

Dapus : Nurlaila, N. (2017). Hubungan pelaksanaan perawatan metode kanguru (PMK)


dengan kejadian hipotermi pada bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Husada Mahakam:
Jurnal Kesehatan, 3(9), 466-473.

10
BAB III

TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus

Ny.A 28 tahun baru melahirkan anaknya secara SC di RS keadaan umum ibu tensi 120/80
mmHg, suhu 36,5oC, nadi 80 x/menit, setelah dilakukan pemeriksaan pada bayi di diagnosa
bayi mengalami warna kulitnya biru, keringat dingin dan pernapasan tidak normal, hasil
pemeriksaan di temukan suhu tubuh: 34,5 C, pernapasan : 20 ×/menit, bb 3200 gram, Pb 53
cm.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KEDIRI
Jl. KH Wachid Hasyim 64 B Kediri

FORMULIR ASUHAN KEBIDANAN UNTUK BAYI HIPOTERMIA

Tanggal / Jam MRS :


Tanggal / Jam pengkajian : 11 Februari 2022/ 03.00
No. Registrasi :
Ruang Perawatan :

A. DATA SUBYEKTIF
BIODATA
Identitas Bayi Baru Lahir
Nama : By. F
Tanggal lahir : 10 Februari 2022 jam 23.00
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke : Pertama

Identitas Orang Tua


Nama Ibu : Ny. A

11
Umur : 28 tahun
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Penghasilan :-
Alamat Rumah : Jln. Pare Wates No. 01 Kecamatan Wates Kabupaten Kediri

Nama Ayah : Tn. B


Umur : 30 tahun
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Penghasilan : ± 2.000.000 / bulan
Alamat Rumah : Jln. Pare Wates No. 01 Kecamatan Wates Kabupaten Kediri

A. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Keluarga mengatakan warna kulit bayinya biru, pernapasan tidak teratur, gemetar,
keringat dingin, kejang, kesadaran menurun, menangis tidak normal.

2. Riwayat Kesehatan Ibu


a. Usia Kehamilan : 42 minggu, HPHT : 3 Mei 2021
b. Riwayat penyakit selama kehamilan : ibu tidak memiliki penyakit selama
kehamilan
c. Riwayat Antenatal :
1. G1P000
2. Gizi baik, selama kehamilan BB naik tapi tidak sampai melebihi 20 Kg
3. Tinggi badan 145 cm
4. Pada usia kehamilan 26 minggu, tekanan darah 100/70 mmHg
5. Pada usia kehamilan 34 minggu, tekanan darah 120/90 mmHg
6. Pada usia kehamilan 39 minggu, tekanan darah 110/80 mmHg

12
7. Pada usia kehamilan 40 minggu, tekanan darah 120/80 mmHg, TFU 36 cm,
Tinggi Badan ibu 145 cm.
8. Pada usia kehamilan 42 minggu, tekanan darah 120/80 mmHg, TFU 38 cm,
Tinggi Badan ibu 145 cm.
d. Persalinan :
1. Proses persalinan di kamar operasi RSUD
2. Usia Kehamilan 42 minggu
3. Bayi lahir SC atas indikasi CPD dan bayi besar
4. Sisa ketuban keruh
e. Kebiasaan merokok : ibu tidak merokok
f. Kebiasaan minum jamu : ibu tidak meminum jamu

B. DATA OBYEKTIF
1. Ketuban :
Jam : 21.00 Warna : keruh
Jumlah : 1300 ml Bau : tidak berbau
2. Plasenta : plasenta lahir lengkap
3. Keadaan Umum :
a. Suhu Tubuh : 34,5 O C
b. Pernapasan : 20x/menit
c. Berat lahir : 3200 gram
d. Panjang badan : 53 cm
e. BAB :segera setelah bayi lahir BAK :+
4. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala : Lingkar kepala: 34 cm
b. Mata : Pupil bulat, isokor, diameter 2 mm, reflek pupil cepat, konjungtiva
pucat
c. Wajah : tampak lemas, pucat, gelisah, tidak oedema
d. Telinga : simetris, tidak dapat secret, tidak tampak kelainan
e. Mulut : sianosis, mukosa bibir kering tidak tampak labio skiziz, maupun labio
palato skiziz
f. Dada : tampak pergerakan dada cepat, terdapat tarikan/retraksi dada
g. Punggung : tidak tambak spina bifida

13
h. Abdomen : tampak simetris, tidak membusung, tidak tampak perdarahan tali
pusat, tidak ada kelainan
Bentuk : normal, tidak ada kelainan
Tali pusar : normal, terdiri dari 3 saluran yaitu 2 arteri dan satu vena
i. Genetalia : -
Labia :-
Scrotum : Testis sudah turun, rugae tampak jelas
j. Anus : teraba lubang anus,tidak ada atresia ani
k. Ekstremitas : Tampak Sianosis, tremor, paristisia pada jari

5. Pemeriksaan palpasi
Kepala : Teraba datar kadang cekung
Wajah : Tidak teraba oedema
Mata : Tidak teraba oedema
Telinga : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Hidung : Tidak teraba pembesaran polip
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, kelenjar tiroid, dan
vena jugularis
Abdomen : Teraba lembek, tidak ada massa maupun tumor, turgor kulit
kembali > 2 detik
Genetalia eksterna : Tidak teraba benjolan, massa, maupun tumor
Anus : Teraba lubang anus, tidak ada atresia ani
Ekstremitas : Teraba dingin, tidak oedema

6. Pemeriksaan Auskultasi

Dada
Jantung : normal, teratur
Paru : Wheezing (-), ronchi (-), krekels (-)
Abdomen : Bising usus (+)
Perkusi :
Dada : Terdengar Sonor
Abdomen : Tidak terdengar hipertimpani

7. Pemeriksaan Neurologis/Refleks :

14
a. Refleks Morro : Positif, terkejut saat ada suara
b. Refleks Rooting : Positif, membuka mulut jika ada yang menyentuh bibir
c. Refleks Sucking : Berkurang, kadang Negatif (-)
d. Refleks Swallowing : Negatif (-)
e. Refleks Babinsky : Positif, jari kaki menekuk ke bawah
f. Refleks Graft : Negatif (-)
8. Pemeriksaan Penunjang
GDA : 39 mg/dL

DL : Hb, Leukosit, Hematokrit, Eritrosit, Trombosit.

C. ANALISIS :
Neonatus cukup bulan dengan hipotermi

D. PENATALAKSANAAN :
1. 23. 00 WIB Memberitahu ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan bayinya
Paraf
Paraf
mengenai hasil pemeriksaan, ibu memahami penjelasan bidan
2. 23.05 WIB Melakukan pemeriksaan glukosa plasma, bayi diperiksa glukosa
plasma
3. 23.10 WIB Memberikan konseling pada ibu tentang perawatan bayi baru lahir Paraf
dengan hipotermi dan anjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin atau
tidak terjadwal, ibu paham dan mau menyusui bayinya
4. 23.15 WIB Menjaga suhu bayi agar tetap hangat dengan cara bedong bayi dan
Paraf
masukkan bayi di dalam inkubator, bayi dijaga kehangatannya
5. 23.20 WIB Menjaga kebersihan bayi dan lingkungan dengan cara mengganti
popok bayi bila basah, mengganti baju bayi bila kotor dan pastikan bayi terhindar Paraf

dari benda tajam, bayi dijaga kebersihannya


6. 23.25 WIB Memberikan informed consent kepada ibu dan keluarga pasien untuk
Paraf
melakukan tindakan rujukan, ibu dan keluarga menyetujui rujukan
7. 23.30 WIB Menghubungi pihak rumah sakit terdekat untuk melakukan tindakan
kolaborasi dengan dokter spesialis anak di rumah sakit terdekat, bidan Paraf

menghubungi pihak rumah sakit rujukan


8. 23.35 WIB Melakukan rujukan bayi, ibu dan keluarga bersedia bayinya dirujuk
9. 23.40 WIB Mendampingi pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan Paraf

Selanjutnya, bidan mendampingi bayi ketika dirujuk

15
Kediri, ……………………..
Pembimbing Klinik, Mahasiswa,

….………………………….
………………………………. NIM.
NIP.

Dosen Pembimbing

….……………………………..
NIP.

16
BAB IV

PEMBAHASAN

Ny. A G1P000 melahirkan bayinya By. F di kamar operasi RSUD pada tanggal 10
Februari 2022 pukul 23.00. Pada anamnesis didapatkan bahwa keluarga mengatakan warna
kulit bayinya biru, pernapasan tidak teratur, gemetar, keringat dingin, kejang, kesadaran
menurun, menangis tidak normal.
Riwayat Persalinan : Proses persalinan di kamar operasi RSUD. Usia Kehamilan 42
minggu. Bayi lahir SC atas indikasi CPD dan bayi besar pada tanggal 10 Februari 2022,
23.00 WIB. Sisa ketuban keruh.
Hasil dari pemeriksaan terdapat ketuban : Jam: 21.00, warna : keruh, jumlah : 1300
ml, bau : tidak berbau, plasenta : plasenta lahir lengkap. Keadaan Umum bayi : Suhu Tubuh:
34,5 O C, Pernapasan : 20x/menit, Berat lahir: 3200 gram, Panjang badan: 53 cm. BAB :
segera setelah bayi lahir BAK : +, Pemeriksaan Head to Toe, Kepala: Lingkar kepala 34 cm.
Mata : Pupil bulat, diameter 2 mm, reflek pupil cepat, conjungtiva pucat. Wajah : tampak
lemas, pucat, gelisah, tidak oedema. Mulut : sianosis, mukosa bibir kering. Dada : tampak
pergerakan dada cepat, terdapat tarikan/retraksi dada.
Penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat bidan. Sehingga
tidak ada kesenjangan antara teori dan penatalaksanaannya. Dari rencana yang telah disusun,
pemeriksa melakukan intervensi pada keseluruhan rencana.
Evaluasi pada akhir asuhan, Ny. A mengetahui dan menyetujui segala tindakan yang
dilakukan. Ibu mengatakan mengerti dan memahami dengan semua penjelasan yang
diberikan oleh petugas kesehatan, serta akan menjalankan anjuran yang sudah diberikan oleh
petugas kesehatan. Ibu dapat mengikuti beberapa hal yang dijelaskan oleh petugas kesehatan.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hipotermi pada bayi baru lahir perlu mendapat perhatian dari para petugas
kesehatan dan khususnya calon ibu yang akan memiliki anak. Mereka perlu memiliki
pengetahuan tentang bagaimana cara memperlakukan bayi pertama kali ketika lahir.
Penanganan yang salah terhadap bayi bisa menyebabkan dampak negatif bagi mereka.
Sebagai contoh terjadinya hipotermi pada bayi disebabkan oleh kebiasaan / perilaku yang
salah seperti mengeringkan dan membersihkan tubuh bayi menunggu setelah plasenta
lahir, memandikan bayi dilakukan segera setelah lahir, membersihkan lemak bayi segera
setelah lahir, memercikkan air hangat / air dingin / air kembang / minyak wangi pada
bayi baru lahir yang tidak menangis (untuk merangsang pernafasan) , mengosok tubuh
bayi dengan minyak kayu putih / obat gosok , bayi baru lahir tidak segera didekapkan /
dipisah /tidak segera disusui oleh ibunya. Semua kebiasaan diatas justru mengakibatkan
penurunan suhu tubuh pada bayi.

Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru
lahir. Oleh karena itu para petugas kesehatan harus melakukan tindakan pencegahan
terjadinya hipotermi di tingkat pelayanan dasar. Sebaiknya para petugas kesehatan
memiliki penguasaan dalam mencegah dan menangani hipotermi pada bayi baru lahir
untuk memberikan dampak positif yang sangat berarti dalam mencegah terjadinya
kematian. Begitu pula dengan ibu, penolong persalinan, dan keluarga di rumah yang bisa
dengan mudah mencegah terjadinya hipotermi.

5.2 Saran

Diharapkan bagi pembaca makalah ini dapat menjadi referensi untuk menambah
pengetahuan tentang dan semoga makalah ini dapat dikempangkan kembali. Penulis
tentunya masih menyadari jika makalah yang sudah kamu susun masih terdapat banyak
kesalahan dan jau dari kesempurnaan, maka penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari pembaca.

18
DAFTAR PUSAKA

Nurhasana, Diva dan Ni Wayan Wiwin A. 2020. Pengaruh Terapi Musik Lullaby terhadap
Peningkatan Berat Badan dan Kestabilan Respirasi pada Bayi Prematur di ruang
Neonatl Intensive Care Unit : Literatur Riview. Kalimantan Timur : Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur

Sulistriani, D., Berliana, S. M. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kelahiran Prematur


di Indonesia : Analisis Data Riskesdas 2013. E-Journal WIDYA Kesehatan dan
Lingkungan, 1(2), 109-112.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Dwienda R, Octa, dkk. 2014. Buku Ajar Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak
Prasekolah untuk Para Bidan. Deepublish : Sleman, Yogyakarta

Herman, Sriyana. 2020. Buku Acuan Persalinan Kurang Bulan (Prematur). Yayasan
Avicenna : Kendari, Sulawesi Tenggara

Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan bayi risiko tinggi. EGC : Jakarta

Karlina, Novvi, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. In
Media : Bogor

Darma, Sagita. 2017. Kehamilan, Persalinan, Bayi Preterm & Postterm. Palembang :
Noerfikri.

Sembiring, J. 2019. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Yogyakarta :
Deepublish

Hanum Syafrida, Hasanah Oswati, Elita Veny. 2014. Gambaran Morbiditas Bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru. Jurnal Keperawata. Vol.1 No.2

19
Sari, Sagita Darma. 2017. Kehamilan, Persalinan, Bayi Preterm & Postterm disertai Evidence
Based. Noerfikri.

20

Anda mungkin juga menyukai