TROPIK DHF
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Puji Syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat cinta kasih dan penyertaan-Nya
selama proses pembuatan Asuhan keperawatan pada anak dengan masalah tropik DHF ini bisa
kami selesaikan dengan segala baik.
Terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini, yang kami hormati dan kasihi
Ns. Heyni F Kereh,S.Kep.,M.M.,M.Kep. Karena dengan adanya tugas ini wawasan serta
pengetahuan kami mengenai Asuhan keperawatan pada anak dengan masalah tropik DHF
menjadi lebih luas.
Kami juga mau berterima kasih kepada kampus kami yang tercinta AKPER RUMKIT
TK.III MANADO yang sudah menjadi sarana untuk kami menimbah ilmu di bidang
keperawatan.
Terima kasih juga bagi para pembaca yang mendukung kami selama proses pembuatan
Asuhan keperawatan pada anak dengan masalah tropik DHF ini, dapat selesai dengan segala
baik.
Adapun tujuan lain dari pembuatan Asuhan keperawatan ini yaitu menambah pengetahuan
para pembacanya serta membantu pembaca agar bisa mendapat informasi lebih tentang
Asuhan keperawatan pada anak dengan masalah tropik yang akan dijabarkan di dalam asuhan
keperawatan pada anak ini.
Namun kami tahu asuhan keperawatan pada anak ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu besar harapan kami agar kiranya para pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun untuk bekal pembuatan asuhan keperawatan pada anak pada masa yang
akan datang. Jika dalam asuhan keperawatan pada anak ini terdapat kesalahan dalam bentuk
apapun mohon dimaafkan. Atas perhatian dan kepedulian para pembaca sekali lagi saya
ucapkan terima kasih.
Besar harapan kami agar tulisan ini dapat diterima dan dipergunakan dengan sebaik-
baiknya. Akhirnya penulis berharap semoga kita semua selalu dalam lindungan dan
penyertaan Tuhan yang Maha Kuasa.
Salam Penulis
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................2
D. Manfaat..............................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................5
A. Konsep Dasar Penyakit.....................................................................................5
B. Anatomi Fisiologi..............................................................................................6
C. Klasifikasi........................................................................................................10
D. Etiologi............................................................................................................11
E. Patofisiologi....................................................................................................12
F. Manifestasi klinis............................................................................................14
G. Komplikasi......................................................................................................15
H. Pemeriksaan penunjang...................................................................................15
I. Penatalaksanaan..............................................................................................16
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................26
2.4.1 Pengkajian.......................................................................................................26
2.4.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................38
2.4.3 Perencanaan.....................................................................................................40
2.4.4 Implementasi...................................................................................................41
2.4.5 Evaluasi...........................................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah tropis dan subtropis, penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) endemik
yang muncul sepanjang tahun, terutama saat musim hujan ketika kondisi optimal
untuk nyamuk berkembang biak. Biasanya sejumlah besar orang akan terinfeksi
dalam waktu yang singkat (wabah) (InfoDATIN, 2016). Penyakit DBD dapat
muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Munculnya
penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat
(Kemenkes RI, 2016).
Menurut data WHO (Word Health Organization) (2016) tahun 2015,
menyebutkan bahwa wabah demam berdarah tersebar di seluruh dunia. Filipina
melaporkan lebih dari 169.000 kasus dan Malaysia melebihi 111.000 kasus dugaan
demam berdarah, meningkat 59,5% dan 16% dalam jumlah kasus tahun
sebelumnya. Diperkirakan 500.000 orang dengan dengue parah memerlukan rawat
inap setiap tahunnya, sebagian besar diantaranya adalah anak-anak. Sekitar 2,5%
dari mereka tidak dapat diselamatkan (meninggal dunia).
Menurut Soedarto (2012) Indonesia adalah daerah endemis DBD dan
mengalami epidemik sekali dalam 4-5 tahun. Faktor lingkungan dengan banyaknya
genangan air bersih yang menjadi sarang nyamuk, mobilitas penduduk yang tinggi
dan cepatnya transportasi antar daerah, menyebabkan sering terjadinya demam
berdarah dengue. Indonesia termasuk dalam salah satu Negara yang endemik
demam berdarah dengue karena jumlah penderitanya yang terus menurus bertambah
dan penyebarannya semakin luas (Sungkar dkk, 2010).
Masalah utama pada klien Demam Berdarah Dengue adalah hipertermia.
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi
panas. Hipertermia terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan
panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh. Hipertermia tidak berbahaya jika dibawah 39,0 ˚C. Selain
adanya tanda klinis, penentuan hipertermia juga didasarkan pada pembacaan suhu
pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal
individu tersebut (Potter & Perry, 2010).
Peningkatan suhu tubuh pada anak sangat berpengaruh terhadap fisiologis organ tubuh
anak, karena luas permukaan tubuh anak relatif kecil dibandingkan pada orang dewasa,
hal ini menyebabkan ketidakseimbangan organ tubuh pada anak. Peningkatan suhu
tubuh yang terlalu menyebabkan dehidrasi, letargi, penurunan nafsu makan sehingga
asupan gizi berkurang termasuk kejang yang mengancam kelangsungan hidup anak,
lebih lanjut dapat mengakibatkan terganggunya tumbuh kembang anak. Banyaknya
dampak negatif dari demam tersebut maka demam harus segera ditangani (Reiga, 2010).
Penanganan pertama demam pada anak dapat berupa terapi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya adalah berupa memberikan
obat penurun panas, sedangkan terapi non farmakologi yang dapat dilakukan yaitu
mengenakan pakaian tipis, lebih sering minum, banyak istirahat, mandi dengan air
hangat, serta memberi kompres (Saito, 2013).
Tindakan kompres yang dapat dilakukan antara lain kompres hangat basah, kompres
hangat kering dengan larutan obat antiseptik, kompres basah dingin dengan air biasa
(Asmadi, 2009). Kompres hangat dapat menurunkan suhu tubuh anak demam karena
tubuh dapat melepaskan panas melalui empat cara yaitu radiasi, konduksi, konveksi, dan
evaporasi. Secara umum tubuh akan melepaskan panas melalui proses konduksi yaitu
perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada
disekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat
kecil sedangkan evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan
panas tubuh (Dwi, 2011). Manfaat dari kompres hangat tidak hanya untuk menurunkan
suhu tubuh namun salah satunya juga dapat memberikan rasa sangat hangat, nyaman,
dan tenang pada klien (Asmadi, 2009). Berdasarkan uraian diatas maka kewajiban kita
sebagai perawat bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan kesehatan
untuk mengurangi kasus DBD dan menghindari komplikasi yang lebih serius. Maka
penulis tertarik untuk menulis Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) Dengan Hipertermia.
Suhu badan yang meningkat menyebabkan dehidrasi, letargi, penurunan nafsu makan
sehingga asupan gizi berkurang termasuk kejang yang mengancam kelangsungan hidup
anak, lebih lanjut dapat mengakibatkan terganggunya tumbuh kembang anak.
Banyaknya dampak negatif dari demam tersebut maka demam harus segera ditangani
(Reiga, 2010).
Penanganan pertama demam pada anak dapat berupa terapi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya adalah berupa memberikan
obat penurun panas, sedangkan terapi non farmakologi yang dapat dilakukan yaitu
mengenakan pakaian tipis, lebih sering minum, banyak istirahat, mandi dengan air
hangat, serta memberi kompres (Saito, 2013).
Tindakan kompres yang dapat dilakukan antara lain kompres hangat basah, kompres
hangat kering dengan larutan obat antiseptik, kompres basah dingin dengan air biasa
(Asmadi, 2009). Kompres hangat dapat menurunkan suhu tubuh anak demam karena
tubuh dapat melepaskan panas melalui empat cara yaitu radiasi, konduksi, konveksi, dan
evaporasi. Secara umum tubuh akan melepaskan panas melalui proses konduksi yaitu
perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada
disekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat
kecil sedangkan evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan
panas tubuh (Dwi, 2011). Manfaat dari kompres hangat tidak hanya untuk menurunkan
suhu tubuh namun salah satunya juga dapat memberikan rasa sangat hangat, nyaman,
dan tenang pada klien (Asmadi, 2009). Berdasarkan uraian diatas maka kewajiban kita
sebagai perawat bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan kesehatan
untuk mengurangi kasus DBD dan menghindari komplikasi yang lebih serius. Maka
penulis tertarik untuk menulis Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) Dengan Hipertermia.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang diambil dari studi kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan
C. Tujuan Penelitian
Tahun 2019.
D. Manfaat
Indonesia.
1. Bagi Pendidikan
2. Bagi Perawat
2.1.1 Definisi
(Pearce, 2011).
penggumpalan darah.
Untuk menghasilkan penggumpalan, diperlukan empat
C. Klasifikasi
sebagai berikut:
perdarahan lain.
D. Derajat III: Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya
gelisah.
E. Derajat IV: Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan
D. Etiologi
serotipe virus DEN yang sifat antigennya berbeda, yaitu virus dengue-
1 (DEN 1), virus dengue-2 (DEN 2), virus dengue-3 (DEN 3), virus
tersebut.
E. Patofisiologi
dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
J. Sakit kepala.
darah menurun, gelisah, capillary refil > 2 detik, nadi cepat dan
2) Trombositopenia.
G. Komplikasi
N. Ensefalopati
O. Kerusakan hati
P. Kerusakan otak
Q. Kejang
H. Pemeriksaan penunjang
S. Trombositopeni (100.000/mm3)
V. Isolasi virus
I. Penatalaksanaan
Y. Penatalaksanaan keperawatan
jam (terutama tekanan darah dan nadi), periksa Ht, Hb, dan
baik jika pasien segera dipasang infus sebab jika sudah terjadi
dan pernafasan juga baik, infus yang satu dibuka yang lainnya
saat itu.
Z. Penatalaksanaan Medis
Pada pasien ini perlu diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2liter
dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila
umur < 1 tahun 50mg IM, anak > 1 tahun 75mg. Apabila 15
berbahaya jika dibawah 39,0 ˚C. Selain adanya tanda klinis, penentuan
hipertermia juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda
dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut
pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
kompres yang efektif yaitu kompres di samping leher, ketiak, lipat paha, dan
belakang lutut yang pembuluh darahnya besar agar suhu tubuh kembali
hangat membantu pembuluh darah tepi dikulit melebar hingga pori-pori jadi
Turunnya suhu diharapkan terjadi lewat panas tubuh yang digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres (Potter & Perry, 2010). Hasil penelitian
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh oleh Tamsuri (2010) yang
menyatakan daerah ketiak atau axilla terdapat vena besar yang memiliki
tubuh dan sangat dekat dengan otak yang merupakan tempat terdapatnya
sensor pengatur suhu tubuh yaitu hipotalamus. Menurut Guyton dan Hall
baik karena reseptor yang memberi sinyal ke hipotalamus lebih banyak dan
pada daerah axilla banyak terdapat pembuluh darah besar dan banyak terdapat
tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu mengenai pertumbuhan dan
perkembangan. Sementara itu, pengertian mengenai pertumbuhan dan
2.3.1 Pertumbuhan
melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak. Jadi
(Soetjiningsih, 2017).
badan sekitar 5-10% pada 7 hari pertama, dan berat badan (BB) waktu
Untuk perkiraan berat badan normal pada anak usia 0-6 tahun,
yaitu:
1) Lahir : 50 cm
2) Umur 1 tahun : 75 cm
C. Lingkar Kepala
2.3.2 Perkembangan
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
digunakan bagi anak usia 0-6 tahun. Deteksi dini tumbuh kembang
ini:
2.3.3 Hospitalisasi
tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang
pada anak akan orang yang terdekat dirinya dan akan lingkungan
perasaan tidak aman dan rasa cemas (Wulandari dan Erawati, 2016).
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan
keperawatan (Potter & Perry, 2009). Proses keperawatan terdiri dari lima
2.4.1 Pengkajian
Jauhar, 2013).
A. Pengumpulan data
1) Identitas Klien
a)Identitas anak
alamat.
2) Riwayat Kesehatan
a)Keluhan utama
tubuh. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan
yang lain.
a) Riwayat kehamilan
b) Riwayat persalinan
4) Riwayat Imunisasi
a) Imunisasi
a) Pola nutrisi
b) Pola eliminasi
terpasang infus.
a) Pertumbuhan
abdomen.
b) Perkembangan
7) Pemeriksaan Fisik
a) Tingkat kesadaran
koma.
b) Tanda-tanda vital
2016).
(1) Kepala
(2) Mata
(3) Hidung
IV.
(4) Mulut
(6) Leher
(7) Dada
(8) Abdomen
(11) Ekstremitas
diantaranya :
hospitalisasi anak.
B. Analisa Data
Jauhar, 2013).
2015):
DIAGNOSIS
Menurut (standar diagnosa keperawatan Indonesia: Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017) yakni :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Resiko ketidakseimbangan Elektrolit berhubungan dengan dehidrasi karena peningkatan suhu
tubuh.
Tabel 1. standar diagnosa keperawatan Indonesia: Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
No Diagnosa
Keperawatan Luaran Intervensi
1. Hipertermia Termoregulasi L.14134 Manejemen Hipertermi
D.0130 Setelah dilakukan I.15506
tindakan perawatan 1.observasi
selama 1x8 jam maka a).Identifikasi penyebab hipertermi.
didapatkan hasil Suhu b). Monitor suhu tubuh.
tubuh menurun dan c).Monitor komplikasi akibat
ekspektasi membaik hipertermi.
dengan kriteria hasil 2.terapeutik
sebagai berikut : a). sediakan lingkungan yang dingin
b).Longgarkan atau lepaskan pakaian.
a). Mengigil menurun. c).berikan cairan oral.
b).Suhu tubuh membaik d).berikan oksigen, jika perlu.
c. Kulit merah menurun
3.edukasi
- anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
- kolaborasi pemberian cairan
elektrolit dan elektrolit intravena,
jika perlu.
Diagnosa
No Luaran Intervensi
Keperawatan
2. Resiko Keseimbangan Pemantauan elektrolit
ketidakseimban Elektrolit I.03122
gan Elektrolit L.03022 1.observasi
D.0037 Setelah dilakukan a). identifikasi kemungkinan
tindakan perawatan penyebab ketidakseimbangan
selama 1x8 jam maka elektrolit
status elektrolit b). monitor kadar elektrolit serum
meningkat dengan c). monitor kehilangan cairan, jika
kriteria hasil sebagai perlu.
berikut : .
2.terapeutik
a). serum natrium a). atur intervalwaktu pemamtauan
membaik sesuain dengan kondisi pasien.
b). serum kalium b). dokumentasikan hasil
membaik pemantauan.
c). serum klorida
membaik. 3.edukasi
a). jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan.
b). informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.
2.4.3 Perencanaan
perawatan.
41
2.4.4 Implementasi
harus di ikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu
2.4.5 Evaluasi
Jauhar, 2013).
Walid, 2012).
A. S : Data Subjektif
B. O : Data Objektif
C. A : Analisis
D. P : Planning
E. I : Implementasi
pelaksanaan.
F. E : Evaluasi
keperawatan.
G. R : Reassesment