HIPERBILIRUBIN
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Nilai Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Keperawatan
Anak I
Disusun Oleh :
KELOMPOK 13
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN HIPERBILIRUBIN” tanpa hambatan yang berarti sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Keperawatan
Anak I . Terlepas dari itu, tersusunnya makalah ini berkat bantuan beberapa pihak. Oleh karna itu,
pada kesempatan ini kamimengucapkan banyak terima kasih, khususnya kepada yang terhormat :
1) Ibu Ns. Zakiyah Mujahidah, S.Kep., M.Kep, selaku Dosen pada mata kuliah Keperawatan
Anak I.
3) Serta teman – teman dan semua pihak yang telah ikut serta dalam pembuatan makalah ini
Kami menyadari sepenuhnya bahwa punyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan,
oleh karna itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami terima dengan sepenuh
hati, demi perbaikan di masa depan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiiin.
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................................5
1.4 Manfaat.......................................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................7
2.1 Pengertian Hiperbilirubinemia................................................................................................7
2.2 Etiologi....................................................................................................................................8
2.3 Patoflowdiagram....................................................................................................................9
2.4 Manifestasi klinis..................................................................................................................10
2.5 Pemeriksaan penunjang........................................................................................................10
2.6 penatalaksanaan medis........................................................................................................11
2.7 ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................................................13
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................23
3.1 Simpulan.....................................................................................................................................23
3.2 Saran..........................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................23
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kadar bilirubin serum orang normal umumnya kurang lebih 0,8 mg % (17mmol/l), akan tetapi
kira-kira 5% orang normal memiliki kadar yang lebih tinggi (1 – 3 mg/ dl). Bila penyebabnya
bukan karena hemolisis atau penyakit hati kronik maka kondisi ini biasanya disebabkan oleh
kelainan familial metabolism bilirubin,yang paling sering adalah sindrom gilbert. Sindrom
lainnya juga sering ditemukan, prognasisnya baik. Diagnosis yang akurat terutama pada penyakit
hati kroniksangat penting untuk penatalaksanaan pasien. Adanya riwayat keluarga, lamanya
penyakit serta tidak ditemukan adanya pertanda penyakit hati dan splenomegali, serum
transaminase normal dan bila perlu dilakukan biopsi hati. (Aru W. sudoyo)
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada
bayi baru lahir. Sekitar 25 – 50% bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu pertama.
Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar plasma bilirubin, standar deviasi atau lebih dari
kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen. Dalam perhitungan
bilirubin terdiri dari bilirubin direk dan bilirubin indirek. Peningkatan bilirubin indirek terjadi
akibat produksi bilirubin yang berlebihan, gangguan pengambilan bilirubin oleh hati, atau
kelainan konjugasi bilirubin. Setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian, terutama
ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila kadar bilirubin indirek
meningkat 5 mg/dL dalam 24 jam dan bilirubin direk > 1 mg/dL merupakan keadaan yang
menunjukkan kemungkinan adannya ikterus patologis.
Hiperbilirubinemia dianggap patologis apabila waktu muncul, lama, atau kadar bilirubin serum
yang ditentukan berbeda secara bermakna dari ikterus fisiologis. Gejala paling mudah
diidentifikasi adalah ikterus yang didefinisikan sebagai kulit dan selaput lendir menjadi kuning.
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah.
1.4 Manfaat
1. Teoritis
Diharapkan hasil asuhan keperawatan ini dapat memberikan wawasan sekaligus sebagai
pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan anak yang dapat diaplikasikan dikalangan
institusi terutama dalam pemberian Asuhan
2. Praktis
Meningktakan pengetahuan bagi keluarga klien tentang perawatan bayi Hiperbilirubin terutama
penatalaksanaan Hipertermi dan kompres hangat.
Diharapkan dengan ini bisa sebagi masukan khususnya penanganan Keperawatan pada bayi
dengan Hiperbilirubin yang mengalami Ikterik Neonatus. Dan menjadi masukan bagi Rumah
Sakit untuk menyediakan perlengkapan untuk mengompres hangat tiap ruangan.
Memberikan masukan bagi profesi keperawatan dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada
klien yang mengalami Hiperbilirubin degan Ikterik dengan teori guna meningkatkan pelayanan
kesehatan.
4) Bagi Penulis
Sarana untuk meningkatkan kemampuan dalam pembuatan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan Hiperbilirubin denagn Ikterik Neonatus dalam hal pengkajian, perumusan diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam
darah >5mg/dL, yang secara klinis ditandai oleh adanya ikterus, dengan faktor penyebab
fisiologik dan non-fisiologik. Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi
bilirubin dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R.
Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang
mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai
joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang
disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer,
2002).Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek pathologis.
Hiperbilirubinemia adalah salah satu masalah paling umum yang dihadapi dalam jangka
bayi yang baru lahir. Secara historis, manajemen berasal dari studi tentang toksisitas bilirubin
pada dengan penyakit hemolitik. Rekomendasi yang lebih baru mendukung penggunaan terapi
yang kurang intensif dalam jangka bayi yang sehat dengan sakit kuning. (Ely Susan, 2011)
Jenis Bilirubin menurut Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjadi dua jenis
yaitu:
1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu bilirubin
tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen bebas
larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati sawar darah otak.
2. Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin larut dalam
air dan tidak toksik untuk otak.
Hiperbilirubinemia merupakan suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar bilirubin serum
total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus, yang dikenal dengan
ikterus neonatorum patologis. Hiperbilirubimenia yang merupakan suatu keadaan meningkatnya
kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskular, sehingga konjungtiva, kulit, dan mukosa akan
berwarna kuning. Keadaan tersebut juga bisa berpotensi besar terjadi ikterus, yaitu kerusakan
otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Bayi yang mengalami hiperbilirubinemia
memiliki ciri sebagai berikut : adanya ikterus terjadi pada 24 jam pertama, peningkatan
konsentrasi bilirubin serum 10 mg% atau lebih setiap 24 jam, konsentrasi bilirubin serum 10 mg
% pada neonatus yang cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonatus yang kurang bulan, ikterus
disertai dengan proses hemolisis kemudian ikterus yang disertai dengan keadaan berat badan
lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom
gangguan pernafasan, dan lain-lain.
2.2 Etiologi
Penyebab dari hiperbilirubinemia terdapat beberapa faktor. Secara garis besar, penyebab dari
hiperbilirubinemia adalah :
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada emolisis yang
meningkat pada inkompatibilitas Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi G6PD,
piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi
bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya
enzim glukorinil transferase (Sindrom Criggler-Najjar). Penyebab lain adalah defisiensi
protein Y dalam hepar yang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.
c. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin
dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfarazole. Defisiensi
albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah
yang mudah melekat ke sel otak.
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan di luar
hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat
infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
2.3 Patoflowdiagram
2.4 Manifestasi klinis
1. Ikterus terjadi 24 jam.
3. Kosentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonarus kurang bulan dan 12,5
mg% pada neonatus cukup bulan.
4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompabilitas darah, defisiensi enzim G-6-PD
(Glukosa 6 Phosphat Dehydrogenase))
- Infeksi
- Gangguan pernafasan
b) Mencegah truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat
menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
c) Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir.
2) Tindakan khusus
a) Kernikterus.
Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse pangganti, infuse albumin dan
therapi obat.
b) Fototherapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse pengganti untuk
menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a
bound of fluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan menurunkan bilirubin
dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin
tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak
terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan
ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan
albumin dan di kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan
kedalam duodenum untuk di buang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil
fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototerapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar bilirubin, tetapi tidak dapat
mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan anemia.
Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Noenatus yang
sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi dengan konsentrasi bilirubin
5 mg/dl. Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk memberikan fototerapi profilaksasi pada 24 jam
pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir rendah.
c) Transfusi Pengganti
3. Penyakit hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama
1. Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan) terhadap sel
darah merah terhadap antibody maternal
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi
bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa
hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal
masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi
bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus enterohepatika
a. Gangguan menelan
e. Risiko cidera.
Penyakit jantung
kongenital
Gagal pertumbuhan
Penurunan pengisisan
Monitor status nutrisi
vena
Berikan cairan IV pada
Membrane mukosa kering
suhu ruangan
Kulit kering Dorong masukan oral
Peningkatan konsentrasi
uri Tiba-tiba (kecuali pada
ruang ketiga)
Haus
Kelemahan
Faktor yang
berhubungan :
Kegagalan mekanisme
regulasi n
3
Ketidak efektifan NOC NIC
Termoregulasi
Hidration Temperature regulation
Definisi : fluktuasi suhu (pengaturan suhu)
Adherence behavior
diantara hepotermi dan
Monitor suhu minimal
hipetermia. Immune status
tiap 2 jam
Batasan Karakteristik Risk control Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
Dasar kuku diasnotik Risk detection
Monitor TD, nadi, dan
Fruktuasi suhu tubuhdi Kriteria hasil :
RR
atas dan di bawah kisaran
Keseimbangan antara
normal Monitor warna dan suhu
produksi panas, panas
kulit
Kulit kemerahan yang diterima, dan
kehilangan panas Monitor warna dan suhu
Hipertensi kulit
Seimbang antara
Peningkatan suhu tubuh produksi panas, panas Monitor tanda-tanda
diatas kisaran normal yang diterima dan hipertermi dan hipotermi
kehilangan panas
Penuruna suhu tubuh di Tingkatkan intake cairan
selama 28 hari pertama
bawah kisaran normal dan nutrisi
kehidupan
Faktor yang berhubungan: Selimuti pasien untuk
Keseimbangan asam
mencegah hilangnya
Usia yang ekstrem basa bayi baru lahir
kengatan tubuh
hipertermia,
Beritahu tentang indikasi
hypothermia, proses
terjadinya keletihan dan
penularan, dan paparan
sinar matahari penanganan emergency
yang diperlukan
4
Kerusakan integritas kulit NOC NIC
Definisi: Perubahan/ Pressure Management
Tissue Integrity : Skin
gangguan epidermis dan
and Mucous Anjurkan pasien untuk
atau dermis
Membranes menggunakan pakaian
Batasan karakteristik:
yang longgar
Hemodyalis akses
Kerusakan lapisan kulit
Hindari kerutan pada
(dermis) Kriteria Hasil :
tempat tidur
Gangguan permukaan Integritas kulit yang
Jaga kebersihan kulit agar
kulit (epidermis) baik bisa dipertahankan
tetap bersih dan kering
(sensasi, elastisitas,
Invasi struktur tubuh
temperature, hidrasi, Mobilitas pasien (ubah
Faktor yang berhubungan pigmentasi)dan posisi pasien) setiap dua
: perawatan alami jam sekali
3.1 Simpulan
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam
darah >5mg/dL, yang secara klinis ditandai oleh adanya ikterus, dengan faktor penyebab
fisiologik dan non-fisiologik. Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi
bilirubin dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R.
Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang
mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai
joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang
disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer,
2002).Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek pathologis.
Hiperbilirubinemia adalah salah satu masalah paling umum yang dihadapi dalam jangka
bayi yang baru lahir. Secara historis, manajemen berasal dari studi tentang toksisitas bilirubin
pada dengan penyakit hemolitik. Rekomendasi yang lebih baru mendukung penggunaan terapi
yang kurang intensif dalam jangka bayi yang sehat dengan sakit kuning. (Ely Susan, 2011)
3.2 Saran
https://books.google.co.id/books?
id=mmxAfqKkaNQC&pg=PA94&dq=hiperbilirubin+pada+anak&hl=id&sa=X&ved=2a
hUKEwjvzpGR2vT3AhXl7nMBHeEzDZAQ6AF6BAgEEAM
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
eprints.poltekkesjogja.ac.id/2575/4/Chapter
%25202.pdf&ved=2ahUKEwip1vqhpvT3AhW4H7cAHfP5AlEQFnoECBIQAQ&usg=A
OvVaw3p4D6nZnV4SEI6AiHZ2G6F