Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

HIPERBILIRUBIN

Dosen Pengampu : Ns. Zakiyah Mujahidah, S.Kep., M.Kep

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Nilai Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Keperawatan
Anak I

Disusun Oleh :

KELOMPOK 13

1. Eriana Febrianti (1032201014)


2. Syindi Amelia Putri (1032201046)
3. Adinda Putri Egi Salsabila (1032201052)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH.THAMRIN
JAKARTA
TAHUN AJARAN 2022 – 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN HIPERBILIRUBIN” tanpa hambatan yang berarti sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Keperawatan
Anak I . Terlepas dari itu, tersusunnya makalah ini berkat bantuan beberapa pihak. Oleh karna itu,
pada kesempatan ini kamimengucapkan banyak terima kasih, khususnya kepada yang terhormat :

1) Ibu Ns. Zakiyah Mujahidah, S.Kep., M.Kep, selaku Dosen pada mata kuliah Keperawatan
Anak I.

2) Kedua Orang Tua kami yang selalu mendukung.

3) Serta teman – teman dan semua pihak yang telah ikut serta dalam pembuatan makalah ini

Kami menyadari sepenuhnya bahwa punyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan,
oleh karna itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami terima dengan sepenuh
hati, demi perbaikan di masa depan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiiin.

Jakarta, 22 Mei 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................................5
1.4 Manfaat.......................................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................7
2.1 Pengertian Hiperbilirubinemia................................................................................................7
2.2 Etiologi....................................................................................................................................8
2.3 Patoflowdiagram....................................................................................................................9
2.4 Manifestasi klinis..................................................................................................................10
2.5 Pemeriksaan penunjang........................................................................................................10
2.6 penatalaksanaan medis........................................................................................................11
2.7 ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................................................13
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................23
3.1 Simpulan.....................................................................................................................................23
3.2 Saran..........................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................23

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kadar bilirubin serum orang normal umumnya kurang lebih 0,8 mg % (17mmol/l), akan tetapi
kira-kira 5% orang normal memiliki kadar yang lebih tinggi (1 – 3 mg/ dl). Bila penyebabnya
bukan karena hemolisis atau penyakit hati kronik maka kondisi ini biasanya disebabkan oleh
kelainan familial metabolism bilirubin,yang paling sering adalah sindrom gilbert. Sindrom
lainnya juga sering ditemukan, prognasisnya baik. Diagnosis yang akurat terutama pada penyakit
hati kroniksangat penting untuk penatalaksanaan pasien. Adanya riwayat keluarga, lamanya
penyakit serta tidak ditemukan adanya pertanda penyakit hati dan splenomegali, serum
transaminase normal dan bila perlu dilakukan biopsi hati. (Aru W. sudoyo)

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada
bayi baru lahir. Sekitar 25 – 50% bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu pertama.
Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar plasma bilirubin, standar deviasi atau lebih dari
kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen. Dalam perhitungan
bilirubin terdiri dari bilirubin direk dan bilirubin indirek. Peningkatan bilirubin indirek terjadi
akibat produksi bilirubin yang berlebihan, gangguan pengambilan bilirubin oleh hati, atau
kelainan konjugasi bilirubin. Setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian, terutama
ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila kadar bilirubin indirek
meningkat 5 mg/dL dalam 24 jam dan bilirubin direk > 1 mg/dL merupakan keadaan yang
menunjukkan kemungkinan adannya ikterus patologis.

Hiperbilirubinemia dianggap patologis apabila waktu muncul, lama, atau kadar bilirubin serum
yang ditentukan berbeda secara bermakna dari ikterus fisiologis. Gejala paling mudah
diidentifikasi adalah ikterus yang didefinisikan sebagai kulit dan selaput lendir menjadi kuning.
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan pengertian hiperbilirubinemia?

b. Bagaimana metabolism bilirubin?

c. Bagaimana patofisiologi hiperbilirubinemia?

d. Bagaimana etiologi hiperbilirubinemia?

e. Bagaimana epidemiologi hiperbilirubinemia?


f. Bagaimana manifestasi klinis hiperbilirubinemia?

g. Bagaimana pathway dari hiperbilirubinemia?

h. Bagaimana pemeriksaan fisik dari hiperbilirubinemia?

i. Bagaimana pemeriksaan laboratorium hiperbilirubinemia?

j. Bagaimana diagnose keperawatan hiperbilirubinemia?

k. Bagaimana intervensi keperawatan hiperbilirubinemia?

l. Bagaimana penatalaksanaan hiperbilirubinemia?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui pengertian hiperbilirubinemia.

b. Untuk mengetahui metabolism bilirubin

c. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit hiperbilirubinemia.

d. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit hiperbilirubinemia.

e. Untuk mengetahui epidemiologi dari penyakit hiperbilirubinemia.

f. Untuk mengetahui manifestasi klinis hiperbilirubinemia.

g. Untuk mengetahui pathway penyakit hiperbilirubinemia.

h. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik dari penyakit hiperbilirubinemia.

i. Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium hiperbilirubinemia.

j. Untuk mengetahui diagnose keperawatan hiperbilirubinemia.

k. Untuk mengetahui intervensi keperawatan hiperbilirubinemia.

1.4 Manfaat
1. Teoritis
Diharapkan hasil asuhan keperawatan ini dapat memberikan wawasan sekaligus sebagai
pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan anak yang dapat diaplikasikan dikalangan
institusi terutama dalam pemberian Asuhan

2. Praktis

1) Bagi Keluarga Klien

Meningktakan pengetahuan bagi keluarga klien tentang perawatan bayi Hiperbilirubin terutama
penatalaksanaan Hipertermi dan kompres hangat.

2) Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dengan ini bisa sebagi masukan khususnya penanganan Keperawatan pada bayi
dengan Hiperbilirubin yang mengalami Ikterik Neonatus. Dan menjadi masukan bagi Rumah
Sakit untuk menyediakan perlengkapan untuk mengompres hangat tiap ruangan.

3) Bagi Profesi Keperawatan

Memberikan masukan bagi profesi keperawatan dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada
klien yang mengalami Hiperbilirubin degan Ikterik dengan teori guna meningkatkan pelayanan
kesehatan.

4) Bagi Penulis

Sarana untuk meningkatkan kemampuan dalam pembuatan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan Hiperbilirubin denagn Ikterik Neonatus dalam hal pengkajian, perumusan diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam
darah >5mg/dL, yang secara klinis ditandai oleh adanya ikterus, dengan faktor penyebab
fisiologik dan non-fisiologik. Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi
bilirubin dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R.
Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang
mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai
joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang
disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer,
2002).Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek pathologis.
Hiperbilirubinemia adalah salah satu masalah paling umum yang dihadapi dalam jangka
bayi yang baru lahir. Secara historis, manajemen berasal dari studi tentang toksisitas bilirubin
pada dengan penyakit hemolitik. Rekomendasi yang lebih baru mendukung penggunaan terapi
yang kurang intensif dalam jangka bayi yang sehat dengan sakit kuning. (Ely Susan, 2011)

Jenis Bilirubin menurut Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjadi dua jenis
yaitu:
1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu bilirubin
tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen bebas
larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati sawar darah otak.
2. Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin larut dalam
air dan tidak toksik untuk otak.
Hiperbilirubinemia merupakan suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar bilirubin serum
total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus, yang dikenal dengan
ikterus neonatorum patologis. Hiperbilirubimenia yang merupakan suatu keadaan meningkatnya
kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskular, sehingga konjungtiva, kulit, dan mukosa akan
berwarna kuning. Keadaan tersebut juga bisa berpotensi besar terjadi ikterus, yaitu kerusakan
otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Bayi yang mengalami hiperbilirubinemia
memiliki ciri sebagai berikut : adanya ikterus terjadi pada 24 jam pertama, peningkatan
konsentrasi bilirubin serum 10 mg% atau lebih setiap 24 jam, konsentrasi bilirubin serum 10 mg
% pada neonatus yang cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonatus yang kurang bulan, ikterus
disertai dengan proses hemolisis kemudian ikterus yang disertai dengan keadaan berat badan
lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom
gangguan pernafasan, dan lain-lain.

2.2 Etiologi
Penyebab dari hiperbilirubinemia terdapat beberapa faktor. Secara garis besar, penyebab dari
hiperbilirubinemia adalah :

a. Produksi bilirubin yang berlebihan.

Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada emolisis yang
meningkat pada inkompatibilitas Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi G6PD,
piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.

b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar.

Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi
bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya
enzim glukorinil transferase (Sindrom Criggler-Najjar). Penyebab lain adalah defisiensi
protein Y dalam hepar yang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.

c. Gangguan transportasi

Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin
dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfarazole. Defisiensi
albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah
yang mudah melekat ke sel otak.

d. Gangguan dalam ekskresi

Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan di luar
hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat
infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

2.3 Patoflowdiagram
2.4 Manifestasi klinis
1. Ikterus terjadi 24 jam.

2. Peningkatan kosentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.

3. Kosentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonarus kurang bulan dan 12,5
mg% pada neonatus cukup bulan.
4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompabilitas darah, defisiensi enzim G-6-PD
(Glukosa 6 Phosphat Dehydrogenase))

5. Ikterus yang disertai keadaan berikut :

- Berat lahir kurang dari 2000 gram

- Masa gestasi kurang dari 36 minggu

- Infeksi

- Gangguan pernafasan

2.5 Pemeriksaan penunjang


1) Pemeriksaan bilirubin serum
a) Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari
setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
b) Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7
hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis.
2) Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma kanan
pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma
3) Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra hepatic.
4) Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti untuk
membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga untuk
memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.
5) Peritoneoskopi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk
perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.
6) Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk
perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini
2.6 penatalaksanaan medis
1) Tindakan umum

a) Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil.

b) Mencegah truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat
menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.

c) Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir.

d) Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.

2) Tindakan khusus

a) Kernikterus.

Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse pangganti, infuse albumin dan
therapi obat.

b) Fototherapi

Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse pengganti untuk
menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a
bound of fluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan menurunkan bilirubin
dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin
tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak
terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan
ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan
albumin dan di kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan
kedalam duodenum untuk di buang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil
fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.

Fototerapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar bilirubin, tetapi tidak dapat
mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan anemia.
Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Noenatus yang
sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi dengan konsentrasi bilirubin
5 mg/dl. Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk memberikan fototerapi profilaksasi pada 24 jam
pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir rendah.

c) Transfusi Pengganti

Transfuse pengganti atau imediat didindikasikan adanya faktor-faktor :

1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu

2. Penyakit hemolisis berat pada bayi baru lahir

3. Penyakit hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama

4. Kadar bilirubin direk labih besar 3,5 mg/dl di minggu pertama

5. Serum bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam pertama

6. Hemoglobin kurang dari 12 gr/dl

7. Bayi pada resiko terjadi kerena Ikterus

Transfusi pengganti digunakan untuk:

1. Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan) terhadap sel
darah merah terhadap antibody maternal

2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan)

3. Menghilangkan serum ilirubin\

4. Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan dangan


bilirubin

5. Pada Rh Inkomptabilitas diperlukan transfuse darah golongan O segera (kurang


dari 2 hari), Rh negative whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung
antigen A dan antigen B. setiap 4 -8 jam kadar bilirubin harus di cek. Hemoglobin
harus diperiksa setiap hari sampai stabil
d) Therapi Obat

Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi
bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa
hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal
masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi
bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus enterohepatika

2.7 ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh (hipertermi). Reflek hisap
pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot (kejang/tremor). Hidrasi bayi
mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas (skin resh), sclera mata
kuning (kadang-kadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan warna urine dan feses.
Pemeriksaan fisik
1) Riwayat penyakit
Terdapat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah
A,B,O). Infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan,
ibu menderita DM
2) Pemeriksaan bilirubin menunjukkan adanya peningkatan.
3) Pengkajian psikososial
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah,
perpisahan dengan anak.
4) Hasil Laboratorium :
Kadar bilirubin 12mg/dl pada cukup bulan.
Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai 15mg/dl
2. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan menelan

b. Kekurangan volume cairan.

c. Ketidak efektifan termoregulasi b.d efek foto terapi.


d. Kerusakan integritas kulit b.d hiperbilirubinemia.

e. Risiko cidera.

N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan


o
1 Gangguan menelan
NOC NIC
Definisi : abnormal fungsi
mekanisme menelan yang  Pencegahan aspirasi Aspiration Precautions
dikaitkan dengan deficit
struktur atau fungsi oral,  Ketidak efektifan pola Memantau tingkat

faring, atau esophagus. menyusui kesadaran, reflex batuk,

Batasan Karakteristik : reflex muntah, dan


 Status menelan :
Gangguan fase esofagus kemampuan menelan
tindakan pribadi untuk
•Abnormalitas pada fase
mencegah pengeluaran Memonitor status paru
esophagus pada
cairan dan partikel menjaga/
pemeriksaan menelan
padat ke dalam paru mempertahankan jalan
•Menolak makan
nafas
•Nyeri epigastrik, Nyeri ulu  Status menelan : fase
hati esofagus; penyaluran Jauhkan pengaturan hisap
•Muntah, muntahan di cairan atau partikel yang tersedia
bantal padat dari faring ke
Menyuapkan makanan
•Menelan berulang lambung
dalam jumlah kecil
Gangguan fase oral
 Status menelan : fase
•Abnormalitas fase oral Posisi tegak 90 derajat
oral : persiapan,
pada pemeriksaan menelan atau sejauh mungkin
penahanan, dan
•Batuk sebelum menelan
pergerakan cairan atau Hindari makan, jika
•Ngiler
partikel padat kea rah residu tinggi tempet
 Bibir tidak menutup posterior di mulut “pewarna” dalam tabung
secara rapat pengisi NG
 Status menelan : fase

 Tersedak sebelum faring : penyaluran Potong makan menjadi


menelan cairan atau partikel potongan-potongan kecil
padat dari mulut ke
Gangguan fase faring Istirahat atau
esophagus
menghancurkan pil
 Abnormalitas pada fase Kriteria hasil : sebelum pemberian
faring pada pemeriksaan  Dapat mempertahankan
menelan Penawaran makanan atau
makanan dalam mulut
cairan yang dapat dibentuk
 Kemampuan menelan
 Tersedak, batuk menjadi bolus sebelum
adekuat
menelan
 Keterlambatan menelan  Pengiriman bolus ke
hipofaring selaras dengan
 Menolak makan, muntah
reflek menelan

 Suara seperti kumur  Kondisi pernafasan


adekuat
Factor yang berhubungan :  Pengetahuan cara
menyusui
Defisit kongenital
 Mampu mengontrol
 Masalah perilaku makan mual dan muntah
 Imobilitas konsekuensi
 Riwayat dengan makan fisiologis
slang  Kondisi menelan bayi
Menyusui adekuat
 Gangguan pernafasan

 Penyakit jantung
kongenital

 Gagal pertumbuhan

 Obstruksi mekanis (mis:


edema, slang trakeostomi,
tumor)
 Malnutrisi energi-protein

Anomali saluran nafas atas .


2
Kekurangan volume NOC NIC
cairan
 Fluid balance Fluid management
Definisi : penurunan cairan
 Hydration Timbang popok/
intravascular, interstitial,
pembalut jika diperlukan
dan/ atau intraseluler. Ini  Nutritional Status :
mengacu pada dehidrasi, Food and Fluid Intake Pertahankan catatan
kehilangan cairan saat tanpa intake dan output yang
perubahan pada natrium. Kriteria Hasil :
akurat

Batasan karakteristik  Mempertahankan urine


Monitor status hidrasi
output sesuai dengan
(kelembaban membran
 Perubahan status mental usia dan BB, BJ urine
mukosa, nadi adekuat,
normal, HT normal
 Penurunan tekanan darah tekanan darah ortostatik),

 Tekanan darah, nadi, jika diperlukan


 Penurunan tekanan nadi
suhu tubuh dalam batas
Monitor vital sign
 Penurunan volume nadi normal
Monitor masukan
Tidak ada tanda dehidrasi,
 Penurunan turgor kulit manan/cairan dan hitung
Elastisitasturgor kulit
intake kalori harian
 Penurunan turgor lidah baik, membrane mukosa
lembab, tidak ada rasa Kolaborasikan pemberian
 Penurunan saluran urin
haus yang berlebihan cairan IV

 Penurunan pengisisan
Monitor status nutrisi
vena
Berikan cairan IV pada
 Membrane mukosa kering
suhu ruangan
 Kulit kering Dorong masukan oral

 Peningkatan hematokrit Berikan penggantian


nesogatrik sesuai output
 Peningkatan suhu tubuh
Dorong keluarga untuk
 Peningkatan frekuensi membantu pasien makan
nadi

 Peningkatan konsentrasi
uri Tiba-tiba (kecuali pada
ruang ketiga)

 Haus

 Kelemahan

Faktor yang
berhubungan :

 Kehilangan cairan aktif

 Kegagalan mekanisme
regulasi n

3
Ketidak efektifan NOC NIC
Termoregulasi
 Hidration Temperature regulation
Definisi : fluktuasi suhu (pengaturan suhu)
 Adherence behavior
diantara hepotermi dan
Monitor suhu minimal
hipetermia.  Immune status
tiap 2 jam
Batasan Karakteristik  Risk control Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
 Dasar kuku diasnotik  Risk detection
Monitor TD, nadi, dan
 Fruktuasi suhu tubuhdi Kriteria hasil :
RR
atas dan di bawah kisaran
 Keseimbangan antara
normal Monitor warna dan suhu
produksi panas, panas
kulit
 Kulit kemerahan yang diterima, dan
kehilangan panas Monitor warna dan suhu
 Hipertensi kulit
 Seimbang antara
 Peningkatan suhu tubuh produksi panas, panas Monitor tanda-tanda
diatas kisaran normal yang diterima dan hipertermi dan hipotermi
kehilangan panas
 Penuruna suhu tubuh di Tingkatkan intake cairan
selama 28 hari pertama
bawah kisaran normal dan nutrisi
kehidupan
Faktor yang berhubungan: Selimuti pasien untuk
 Keseimbangan asam
mencegah hilangnya
 Usia yang ekstrem basa bayi baru lahir
kengatan tubuh

 Fluktuasi suhu lingkungan  Temperature stabil :


Ajarkan pada pasiwn cara
36,5 – 370C
 Penyakit mencegah keletihan
 Tidak ada kejang akibat panas
 Trauma
 Tidak ada perubahan Diskusikan tentang
warna kulit prntingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
 Glukosa darah stabil
efek negative dari

Pengendalian risiko : kedinginan

hipertermia,
Beritahu tentang indikasi
hypothermia, proses
terjadinya keletihan dan
penularan, dan paparan
sinar matahari penanganan emergency
yang diperlukan

Ajarkan indikasi dari


hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan

Berikan anti piretik jika


perlu

4
Kerusakan integritas kulit NOC NIC
Definisi: Perubahan/ Pressure Management
 Tissue Integrity : Skin
gangguan epidermis dan
and Mucous Anjurkan pasien untuk
atau dermis
Membranes menggunakan pakaian
Batasan karakteristik:
yang longgar
 Hemodyalis akses
 Kerusakan lapisan kulit
Hindari kerutan pada
(dermis)  Kriteria Hasil :
tempat tidur
 Gangguan permukaan  Integritas kulit yang
Jaga kebersihan kulit agar
kulit (epidermis) baik bisa dipertahankan
tetap bersih dan kering
(sensasi, elastisitas,
 Invasi struktur tubuh
temperature, hidrasi, Mobilitas pasien (ubah
Faktor yang berhubungan pigmentasi)dan posisi pasien) setiap dua
: perawatan alami jam sekali

 Eksternal :  Tidak ada luka/lesi Monitor kulit akan


pada kulit adanya kemerahan
- Zat kimia, Radiasi
 Perfusi jaringan baik Oleskan lotion atau
- Usiayang ekstrim minyak/baby oil pada
 Menunjukkan
- Kelembapan pemahaman dalam deah yang tertekan
proses perbaikan kulit
- Hipertermia, Monitor aktivitas dan
dan mencegah
Hipotermia mobilisasi pasien
terjadinya sedera

- Faktor mekanik berulang Monitor status nutrisi


(mis.gaya pasien
 Mampu melindungi
gunting [shearing
kulit dan Memandikan pasien
forces]
mempertahankan dengan air hangat dan
- Medikal kelembaban kulit alami sabun

- Lembab Insision site care

- Imobilitas fisik Membersihkan,


memantau dan
 Internal :
meningkatkan

- Perubahan status prosespenyembuhan pada

cairan luka yang ditutup dengan


jahitan, strip atau straples
- Perubahan pigmentasi
Monitor proses pen-
- Perubahan turgor yembuhan area insisi

- Faktor perkembangan Monitor tanda dan gejala


infeksi pada area insisi
- Kondisi ketidak
seimbangan nutrisi Bersihkan area sekitar
(mis.,obesitas,emasisa jahitan atau staples,
si) menggunaka lidi kapas
steril
- Penurunan imunologis

Gunakan preparat anti


- Penurunan sirkulasi
septik, sesuai program
- Kondisi gangguan Ganti balutan pada
metabolic interval waktu yang
sesuai atau biarkan luka
- Gangguan sensasi
tetap terbuka (tidak
Tonjolan tulang
dibalut) sesuai program
Dialysis acces
Maintenance
5
Risiko cidera NOC NIC
Definisi : berisiko  Risk control Environment management
mengalami cidera sebagai Kriteria hasil : (Manajemen Lingkungan)
akibat kondisi lingkungan  Klien terbebas dari Sediakan lingkungan
yang berinteraksi sumber cedera yang aman untuk pasien
adaptif dan sumber individu  Klien mampu Identifikasi kebutuhan
Faktor risiko : menjelaskan cara/ keamanan pasien, sesuai
 Eksternal metode untuk dengan kondisi fisik dan
- Biologis (missal ; mencegah injury/ fungsi kognitif pasien dan
tingkat imunisasi cedera riwayat penyakit
komunitas,  Klien mampu terdahulu pasien
mikroorganisme) menjelaskan factor
- Zat kimia risiko dari lingkungan/
- Manusia perilaku personal
- Cara pemindahan  Memodifikasi gaya
- Nutrisi hidup untuk mencegah
 Internal :  Injury
- Profil darah yang Mampu mengenali
abnormal perubahan status
- Usia perkembangan kesehatan
- Disfungsi efektor
- Disfungsi integratif
Malnutrisi
BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam
darah >5mg/dL, yang secara klinis ditandai oleh adanya ikterus, dengan faktor penyebab
fisiologik dan non-fisiologik. Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi
bilirubin dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R.
Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang
mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai
joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang
disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer,
2002).Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek pathologis.
Hiperbilirubinemia adalah salah satu masalah paling umum yang dihadapi dalam jangka
bayi yang baru lahir. Secara historis, manajemen berasal dari studi tentang toksisitas bilirubin
pada dengan penyakit hemolitik. Rekomendasi yang lebih baru mendukung penggunaan terapi
yang kurang intensif dalam jangka bayi yang sehat dengan sakit kuning. (Ely Susan, 2011)

3.2 Saran

Penulis berharap jika perawat menemukan gejala hiperbilerubinemia, perawat dapat


mendiagnosa dan dapat melakukan intervensi teerhadap seseorang tersebut. Dan penulis juga
berharap makalah ini dapar bermanfaan bagi pembaca terutama bagi perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Nelson Vol I. Edisi 15. Jakarta : EGC
Henny Lilyanti, S. N. (2016). Handout Keperawatan Anak -1. Jakarta: Prodi
Keperawatan/FIKes/Universitas Galuh.

Diagnosa Keperawatan Nanda Nic Noc.

https://books.google.co.id/books?
id=mmxAfqKkaNQC&pg=PA94&dq=hiperbilirubin+pada+anak&hl=id&sa=X&ved=2a
hUKEwjvzpGR2vT3AhXl7nMBHeEzDZAQ6AF6BAgEEAM

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
eprints.poltekkesjogja.ac.id/2575/4/Chapter
%25202.pdf&ved=2ahUKEwip1vqhpvT3AhW4H7cAHfP5AlEQFnoECBIQAQ&usg=A
OvVaw3p4D6nZnV4SEI6AiHZ2G6F

Anda mungkin juga menyukai