Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

HIPERBILIRUBINEMIA
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah keperawatan anak I
Dosen pengampu : Kitri Hikmawati, S. Kep., Ns., M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Diah Ayu Tri Prihatini (R2001016)
Putri Amalia (R2001039)
Siska Permata Sari (R2001047)
Willy Lia Febriani (R2001055)
Husni Rizqi Mubarok (R2001061)
Muhammad Fitraturahman (R2001064)

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan batas waktu yang
telah ditentukan. Tak lupa pula, penulis kirimkan salam dan sholawat kepada junjungan kita
semua, Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan seluruh sahabatnya.

Makalah ini membahas tentang “Hiperbilirubinemia”. Banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian makalah ini. Oleh karena itu, kami ucapkan banyak terima kasih.
Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu kami sangat
mengharapkan kritis dan saran dari Ibu selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak I.

Besar harapan kami, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan sumbangsih yang
berarti demi kemajuan ilmu pengetahuan bangsa.

Indramayu, 26 Maret 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
3. Tujuan ...........................................................................................................2
4. Manfaat .........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian .....................................................................................................3
2. Etiologi..........................................................................................................3
3. Patofisiologi ..................................................................................................4
4. Manifestasi Klinis .........................................................................................4
5. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................5
6. Penatalaksanaan ............................................................................................5
7. Asuhan Keperawatan (Secara Teori) ............................................................6
BAB III PEMBAHASAN KASUS
1. Pengkajian ...................................................................................................15
2. Analisa Data ............................................................................................... 19
3. Intervensi Keperawatan ............................................................................. 20
4. Implementasi .............................................................................................. 22
5. Evaluasi .......................................................................................................22
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan ................................................................................................ 25
2. Saran .......................................................................................................... 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hiperbilirubinemia atau biasa disebut ikterus neonatorum adalah suatu kondisi yang
terjadi pada bayi baru lahir atau neonatus yang disebabkan tingginya kadar bilirubin serum
sebanyak >5mg/dL dalam darah. Gejala utama yaitu perubahan warna kulit, jaringan mukosa,
sklera, dan organ menjadi kekuningan yang dapat dilihat secara visual dan dianggap sebagai
salah satu masalah utama pada periode neonatal di seluruh dunia dengan angka kejadian yang
tinggi, terutama di Asia dan Tenggara (Yahya, 2017).
Penanganan ikterus neonatorum secara umum yaitu dengan melakukan terapi sinar atau
fototerapi dengan cara pakaian bayi dilepas, kedua mata ditutup, pertahankan suhu tubuh
bayi, perhatikan keseimbangan elektrolit, pemeriksaan Hb teratur setiap hari, pemeriksaan
bilirubin teratur setiap hari, kemudian melakukan terapi tranfusi tukar dengan cara kosongkan
lambung bayi, lakukan teknik aseptik dan antiseptik pada daerah tindakan, perhatian tanda -
tanda vital, kateter polietilen pada vena umbilikus / safena, pemberian ASI secara optimal.
(Maulida, 2014).
Ikterus yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan kerusakan pada otak bayi
yang diawali dengan alergi, layuh, dan malas minum, setelah beberapa hari akan menjadi
opistotonus, tangisan melengking dan dapat kejang kemudian dapat menyebabkan kematian
bayi (Elli Hidayati, 2016)

2. Rumusan masalah
1) Apa yang dimaksud dengan hyperbilirubinemia?
2) Bagaimana etiolohgi pada hiperbilirunemia?
3) Bagaimana patofisiologi pada hyperbilirubinemia?
4) Bagaimana manifestasi klinis pada hyperbilirubinemia?
5) Bagaimana pemerikaan penunjang pada hyperbilirubinemia?
6) Bagaimana penatalaksanaan pada hyperbilirubinemia?
7) Bagaimana asuhan keperawatan pada hyperbilirubinemia?

1
3. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hiperbilirubinemia.
4. Tujuan Khusus:
1) Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian asuhan keperawatan
2) pada pasien dengan Hiperbilirubinemia.
3) Mahasiswa mampu melaksanakan perumusan masalah keperawatan
4) pada pasien dengan Hiperbilirubinemia.
5) Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi pada asuhan
6) keperawatan pada pasien dengan Hiperbilirubinemia.
7) Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada asuhan
8) keperawatan pada pasien dengan Hiperbilirubinemia.
9) Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi pada asuhan
10) keperawatan pada pasien dengan Hiperbilirubinemia

5. Manfaat
1) Pendidikan
Sebagai bahan pustaka atau refrensi dan sumber bacaan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan kesehatan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Hiperbilirubinemia.
2) Petugas Kesehatan
Sebagai bahan refrensi dalam pemberian asuhan keperawatan yang sangat signifikan
pada pasien dengan Hiperbilirubinemia.
3) Keluarga
Sebagai bahan informasi pengetahuan untuk meningkatkan mutu kualitas status
kesehatan tentang penanganan pada kasus Berat Hiperbilirubinemia

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana meningkatnya kadar bilirubin dalam darah
secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan perubahan pada bayi baru lahir yaitu warna
kuning pada mata, kulit, dan mata atau biasa disebut dengan jaundice. Hiperbilirubinemia
merupakan peningkatan kadar bilirubin serum yang disebabkan oleh salah satunya yaitu
kelainan bawaan sehingga menyebabkan ikterus (Imron, 2015)
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus jika tidak
segera ditangani dengan baik.Kadar blirubin tersebut berkisar antara 10mg/Dl pada bayi
cukup bulan dan 12,5 mg/dL pada bayi kurang bulan (Ngastiyah,2015)
Hiperbilirubinemia atau penyakit kuning adalah penyakit yang disebabkan karena
tingginya kadar bilirubin pada darah sehingga menyebabkan bayi baru lahir berwarna kuning
pada kulit dan pada bagian putih mata (Mendri dan Prayogi, 2017)
2. Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun daapat disebabkan
oleh beberapa faktor.
Secara garis besar ikterus neonatorum dapat dibagi:

a. Produksi yang berlebihan


Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya,misalnya pada hemolisis yang
meningkat pada inkompatibilitas Rh,ABO,golongan darah lain,defisiensi G6PD,piruvat
kinase,perdarahan tertutup dan sepsis.

b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar


Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar,kurangnya substrat untuk konjugasi
bilirubin,gangguan fungsi hepar akibat asidosis,hipoksia dan infeksi atau tidak
terdapatnyaenzim glukorinil transferase (sindrom crriggler-najjar),penyebab lain adalah
defisiensi protein Y dalam hepar yang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel
hepar.

3
c. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin
dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat,sulfarazole. Defisiensi
albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah
yang mudah melekat ke sel otak.

d. Gangguan dalam ekskresi


Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar. Kelainan ini di
luar hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat
infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain(Hassan et al,2005)

3. Patofisiologi
Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari pengrusakan sel darah
merah/RBCs.Ketika RBCs rusak maka produknya akan masuk ke sirkulasi,dimana
hemoglobin pecah menjadi heme dan globin.Globin (protein)digunakan kembali oleh tubuh
sedangkan heme akan dirubah menjadi bilirubin unkonjugata atau berikatan dengan albumin.
Di dalam liver bilirubin berikatan dengan protein plasma dan dengan bantuan enzim
glukoronil transferase dirubah menjadi bilirubin konjugata yang akan dikeluarkan lewat
saluran empedu ke saluran intestinal. Di intestinal dengan bantuan bacterisaluran intestinal
akan dirubah menjadi urobilinogen dan starcobilin yang akan memberi warna pada feses dan
urin. Pada BBL bilirubin direk dapat dirubah menjadi bilirubin indirek di dalam usus karena
terdapat beta-glukoranidase yang berperan penting terhadap perubahan tersebut.Bilirubin
indirek diserap lagi oleh usus kemudian masuk kembali ke hati.
4. Manifestasi klinis
Dikatakan Hiperbilirubinemia apabila ada tanda-tanda sebagai berikut(Ridha, 2014):
Warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lender, kulit atau organ lain akibat
penumpukan bilirubin, Ikterik terjadi pada 24 jam pertama, Peningkatan konsentrasi bilirubin
5 mg% atau lebih setiap 24 jam. 11, Konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonatus
cukup bulan, dan 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan, Ikterik yang disertai proses
hemolysis, Ikterik yang disertai dengan berat badan lahir kurang 2000 gr, masa esfasi kurang
36 mg, defikasi, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi trauma lahir kepala,
hipoglikemia, hiperkarbia

4
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada ikterik neonatus adalah(Huda,
2015) :
a. Kadar bilirubin serum (total). Kadar bilirubin serum direk dianjurkan untuk diperiksa,
bila dijumpai bayi kuning dengan usia kurang lebih dari 10 hari dan tau dicurigai adanya
suatu kolestatis.
b. Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi untuk melihat morfologi eritrosit
dan hitumg retikulosit
c. Penentuan golongan darah dan factor Rh dari ibu dan bayi. Bayi yang berasal dari ibu
dengan Rh negative harus dilakukan pemeriksaan golongan darah, faktor Rh uji coombs pada
saat bayi dilahirkan, kadar hemoglobin dan bilirubin tali pusat juga diperiksa (Normal bila Hb
>14mg/dl dan bilirubin Tali Pusat , < 4 mg/dl ).
d. Pemeriksaan enzim G-6-PD (glukuronil transferase ).
e. Pada Ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati (dapat dilanjutkan dengan USG hati,
sintigrafi system hepatobiliary, uji fungsi tiroid, uji urine terhadap galaktosemia.
f. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, dan pemeriksaan
C reaktif protein (CRP).
6. Penatalaksanaan medis
A. Tindakan umum :
a) Memeriksa golongan darah ibu
b) Mencegah trauma lahir
c) Pemberian ASI sejak dini
B. Tindakan khusus :
a) Pemberian fenobarbital :mempercepat konjugasi dan mempermudah ekskresi
b) Memberi substrat untuk transportasi misalnya pemberian albumin
c) Fototerapy(terapi sinar)
d) Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut
dalam air untuk diekskresikan melalui empedu atau urin.
e) Ketika mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi.
f) Terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang
dengan cepat dibersihkan dengan cepat dari plasma melalui empedu(avery dan toeusch,1984)
g) Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah darah pasien yang
dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor

5
h) Dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah
pasien tertukar(fried,1982)
i) Tujuannya mencegah enselopati bbilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek
dari sirkulasi
7. Asuhan Keperawatan (secara teori)
a. Identitas
Identitas diri pasien terdiri dari nama, tempat tanggal lahir dan jenis kelamin. Identitas
penanggung jawab terdiri dari nama (ayah dan ibu), umur, agama, suku, pendidikan,
penghasilan, pekerjaan dan alamat. Identitas diri dilengkapi juga dengan tanggal pengkajian.
b. Genogram
Merupakan silsilah keluarga yang mencakup minimal 3 generasi yang dibuat apabila
penyakit bayi memiliki hubungan dengan status / kondisi keluarga.
c. Alasan Dirawat
a) Keluhan Utama
Merupakan keluhan pokok yang menjadi alasan pasien harus diberikan asuhan
keperawatan seperti contoh Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau
suhu tubuh rendah.
b) Riwayat Penyakit
Keadaan bayi setelah lahir yang perlu dikaji yaitu : APGAR (Appearance, Pulse,
Grimace/reflek gerak, Activity, Respiration) Score. Apgar score dihitung pada menit ke-1 dan
ke-5 untuk semua bayi, kemudian dilanjutkan setiap 5 menit sampai menit ke-20 untuk bayi
dengan score apgar dibawah 7.
Apperarance (warna kulit)

a. Jika seluruh kulit berwarna kemerahan


b. ika kulit tubuh bayi berwarna kemerahan, tetapi tangan dan kakinya berwarna
kebiruan
c. Jika seluruh kulit bayi berwarna kebiruan, keabu-abuan atau pucat pasi (0)

Pulse ( Denyut Jantung)

a. Jika jantung bayi berdenyut setidaknya 100 kali permenit


b. Jika jantung bayi berdenyut kurang dari 100 kali permenit (1)
c. Jika jantung bayi tidak berdenyut sama sekali (0)

6
Grimance (Reflek Gerak)

a. Jika bayi menangis, batuk, bersin dan menarik diri ketika dokter memberikan
rangsangan (2)
b. Jika bayi meringis dan menangis lemah ketika dokter memberikan rangsangan (1)
c. Jika bayi tidak menangis/berespon sama sekali (0)

Activity (Aktivitas Otot)

a. Jika bayi menggerakkan kedua kaki dan tangnnya secara spontan begitu lahir (2)
b. Jika bayi hanya melakukan sedikit gerakan begitu lahir (1)
c. Jika bayi tidak bergerak sama sekali begitu lahir (0)

Respirasi (Pernapasan)

a. Jika bayi langsung menangis dengan kencang dan kuat (2)


b. Jika bayi hanya merintih (1)
c. Jika bayi tidak menangis sama sekali (0) Jika telah dilakukan penilaian apgar score,
jika total score 0 – 7 dapat dikatakan bayi normal. Selain Apgar Score, dapat dilakukan
pemeriksaan umum dan tanda tanda vital bayi baru lahir yakni
Pemeriksaan Umum

a. Lingkar kepala (33-35 cm)


b. Lingkar dada (30.5 – 33 cm)
c. Berat badan ( 2700 – 4000 gr)
d. Panjang kepala ke tumit (48 – 53 cm)

Tanda – tanda vital

a. Suhu (36.5 – 27 derajat celcius)


b. Frekuensi jantung ( 100 – 160 x/mnt)
c. Frekuensi pernapasan ( 30 – 60 x/mnt)
d. Tekanan darah (tekanan darah normal kurang lebih 90/60 mmHg)
Perhatikan juga keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, sedikit atau
tidak ada bukti lemak subkutan, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada lakilaki
skrotum belum berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun.

7
d. Riwayat Anak
a. Riwayat dalam masa kandungan (Pre natal)
Kaji apakah ibu melakukan pemeriksaan kehamilan atau tidak untuk mengetahui
keadaan ibu selama hamil disertai dengan kesan kehamilan, obat-obatan yang telah diminum,
imunisasi yang telah diberikan dan penyakit yang pernah diderita ibu serta penyakit keluarga.
Kehamilan dengan resiko kengenital riwayat persalinanpreterm(premature) Pemeriksaan
kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan
tidak pada petugas kesehatan. Riwayat natal komplikasi persalinan seperti Kala I (perdarahan
antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa), Kala II (persalinan dengan
tindakan bedar caesar, karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan
system pusat pernafasan.
b. Riwayat penyakit sekarang (post natal)
Kaji umur kehamilan , berlangsungnya kelahiran ( biasa/susah/dengan tindakan apa),
ditolong oleh siapa dan lamanya proses kehamilan. Disertai dengan keadaan bayi setelah lahir
dan berat badan mencakup berat badan dan LK/LD bayi.
e. Pola Nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR adalah gangguan absorpsi gastrointestinal,
muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau
personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan
juga mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolic, hipoglikemi disamping pemberian obat
intravena. Dikaji juga apakah bayi mendapatkan ASI secara eksklusif atau tidak.
f. Pola Eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekuensi, jumlah, konsistensi, bau.
BAK : frekuensi dan jumlah.
g. Pola Tidur
Yang perlu dikaji adalah apakah pola tidur bayi dalam batas normal sekitar 16 – 17
jam sehari untuk bayi berusia 0-3 bulan, 14 – 16 jam untuk bayi berusia 3-6 bulan, dan
kurang lebih 14 jam untuk bayi berusai 7 – 12 bulan.
h. Pola Aktivitas
Yang perlu dikaji adalah apakah terjadi gerakan kaki dan tangan secara refleks
maupun tidak, seperti menggenggam, Babinski, klonus pergelangan kaki.

8
i. Pemeriksaan Fisik
a) Pengkajian pernapasan Perhatikan bentuk dada (barrel,cembung), penggunaan otot
bantu pernapasan, tentukan frekuensi dan keteraturan pernapasan, apakah ada bunyi
napas tambahan (stridor, krekles, ronkhi, wheezing), tentukan apakah penghisapan
diperlukan, dan tentukan sarturasi oksigen.
b) Pengkajian kardiovaskuler Tentukan frekuensi dan irama jantung, adanya bunyi
abnormal (mur mur, friction rub), gambarkan warna bayi (icterus, sianosis, mottling),
waktu pengisian CRT (< 2 – 3 detik).
c) Pengkajian gastrointestinal Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit
mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB
(jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan mengisap yang
lemah.
d) Pengkajian neurologis-muskuloskletal Gerakan bayi, refleks moro, menghisap,
mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala
kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna,
lembut dan lunak.
e) Pengkajian genitourinaria Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna,
berat jenis, dan PH).
f) Pengkajian suhu Kaji suhu aksila dan perhatikan hubungannya dengan suhu
lingkungan.
g) Pengkajian kulit Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan
infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ikterik neonates berhubungan dengan penurunan berat badan abnormal (.7-8% pada
bayi lahir yang menyusu ASI > 15% pada bayi cukup bulan), pola makan tidak ditetapkan
dengan baik, kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin, usia kurang dari 7 hari,
keterlambatan pengeluaran feses (mekonium)
2. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan, evaporasi
3. Hipertermia berhubungan dengan terpapar lingkungan panas, dehidrasi
4. Risiko gangguan integritas jaringan berhubungan dengan terapi radiasi

9
INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Hasil
Ikterik Setelah dilakukan 1. Fototerapi 1. Ikerik pada sclera
neonatus intervensi Neonatus dan kulit bayi
(D.0024) keperawatan selama 3 Monitor menandakan bayi
jam maka integritas ikterik pada mengalami
kulit dan jaringan sclera dan hiperbilirubi n
meningkat dengan kulit bayi 2. Kebutuhan cairan
kriteria hasil : 2. Identifikasi klien meningkat
1. Kerusakan kebutuhan saat terkena
lapisan kulit cairan sesuai paparan sinar
menurun dengan usia fluorescent
Status nutrisi gestasi dan 3. Memantau
2. Berat badan berat badan perubahan suhu
meningkat 3. Monitor suhu pada klien
3. Panjang badan dan tanda vital 4. Mengetahui efek
meningkat tiap 4 jam yang ditimbulkan
4. Kulit kuning sekali seperti muntah,
menurun 4. Monitor efek diare, dll pada
5. Sclera kuning samping klien
menurun fototerapi 5. Lampu fototerapi
6. Membran 5. Siapkan lampu diperlukan untuk
mukosa kuning fototerapi dan memecah kadar
menurun incubator atau bilirubin pada
kotak bayi klien
6. Lepaskan 6. Pakaian bayi
pakaian bayi dapat menganggu
kecuali popok kinerja terapi
7. Berikan fototerapi yang
penutup mata tidak maksimal
(eye 7. Mata ditutup

10
protect/biliban untuk mencegah
d) pada bayi kerusakan
8. Ukur jarak jaringan kornea
antara lampu pada klien akibat
dan paparan sinar
permukaan fototerapi
kulit bayi 8. Jarak lampu
9. Biarkan tubuh fototerapi dengan
bayi terpapar klien 30 cm atau
sinar tergantung dari
fototerapi spesifikasi lampu
secara fototerapi
berkelanjutan 9. Agar kadar
10. Ganti segera bilirubin pada
alas dan popok tubuh dapat
bayi jika dipecah oleh sinar
BAB/BAK fototerapi dengan
baik
10. Agar tidak
mengakibatk an
iritasi pada kulit
bayi
Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen 1. klien merasa haus
(D.0023) intervensi hipovolemia merupakan salah
keperawatan selama 3 1. periksa tanda satu tanda gejala
jam maka status cairan dan gejala hypovolemia
membaik dengan hipovolemia 2. Mengetahui dan
kriteria hasil : 2. Timbang bb membandin gkan
1. Berat badan 3. Monitor intake bb bayi
membaik dan output 3. Untuk menjaga
2. Intake cairan keseimbang an
cairan 4. Hitung nutrisi bayi
membaik kebutuhan 4. Untuk

11
cairan mengetahui
5. berikan asupan jumlah residu dan
cairan oral sebagai patokan
berupa asi atau pemberian intake
susu formula 5. Asi atau susu
formula
merupakan
makanan utama
bayi klien
Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen 1. Untuk
(D.0130) intervensi Hipertermia mengetahui
keperawatan selama 3 1. Monitor suhu apakah ada
jam maka sesering penigkatan suhu
termoregulasi mungkin tubuh pada bayi
membaik dengan 2. Monitor warna 2. Untuk
kriteria hasil : kulit mengetahui
1. Suhu tubuh 3. Monitor perubahan warna
membaik Turgor Kulit kulit
4. Monitor Gerak 3. Turgor kulit yang
bayi tidak elastic
5. Berikan cairan menandakan
oral klien mengalami
hipertermia
4. Untuk
mengetahui
keatifan bayi
5. Asupan oral klien
berupa Asi atau
susu formula
guna
meningkatkan
metabolism
sehingga terjadi

12
penurunan suhu
tubuh
Resiko Setelah dilakukan Perawatan Integritas 1. Terapi fototerapi
gangguan intervensi Kulit merupakan salah
kerusakan keperawatan selama 3 1. Identifikasi satu penyebab
integritas kulit jam maka integritas penyebab gangguan
(D. 0129) kulit dan jaringan gangguan integritas kulit
membaik dengan integritas kulit 2. kulit bayi tidak
criteria hasil : 2. Ubah posisi iritasi dan
1. Kerusakan tiap 2 jam menimbulkan
integritas 3. Anjurkan luka
jaringan meningkatkan 3. Meningkatkan
menurun asupan nutrisi asupan nutrisi
4. Anjurkan berupa ASI atau
mandi dan susu formula
menggunakan akan
sabun meningkatkan
secukupnya elasitas kulit klien
4. Dengan mandi
maka kelembapan
kulit akan terjaga

13
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

BIODATA
1. Identitas
A. Identitas klien
Nama klien : Bayi Ny. N
Umur : 4 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan :
Agama : Islam
Pekerjaan :
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Status perkawinan :
Golongan darah :
Diagnosa medis : Hiperbilirubinemia
Alamat : Jl. Pesarean No.33
B. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. N
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : jl. Pesarean No.33
Hubungan keluarga : Ibu kandung
I. RIWAYAT ANTENATAL
- Hamil ke-3 G3P20001 35 minggu THIU+letsu+HT kronik+PEB+BSC
U>35Thn
- Aktivitas selama hamil tidak pernah melakukan pekerjaan yang berat, hanya
melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak,menyapu dan mencuci.
- Selama hamil ibu kontrol rutin ke dokter kandungan.
- Selama hamil ibu diberi obat obatan (vitamin,penambah darah,kalsium).
- Selama hamil ibu tidak pernah ada keluhan.
N Jenis BB
Lahir UK Penolong Tempat L/P Komplikasi
o Persalinan lahir
40
1 2000 Spontan bidan BPS L 3300 -
mgg
2 35 SC(tensi 2800
2011 SPOG RB P -
mgg tinggi)
35 RSUD
3 2015 SC SPOG P 2400 -
mgg Soetomo

II. RIWAYAT NATAL


 Ibu melahirkan di OK

14
 Usia kehamilan 35-36 minggu
 Bayi lahir tanggal 22-09-2015 jam 16.45
 Bayi lahir SC atas indikasi letsu+HT+PEB+BSC U >35 Thn
 Bayi lahir tidak menangis,tonus otot lemah HR100 ketuban jernih bayi dibungkus
plastik,VTPaktif→bayi mulai merah menangis lemah(merintih)terpasang nasal CPAP
transport AS 1-3-5-7
 ANTROPOMETRI
1. BBL : 2400 gram
2. PBL : 50 cm
3. Lingkar kepala:30 cm
Lingkar dada:30 cm
III. RIWAYAT POSTNATAL
a. Bayi dirawat di inkubator dengan suhu inkubator 33⁰ C.
b. Terpasang ETT ventilator dg mode SIMV BPM 40 PIP 17 PEEP 5 FiO2 30%
saturasi 98%.
c. Bayi tampak ikterus seluruh tubuh,terpasang double fototerapi sejak tanggal
30-09-2015.
IV. PENGKAJIAN FISIK NEONATUS
 PENGKAJIAN
 Keadaan umum bayi :
a. Lemah
1. BB:2500 gram
2. PB:53 cm
3. LK:33 cm
4. LD:32 cm

b. Tanda-tanda vital :
1. S:38,3⁰ C
2. HR:180x/menit
3. RR:50x/menit
 Pemeriksaan fisik :
- Kulit : Ikterus/kuning pada seluruh tubuh,tanda lahi(-)
pembengkakan (-).
- Kepala : Rambut hitam tipis, tidak ada lesi, sutura terlihat.
- Mata : Sklera ikterus,konjungtiva merah muda.
- Hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping hidung, lubang hidung 2,
ada secret warna kuning kental.
- Mulut : Bibir merah kering,tidak ditemukan stomatitis,mukosa bibir
kering,terpasang OGT,terpasang ETT SIMV BPM 35 PEEP
5 PIP 18 Fio2 40%, saturasi 96%,ada secret di ETT dan
mulut.
- Telinga : Lubang telinga simetris.
- Leher : Bersih tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
- Thorax : Simetris,tarikan intercosta(+)retraksi dada(+)RR
60x/menit,ditemukan suara ronchi(+)/(+).
- Cardio : HR 180x/menit.
- Abdomen : Simetris,tidak ada lesi,terdapat bising usus5x/menit.
- Umbilikus : Talipusat kering,tidak terjadi perdarahan,tidak terjadi infeksi.
- Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora.

15
- Anus : Tidak ada lesi,warna feses kuning kehijauan,tidak ada ruam
popok di perianal.
- Ekstremitas atas : Akral hangat, jari 5/5,gerak kurang aktif,terpasang infus
ditangan kanan dan kiri.
- Ekstremitas bawah : Akral hangatgerak kurang aktif,terdapat luka di kaki kanan.

 REFLEK
- Reflek moro : Ketika ada suara agak keras bayi kurang merespon/diam saja
- Reflek suckling : Belum terkaji
- Reflek grasping : Bayi dapat menggenggam tapi emah
- Reflek tonick nect : Ketika perawat membuat gerakan/suara disekitar pasien,pasien
kurang merespon
- Reflek babinsky : Jika disentuh kakinya oleh perawat,pasien akan menarik
kakinya keatas
- Reflek menelan : Belum terkaji

V. DATA PENUNJANG
No. Jenis Tanggal Hasil Nilai Ket.
Pemeriksaan
1. Albumin 25 Maret 3,41 g/dl 3,4 – 4,8 normal
2022 g/dl
2. Bil. Direct 1,13 mg/dl 0,1 – 0,5 meningkat
mg/dl
3. Bil. Total 27,6 < 1,0 meningkat
4. SGOT 45 u/l < 37 u/l meningkat
5. SGPT 8 u/l < 47 u/l menurun
6. Kalsium 9 mEq/l 8,5 – 10,5 normal
mEq/l
7. CRP . 9,26 mg/l < 0,3 mg/l meningkat
8. WBC 18.300 mm/3 9000-25000 normal
mm/3
9. RBC 4.790.000 3,8-6,1 normal
it/mm3 jt/mm3
10. Hemoglobin 16 gr/dl 14,0-23,0 normal
gr/dl
11. HCT 46,8 % 40-60% normal
12. SGOT 26 Maret 23 u/l < 37 u/l menurun
13. SGPT 2022 10 u/l < 47 u/l menurun
14. Bil. Direct 1,07 mg/dl 0,1 – 0,5 normal
mg/dl
15. Bil. Total 16,7 < 1,0 meningkat

VI. PENGOBATAN
No. Nama obat Dosis Waktu Cara Ket.
pemberian
1. Fototerapi
2. ASI 12 x 5cc Oral

16
3. Aminosteril 112,5 cc
4. Nacl 3cc
5. KCL 7,4 % 3 cc
6. Ca glukonas 6 cc
7. Lipid 20cc
8. Albumin 20 % 8 cc
9. Meropenem 3x100mg 8 jam Injeksi iv
10. Amikasin 1x18mg 24 jam Injeksi iv
11. Phenobarbital 2x5mg 12 jam Injeksi iv

17
VII. ANALISA DATA

No. Data Senjang Penyebab / etiologi Masalah keperawatan TTD


(Ds dan Do) SDKI Nama Jelas
1. DS : - Kegagalan pengeluaran Bersihan jalan nafas tidak Kel. 4
DO : ↓ efektif
-Terlihat secret di mulut dan Cairan menumpuk di jalan (D.0001)
ETT napas
-Bayi lemah ↓
-Ronchi(+)/(+) Bersihan jalan napas tidak
-RR:60x/menit efektif
-Retraksi dada (+)
- Terpasang ETT SIMV
BPM 35 PEEP 5 PIP 18 Fio2
40% saturasi 96%
2. DS :- Hepar tidak mampu melakukan Ikterik neonates Kel. 4
DO : konjungtiva (D.0024)
- Ikterus diseluruh tubuh ↓
- Sklera icterus Peningkatan bilirubin dalah
- Usia gestasi 35 minggu darah
- Usia koreksi 37 minggu ↓
- Sudah terpasang double Ikteris neonatus
fototerapi hari ke-3
- Hasil laboratorium
tanggal 02-10-2015
Bil. Direk 1,07 mg/dL
Bil. Total 16,70 mg/dL
3. DS :- Peningkatan pemecahan Hipovolemia Kel. 4
DO : bilirubin (D.0023)
- Terpasang double ↓
fototerapi hari ke-3 Pengeluaran cairan empedu

18
- TTV Peristaltic usus
- S: 38,3 c ↓
- HR : 180 Diare
- RR : 60 ↓
- Bayi lemah Output cairan meningkat dan
- Mukosa bibir kering intake cairan menurun

- Input = 437,5cc
Hipovolemia
- Output = 327,5cc
- Produksi urin =
5,6cc/kgBB/jam
- BC + 71,6cc

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d bayi terpasang ETT
2. Ikterik neonatus b.d usia kurang 7 hari d.d Ikterus diseluruh tubuh
3. Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan d.d mukosa bibir kering, peningkatan IWL efek dari fototerapi

IX. INTERVENSI KEPERAWATAN


TTD
Tanggal, No. Diagnosa Perencanaan Keperawatan Nama jelas
Jam Keperawatan Tujuan Rencana tindakan Rasional
26 Maret Bersihan jalan Tujuan:setelah 1. Observasi tanda-tanda 1. memudahkan perawat Kel 4
2022 nafas tidak dilakukan asuhan vital dalam mengetahui suhu
08.00 efektif keperawatan 2 jam 2. Observasi adanya tubuh pasien
WIB tidak ada secret secret di mulut dan 2. memudahkan perawat
KH: ETT dalam adanya atau tidak
 Sekret bersih 3. Lakukan fisioterapi secret di dalam mulut
 Tidak ada Ronchi dada pasien
 Bayi tenang 4. Lakukan penghisapan 3. untuk membantu
 TTV dalam batas lendir dengan teknik mengeluarkan secret

19
normal aseptik pada pasien
S:36,5-37,5⁰C 4. untuk membantu
HR:120-160x/menit mengeluarkan secret
RR:40-60x/menit pada pasien
Saturasi stabil(88-92%)
26, Ikterik Tujuan:setelah 1. Pasang fototerapi 1. memudahkan perawat Kel 4
Maret neonatus dilakukan asuhan 2. Observasi TTV dalam mengetahui info
2022 (D.0024) keperawatan 3x24jam 3. Kolaborasi dengan tentang keefektifan efek
10.00 kadar bilirubin total dokter untuk fototerapi
WIB normal pemeriksaan 2. Untuk mengetahui
KH: laboratorium tanda-tanda vital pasien
 Hasil bilirubin 4. Observasi warna 3. Bertujuan agar
menunjukkan ikterus pada kulit dan pemeriksaan lebih
normal(<5mg/dL) sklera spesifik
 Sklera tidak tampak 4. Memudahkan perawat
ikterus dalam mengontrol
 Badan sudah tidak kondisi pada bayi
ikterus
 Bayi tidak
kejang(kern ikterus)
27, Hipovolemia Tujuan:setelah 1. Monitor tanda-tanda 1. Memudahkan perawat Kel 4
Maret (D.0023) dilakukan asuhan vital dalam mengetahui tanda-
2022 keperawatan 1x24jam 2. Beri nutrisi parenteral tanda vital pada pasien
10.00 bayi tidak kekurangan sesuai program terapi 2. Memenuhi kebutuhan
WIB cairan 3. Beri minum asi sesuai nutrisi
KH: program 3. Untuk memenuhi
 TTV dalam batas 4. Ukur intake dan kebutuhan asi
normal output cairan 4. Untuk mengetahui
- S:36,5-37,5⁰C 5. Atur suhu inkubator cairan yang masuk dan
- HR:120- sesuai NTE yang keluar
160x/menit 5. Untuk
mempertahankan suhu

20
- RR:40-60x/menit netral
 BC tidak defisit
 Produksi urine
1-3cc/kgBB/jam
 BB tidak turun
 Bayi tenang
Mukosa bibir lembab

X. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN dan EVALUASI KEPERAWATAN


No. Diagnosa Tanggal, Implementasi keperawatan TTD Tanggal Evaluasi TTD
Keperawatan waktu Nama Jelas waktu Nama
jelas
bersihan jalan 26 Maret Tindakan : Kel. 4 26 S:- Kel. 4
napas tidak efektif 2022 1. Mengobservasi tanda- Maret O:
(D.0001) 12.00 tanda vital 14.00 Sekret bersih
WIB R: WIB Tidak ada ronchi
S:38,3⁰ C Bayi tenang
RR:60x/menit TTV
HR180x/menit S:38,1
Spo2:96% HR:180x/menit
S:38,1⁰ C RR:60x/menit
HR:180x/menit Spo2:96%
RR:60x/menit A : Masalah teratasi
po2:96% P :-
2. Melakukan fisioterapi dada
3. Melakukan penghisapan
lendir dari ETT kemudian
mulut dan hidung dengan

21
teknik aseptik(sekret
kental,warna kuning)
4. Mengobservasi secret
R:
secret bersih ,ronchi(-)
5. Melakukan pengisian
camber
chamber diisi sampai batas
air
6. Mengobservasi suhu
humidifier
suhu humidifier 35.6
Ikterik neonatus 27 Maret Tindakan : Kel. 4 27 S:- Kel. 4
(D.0024) 2022 1. Melakukan observasi efek Maret O:
10.00 fototerapi 2022 k/u:lemah
WIB R: 12.00 Terpasang double
tidak tampak kemerahan fototerapi
pada kulit,tidak ada ruam TTV
popok S:37⁰C
2. Mengobservasi TTV HR:141x/menit
Terpasang ETT SIMV RR:40x/menit
BPM 35 PEEP 5 PIP 18 Spo2:97%
Fio2 40% Hasil laboratorium
R: Bil.direk 1,07 mg/dL
S:38,3⁰ C Bil.total 16,70 mg/dL
HR:180x/menit Masih terlihat ikterus
RR:60x/menit di seluruh tubuh dan
Spo2:96% sklera
3. Memonitor adanya tanda- A : Masalah belum teratasi
tanda ker icterus P : Lanjutkan intervensi
R:
bayi tidak kejang,bayi

22
tidak muntah,UU tidak
tegang,gerak bayi lemah
4. Mengambil sample darah
untuk pemeriksaan
billirubin
5. Melakukan observasi
warna kulit,
R : kulit masih tampak
ikterus seluruh tubuh.
Hipovolemia 27, maret 1. Mengobservasi TTV Kel. 4 27 S:- Kel. 4
(D.0023) 2022 Terpasang ETT SIMV BPM 35 Maret O:
14.00 PEEP 5 PIP 18 Fio2 40% 2022 TTV
WIB - S:38,3⁰C 14.00 S:37⁰C
- HR:180x/menit WIB HR:141x/menit
- RR:60x/menit RR:40x/menit
- Spo2:96% Spo2:97%
2. Menurunkan cairan parenteral Suhu inkubator 32,5
sesuai terapi Mukosa kering
3. Memberi minum Bayi tenang
- ASI 5cc lewat OGT A : Masalah belum
4. Mengganti popok, teratasi
- Popok ditimbang 60 ml P : Lanjutkan intervensi
5. Mngatur suhu inkubator yaitu
32,5⁰C
6. Menimbang berat badan
- BB: 2400 gram

23
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Hiperbilirubinemia atau biasa disebut ikterus neonatorum adalah suatu kondisi yang
terjadi pada bayi baru lahir atau neonatus yang disebabkan tingginya kadar bilirubin
serum sebanyak >5mg/dL dalam darah. Gejala utama yaitu perubahan warna kulit,
jaringan mukosa, sklera, dan organ menjadi kekuningan
2. Saran
Pada kasus Hiperbilirunemia dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Oleh karena itu pada bayi yang menderita hiperbilirubin perlu
dilakukan tindak lanjut seperti : Penilaian berkala pertumbuhan dan perkembangan,
Penilaian berkala pendengaran, Fisioterapi dan rehabilitasi bila terdapat gejala sisa

24
DAFTAR PUSTAKA

Ihsan, Z.(2017). Asuhan Keperawatan Pada Neonatus Dengan Hipebilirubinnemia


Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang. Padang
DPP PPNI, Tim Pokja SLKI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI
DPP PPNI, Tim Pokja SIKI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI

25

Anda mungkin juga menyukai