Anda di halaman 1dari 4

Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan Appendicitis

A. Konsep Dasar Penyakit Appendicitis

1. Definisi

Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab nyeri abdomen
akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi
lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab paling umum
inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat

Appendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh
tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang
terinfeksi

2. Anatomi & Fisiologi Appendicitis

a. Anatomi Appendisitis

Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks adalah organ berbentuk tabung dan
sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung jaringan limfoid. Panjang apendiks vermiformis
bervariasi dari 3-5 inci (8-13 cm). Dasarnya melekat pada permukaan aspek posteromedial caecum, 2,5
cm dibawah junctura iliocaecal dengan lainnya bebas. Lumennya melebar di bagian distal dan
menyempit di bagian proksimal

Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah abdomen di region iliaca dextra. Pangkalnya
diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga bawah yang menghubungkan spina
iliaca anterior superior dan umbilicus yang disebut titik McBurney

Hampir seluruh permukaan apendiks dikelilingi oleh peritoneumdan mesoapendiks (mesenter dari
apendiks) yang merupakan lipatan peritoneum berjalan kontinue disepanjang apendiks dan berakhir di
ujung apendiks. Vaskularisasi dari apendiks berjalan sepanjang mesoapendiks kecuali di ujung dari
apendiks dimana tidak terdapat mesoapendiks. Arteri apendikular, derivate cabang inferior dari arteri
ileocoli yang merupakan trunkus mesentrik superior. Selain arteri apendikular yang memperdarahi
hampir seluruh apendiks, juga terdapat

kontribusi dari arteri asesorius. Untuk aliran balik, vena apendiseal cabang dari vena ileocolic berjalan ke
vena mesentrik superior dan kemudian masuk ke sirkulasi porta

b. Fisiologi Appendisitis

Secara fisiologis, apendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml per hari. Lendir normalnya dicurahkan ke dalam
lumen dan selanjutnya mengalirkan ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks berperan pada
patogenesis apendiks. Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lympoid
Tissue) yangterdapat di sepanjang saluran pencerna termasuk apendiks ialah IgA. Immunoglobulin
tersebut sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks
tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan
dengan jumlahnya disaluran

3. Etiologi

Appendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya.
Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping
hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan
sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan appendisitis adalah erosi mukosa apendiks
karena parasit seperti E. histolytica Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendisitis. Konstipasi akan
menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya
appendisitis akut

4. Patofisiologi

Appendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan oleh feses yang terlibat
atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa appendisitis berhubungan
dengan asupan serat dalam makanan yang rendah.

Pada stadium awal dari appendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa. Inflamasi ini kemudian
berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan muskular dan serosa (peritoneal). Cairan eksudat
fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal
yang bersebelahan, seperti usus atau dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal.

5. Manifestasi Klinis

a. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan

b. Mual, muntah

c. Anoreksia, malaise
d. Nyeri lepas lokal pada titik Mc. Burney

e. Spasme otot

Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan Thypoid

Definisi

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini
masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang
terinfeksi kuman Salmonella.

Typhus abdominalis atau demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran,
dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-
20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%).

Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan
gangguan kesadaran

Etiologi

Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan salmonella parathypi (S. Parathypi A
dan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalam air,
sampah dan debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15-20 menit.
Akibat infeksi oleh salmonella thypi,

pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

1. Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
2. Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen H.
3. Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal
dari simpai kuman) Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita tifoid

Patofisiologi

Penularan salmonella typi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5f yaitu : food
(makanan), fingers (jari tangan/kuku), fomitus (muntah), fly (lalat), dan melalui feses. Feses dan muntah
pada penderita thypoid dapat menularkan kuman.

salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantaralalat dimana lalat
akan hinggap di makanan yang akan di makan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Sebagian kuman akan di musnahkan
oleh asam lambung, sebagian masuk ke usus halus, jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang
vulli usus halus.

Anda mungkin juga menyukai