PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuh persen penduduk di Amerika menjalani apendiktomi (pembedahan
untuk mengangkat apendiks) dengan insidens 1,1/1000 penduduk pertahun, sedang di
negara-negara barat sekitar 16%. Di Afrika dan Asia prevalensinya lebih rendah akan
tetapi cenderung meningkat oleh karena pola dietnya yang mengikuti orang barat
(www.ilmubedah.info.com, 2011).
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara
berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara
bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi.
Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu Negara berkembang
berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemiologi apendisitis akut
jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada
saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa.
Sedangkan insiden diverticulitis lebih umum terjadi pada sebagian besar Negara barat
dengan diet rendah serat. Lazimnya di Amerika Serikat sekitar 10%. Dan lebih dari
50% pada pemeriksaan fisik orang dewasa pada umur lebih dari 60 tahun menderita
penyakit ini.
Apendiksitis merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm
(kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal
dan melebar di bagian distal. Namun pada bayi, appendiks berbentuk kerucut, lebar
pada pangkalnya dan menyempit ke arah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi
sebab rendahnya insiden appendisitis pada usia tersebut. (Arif Muttaqin, Kumala Sari,
2009).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah
parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya
buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu
besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya
seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang
senantiasa mengeluarkan lendir. Apendisitis merupakan peradangan pada usus
buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007).
Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis.
Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum,
bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia
yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada
daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan
dengan pusat. Posisi apendiks berada pada Laterosekal yaitu di lateral kolon asendens.
Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen (Harnawatiaj,2008).
Saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan
secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana
memiliki/berisi kelenjar limfoid. Apendiks menghasilkan suatu imunoglobulin
sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue), yaitu Ig A.
Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi, tetapi jumlah
Ig A yang dihasilkan oleh apendiks sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah Ig
A yang dihasilkan oleh organ saluran cerna yang lain. Jadi pengangkatan apendiks
tidak akan mempengaruhi sistem imun tubuh, khususnya saluran cerna
(Nasution,2010).
Salah satu tindakan yang dapat digunakan yaitu pembedahan
(Appendectomy). Apendektomi ( pembedahan untuk mengangkat apendiks )
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi
dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau
dengan laparaskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
Appendectomy adalah pengangkatan apendiks terinflamasi dapat dilakukan
oleh pasien rawat jalan dengan menggunakan pendekatan endoskopi, namun karena
adanya perlengketan multipel, posisi retriperitoneal dari apendiks, atau robek perlu
dilakukan prosedur pembukaan (tradisional). (Marilynn E Doenges 2002).
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Tujuan dibuatnya laporan ini adalah untuk mengetahui karakteristik gambaran
asuhan keperawatan pada pasien dengan apendisitis
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan apendisitis.
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pasien dengan apendisitis.
c. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan pada pasien apendisitis.
d. Mampu melaksanakan impelemntasi atau tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan pada pasien dengan diagnosa medis apendisitis
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada
pasien dengan diagnosa medis apendisitis.
C. MANFAAT
1. Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan Apendisitis.
2. Laporan ini dapat memberikan manfaat sebagai acuan bagi pihak institusi
kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktik
keperawatan.
3. Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan tentang Apendisitis.
4. Laporan ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan bagi
tenaga kesehatan khususnya perawat mengenai gambaran asuhan keperawatan
pada pasien dengan Apendisitis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat
terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan
Enterobius vermikularis (Ovedolf, 2006).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat,
angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai
cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007).
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur yang
terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan
multiplikasi (Chang, 2010) Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt
terjadi tanpa penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat
terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahya (Corwin, 2009).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah
parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya
buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu
besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya
seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang
senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007).
Apendisitis adalah peradangan dari apendik periformis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering (Dermawan & Rahayuningsih ,2010).
Tujuh persen penduduk di Amerika menjalani apendiktomi (pembedahan
untuk mengangkat apendiks) dengan insidens 1,1/1000 penduduk pertahun, sedang di
negara-negara barat sekitar 16%. Di Afrika dan Asia prevalensinya lebih rendah akan
tetapi cenderung meningkat oleh karena pola dietnya yang mengikuti orang barat
(www.ilmubedah.info.com, 2011).
Apendisitis adalah kasus gawat darurat abdomen yang paling sering terjadi.
Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermivormis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang sering terjadi (Andra Safery Wijaya,”yessie Marisa
Putri, 2013).
A. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi
yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada
masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Appendik yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks
(Nuzulul, 2009)
B. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Betz, Cecily, 2000 :
Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah
Anoreksia
Mual
Muntah,(tanda awal yang umum, kuramg umum pada anak yang lebih besar).
Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.
Nyeri lepas.
Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
Konstipasi.
Diare.
Disuria.
ritabilitas.
Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah
munculnya gejala pertama.
Menurut . (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari :
1. Mual, muntah
2. Nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak
dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah.
Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian
bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan
jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai
37,8-38,8° Celsius.
3. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut.
4. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini
nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa
menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan appendisitis menurut
Harnawatiaj, 2008 adalah :
Pemeriksaan laboratorium leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk
melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang. Hemoglobin nampak
normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Selain
itu dapat dilakukan test rektal. Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan
dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi. Pada apendisitis akut dan
perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Urine rutin penting untuk
melihat apa ada infeksi pada ginjal. Pemeriksaan radiologi seperti foto abdomen.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada klien dengan appendisitis menurut Doengoes,
2000 adalah :
a. Pemeriksaan Diagnostik, Pemeriksaan diagnostik pre operasi apendektomi :
1) SDP : Leukositosis di atas 12.000 / mm3 , neutrofil meningkat sampai 75 %.
2) Urinalisis : normal, tetapi eritrosit / leukosit mungkin ada
3) Foto abdomen : dapat menyatakan adanya pengerasan material pada apendiks
( fekalit ), atau ileus terlokalisir.
4) Pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri
pada daerah prolitotomi.
Pemeriksaan diagnostik post op apendektomi :
1) Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi.
2) Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca
pembedahan
D. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien apendisitisis ditulis oleh harnawatiaj, 2008 :
1. Penatalaksanaan Keperawatan pre operasi
Penderita di observasi, istirahat dalam posisi semifowler, sebelum operasi klien
perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis. Disamping itu juga klien perlu
diberikan pengetahuan tentang pristiwa yang akan dialami setelah di operasi dan
diberikan latihan fisik ( pernapasan dalam, gerakan kaki dan duduk ) untuk
digunakan dalam periode post operatif.
2. Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada klien dengan apendisitis adalah:
a. Apendektomi ( pembedahan untuk mengangkat apendiks ) dilakukan sesegera
mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dilakukan dibawah
anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan
laparaskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
b. Antibiotik dan cairan IV dapat diberikan sampai pembedahan dilakukan
c. Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan dan setelah operasi.
3. Penatalaksanaan keperawataan pasca operasi
Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan di dalam, syok, hipertermi, baringkan klien dalam posisi semifowler
untuk mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen, berikan minum
secara bertahap setelah klien di puasakan, pemberian antibiotik, pemberian
analgetik, pemberian cairan intravena dapat diberikan sesuai indikasi, berikan
makanan yang lunak, anjurkan klien untuk mobilisasi miring kiri dan kanan,
lakukan perawatan luka setelah 3 hari.
E. KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer, 2000 :
1. Apendiksitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi peyakit
ini tidak dapat diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi progresif dan
mengalami perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama,
observasi aman untuk dilakukan dalam masa tersebut. Tanda-tanda perforasi
meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah
dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam,
malaise, leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau
pembentukan abses telah terjadi sejak klien pertam akali datang, diagnosis dapat
ditegakkan dengan pasti.
2. Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk
menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang : tirah baring
dalam posisi fowler medium, pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan
elektrolit, pemberian penenang, pemberian antibiotik berspektrum luas dilanjutkan
dengan pemberian antibiotik yang sesuai dengan kultur, transfusi utnuk mengatasi
anemia, dan penanganan syok septik secara intensif, bila ada.
3. Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang
cenderung menggelembung ke arah rektum atau vagina. Terapi dini dapat
diberikan kombinasi antibiotik (misalnya ampisilin, gentamisin, metronidazol,
atau klindamisin). Dengan sediaan ini abses akan segera menghilang, dan
apendiktomi dapat dilakaukan 6-12 minggu kemudian. Pada abses yang tetap
progresif harus segera dilakukan drainase. Abses daerah pelvis yang menonjol ke
arah rektum atau vagina dengan fruktuasi positif juga perlu dibuatkan drainase.
4. Tromboflebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi tetapi merupakan
komplikasi yang letal. Hal ini harus dicurigai bila ditemukan demam sepsis,
menggigil, hepatomegali, dan ikterus setelah terjadi perforasi apendiks. Pada
keadaan ini diindikasikan pemberian antibiotik kombinasi dengan drainase.
Komplikasi lain yang terjadi ialah abses subfrenikus dan fokal sepsis
intraabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.
F. PATHWAY
G. PROSES KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
Identitas penanggung.
2) riwayat keperawatan (nursing history)
a) Keluhan utama :
Nyeri pada perut bagian bawah kanan
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasa badannya panas dan perut sebelah kanannya nyeri
kemudian pasien berobat ke perawat desa tempat pasien tinggal. Dari
perawat desa pasien diberi obat pencahar melalui rute rectal, karena
kondisi pasien masih tetap sama pasien dianjurkan oleh perawat desa
untuk USG di Persada hasil USG adalah pasien (+) menderita
Appendisitis. Setelah pasien selesai USG pasien dirujuk ke RSUD
jombang.
Pada tanggal 14-1-13 pasien MRS di IGD RSUD Jombang, di IGD pasien
diberi tindakan infus dan obat analgetik, setelah 2 jam pasien pindah ke
ruang Mawar, diruang mawar pasien diberi obat ranitidin, ceftriaxone dan
cairan infus.
Provokatif : nyeri ditimbulkan dari peradangan pada appendisitis
Qualitas : nyeri seperti tertusuk-tusuk
Regio : kuadaran IV, pada titik Mc Burney
Skala : 5
Time : hilang timbul
Upaya yang telah dilakukan : Pasien berobat pada perawat desa
Terapi/operasi yang pernah dilakukan : Pemeriksaan USG
c) Riwayat Kesehatan Terdahulu
Penyakit berat yang pernah diderita : pasien memiliki sesak
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : pasien biasanya mengonsumsi obat
penurun panas jika demam.
Kebiasaan berobat : pasien berobat pada tenaga kesehatan
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Sebelumnya pada keluarga pasien tidak ada penyakit menular dan tidak
ada
penyakit keturunan.
e) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Letak rumah pasien berada didekat sungai, jika sewaktu-waktu terdapat
sampah yang memenuhi sungai dan menimbulkan bau tidak sedap pasien
akan mengalami serangan asma.
3) PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital, TB dan BB :
S : hangat
N : 80x/menit ( teratur, kuat)
TD : 120/100mmHg (lengan kanan, berbaring)
RR : 30x/menit (regular)
b. Diagnosa keperawatan yang timbul pada klien dengan pre operasi apendisitis
adalah :
1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah pre
operasi.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh
inflamasi
3. Ansietas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi.
Diagnosa keperawatan yang timbul pada klien dengan post operasi
apendisitis adalah :
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan insisi
bedah
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pembatasan pasca operasi, status hipermetabolik, inflamasi peritoneum dengan
cairan asing.
3. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan adanya insisi bedah
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
c. Perencanaan
Rencana tindakan keperawatan yang dapat ditetapkan pada klien dengan pre
operasi apendisitis adalah :
1. Resiko tinggi kekurangan volime cairan berhubungan dengan muntah operasi.
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume cairan
Kriteria Hasil : klien tidak diare, nafsu makan baik, klien tidak mual dan
muntah.
Rencana tindakan :
1) Monitor tanda – tanda vital
2) Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine
3) Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering
4) Beri cairan IVFD sesuai indikasi
ASUHAN KEPERAWATAN
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan merasa nyeri di daerah pembedahan post operasi
apendiktomi.
b. Kronologi penyakit saat ini
Keluarga pasien mengatakan pada hari minggu pasien masih sehat-sehat saja
bahkan pagi pasien mengikuti turnamen voly. Selesai turnamen pada sore hari
minggu pasien pulang kerumah dan mengeluh perut bagian bawah terasa
sakit. Lalu pasien dibawa ke IGD. Pasien dianjurkan untuk tindakan operasi
karena ada masalah pada usus (usus buntu). Lalu pasien dipindah ke bangsal
cempaka pada hari minggu jam 18.05 wib untuk persiapan operasi dan
perawatan lebih lanjut, dibangsal pasian mendapatkan terapi obat ketorolac
untuk mengurangi rasa sakit dan pasien dianjurkan pada hari senin pagi pukul
09.30 pasien menjalani operasi dan selesai pukul 10.45 lalu pasien kembali ke
bangsal untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
c. Pengaruh penyakit terhadap pasien
Pasien mengatakan pengaruh dari penyakitnya sangatlah mengganggu karena
pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya.
d. Harapan pasien dari pelayanan kesehatan
Pasien sangat berharap kepada pelayanan kesehatan supaya berusaha
semaksimal mungkin untuk kesembuhannya dan pasien lain yang dirawat.
Keterangan :
Laki-laki Menikah
Perempuan Keturunan
Meninggal ----- Tinggal serumah
Pasien
a. Dengan siapa pasien tinggal
Pasien mengatakan tinggal dengan kedua orang tua dan adiknya.
b. Anggota keluarga yang sakit serupa
Pasien mengatakan tidak ada yang memiliki penyakit seperti dirinya.
c. Anggota keluarga yang memiliki penyakit yang menular
Pasien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menular.
d. Efek pada keluarga jika ada yang sakit
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit biasa maka akan ditangani sendiri
tetapi jika penyakitnya parah, keluarga langsung membawa ke unit pelayanan
kesehatan.
C. PENGKAJIAN BIOLOGI
a. Rasa aman dan Nyaman
- Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit tidak merasa nyeri aktivitas seperti
biasa,tidak membutuhkan bantuan orang lain maupun alat bantu
- Sesudah sakit
Pasien mengatakan merasa nyeri
P : nyeri akibat post operasi
Q : nyeri cenut-cenut
R : nyeri diperut bawah post operasi
S : Skala nyeri 5
T : hilang timbul
b. Aktivitas, tidur dan istirahat
1) Aktivitas
- Dirumah
Pasien mengatakan sehari harinya beraktivitas seperti biasa yaitu kuliah
dari pagi-sore. Pasien tidak Mengalami gangguan pada saat beraktivitas
menggunakan alat bantu.
- Selama Sakit
Pasien hanya terbaring ditempat tidurADL dibantu keluarga
2) Istirahat
- Dirumah
Pasien mengatakan beristirahat setelah pulang kunah dan pada malam hari
pasien istirahat setelah menyelesaikan tugas kuliah.
- Selama sakit
Pasien menghabiskan waktunya hanya ditempat tidur dan mainan hp
ditempat tidur
3) Tidur
- Sebelum sakit
Pasien mengatakan jarang untuk tidur siang,tidur siang hanya 1-2 jam saja
dan tidur malam setelah tugas kampus selesai sekitar 21.00-09.30 WIB
- Selama sakit
Pasien mengatakan selama dirumah sakit pasien sering tidur pada siang
hari dan tidur malam. Karena pasien tidak dapat untuk beraktivitas
c. Cairan
- Sebelum sakit
Pasien mengatakakan minum 8-10 gelas/hari pasien mengatakan tidak ada
pantangan / alergi pada minuman,pasien mengatakan tidak pernah
mengkomsumsi alkohol.
- Selama sakit
Pasien mengatakan minum 5-7 gelas/hari pasien juga melebihkan minuman
yang di sediakan rumah sakit
d. Nutrisi
- Dirumah
Pasien mengatakan makan teratur tidak ada pantangan maupun alergi pada
makanan tidak ada nyeri telan pasien makan 3x/hari dengan menu
lengkap;nasi,sayur,lauk pauk dan terkadang menkonsumsi buah.
- Selama sakit
Pasien mengatakan makan teratur 3x/hari dengan menu lengkap yang
disediakan rumah sakit. Pasien mengatakan kadang makanan habis kadang
hanya ½ porsi.
e. Eliminasi
Urine
- Dirumah
Pasien mengatakan BAK 6-8x/hari tidak terpasang selang BAK ( DC) klien
BAK dikamar mandi,warna urine jernih kekuningan.
- Dirumah sakit
Pasien BAK menggunakan alat bantu BAK (DC) BAK ± 1.500 cc/hari.
Feses
- Dirumah
Pasien mengatakan BAB 1x/hari dengan konsfetensi lembek,bau khas, tidak
ada darah.
- Selama sakit
Pasien mengatakan selama dirumah sakit belum BAB sama sekali.
f. Kebutuhan oksigenasi dan kardiokaskuler
Pernapasan
- Dirumah
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pernapasan dan tidak
menggunakan alat bantu napas.
- Selama sakit
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pernapasan dan tidak
menggunakan alat bantu nafas.
Kardiovaskuler
- Dirumah
Pasien mengatakan tidak memiliki memiliki riwayat penyakit jantung
- Selama sakit
Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri di dada
g. Personal Hygne
- Dirumah
Pasien mengatakan mandi 2x/hari menggunakan sabun dan menggosok gigi,
pasien mencuci rambut 2x sehari pasien mandi sendiri tanpa bantuan orang
lain/keluarga.
- Selama sakit
Pasien mengatakan hanya disibin saja karena tidak bisa mandi.
h. Sex
Pasien mengatakan menstruasi rutin 1 bulan sekali. Pasien anak pertama dari 2
bersaudara
i. Pengkajian psikolonal dan spiritual
Psikososial
- Status emosi
Pasien dapat mengungkapkan perasaan nya ketika ditanya tentang
keluhan, pasien menjawab nyeri cenat cenut suasana hati sedih karena
kondisinya.
- Konsep diri
Pasien mengatakan sulit untuk melakukan aktivitas seperti mandi
sehingga pasien perlu bantuan keluarga dan pasien lebih banyak
menghabiskan waktu ditempat tidur.
Hubungan sosial
Pasien mengatakan senang bergaul dengan teman atau tetangganya.pasien juga
aktif dalam kegiatan dikampusnya.
Spiritual
Pasien menganut agama islam.pasien selalu sholat 5 waktu dan berdoa untuk
kesembuhan dan kesehatan keluarganya.
D. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umun sedang kesadaran cm,kondisi pasien lemah pasien mengatakan
nyeri dibagian anus post operasi pasien melakukan aktivitas ditempat tidur.
TD:120/80 mmHg N:82x/menit S:37 C RR:20X/menit TB:155
BB:45 kg postur tubuh kurus,kulit sawomatang,tidak ada kelainan.
b. Pemeriksaan cepalo caudal
1) Kepala
Bentuk kepala normal,tidak ada kelainan pada kepala,rambut berwarna hitam
bergelombang.
2) Mata
Konjungnya merah muda,tidak anemis.
3) Telinga
Bersih,tidak ada gangguan,tidak ada nyeri ditelinga.
4) Hidung
Hidung normal, bentuk cuping hidung simetris kanan dan kiri tidak ada
gangguan penciuman. Tidak terdapat polip,tidak terdapat sekret.
5) Mulut
Pasien dapat berbicara dengan jelas mulut bersih mukosa bibir lembab
berwarna merah muda gigi lengkap dan bersih.
6) Leher
Tidak ada pembesaran tiroid tidak ada nyeri telan dan tidak ada kelainan.
7) Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan dan kiri ada kelainan bentuk dada
tidak terlihat alat bantu nafas.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru vesikuler tidak ada suara tambahan
Jantung
Inspeksi : normal tidak ada jejak
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : redup
Auskultasi : S1 S2 lub dub/reguler
8) Abdomen
Inspeksi : perut datar,bersih tidak ada kelainan dan ada jejas/jahitan post
op diperut bawah.
Auskultasi : peristaltik 15 x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : terdapat nyeri tekan dibawah perut kanan bawah
9) Genetatia, Anus, dan Rektum
Bersih tidak ada benjolan di anus terpasang selang karter tidak ada kelainan
geretalia dan tidak terjadi penumpukan urine.
10) Ekstremitas
- Atas
Tangan kiri terpasang infus tangan lengkap tidak ada kelemahan
- Bawah
Kaki kanan kiri utuh,tidak ada kelainan bentuk
E. PEMERIKSAAN PENGUNJUNG
a. Laboratorium
HEMATOLOGI
KIMIA DARAH
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
2. Hambatan mobilitas b.d keengganan untuk memulai gerakan
3. Ansietasi
2. S: Yuli
- pasien mengatakan takut untuk bergerak dan sedikit nyeri
pada Post op
O:
- Keadaan umum lemah
- Kesadaran cempos mentis
- Tampak diam ditempat tidur
- Posisi semi fowler
A : masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- posisikan pasien senyaman mungkin
- ajarkan miring kanan dan kiri
- bantu dalam pemenuhan kebutuhan
3. S: Yuli
- Pasien mengatakan cemas dengan kondisinya
O:
- Pasien tampak takut
- Raut wajah pasien tegang
- Keadaan umum lemah
- Kesadaran compos mentis
A : masalah ansietas belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- identifikasi saat terjadi perubahan kecemasan
- intruksikan untuk menggunakan teknik relaksasi
3/12/2019 1. S: Yuli
Selasa - Pasien mengatakan masih merasa nyeri diarea post
operasi dan Pasien mencoba teknik nafas dalam
O:
- Pasien tampak mencoba teknik relaksasi
- Keadaan umum sedang inj ketrolac masuk
P : nyeri post operasi pada saat bergerak
Q : nyeri cenut cenut
R : nyeri post operasi bagian perut bawah
S : skala nyeri 4
T : hilang timbul
A : masalah nyeri akut belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- ajarkan menggunakan teknik relaksasi
- lanjutkan pengkajian nyeri secara komprehensif
- kolaborasi dalam pemberian terapi obat
2. S: Yuli
- Pasien mengstsksn masih takut tapi sudah mencoba
miring kanan dan kiri yang sudah diajarkan
O:
- Pasien tampak kooperatif
- Keadaan umum sedang,ceftriaxone masuk
- Kesadaran compos mentis apl dibantu keluarga
A : masalah hambatan mobilitas fisik belom teratasi
P : lanjutkan intervensi
- ajarkan rom aktif
- monitor kondisi kulit dan batu dalam pemenuhan kebutuhan
3. S: Yuli
- Pasien mengatakan masih merasa cemas dan bertanya
kapan Bisa pulang
O:
- Pasien tampak cemas dan raut wajah tegang
- Keadaan umum sedang
- Kesadaraan compos mentis
- Pasien tampak melakukan teknik relaksasi
A : masalah ansietas belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- kaji tanda verbal dan non verbal keceemasan
- dorong keluarga untuk mendampingi pasien
- berikan informasi yang faktual tentang kondisinya
4/12/2019 1. S: Yuli
rabu - Pasien mengatakan nyeri berkurang
O:
- Keadaan umum baik obat ijeksi ketrolac 30 mg
P : nyeri post operasi saat bergerak
Q : nyeri cenat cenut
R : nyeri dibagian perut bawah
S : skala nyeri 3
H : hilang timbul
A : masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- kolaborasi dalam pemberian obat
- ajarkan teknik relaksasi
3. S: Yuli
- Pasien mengatakan sudah tidak cemas lagi karena sudah
tahu tentang kondisinya yang tidak parah dan bisa pulih
kembali
O:
- Pasien tampak tenang
- Keadaan umum baik
- Kesadaran compos mentis
- Pasien tampak segar
A : masalah ansietas teratasi
P : lanjutkan intervensi
- ajarkan teknik relaksasi nafas dalam jika cemas timbul lagi
- dorong keluarga untuk mendampingi pasien
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan adalahtahap awal dari proses keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya.
Kegiatan dalam pengkajian adalah pengumpulan data. Pengumpulan data adalah
kegiatan untuk menghimpun informasi tentang status kesehatan klien. Status
kesehatan klien yang normal maupun senjang hendaknya dapat dikumpulkan, dan hal
ini di maksudkan untuk mengidentifikasi pola fungsi kesehatan klien. (Rohmah dan
Walid, 2010).
Pengkajian yang dilakukan penulis yaitu nyeri dibagian perut bawah.
B. ANALISA DATA
Menurut Rohmah dan Walid (2010), Teknik pengumpulan data terbagi atas
berikut:
a. Anamnesis
Anamnesi adalah tanya jawab/komunikasi secara langsung dengan pasien (auto
anamnesis) maupun tidak langsung (allo anamnesis) dengan keluarganya untuk
menggali informasi tentang status kesehatan pasien.
b. Observasi
Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara umum terhadap perilaku dan
keadaan pasien. Observasi memerlukan ketrampilan, disiplin dan praktik klinik.
c. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi : Proses observasi yang dilakukan dengan cara melihat setiap bagian
tubuh meliputi ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris, luka,
perubahan yang terjadi pada kulit, kelainan anatomi.
b) Palpasi : Suatu bentuk pemeriksaan dengan cara perabaan. Palpasi
digunakan untuk mengumpulkan data tentang temperatur, turgor
dan massa.
c) Perkusi : Metode pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuannya adalah
untuk menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan
cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya gerakan
yang diberikan ke bawah jaringan, dengan perkusi dapat
membedakan apa yang ada dibawah jaringan (udara, cairan, zat
padat).
d) Auskultasi : Metode pemeriksaan dengan cara mendengar yang dibantu dengan
stetoskop. Tujuannya untuk mendengarkan bunyi jantung, suara
nafas, bunyi usus, denyut jantung janin.
d. Pemeriksaan Penunjang
Yakni dilakukan sesuai dengan indikasi, contoh; pada pasien dengan tumor
abdomen dilakukan pemeriksaan USG dan CT scan untuk dapat lebih
mengetahui perluasan tumor, dan tool wajah untuk menilai skala nyeri yang
dapat membantu dalam menegakan diagnosa keperawatan.
c. Abdomen
Inspeksi : perut datar,bersih tidak ada kelainan dan ada jejas/jahitan post
op diperut bawah.
Auskultasi : peristaltik 15 x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : terdapat nyeri tekan dibawah perut kanan bawah
d. Ekstremitas
- Atas
Tangan kiri terpasang infus tangan lengkap tidak ada kelemahan
- Bawah
Kaki kanan kiri utuh,tidak ada kelainan bentuk.
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
HEMATOLOGI
URINE
pemeriksaan Hasil normal
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respons
manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensila) dari individu
atau kelompok ketika perawat secara legal mengidentifikasi dan dapat memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau mengurangi,
menyingkirkan, atau mencegah perubahan. (Rohmah dan Walid, 2010).
Diagnosa Keperawatan dalam kasus ini adalah :
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
2. Hambatan mobilitas b.d keengganan untuk memulai gerakan
3. Ansietasi
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang
berpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. (Potter & Perry, 2005)
Menurut Rohmah dan Walid (2010), perencanaan adalah pengembangan
strategi desain untuk mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang
telah diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan.
Perencanaan keperawatan dalam kasus ini yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik
Manajemen nyeri (1400)
- Monitor ttv
- Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (PQRST).
- Ajarkan terbaik relaksasi nafas dalam
- Kolaborasi dalam pemberian anoigesik
3. Ansietas
Pengurangan kecemasan (5920)
- Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat kecemasan
- Kaji untuk tanda verbal dan non verbal tingkat kecemasan
- Dorong keluarga untuk mendampingi
- Berikan informasi faktual terkait diagnosis
- Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
- Kolaborasi dalam pemberian obat
E. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien (Riyadi, 2010).
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
Implementasi telah dilakukan mulai dari tanggal 02 – 04 Desember 2019.
Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah
dibuat, yaitu Manajemen Nyeri, Perawatan Tirah Baring dan Pengurangan
Kecemasan.
F. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani,
2009).
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung,
2011).
Bentuk evaluasi menurut Deswani (2009) sebagai berikut:
1. Evaluasi Struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan.
2. Evaluasi Proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan
sesuai wewenang.
3. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respon dan fungsi pasien. Respon perilaku pasien
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada
pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
Dalam pendokumentasian evaluasi penulis menggunakan pendekatan dengan
kriteira SOAP, yaitu
1. S (Subjektif) : Untuk mengetahui data subjektif
2. O (Objektif) : Untuk mengetahui data objektif
3. A (Assesment) :Menggambarkan pengkajian dan menganalisa
pernyataan masalah, apakah masalah sudah teratasi atau belum
4. P (Planning) : Membuat rencana tujuan dan tindakan keperawatan
apabila maslah belum teratasi rencana keperawatan dilanjutkan, apabila
masalah teratasi maka perencanaan keperawatan dipertahankan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur yang
terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan
multiplikasi (Chang, 2010) Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt
terjadi tanpa penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat
terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahya (Corwin, 2009).
Tujuh persen penduduk di Amerika menjalani apendiktomi (pembedahan
untuk mengangkat apendiks) dengan insidens 1,1/1000 penduduk pertahun, sedang di
negara-negara barat sekitar 16%. Di Afrika dan Asia prevalensinya lebih rendah akan
tetapi cenderung meningkat oleh karena pola dietnya yang mengikuti orang barat
(www.ilmubedah.info.com, 2011).
Apendisitis adalah kasus gawat darurat abdomen yang paling sering terjadi.
Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermivormis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang sering terjadi (Andra Safery Wijaya,”yessie Marisa
Putri, 2013).
B. SARAN
1. Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan Apendisitis.
2. Laporan ini dapat memberikan manfaat sebagai acuan bagi pihak institusi
kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktik
keperawatan.
3. Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan tentang Apendisitis.
4. Laporan ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan bagi
tenaga kesehatan khususnya perawat mengenai gambaran asuhan keperawatan
pada pasien dengan Apendisitis.
DAFTAR PUSTAKA