KONSEP DASAR
A. DEFINISI
1) Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94 inci),
melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak
efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan
terhadap infeksi. (Brunner dan Sudarth, 2002).
2) Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk, 2007).
3) Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh fekalith
(batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat
terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan
Enterobius vermikularis (Ovedolf, 2006).
4) Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur yang
terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan
multiplikasi (Chang, 2010)
5) Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt terjadi tanpa penyebab yang
jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks atau
pembuluh darahya (Corwin, 2009).
Page
APENDISITIS
B. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi
yaitu:
1) Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2) Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
3) Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa
tersebut.
4) Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Appendik yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks (Nuzulul, 2009)
C. KLASIFIKASI
1) Apendisitis akut
Adalah radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut pada dasarnya adalah
obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses infeksi dari apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa:
a.
b.
c.
d.
Page
Page
APENDISITIS
D. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. ANATOMI
Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10
cm dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak saat perkembangan
embriologi minggu ke delapan yaitu bagian ujung dari protuberans sekum. Pada
saat antenatal dan postnatal, pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi
appendiks yang akan berpindah dari medial menuju katup ileocaecal.
Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit kearah
ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insidens Apendisitis pada usia
tersebut. Appendiks memiliki lumen sempit di bagian proksimal dan melebar pada
bagian distal. Pada appendiks
terdapat tiga
tanea coli
yang menyatu
Page
retrocaecal (di belakang sekum) 65,28%, pelvic (panggul) 31,01%, subcaecal (di
bawah sekum) 2,26%, preileal (di depan usus halus) 1%, dan postileal (di belakang
usus halus) 0,4%, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Anatomi appendiks
Posisi Appendiks
2. FISIOLOGI
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lendir di muara appendiks tampaknya berperan pada patogenesis Apendisitis.
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid Tissue
(GALT) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks ialah
Imunoglobulin A (Ig-A). Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung
terhadap infeksi yaitu mengontrol proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta
mencegah penetrasi enterotoksin dan antigen intestinal lainnya. Namun,
pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah
Page
jaringan sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh
tubuh.
E. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia
folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi
terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang
telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih
kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .
Pathway
Page
Pathway APENDISITIS
F. MANIFESTASI KLINIK
1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual,
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Page
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin
tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
Nama pemeriksaan
Rovsings sign
Psoas sign atau Obraztsovas sign
Obturator sign
Dunphys sign
Ten Horn sign
Kocher (Kosher)s sign
Sitkovskiy (Rosenstein)s sign
Aure-Rozanovas sign
Blumberg sign
APENDISITIS
G. KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. Faktor keterlambatan
dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita meliputi pengetahuan
dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan diagnosa, menunda diagnosa,
terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat melakukan penanggulangan. Kondisi
ini menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi
Page
Apendisitis 10-32%, paling sering pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93%
terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR komplikasi
2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding
appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek dan belum berkembang sempurna
memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua terjadi gangguan
pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi diantaranya:
1) AbseS
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon
dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila
Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum
2) Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar
ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit,
tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada
70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit,
panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis
terutama polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas
maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
3) Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada
permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas
peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya
cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria.
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen,
demam, dan leukositosis.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-18.000/mm3
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah
serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang
akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui
proses elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu
80% dan 90%.
2) Radiologi
Page
APENDISITIS
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan
pada
penderita Apendisitis
meliputi
Page
2) Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan
perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
3) Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka
dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci
dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan
intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar
infeksi intra-abdomen.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Wawancara riwayat kesehatan mengenai:
a. Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar
ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan
dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat
hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai
biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
b. Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan
klien sekarang.
c. Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
d. Kebiasaan eliminasi.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
b. Sirkulasi : Takikardia.
c. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
d. Aktivitas/istirahat : Malaise.
e. Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
f. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada
bising usus.
g. Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak
h. Demam lebih dari 38oC.
i. Data psikologis klien nampak gelisah.
j. Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks
11
Page
k. Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi.
l. Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
APENDISITIS
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan
intestinal oleh inflamasi)
b. Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan
peritaltik.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
d. Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
2. Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi
appenditomi).
b. Resiko infeksi
berhubungan
dengan
tindakan
invasif
(insisi
post
pembedahan).
c. Defisit self care berhubungan dengan nyeri.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d
kurang informasi.
Page
C. RENCANA KEPERAWATAN
PRE OPERASI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri akut berhubungan dengan Setelah
agen
injuri
biologi
NOC
dilakukan
asuhan
Klien
mampu
mengontrol
nyeri
(tahu
penyebab
nyeri,mampu
menggunakan
tehnik non farmakologi untuk
mengurangi nyeri
Melaporkan bahwa
berkurang
menggunakan
nyeri
dengan
manajemen
NIC
Kaji tingkat nyeri, lokasi dan
karasteristik nyeri.
Jelaskan pada pasien
penyebab nyeri
Ajarkan tehnik untuk pernafasan
diafragmatik
lambat
aktivitas
hiburan
(ngobrol
dengan
anggota
keluarga)
Observasi tanda-tanda vital
Kolaborasi dengan tim medis
70
pasien.
sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan
rasa nyeri.
-90
dalam
Berikan
napas
nyeri
Tanda vital dalam rentang
mmHg,
RASIONAL
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri
Page 13
dapat
2.
Perubahan
pola
tidur/istirahat
eliminasi Setelah
dilakukan
asuhan
diharapkan
klien
Pastikan
kebiasaan
dan
defekasi
gaya
hidup
sebelumnya.
Auskultasi bising usus
Tinjau ulang pola diet dan
efektif
kembalinya fungsi gastriintestinal mungkin
3.
Kekurangan
berhubungan
muntah.
volume
dengan
cairan Setelah
dilakukan
mual keperawatan
asuhan
diharapkan
keseimbangan
cairan
dapat
dipertahankan
dengan
kriteria
hasil:
kelembaban
mukosa
turgor kulit baik
membrane
warna
urine/konsentrasi,
berat jenis.
Auskultasi bising
usus,
catat
berat
urin
pekat
jenis
dengan
diduga
Page 14
TD
130mmHg,
(systole
110-
diastole
70-
90mmHg),
HR(60-
100x/menit),
24x/menit),
RR
suhu
perlindungan bibir.
Pertahankan
gaster/usus.
Kolaborasi pemberian cairan IV
dan elektrolit
(16-
penghisapan
pascaoperasi
(36,5-
dan pecah-pecah
Selang NG biasanya
untuk
dimasukkan
dekompresi
pada
usus,
37,50C)
4.
Cemas
berhubungan
dengan Setelah
keperawatan,
kecemasab
asuhan
dilakukan
diharapkan
klien
berkurang
pada
prosedur
diagnostik
dan
tindakan
sebelum
pembedahan.
dapat meringankan ansietas terutama ketika
dilakukan
Jadwalkan istirahat adekuat dan
prosedur
POST OPERASI
Page 15
N
O
1.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan dengan Setelah
NOC
nyeri
asuhan Kaji
dilakukan
NIC
diharapkan
berkurang
dengan
kriteria hasil:
skala
RASIONAL
nyeri
lokasi, Bergun
nyeri
dengan
tepat.
nyeri Monitor tanda-tanda vital
Pertahankan istirahat dengan
Melaporkan
berkurang
posisi semi powler.
Klien tampak rilek
Dorong ambulasi dini.
Dapat tidur dengan tepat
Tanda-tanda vital dalam Berikan aktivitas hiburan.
Kolborasi tim dokter dalam
batas normal TD (systole
pemberian analgetika.
110-130mmHg, diastole
70-90mmHg),
100x/menit),
HR(60RR
dalam
pengawasan
dan
bertambah
terlentang.
Meningkatkan
abdomen
dengan
posisi
kormolisasi
fungsi
organ.
meningkatkan relaksasi
Menghilangkan nyeri.
(16-
dilakukan
asuhan
Kaji
adanya
tanda-tanda
Page 16
/terjadinya
dengan
tindakan
invasif keperawatan
diharapkan
kan
kemampuan
untuk
mencegah
timbul
infeksi
Nilai
leukosit
nya
(4,5-
11ribu/ul)
berkeringat,
perubahan mental
Lakukan teknik
untuk
termasuk
infeksi
isolasi
enterik,
cuci
tangan
efektif.
Pertahankan teknik aseptik
dan
organisme
membatasi
infektif
kontaminasi silang.
menurunkan resiko terpajan.
terapi ditunjukkan pada bakteri anaerob
dan hasil aerob gra negatif.
3.
Defisit
self
care Setelah
dilakukan
keperawatan
kebersihan
asuhan
diharapkan
klien
dapt
pemberian antibiotik
Mandikan pasien setiap hari Agar badan menjadi segar, melancarkan
sampai
mampu
peredaran
kesehatan.
klien
Page 17
darah
dan
meningkatkan
cuci rambut dan potong Untuk melindungi klien dari kuman dan
hasil:
bau
dan keluarga
tampak
bersih.
Berikan Hynege Edukasi
klien
dapat
atau
dengan
klien
bebas
badan
dari
klien
bersih
ADLs
mandiri
tentang
dalam
kebersihan
Agar
Berikan
kebersihan
bantuan
pentingnya
diri.
kebersihannya.
Bimbing keluarga
memandikan
infeksi.
klien
menyeka
prognosis
dilakukan
dan keperawatan
klien.
asuhan Kaji ulang
diharapkan
aktivitas pascaoperasi
untuk merencanakan kembali rutinitas
menggunakan
kebutuhan pengobatan b.d pengetahuan
bertambah Anjuran
biasa tanpa menimbulkan masalah
laksatif/pelembek
feses Membantu kembali ke fungsi usus
kurang informasi.
dengan kriteria hasil:
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks
Page 18
menyatakan pemahaman
proses
penyakit,
pengobatan
berpartisipasi
dan
dalam
program pengobatan
mengamati
penyembuhan
balutan, pembatasan mandi, Upaya intervensi menurunkan resiko
komplikasi lambatnya penyembuhan
dan kembali ke dokter untuk
mengangkat jahitan/pengikat
Identifikasi gejala yang
memerlukan evaluasi medic,
contoh peningkatan nyeri
edema/eritema luka, adanya
drainase, demam
Page 19
peritonitis.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat
menyusun
rencana
keperawatan.
Implementasi
keperrawatan
adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).Intervensi
keperawatan merupakan bentuk penanganan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan
pertimbangan pengetahuan klinis yang bertujuan meningkatkan hasil perawatan klien
(Bulechek, Butcher, dan Dochterman 2008).
Hal yang Diperhatikan dalam Implementasi Keperawatan
Secara operasional hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam pelaksanaan
implementasi
keperawatan adalah:
1. Pada tahap persiapan.
Menggali perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan
professional sendiri. Memahami rencana keperawatan secara
baik.
Menguasai keterampilan teknis keperawatan.
Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan
Mengetahui sumber daya yang diperlukan.
Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam
pelayanan keperawatan.
Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur
keberhasilan
Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin muncul.
Penampilan perawat harus menyakinkan.
2. Pada tahap pelaksanaan.
Mengkomunikasikan/ menginformasikan kepada klien tentang
keputusan tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat.
Beri kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya
terhadap penjelasan yang telah diberikan oleh perawat.
Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar
manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah
energi klien, pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, privacy,
kondisi klien, respon klien terhadap tindakan yang telah diberikan.
Page
terminasi.
Lakukan pendokumentasian.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,rencana tindakan,dan
pelaksanaanya yang sudah behasil di capai.Evaluasi sendiri merupakan kegiatan
yang disengaja dan terus menerus dilakukan dengan melibatkan pasien, perawat
dan anggota tim kesehatan lainnya.
Menurut Craven dan Hirnle evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari
efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah
ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan
Hasil Evaluasi
1. Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien menunjukkan perubahan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: jika klien
menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang
telah ditetapkan
3. Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak menunjukkan
perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan
cara membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil
yang telaH ditetapkan.
S (Subjective)
: adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
O (Objective)
: adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
Page
A (Analisis)
: adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.
P (Planning)
: adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
Page
Tanggal Pengkajian
25 September 2016
Tanggal Masuk
25 September 2016
Ruang / Kelas
Mawar/2
Nomor Register
128127
Diagnosa Medis
Apendik Kronis
A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien
Jenis Kelamin
: Permepuan
Usia
: 38 tahun
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Betawi
Pendidikan
B.
: Ny.E
: SMK
: Indonesia
Pekerjaan
Alamat
Sumber biaya
Sumber informasi
: Pasien / Keluarga / *
RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama : Nyeri pada bagian perut kanan bawah
b. Kronologis keluhan
: 2 minggu lalu klien merasa nyeri pada perut kanan
bawah
Faktor pencetus : Klien mengatakan tidak tahu penyebab sakit perut
Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak
( ) Bertahap
Lamanya
: hilang timbul
Upaya mengatasi : istirahat dan minum obat penahan rasa sakit
2. Riwayat Kesehatan Masa lalu
a. Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, lingkungan )
Pasien mengatakan Tidak ada alergi obat, mkananan, binatang dan lingkungan
Page
b. Riwayat Kecelakaan :
Pasien mengatakan Tidak pernah mengalami kecelakaan
c. Riwayat di rawat di RS ( kapan, alasan,, dan berapa lama ) :
Pasien mengatakan 6 tahun lalu pernah dilakukan operasi SC pada anak ke dua
dan dirawat 2 hari di RS
d. Riwayat penggunaan obat-obatan :
Pasien selama ini hanya membeli obat bebas di warung bila sakit ringan seperti
sakit kepala.nyeri pada perut Namun bila tidak sembuh, pasien berobat ke
dokter. Contohnya saridon, paramex, panadol, bodrexin, promaag, asam
mefenamat.
4.
Pasien adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Ke dua kakaknya seorang
perempuan dan adiknya ada perempuan dan laki-laki, sedangkan suami pasien anak
ke kedua dari tiga bersaudara. Pasien tinggal serumah dengan istri dan kedua putra
putrinya.
Page
Kakak pertama klien usia 56 tahun mengalamai stroke selama 2 tahun di rawat di
rumah klien. Dalam keluarga klien dan suami belum ada yang megalami sakit
serupa klien.
6. Riwayat Psikososial dan Spiritual
a. Adakah orang terdekat dengan pasien :
Orang terdekat pasien adalah suami pasien
b. Interaksi dalam keluarga
Pola komunikasi
: Pola komunikasi pasien sangat terbuka dan baik
Pembuatan keputusan
: Pembuat keputusan adalah suami pasien
Kegiatan kemasyarakatan
: Paien mengikuti arisan RT juga pengajian
yang rutin dilakukan di komplek pasien setia minggu
c. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga :
Dampak penyakit pasien terhadap keluarga, pasien menjadi sedikit tergantung
dengan keluarga terutama saat nyeri datang.
d. Masalah yang mempengaruhi pasien :
Tidak ada masalah berarti yang mempengaruhi pasien
e. Mekanisme koping terhadap stress
( ) Pemecahan masalah
( )
Minum obat
( )
Makan
( )
Cari pertolongan
()
Tidur
( )
Page
Sebelum Sakit
Sesudah Sakit
( di RS )
Nutrisi
a. Makan
Frekuensi / hari
Nafsu makan
Gangguan
makanan
( mual, muntah,
sariawan, dsb)
Porsi makanan
Jenis makanan
Makanan yang
di sukai
Makanan yang
tidak di sukai
Makanan
pantangan
Penggunaan
alat bantu
( NGT / OGT,
mandiri, dll )
2-3 x sehari
mual
mual
b. Minum
Kuantitas ( liter
/ hari )
Jenis minuman
Minuman yang
disukai
Minuman yang
tidak di sukai
Minuman
pantangan
Eliminasi
a. BAB
Frekuensi / hari
Waktu
Warna
Konsistensi
Keluhan
Penggunaa
Page
pencahar
b. BAK
Frekuensi / hari
Warna
Keluhan
Penggunaan
alat bantu
( kateter, dll )
Personal Hygiene
a. Mandi
Frekuensi / hari
Penggunaan
sabun mandi
Cara ( dibantu /
mandiri )
Waktu
b. Oral hygiene
Frekuensi / hari
Penggunaan
pasta gigi
Cara ( dibantu /
mandiri )
Waktu
c. Cucu rambut
Frekuensi
/
hari, atau /
minggu
Penggunaan
sampo
Cara ( dibantu /
mandiri )
d. Perawatan kuku
Frekuensi
/
minggu, atau /
bulan
Cara ( dibantu /
mandiri )
Alat yang di
gunakan
( silet, gunting
kuku, dsb )
saat
Page
istirahat
a. Klien mengatakan kegiataan a. Klie mengatakan sekama
( baca buku, saat istirahat menonton TV pada di RS istirahat terus sambil
nonton tv, dsb ) siang hari di kamar tidur.
menonton TV
Waktu istirahat
Orang
yang
menemani
waktu istirahat
b. Tidur
Lama
tidur
siang ( jam /
hari )
Lama
tidur
malam ( jam /
hari )
Kebiasaan
sebelum tidur
Gangguan tidur
Aktivitas
dan
latihan
Kegiatan
yang
mempengaruhi
Klien
mengatakan
tidak Klien mengatakan tidak
kesehatan
mengkonsumsi Rokok, minuman mengkonsumsi
Rokok,
a. Merokok
keras/NAPZA
minuman keras/NAPZA
Ya / tidak
Jumlah
( batang/hari )
Lama
pemakaian ( ...
tahun / bulan /
minggu / hari
yang lalu )
b. Minuman keras /
NAFZA
Ya / tidak
Jenis
Page
Frekuensi ( /
hari, atau /
minggu )
Lama
pemakaian ( ...
tahun / bulan /
minggu / hari
yang lalu )
C.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien : Nampak lemah
Kesadaran composmentis (GCS : 15)
Tanda-tanda vital :
1.
2.
3.
TD
:120/80 mmHg
: 36oC
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 50 kg
Pemeriksaan Fisik
1.1 Kepala
a. Insfeksi
S
4.
5.
6.
b. Palpasi
-
1.2 Muka
a. Inspeksi
-
b. Palpasi
Page
1.3 Mata
a. Inspeksi
-
b. Palpasi
-
b. Palpasi
-
1.5 Telinga
a. Inspeksi
-
Pendengaran baik
b. Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
1.6 Mulut
Page
a. Inspeksi
-
Bibir kering
1.7 Tenggorokan
a. Inspeksi
-
1.8 Leher
a. Inspeksi
-
b. Palpasi
-
b. Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan
Page
c. Auskultasi
- Suara napas vesikuler
- Bunyi tambahan tidak ada
d. Perkusi
- Sonor
1.10
Jantung
a. Inspeksi
- Tidak nampak ictus cerdis
b. Palpasi
-
Tidak teraba denyut apek 3 jari dibawah papilla mammae pada intra
kostalis.
c. Perkusi
- Tidak teraba pembesaran jantung
d. Auskultasi
- Bunyi jantung I dan II murni
- Bunyi jantung pekak
- Bunyi tambahan tidak ada.
1.11
Abdomen
a. Inspeksi
-
b. Palpasi
- Teraba benjolan pada abdomen kanan bawah
- Ada nyeri tekan abdomen kanan bawah
c. Auskultasi
-Penstaltik 11 x/m
1.12
Perkusi
- Tympani.
Page
1.13
Genitalia
Tidak dilakukan pengkajian karena keluarga klien mengatakan tidak ada
masalah.
1.14
Ekstremitas
Ekstremitas atas
-
Kekuatan otot : 4
Refleks : normal
Ekstremitas bawah
-
Motorik
: pergerakan terbatas
Refleks
: patella
Page
Nama Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
14,5 gram %
11 15 gram / %
HCT
42,5 %
35 47 %
DDR
Negatif
Negatif
WBC
4.0 10.0
PLT
54 103 mm3
150 - 500
GDS
90 mg/%
<200
Ureum
132 mg/%
10 50 mg/%
Creatinine
2,46 mg/%
0,5 1,5
Albumin
3,11 g/dl
4 6 g/dl
DDR
Negatif
Negatif
SGPT
12 u/l
46 u/l
SGOT
9 u/l
49 u/l
17,2 gr / %
11 15 gram / %
Negatif
Negatif
DDR
WBC
49 103 mm3
Pemeriksaan Labolatorium
a. Tgl 25 september 2016
Hemoglobin
b.
PLT
Data Fokus
Page
DS
-
DO
Klien mengeluh nyeri abdomen - Klien nampak meringis
kanan bawah
Klien menanyakan tentang proses -
penyakitnya.
- Klien mengatakan cemas bila mengingat -
penyakitnya.
Klien
merasa
khawatir
tentang -
kondisnya
TD : 120/80 mmHg
G.
: 36oC
Analisa Data
NO
1.
DATA
DS :
ETIOLOGI
Faeces yang terperangkap dalam
MASALAH
Gangguan
rasa
Page
bawah
nyaman nyeri
DO
: 16 x/m
: 24 x/m
lumen menyempit
: 36 C
imvasi kuman E.coli
apendisitis
merangsang nociceptor
medulla spinalis
Corteks serebri
2.
DS : Klien mena-nyakan
Nyeri
Apendisitis
Kurang pengetahuan
Page
tentang penyakitnya.
DO :
- Klien nampak sering
bertanya
- Klien nampak khawatir
Kurang pengetahuan
Vital Signs
TD : 120/80 mmHg
3.
: 16 x/m
: 24 x/m
S : 36oC
DS :
- Klien menyatakan cemas
bila mengingat penyakitnya
- Klien merasa khawatir
tentang kondisi yang
dialaminya sekarang
DO :
Kecemasan
Kurang informasi
Kecemasan
4.
: 16 x/m
: 24 x/m
S : 36oC
DS :
Kekurangan
cairan
Page
volume
DO :
- Klien mengeluh muntah-
Perporasi jaringan
muntah
Mual/muntah
TD : 120/80 mmHg
N
: 16 x /m
: 24 x /m
: 36 oC
H.
Prioritas Masalah
N
TANGGAL DI
TANGGAL
TEMUKAN
25 Sepetember
TERATASI
Masalah belum
DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
1.
2.
pada apendisitis
Kurang pengetahuan
tentang
2016
25 Sepetember
teratasi
Masalah belum
Page
proses
penyakitnya
pengobatannya
dan
2016
teratasi
berhubungan
3.
25 Sepetember
Masalah belum
2016
26 Sepetember
teratasi
Masalah belum
2016
teratasi
praoperasi
Page
: Ny E
Tgl Masuk
Umur
: 38 tahun
Dx Medik
Hari
Diagnosa
Tanggal
Keperawatan
Rencana Keperawatan
No
Tujuan
Intervensi
Rasional
Page 40
: 05 April 2005
: Apendisitis
1.
25
2016
september Gangguan
nyaman
b/d
rasa Nyeri
akan1.
nyeri berkurang/hilang
peradangan kriteria :
pada apendisitis-
Klien
pada
abdomen beraktivitas
bagian
kanan-
bawah
Klien
bergerak
Klien
Kaji
lokasi,
2.
karakteristik,
3.
tidak dan
nyeri nyeri
dengan4.
Kaji
tanda-
5.
dengan
nampak leluasa
meringis
Tanda-tanda3.
Ajarkan teknik
abdomen normal.
kanan bawah
misalnya napas
dalam
Tanda tanda
vital
Page 41
TD : 120/80
mmHg
4.
Lakukan
: 16 x/m
masase
pada
: 24 x/m
daerah nyeri
: 36oC
5. Penatalaksanaan
pembe-rian obat
analgetik.
Page 42
Page 43
Page 44
17
Page 45