1. Definisi
Kraniotomi ialah mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk
meningkatkan akses pada struktur intrakranial.
Prosedur ini dilakukan untuk menghilangkan tumor, mengurangi TIK, mengevakuasi
bekuan darah dan mengontrol hemoragi. (Brunner and Suddarth).
- Serebrum
Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Keempat lobus tersebut adalah:
1. Lobus frontal: merupakan lobus terbesar, terletak pada fosa anterior.
Fungsinya: untuk mengontrol prilaku individu, membuat keputusan, kepribadian
dan menahan diri.
2. Lobus parietal: lobus sensasi.
Fungsinya: - Menginterpretasikan sensasi, Mengatur individu mampu
mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
3. Lobus temporal
Fungsinya: mengintegrasikan sensasi kecap, bau dan pendengaran. Ingatan
jangka pendek sangat berpengaruh dengan daerah ini.
4. Lobus oksipital: terletak pada lobus posterior hemisfer serebri.
Fungsinya: bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan.
- Batang otak
Batang terletak pada fosa anterior. Bagian-bagian batang otak ini terdiri dari otak
tengah, pons, dan medula oblongata, otak tengah (midbrasia) menghubungkan pons
dan sereblum dengan hemisfer cerebrum, bagian ini berisi jalus sensorik dan motorik
dan sebagai pusat refleks pendengaran dan penglihatan.
- Serebelum
Terletak pada fosa posterior dan terpisah dari hemisfer cerebral, lipatan dura meter
tentorium serebelum. Serebelum mempunyai dua aksi yaitu merangsang dan
menghambat dan tanggung jawab yang luas terhadap koordinasi dan gerakan halus.
Ditambah mengontrol gerakan yang benar, keseimbangan, posisi dan
mengintegrasikan input sensorik.
3. Etiologi
Penyebab cedera kepala ada 2, yaitu:
- Bersifat terbuka: menembus melalui dura meter (peluru, pisau)
- Bersifat tertutup: trauma tumpul, tanpa penetrasi menembus dura (kecelakaan lalu
lintas, jatuh, cedera olahraga).
4. Patofisiologi
Trauma kepala (trauma eraniocerebral) dapat terjadi karena cedera kulit kepala, tulang
kepala, jaringan otak, baik terpisah maupun seluruhnya. Beberapa variabel yang
mempengaruhi luasnya cedera kepala adalah sebagai berikut:
- Lokasi dan arah dari penyebab benturan.
- Kecepatan kekuatan yang datang.
- Permukaan dari kekuatan yang menimpa.
- Kondisi kepala ketika mendapat penyebab benturan.
Cedera bervariasi dari luka kulit yang sederhana sampai geger otak. Luka terbuka dari
tengkorak ditandai kerusakan otak. Luasnya luka bukan merupakan indikasi berat
ringannya gangguan. Pengaruh umum cedera kepala dari tingkat ringan sampai tingkat
berat adalah edema otak, defisit sensori dan motorik, peningkatan intra kranial. Kerusakan
selanjutnya timbul herniasi otak, isoheni otak dan hipoxia.
Cedera pada otak bisa berasal dari trauma langsung atau tidak langsung pada kepala.
Trauma tidak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau keluaran yang merobek
terkena pada kepala akibat menarik leher. Trauma langsung bila kepala langsung terluka.
Semua ini berakibat terjadinya akselerasi-deselerasi dan pembentukan rongga (dilepasnya
gas, dari cairan lumbal, darah, dan jaringan otak). Trauma langsung juga menyebabkan
rotasi tengkorak dan isinya, rusaknya otak oleh kompresi, goresan atau tekanan.
Cedera akselerasi terjadi bila kepala kena benturan dari objek yang bergerak dari objek
yang bergerak dan menimbulkan gerakan. Akibat dari kekuatan akselerasi, kikiran atau
kontusi pada lobus oksipital dan frontal, batang, otak dan cerebelum dapat terjadi.
Cedera deselerasi bila kepala membentur bahan padat yang tidak bergerak dengan
deselerasi yang cepat dari tulang tengkorak, otak berdeselrasi lebih lambat.
Ada beberapa tipe patah tulang:
- Linear-retak sederhana pada tulang
- Pecah-retaknya satu atau lebih dari dua fragmen.
- Depresi-tulang terdorong sampai di bawah permukaan tulang normal.
- Hancur-bisa linear, banyak potongan atau tertekan.
Perdarahan akibat trauma cranio cerebral dapat terjadi pada lokasi-lokasi tersebut: kulit
kepala, epidural, subdural, intracerebral, intraventricular. Hematom subdural dapat
diklasifikasi sebagai berikut:
- Akut: terjadi dalam 24 jam sampai 48 jam.
- Subakut: terjadi dalam 48 jam sampai 2 minggu.
- Kronis: terjadi setelah beberapa minggu atau bulan dari terjadinya cedera.
Perdarahan intracerebral biasanya timbul pada daerah frontal atau temporal. Kebanyakan
kematian cedera kepala akibat edema yang disebabkan oleh kerusakan dan disertai
destruksi primer pusat vital. Edema otak merupakan penyebab utama peningkatan TIC.
Klasifikasi cedera kepala:
1. Conscussion/comosio/memar
Merupakan cedera kepala tertutup yang ditandai oleh hilangnya kesadaran,
perubahan persepsi sensori, karakteristik gejala: sakit kepala, pusing, disorientasi.
2. Contusio cerebri
Termasuk didalamnya adalah luka memar, perdarahan dan edema. Dapat terlihat
pada lobus frontal jika dilakukan lumbal pungkri maka lumbal berdarah.
3. Lacertio cerebri
Adanya sobekan pada jaringan otak sehingga dapat terjadi tidak sarah/pingsan,
hemiphagia, dilatasi pupil.
7. Therapi
a. Perdarahan epidural
Yaitu: penimbunan darah di bawah dura meter. Terjadi secara akut dan biasanya
karena perdarahan arteri yang mengancam jiwa.
b. Perdarahan subdural
Perdarahan subdural dapat terjadi akibat perdarahan lambat yang disebut perdarahan
subdural sub akut, secara cepat (subdural akut) dan sangat besar (subdural kronik).
c. Perdarahan intracranial
Yaitu perdarahan di dalam otak itu sendiri. Dapat terjadi pada cedera kepala tertutup
yang berat, atau yang lebih sering, cedera kepala terbuka. Dapat timbul akibat
pecahnya suatu ancorisma atau stroke hemoragik. Perdarahan di otak menyebabkan
peningkatan TIC, sehingga sel-sel dan vaskuler tertekan.
Pre Operasi
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Tindakan
Post Operasi
1. Pengkajian
a) Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
- Keluhan nyeri pada kepala
- Keadaan luka dan balutan : tidak ada perdarahan
b) Pola nutrisi metabolik
- Keluhan mual, muntah
- Kesulitan mengunyah/menelan
c) Pola aktifitas
- Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan
- Perubahan kesadaran, letargi
- Hemiparese
- Cedera (trauma)
- Kehilangan tonus otot.
d) Eliminasi
- Inkontinensia kandung kemih atau mengalami gangguan fungsi
e) Pola persepsi sensori dan kognitif
- Pusing
- Gelisah
- Adanya keluhan napas (sesak, ronchi, apnea)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Potensial terhadap kerusakan pertukaran gas b.d hipoventilasi, aspirasi dan
imobilisasi.
2. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema cerebral
3. Potensial terhadap ketidakefektifan termoregulasi b.d kerusakan hipotalamus,
dehidrasi dan infeksi.
4. Gangguan pemenuhan aktifitas dan latihan b.d kelemahan fisik.
5. Nyeri b.d trauma.
3. Perencanaan
a. DP.I : Potensial terhadap kerusakan pertukaran gas b.d hipoventilasi, aspirasi dan
imobilisasi
Hasil yang diharapkan : Mempunyai pertukaran gas yang normal yang ditandai
dengan:
Gas arteri normal
Bunyi napas bersih tanpa bunyi-bunyi tambahan
Melakukan napas dalam dan mengubah posisi secara langsung.
Rencana Tindakan :
1) Kaji keluhan sesak napas, suara napas, kecepatan, irama.
R/ Suara napas berkurang menunjukkan akumulasi sekret.
2) Catat karakteristik sputum (warna, jumlah, konsistensi)
R/ Sebagai penentu dalam kemajuan terapi.
3) Anjurkan minum 250 cc/hari bila tidak ada kontra indikasi.
R/ Mengencerkan lendir agar dapat dibatukkan.
4) Berikan posisi fowler
R/ Meminimalkan expansi paru dan memudahkan dalam bernapas..
b. DP.II: Perubahan perfusi jaringan cerebral b.d edema serebral.
HYD:
Tercapainya hemokonsentrasi neurologis/meningkatnya perfusi jaringan cerebral
yang ditandai dengan :
- Membuka mata sesuai perintah, menggunakan kata-kata yang dikenal, bicara
normal
- Mematuhi perintah dengan respon motorik yang tepat.
Rencana Tindakan :
1) Kaji TTV
R/ Mengkaji tingkat kesadaran dan responnya.
2) Ubah posisi pasien tiap dua jam.
R/ Mencegah gangguan pada sistem pemantau TIC.
3) Kaji tanda-tanda peningkatan TIC
R/ Menentukan tindakan keperawatan yang tepat.
4) Kaji tempat insisi
R/ Mengetahui adanya kemerahan, nyeri tekan, bau yang menyengat.
5) Anjurkan pada pasien untuk menghindari batuk, hernia, atau meniup hidung.
R/ Dapat menyebabkan (CS dengan menciptakan takanan pada tempat
operasi).
c. DP.III : Potensial terhadap ketidakefektifan termoregulasi b.d kerusakan
hipotalamus, dehidrasi dan infeksi
Hasil yang diharapkan :
- Tercapainya pengaturan suhu dan suhu tubuh dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
1) Monitor TTV
R/ Panas tubuh yang tidak turun-turun kemungkinan adanya kerusakan
hipotalamus.
2) Anjurkan tirah baring
R/ Mempertahankan suhu tubuh pasien.
d. Gangguan pemenuhan perawatan diri b.d kelemahan fisik
Hasil Yang Diharapkan :
- Kebutuhan perorangan seperti higiene, toileting, nutrisi terpenuhi.
- Pasien tidak mengeluh lemas.
Rencana Tindakan :
1) Kaji kemampuan pasien dalam memenuhi aktifitasnya.
R/ Menentukan tindakan yang harus diberikan pada pasien.
2) Bantu perawatan diri klien sesuai dengan kebutuhan klien.
R/ Kebutuhan dapat terpenuhi sehingga memberikan rasa nyaman.
3) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan akan perawatan diri klien.
R/ Kerjasama dapat meningkatkan pemenuhan perawatan diri klien.