Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS

KONSEP DASAR

A. DEFINISI

1) Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94 inci),
melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak
efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan
terhadap infeksi. (Brunner dan Sudarth, 2002).
2) Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk, 2007).
3) Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh fekalith
(batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat
terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan
Enterobius vermikularis (Ovedolf, 2006).
4) Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur yang
terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan
multiplikasi (Chang, 2010)
5) Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt terjadi tanpa penyebab yang
jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks atau
pembuluh darahya (Corwin, 2009).

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


APENDISITIS
B. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi
yaitu:
1) Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2) Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
3) Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa
tersebut.
4) Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Appendik yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks (Nuzulul, 2009)

C. KLASIFIKASI
1) Apendisitis akut
Adalah radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut pada dasarnya adalah
obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses infeksi dari apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa:
a. Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
b. Fekalit
c. Benda asing
d. Tumor.
Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang diproduksi tidak
dapat keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra luminer
sehingga menyebabkan tekanan intra mukosa juga semakin tinggi.
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks
sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus / nanah pada dinding
apendiks. Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen ke apendiks.
2) Apendisitis Purulenta (Supurative Appendicitis)

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan
terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis.
Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang
ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa
sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks
dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat
fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan,
nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan
pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan
tanda-tanda peritonitis umum.
3) Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat :
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks
secara makroskopikdan mikroskopik, dan keluhan menghilang satelah apendektomi.
Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding
apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan
ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik
antara 1-5 persen.
4) Apendissitis rekurens
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di
perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil patologi
menunjukan peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangn apendisitis akut
pertama kali sembuh spontan. Namun, apendisitis tidak perna kembali ke bentuk
aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan parut. Resiko untuk terjadinya serangn
lagi sekitar 50 persen. Insidens apendisitis rekurens biasanya dilakukan
apendektomi yang diperiksa secara patologik.
Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena sering penderita
datang dalam serangan akut.
5) Mukokel Apendiks
Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin akibat
adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa jaringan fibrosa.
Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi. Walaupun jarang,mukokel
dapat disebabkan oleh suatu kistadenoma yang dicurigai bisa menjadi ganas.
Penderita sering datang dengan Keluhan ringan berupa rasa tidak enak di perut
kanan bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. Suatu saat
bila terjadi infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut. Pengobatannya adalah
apendiktom.
6) Tumor Apendiks/Adenokarsinoma apendiks

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu apendektomi
atas indikasi apendisitis akut. Karena bisa metastasis ke limfonodi regional,
dianjurkan hemikolektomi kanan yang akan memberi harapan hidup yang jauh
lebih baik dibanding hanya apendektomI.
7) Karsinoid Apendiks
Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang didiagnosis
prabedah,tetapi ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan patologi atas
spesimen apendiks dengan diagnosis prabedah apendisitis akut. Sindrom karsinoid
berupa rangsangan kemerahan (flushing) pada muka, sesak napas karena spasme
bronkus, dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6% kasus tumor karsinoid
perut. Sel tumor memproduksi serotonin yang menyebabkan gejala tersebut di atas.
Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa memberikan residif
dan adanya metastasis sehingga diperlukan opersai radikal. Bila spesimen patologik
apendiks menunjukkan karsinoid dan pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi
ulang reseksi ileosekal atau hemikolektomi kanan

APENDISITIS

D. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. ANATOMI
Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10
cm dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak saat perkembangan
embriologi minggu ke delapan yaitu bagian ujung dari protuberans sekum. Pada
saat antenatal dan postnatal, pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi
appendiks yang akan berpindah dari medial menuju katup ileocaecal.
Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit kearah
ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insidens Apendisitis pada usia
tersebut. Appendiks memiliki lumen sempit di bagian proksimal dan melebar pada
bagian distal. Pada appendiks terdapat tiga tanea coli yang menyatu
dipersambungan sekum dan berguna untuk mendeteksi posisi appendiks. Gejala
klinik Apendisitis ditentukan oleh letak appendiks. Posisi appendiks adalah

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


retrocaecal (di belakang sekum) 65,28%, pelvic (panggul) 31,01%, subcaecal (di
bawah sekum) 2,26%, preileal (di depan usus halus) 1%, dan postileal (di belakang
usus halus) 0,4%, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

Appendiks pada saluran pencernaan

Anatomi appendiks Posisi Appendiks

2. FISIOLOGI
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lendir di muara appendiks tampaknya berperan pada patogenesis Apendisitis.
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid Tissue
(GALT) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks ialah
Imunoglobulin A (Ig-A). Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung
terhadap infeksi yaitu mengontrol proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta
mencegah penetrasi enterotoksin dan antigen intestinal lainnya. Namun,
pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


jaringan sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh
tubuh.

E. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia
folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi
terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang
telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih
kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .

Pathway

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


Pathway APENDISITIS

F. MANIFESTASI KLINIK
1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual,
muntah dan hilangnya nafsu makan.
2. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.
3. Nyeri tekan lepas dijumpai.
4. Terdapat konstipasi atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis.
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen
terjadi akibat ileus paralitik.

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin
tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
Nama pemeriksaan Tanda dan gejala
Rovsings sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada
kuadran kiri bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan.
Psoas sign atau Obraztsovas sign Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian
dilakukan ekstensi dari panggul kanan. Positif jika
timbul nyeri pada kanan bawah.
Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan
rotasi internal pada panggul. Positif jika timbul nyeri
pada hipogastrium atau vagina.
Dunphys sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah dengan
batuk
Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada
korda spermatic kanan
Kocher (Kosher)s sign Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau
sekitar pusat, kemudian berpindah ke kuadran kanan
bawah.
Sitkovskiy (Rosenstein)s sign Nyeri yang semakin bertambah pada perut kuadran
kanan bawah saat pasien dibaringkan pada sisi kiri
Aure-Rozanovas sign Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit triangle
kanan (akan positif Shchetkin-Bloombergs sign)
Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada
kuadran kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-tiba

APENDISITIS
G. KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. Faktor keterlambatan
dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita meliputi pengetahuan
dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan diagnosa, menunda diagnosa,
terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat melakukan penanggulangan. Kondisi
ini menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


Apendisitis 10-32%, paling sering pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93%
terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR komplikasi
2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding
appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek dan belum berkembang sempurna
memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua terjadi gangguan
pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi diantaranya:
1) AbseS
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon
dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila
Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum
2) Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar
ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit,
tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada
70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit,
panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis
terutama polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas
maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
3) Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada
permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas
peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya
cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria.
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen,
demam, dan leukositosis.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-18.000/mm3
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah
serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang
akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui
proses elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu
80% dan 90%.
2) Radiologi

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography
Scanning (CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada
tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-
scan ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari
appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat
akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan
92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas
dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
3) Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi
saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.
4) Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa peradangan
hati, kandung empedu, dan pankreas.
5) Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa adanya
kemungkinan kehamilan.
6) Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan Barium
enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk kemungkinan
karsinoma colon.
7) Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti Apendisitis, tetapi
mempunyai arti penting dalam membedakan Apendisitis dengan obstruksi usus
halus atau batu ureter kanan.

APENDISITIS

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
1) Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi,
sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian
antibiotik sistemik

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


10
2) Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan
perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
3) Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka
dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci
dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan
intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar
infeksi intra-abdomen.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Wawancara riwayat kesehatan mengenai:
a. Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar
ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan
dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat
hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai
biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
b. Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan
klien sekarang.
c. Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
d. Kebiasaan eliminasi.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
b. Sirkulasi : Takikardia.
c. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
d. Aktivitas/istirahat : Malaise.
e. Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
f. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada
bising usus.
g. Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak
h. Demam lebih dari 38oC.
i. Data psikologis klien nampak gelisah.
j. Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


11
k. Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi.
l. Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.

APENDISITIS

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan
intestinal oleh inflamasi)
b. Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan
peritaltik.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
d. Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
2. Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi
appenditomi).
b. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post
pembedahan).
c. Defisit self care berhubungan dengan nyeri.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d
kurang informasi.

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


12
C. RENCANA KEPERAWATAN
PRE OPERASI

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL


1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Kaji tingkat nyeri, lokasi dan Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri
agen injuri biologi (distensi keperawatan selama 2x24 jam, karasteristik nyeri. dan merupakan indiaktor secara dini untuk
jaringan intestinal oleh inflamasi) diharapkan nyeri klien berkurang Jelaskan pada pasien tentang dapat memberikan tindakan selanjutnya.
dengan kriteria hasil: penyebab nyeri informasi yang tepat dapat menurunkan tingkat
Ajarkan tehnik untuk pernafasan
Klien mampu mengontrol kecemasan pasien dan menambah pengetahuan
diafragmatik lambat / napas pasien tentang nyeri.
nyeri (tahu penyebab
dalam napas dalam dapat menghirup O2 secara
nyeri,mampu menggunakan Berikan aktivitas hiburan adequate sehingga otot-otot menjadi relaksasi
tehnik non farmakologi untuk (ngobrol dengan anggota sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
mengurangi nyeri keluarga) meningkatkan relaksasi dan dapat
Melaporkan bahwa nyeri Observasi tanda-tanda vital meningkatkan kemampuan kooping.
berkurang dengan Kolaborasi dengan tim medis deteksi dini terhadap perkembangan kesehatan
menggunakan manajemen dalam pemberian analgetik pasien.
nyeri sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan
Tanda vital dalam rentang
rasa nyeri.
normal TD (systole 110 -130
mmHg, diastole 70 -90
mmHg), HR (60-100 x/menit),
RR (16-24 x/menit), suhu
(36,5-37,5 0C)

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page 13


Klien tampak rileks mampu
tidur/istirahat
2. Perubahan pola eliminasi Setelah dilakukan asuhan Pastikan kebiasaan defekasi membantu dalam pembentukan jadwal irigasi
(konstipasi) berhubungan dengan keperawatan, diharapkan klien dan gaya hidup efektif
penurunan peritaltik. konstipasi klien teratasi dengan kembalinya fungsi gastriintestinal mungkin
sebelumnya.
kriteria hasil: Auskultasi bising usus terlambat oleh inflamasi intra peritonial
Tinjau ulang pola diet dan masukan adekuat dan serat, makanan kasar
BAB 1-2 kali/hari
Feses lunak jumlah / tipe masukan cairan. memberikan bentuk dan cairan adalah faktor
Bising usus 5-30 kali/menit Berikan makanan tinggi serat. penting dalam menentukan konsistensi feses.
Berikan obat sesuai indikasi, makanan yang tinggi serat dapat memperlancar
contoh : pelunak feses pencernaan sehingga tidak terjadi konstipasi.
obat pelunak feses dapat melunakkan feses
sehingga tidak terjadi konstipasi.
3. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan asuhan Monitor tanda-tanda vital Tanda yang membantu mengidentifikasikan
berhubungan dengan mual keperawatan diharapkan Kaji membrane mukosa, kaji fluktuasi volume intravaskuler.
muntah. keseimbangan cairan dapat tugor kulit dan pengisian kapiler. Indicator keadekuatan sirkulasi perifer dan
Awasi masukan dan haluaran,
dipertahankan dengan kriteria hidrasi seluler.
catat warna urine/konsentrasi, Penurunan haluaran urin pekat dengan
hasil:
berat jenis. peningkatan berat jenis diduga
kelembaban membrane Auskultasi bising usus, catat dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan.
mukosa kelancaran flatus, gerakan usus. Indicator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk
turgor kulit baik Berikan perawatan mulut sering
Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg pemasukan per oral.
dengan perhatian khusus pada Dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering
BB/jam

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page 14


Tanda-tanda vital dalam batas perlindungan bibir. dan pecah-pecah
Pertahankan penghisapan Selang NG biasanya dimasukkan pada
normal TD (systole 110-
gaster/usus. praoperasi dan dipertahankan pada fase segera
130mmHg, diastole 70-
Kolaborasi pemberian cairan IV pascaoperasi untuk dekompresi usus,
90mmHg), HR(60-
dan elektrolit meningkatkan istirahat usus, mencegah mentah.
100x/menit), RR (16-
Peritoneum bereaksi terhadap iritasi/infeksi
24x/menit), suhu (36,5-
dengan menghasilkan sejumlah besar cairan
37,50C)
yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah,
mengakibatkan hipovolemia. Dehidrasi dapat
terjadi ketidakseimbangan elektrolit
4. Cemas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Evaluasi tingkat ansietas, catat ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat,
akan dilaksanakan operasi. keperawatan, diharapkan verbal dan non verbal pasien. penting pada prosedur diagnostik dan
kecemasab klien berkurang Jelaskan dan persiapkan untuk pembedahan.
dengan kriteria hasil: tindakan prosedur sebelum dapat meringankan ansietas terutama ketika

Melaporkan ansietas menurun dilakukan pemeriksaan tersebut melibatkan pembedahan.


Jadwalkan istirahat adekuat dan membatasi kelemahan, menghemat energi dan
sampai tingkat teratasi
Tampak rileks periode menghentikan tidur. meningkatkan kemampuan koping
Anjurkan keluarga untuk Mengurangi kecemasan klien
menemani disamping klien

POST OPERASI

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page 15


N DIAGNOSA
NOC NIC RASIONAL
O KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Kaji skala nyeri lokasi, Bergun dalam pengawasan dan
agen injuri fisik (luka insisi keperawatan, diharapkan karakteristik dan laporkan keefesien obat, kemajuan penyembuhan,
post operasi appenditomi). nyeri berkurang dengan perubahan nyeri dengan perubahan dan karakteristik nyeri.
kriteria hasil: deteksi dini terhadap perkembangan
tepat.
Melaporkan nyeri Monitor tanda-tanda vital kesehatan pasien.
Pertahankan istirahat dengan Menghilangkan tegangan abdomen
berkurang
Klien tampak rilek posisi semi powler. yang bertambah dengan posisi
Dapat tidur dengan tepat Dorong ambulasi dini. terlentang.
Tanda-tanda vital dalam Berikan aktivitas hiburan. Meningkatkan kormolisasi fungsi
Kolborasi tim dokter dalam
batas normal TD (systole organ.
pemberian analgetika. meningkatkan relaksasi
110-130mmHg, diastole
Menghilangkan nyeri.
70-90mmHg), HR(60-
100x/menit), RR (16-
24x/menit), suhu (36,5-
37,50C)

2. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan asuhan Kaji adanya tanda-tanda Dugaan adanya infeksi
Dugaan adanya infeksi /terjadinya

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page 16


dengan tindakan invasif keperawatan diharapkan infeksi pada area insisi sepsis, abses, peritonitis
Monitor tanda-tanda vital mencegah transmisi penyakit virus ke
(insisi post pembedahan). infeksi dapat diatasi dengan
Perhatikan demam,
kriteria hasil: orang lain.
menggigil, berkeringat, mencegah meluas dan membatasi
Klien bebas dari tanda-
perubahan mental penyebaran organisme infektif /
tanda infeksi Lakukan teknik isolasi kontaminasi silang.
Menunjuk kan
untuk infeksi enterik, menurunkan resiko terpajan.
kemampuan untuk terapi ditunjukkan pada bakteri anaerob
termasuk cuci tangan
mencegah timbul nya dan hasil aerob gra negatif.
efektif.
infeksi Pertahankan teknik aseptik
Nilai leukosit (4,5-
ketat pada perawatan luka
11ribu/ul)
insisi / terbuka, bersihkan
dengan betadine.
Awasi / batasi pengunjung
dan siap kebutuhan.
Kolaborasi tim medis dalam
pemberian antibiotik
3. Defisit self care Setelah dilakukan asuhan Mandikan pasien setiap hari Agar badan menjadi segar, melancarkan
berhubungan dengan nyeri. keperawatan diharapkan sampai klien mampu peredaran darah dan meningkatkan
kebersihan klien dapt melaksanakan sendiri serta kesehatan.

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page 17


dipertahankan dengan kriteria cuci rambut dan potong Untuk melindungi klien dari kuman dan
hasil: kuku klien. Ganti pakaian meningkatkan rasa nyaman Agar klien
klien bebas dari bau yang kotor dengan yang dan keluarga dapat termotivasi untuk
badan klien tampak bersih. menjaga personal hygiene.
Berikan Hynege Edukasi Agar klien merasa tersanjung dan lebih
bersih
ADLs klien dapat pada klien dan keluarganya kooperatif dalam kebersihan Agar
mandiri atau dengan tentang pentingnya keterampilan dapat diterapkan
kebersihan diri. Berikan Klien merasa nyaman dengan tenun
bantuan
pujian pada klien tentang yang bersih serta mencegah terjadinya
kebersihannya. infeksi.
Bimbing keluarga klien
memandikan / menyeka
pasien. Bersihkan dan atur
posisi serta tempat tidur
klien.
4. Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan asuhan Kaji ulang pembatasan Memberikan informasi pada pasien
kondisi prognosis dan keperawatan diharapkan
aktivitas pascaoperasi untuk merencanakan kembali rutinitas
kebutuhan pengobatan b.d pengetahuan bertambah Anjuran menggunakan biasa tanpa menimbulkan masalah
kurang informasi. dengan kriteria hasil: laksatif/pelembek feses Membantu kembali ke fungsi usus

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page 18


menyatakan pemahaman ringan bila perlu dan hindari semula mencegah ngejan saat defekasi
Pemahaman meningkatkan kerja sama
proses penyakit, enema
Diskusikan perawatan insisi, dengan terapi, meningkatkan
pengobatan dan
termasuk mengamati penyembuhan
berpartisipasi dalam
balutan, pembatasan mandi, Upaya intervensi menurunkan resiko
program pengobatan
dan kembali ke dokter untuk komplikasi lambatnya penyembuhan

mengangkat jahitan/pengikat peritonitis.


Identifikasi gejala yang
memerlukan evaluasi medic,
contoh peningkatan nyeri
edema/eritema luka, adanya
drainase, demam

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page 19


D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi keperrawatan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).Intervensi
keperawatan merupakan bentuk penanganan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan
pertimbangan pengetahuan klinis yang bertujuan meningkatkan hasil perawatan klien
(Bulechek, Butcher, dan Dochterman 2008).

Hal yang Diperhatikan dalam Implementasi Keperawatan


Secara operasional hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam pelaksanaan
implementasi
keperawatan adalah:
1. Pada tahap persiapan.
Menggali perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan professional
sendiri. Memahami rencana keperawatan secara baik.
Menguasai keterampilan teknis keperawatan.
Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan
Mengetahui sumber daya yang diperlukan.
Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam
pelayanan keperawatan.
Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur
keberhasilan
Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin muncul.
Penampilan perawat harus menyakinkan.
2. Pada tahap pelaksanaan.
Mengkomunikasikan/ menginformasikan kepada klien tentang
keputusan tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat.
Beri kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya
terhadap penjelasan yang telah diberikan oleh perawat.
Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar
manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah
energi klien, pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, privacy,
kondisi klien, respon klien terhadap tindakan yang telah diberikan.

3. Pada tahap terminasi.


Terus memperhatikan respons klien terhadap tindakan keperawatan
yang telah diberikan.

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


20
Tinjau kemajuan klien dari tindakan keperawatan yang telah diberikan.
Rapikan peralatan dan lingkungan klien dan lakukan terminasi.
Lakukan pendokumentasian.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,rencana tindakan,dan
pelaksanaanya yang sudah behasil di capai.Evaluasi sendiri merupakan kegiatan
yang disengaja dan terus menerus dilakukan dengan melibatkan pasien, perawat
dan anggota tim kesehatan lainnya.
Menurut Craven dan Hirnle evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari
efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah
ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan

Hasil Evaluasi
1. Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien menunjukkan perubahan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

2. Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: jika klien


menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang
telah ditetapkan

3. Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak menunjukkan


perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru

Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan
cara membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil
yang telaH ditetapkan.

S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
O (Objective) : adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.

A (Analisis) : adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective


dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


21
P (Planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal Pengkajian : 25 September 2016


Tanggal Masuk : 25 September 2016
Ruang / Kelas : Mawar/2

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


22
Nomor Register : 128127
Diagnosa Medis : Apendik Kronis

A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny.E

Jenis Kelamin : Permepuan

Usia : 38 tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku Bangsa : Betawi

Pendidikan : SMK

Bahasa yang digunakan : Indonesia

Pekerjaan :Ibu Rumah tangga

Alamat : Perumahan Duta Harapan Blok C no 5

Sumber biaya : Pribadi / perusahaan / lain-lain (sebutkan : BPJS.)*

Sumber informasi : Pasien / Keluarga / *

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama : Nyeri pada bagian perut kanan bawah
b. Kronologis keluhan : 2 minggu lalu klien merasa nyeri pada perut kanan
bawah
Faktor pencetus : Klien mengatakan tidak tahu penyebab sakit perut
Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak ( ) Bertahap
Lamanya : hilang timbul
Upaya mengatasi : istirahat dan minum obat penahan rasa sakit

2. Riwayat Kesehatan Masa lalu


a. Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, lingkungan )
Pasien mengatakan Tidak ada alergi obat, mkananan, binatang dan lingkungan

b. Riwayat Kecelakaan :
Pasien mengatakan Tidak pernah mengalami kecelakaan

c. Riwayat di rawat di RS ( kapan, alasan,, dan berapa lama ) :

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


23
Pasien mengatakan 6 tahun lalu pernah dilakukan operasi SC pada anak ke dua
dan dirawat 2 hari di RS

d. Riwayat penggunaan obat-obatan :


Pasien selama ini hanya membeli obat bebas di warung bila sakit ringan seperti
sakit kepala.nyeri pada perut Namun bila tidak sembuh, pasien berobat ke
dokter. Contohnya saridon, paramex, panadol, bodrexin, promaag, asam
mefenamat.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan keterangan)

4.
Pasien adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Ke dua kakaknya seorang
perempuan dan adiknya ada perempuan dan laki-laki, sedangkan suami pasien anak
ke kedua dari tiga bersaudara. Pasien tinggal serumah dengan istri dan kedua putra
putrinya.

5. Penyakit yang pernah di derita oleh anggota keluarga ( faktor resiko )


Kakak pertama klien usia 56 tahun mengalamai stroke selama 2 tahun di rawat di
rumah klien. Dalam keluarga klien dan suami belum ada yang megalami sakit
serupa klien.

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


24
6. Riwayat Psikososial dan Spiritual
a. Adakah orang terdekat dengan pasien :
Orang terdekat pasien adalah suami pasien

b. Interaksi dalam keluarga


Pola komunikasi : Pola komunikasi pasien sangat terbuka dan baik
Pembuatan keputusan : Pembuat keputusan adalah suami pasien
Kegiatan kemasyarakatan : Paien mengikuti arisan RT juga pengajian
yang rutin dilakukan di komplek pasien setia minggu

c. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga :


Dampak penyakit pasien terhadap keluarga, pasien menjadi sedikit tergantung
dengan keluarga terutama saat nyeri datang.

d. Masalah yang mempengaruhi pasien :


Tidak ada masalah berarti yang mempengaruhi pasien

e. Mekanisme koping terhadap stress


( ) Pemecahan masalah ( ) Minum obat
( ) Makan ( ) Cari pertolongan

() Tidur ( ) Lain lain, sebutkan : ........................

f. Persepsi pasien terhadap penyakitnya :


Hal yang sangat di pikirkan saat ini :
Pasien ingin segera pulih dari sakit nya pasca operasi dan segera beraktivitas
lagi

Harapan setelah menjalani perawatan :


Segera pulih dan bisa kembali ke rumah dan beraktivitas lagi

Perubahan yang di rasakan setelah jatuh sakit :


Klien mengatakan membatasi diri dalam beraktivitas di luar

g. Sistem nilai kepercayaan :


Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
Pasien mengatakan tidak ada nilai nilai yang bertentangan dengan kesehatan

Aktivitas Agama / Kepercayaan yang di lakukan :


Klien seorang muslimah yang taat menjalan sholat wajib 5 waktu dan
mengikuti kegiatan pengajian di komplek nya setiap jumat

7. Kondisi Lingkungan Rumah


( Lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini ) :

Klien mengatakan Kondisi lingkungan rumah asri dan bersih

8. Pola Kebiasaan sehari-hari


Pola Kebiasaan Sebelum Sakit Sesudah Sakit

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


25
( di RS )

Nutrisi

a. Makan
Frekuensi / hari
Nafsu makan 2-3 x sehari Klien malas makan
Gangguan
mual mual
makanan
( mual, muntah, 1 piring dihabiskan, sayur, lauk, porsi piring terdiri
sariawan, dsb) buah. Semua jenis makanan klien sayur,lauk, bubur, susu dan
Porsi makanan suka dan tidak ada makanan yang buah. Pasien tidak
Jenis makanan dipantang. Makan secara mandiri menyukai bubur dan susu.
Makanan yang Makan secara mandiri.
di sukai
Makanan yang 8 gelas/hari, minum air putih.
tidak di sukai Klien mengatakan hanya suka
Makanan
minum air putih dan teh manis
pantangan Kurang dari 8 gelas/hari.
Penggunaan hangat
Klien mengatakan hanya
alat bantu suka minum air putih dan
( NGT / OGT,
teh manis hangat
mandiri, dll )

b. Minum
Kuantitas ( liter
/ hari )
Jenis minuman
Minuman yang
disukai
Minuman yang
tidak di sukai
Minuman
pantangan

Eliminasi

a. BAB BAB minimal 1 x / hari di pagi Selama di rawat di RS klien


Frekuensi / hari hari, warna ciklat kekuningan, belum BAB
Waktu konsistensi padat, tidak ada
Warna keluhan selama BAB dan klien
Konsistensi tidak menggunakan pencahar
Keluhan
Penggunaa BAK 2-5x/hari, warna urin jernih,
pencahar tidak ada keluhan saat BAK dan
b. BAK klien tidak menggunakan alat
Frekuensi / hari

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


26
Warna bantu BAK
Keluhan
Penggunaan Klien mengatakan tidak ada
alat bantu keinginan BAK selama
( kateter, dll ) diRS, hanya sesekali saja,
urin agak keruh dan klien
tidak menggunakan alat
bantu BAK

Personal Hygiene

a. Mandi
Frekuensi / hari
Penggunaan a. Klien mandi 2x sehari secara a. Klien mengatakan selama
sabun mandi mandiri menggunakan sabun dan di RS tidak mandi
Cara ( dibantu / shampo pada pagi dan sore hari.
mandiri ) b. klien sikat gigi minimal 2x b. Klien mengatkan selama
Waktu sehari di waktu pagi dan di dirawat di RS hanya 1x
b. Oral hygiene menjelang tidur secra mandiri melakukan oral hygien
Frekuensi / hari menggunakan pasta gigi.
Penggunaan c. Klien mengatakan tidak
c. klien cuci rambut sehari sekali
pasta gigi cuci rambut selama di rawat
di pagi hari menggunakan
Cara ( dibantu / di RS
shampo dan dilakukan secara
mandiri )
mandiri d. Klien mengatakan tidak
Waktu
d. klien mengatakan melakukan melakukan perawatan kuku
c. Cucu rambut
perawatan kuku seminggu sekali selama di rawat di RS
Frekuensi /
hari, atau / dilakukan dirumah secara
minggu mandiri
Penggunaan
sampo
Cara ( dibantu /
mandiri )
d. Perawatan kuku
Frekuensi /
minggu, atau /
bulan
Cara ( dibantu /
mandiri )
Alat yang di
gunakan
( silet, gunting
kuku, dsb )

Istirahat dan tidur

a. Istirahat
Kegiatan saat
istirahat a. Klien mengatakan kegiataan a. Klie mengatakan sekama
( baca buku, saat istirahat menonton TV pada di RS istirahat terus sambil
nonton tv, dsb ) siang hari di kamar tidur. menonton TV

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


27
Waktu istirahat b. klien mengatakan sering tidur b. Klien jarang tidur siang
Orang yang siang pukul 13.00 sd 14.30 selama di RS karena merasa
menemani biasanya diawali dengan nonton nyeri setelah operasi
waktu istirahat TV. Klien mengatakan tidak ada
b. Tidur gangguan tidur
Lama tidur
siang ( jam /
hari )
Lama tidur
malam ( jam /
hari )
Kebiasaan
sebelum tidur
Gangguan tidur
Aktivitas dan
latihan
Klien mengatakan Aktivitas sehari Klien mengatakan selama di
Waktu bekerja hari klien hanya mengurus RT, RS klien tidak melakukan
(pagi/siang/mal tidak melakukan olahraga aktivitas yang berarti
am )
Lama bekerja
( jam / hari )
Aktif Olahraga
Jenis Olahraga
Frekuensi
Olahrag /
minggu
Keluhan ketika
beraktifitas

Kegiatan yang
mempengaruhi
kesehatan Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak
mengkonsumsi Rokok, minuman mengkonsumsi Rokok,
a. Merokok keras/NAPZA minuman keras/NAPZA
Ya / tidak
Jumlah
( batang/hari )
Lama
pemakaian ( ...
tahun / bulan /
minggu / hari
yang lalu )
b. Minuman keras /
NAFZA
Ya / tidak
Jenis
Frekuensi ( /
hari, atau /
minggu )
Lama

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


28
pemakaian ( ...
tahun / bulan /
minggu / hari
yang lalu )

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum klien : Nampak lemah
2. Kesadaran composmentis (GCS : 15)
3. Tanda-tanda vital :

TD :120/80 mmHg
N : 16 kali per menit
P : 24 kali per menit
S : 36oC
4. Tinggi badan : 160 cm
5. Berat badan : 50 kg
6. Pemeriksaan Fisik
1.1 Kepala
a. Insfeksi

- Bentuk kepala : simetris kiri dan kanan

- Keadaan rambut dan hygiene kepala

Warna rambut : putih beruban

Penyebaran rambut merata : tidak ada alopesia (kebotakan)

b. Palpasi

- Tidak mudah rontok

- Tidak teraba benjolan

1.2 Muka

a. Inspeksi

- Struktur muka simetris kiri dan kanan

- Ekspresi wajah meringis

- Wajah tampak pucat

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan

- Tidak ada benjolan pada muka

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


29
1.3 Mata

a. Inspeksi

- Tidak terdapat udema pada palpebra

- Tidak terjadi icterus pada sklera

- Posisi mata simetris ki/ka

- Konjungtiva tidak ada tampak anemis

- Fungsi penglihatan baik

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan.

- Memakai alat bantu.

1.4 Hidung dan sinus

a. Inspeksi

- Tidak terdapat cairan/secret hidung

- Fungsi penciuman baik

- Struktur hidung simetris ki/ka

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan pada sinus

1.5 Telinga

a. Inspeksi

- Struktur telinga simetris ki/ka

- Lubang telinga tidak berisi serumen

- Pendengaran baik

- Tidak memakai alat bantu pendengaran

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

1.6 Mulut

a. Inspeksi

- Keadaan gigi lengkap

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


30
- Tidak memakai gigi palsu

- Tidak terdapat peradangan pada gusi

- Bibir kering

- Kemampuan bicara baik

- Keadaan lidah bersih

1.7 Tenggorokan

a. Inspeksi

- Tidak nyeri pada saat menelan

- Tidak ada keculitan saat menelan

1.8 Leher

a. Inspeksi

- Tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfa

- Tidak ada distensi venajubularis

- Tidak terdapat pelebaran venajubularis

b. Palpasi

- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe

- Tidak ada pelebaran venajubularis

1.9 Thorax dan pernapasan

a. Inspeksi

- Bentuk dada simetris ki/ka

- Irama pernapasan mengikuti gerakan dada

- Frekuensi pernapasan 16 x/m

- Tipe pernapasan : normal

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan

c. Auskultasi

- Suara napas vesikuler

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


31
- Bunyi tambahan tidak ada

d. Perkusi

- Sonor

1.10 Jantung

a. Inspeksi

- Tidak nampak ictus cerdis

b. Palpasi

- Tidak teraba denyut apek 3 jari dibawah papilla mammae pada intra

kostalis.

c. Perkusi

- Tidak teraba pembesaran jantung

d. Auskultasi

- Bunyi jantung I dan II murni

- Bunyi jantung pekak

- Bunyi tambahan tidak ada.

1.11 Abdomen

a. Inspeksi

- Tidak ada pembesaran pada abdomen

- Tidak ada bekas luka pada abdomen

b. Palpasi

- Teraba benjolan pada abdomen kanan bawah

- Ada nyeri tekan abdomen kanan bawah

c. Auskultasi

-Penstaltik 11 x/m

1.12 Perkusi

- Tympani.

1.13 Genitalia

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


32
Tidak dilakukan pengkajian karena keluarga klien mengatakan tidak ada

masalah.

1.14 Ekstremitas

Ekstremitas atas

- Motorik : pergerakan terbatas

- Kekuatan otot : 4

- Sensori : peka terhadap ransangan suhu

- Refleks : normal

Ekstremitas bawah

- Motorik : pergerakan terbatas

- Refleks : patella

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


33
D. DATA PENUNJANG ( Laboratorium, radiologi, endoskopi, EKG, dsb )
Pemeriksaan Penunjang
No Nama Pemeriksaan Hasil Nilai normal

1 Pemeriksaan Labolatorium
a. Tgl 25 september 2016
Hemoglobin 14,5 gram % 11 15 gram / %
HCT 42,5 % 35 47 %
DDR Negatif Negatif
WBC 14,6 103 mm3 4.0 10.0
PLT 54 103 mm3 150 - 500

b.
GDS 90 mg/% <200
Ureum 132 mg/% 10 50 mg/%
Creatinine 2,46 mg/% 0,5 1,5
Albumin 3,11 g/dl 4 6 g/dl
DDR Negatif Negatif
SGPT 12 u/l 46 u/l
SGOT 9 u/l 49 u/l

c. Tanggal 26 september 2016 17,2 gr / % 11 15 gram / %


Hemoglobin Negatif Negatif
DDR 9,46 103 mm3 4.0 10.0 103 mm3
WBC 49 103 mm3 150 500 103 mm3
PLT

E. PENATALAKSANAAN ( Terapi / tindakan pengobatan, termasuk diet )


Tgl 26 september 2016 ( Post Operatif )
- Infus RL 20 tts / menit macro
- Bifotik 2 x 1 gr (IV)
- Metronidazole 3 x 500 mg ( Driip )
- Ranitidin 3 x 1 ampul ( IV )
- Ketorolak 3 x 1 ampul ( Driip )

F. Data Fokus

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


34
DS DO
- Klien mengeluh nyeri abdomen - Klien nampak meringis
kanan bawah
- Klien menanyakan tentang proses - Klien nampak sering bertanya.
penyakitnya. - Klien nampak khawatir
- Klien mengatakan cemas bila mengingat - Klien nampak gelisah.
penyakitnya. - Ekspresi wajah tegang
- Klien merasa khawatir tentang - Klien dan keluarga selalu bertanya tentang
kondisi yang dialaminya sekarang. kondisnya

- Klien mengeluh mual - Klien mengeluh muntah-muntah


- Turgor bibir nampak kering
- Tanda tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 16 kali per menit
P : 24 kali per menit
S : 36oC

G. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Faeces yang terperangkap dalam Gangguan rasa

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


35
Klien mengeluh nyeri lumen app menyerap air meningat nyaman nyeri

abdomen bagian kanan

bawah obstruksi limen apendiks


DO
Klien nampak meringis
hyperplasia jaringan limfoid sub
Vital Signs
mukosa
TD : 120/80 mmHg

N : 16 x/m
lumen menyempit
P : 24 x/m

o
S : 36 C
imvasi kuman E.coli

udema, diapedesis bakteri dan

ulserasi mukosa

apendisitis

pengeluaran mediator kimia oleh sel

radang

merangsang nociceptor

medulla spinalis

Corteks serebri

Nyeri
2. DS : Klien mena-nyakan Apendisitis Kurang pengetahuan

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


36
tentang penyakitnya. tentang penyakit dan

DO : Kurang informasi tentang penyakit pengobatannya

- Klien nampak sering dan prosedur tindakan


bertanya
- Klien nampak khawatir
Kurang pengetahuan

Vital Signs

TD : 120/80 mmHg

N : 16 x/m

P : 24 x/m

S : 36oC
3. DS : Perubahan status kesehatan Kecemasan

- Klien menyatakan cemas

bila mengingat penyakitnya Ada rencana operasi


- Klien merasa khawatir
tentang kondisi yang
Kurang informasi
dialaminya sekarang

DO :
Kecemasan
- Klien nampak gelisah

- Ekspresi wajah tegang

- Klien dan keluarga selalu

bertanya tentang kondisinya.


Vital Signs

TD : 120/80 mmHg

N : 16 x/m

P : 24 x/m

S : 36oC
4. DS : Peningkatan metabolisme tubuh Kekurangan volume

- Klien mengeluh mual cairan

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


37
DO :

- Klien mengeluh muntah- Perporasi jaringan


muntah
- Turgor bibir nampak kering
rangsangan medulla spinalis

Tanda tanda vital Mual/muntah

TD : 120/80 mmHg

N : 16 x /m kekurangan volume cairan


P : 24 x /m

S : 36 oC

H. Prioritas Masalah

N TANGGAL DI TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
O TEMUKAN TERATASI
1. Gangguan rasa nyaman nyeri 25 Sepetember Masalah belum

berhubungan dengan peradangan 2016 teratasi

pada apendisitis
2. Kurang pengetahuan tentang 25 Sepetember Masalah belum

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


38
proses penyakitnya dan 2016 teratasi

pengobatannya berhubungan

dengan kurang informasi.:


3. Kecemasan berhubungan dengan 25 Sepetember Masalah belum

perubahan status kesehatan 2016 teratasi


4 Kekurangan volume cairan 26 Sepetember Masalah belum

berhubungan dengan muntah 2016 teratasi

praoperasi

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page


39
Rencana Tindakan Keperawatan

Nama : Ny E Tgl Masuk : 05 April 2005

Umur : 38 tahun Tgl. Pengkajian : 06 April 2005

Jenis Kelamin : Perempuan Dx Medik : Apendisitis

Hari Diagnosa Rencana Keperawatan


No
Tanggal Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page 40


1. 25 september Gangguan rasa Nyeri akan1. Kaji nyeri,1. Tingkatkan nyeri yang didapatkan sebagai pendomen intervensi selanjutnya.

2016 nyaman nyeri berkurang/hilang lokasi, 2. Perubahan tanda-tanda vital merupakan indi-kator terjadinya nyeri.

b/d peradangan kriteria : karakteristik, 3. Teknik relaksasi (napas dalam) dapat mening-katkan sup-lain O 2 ke jaringan

pada apendisitis- Klien tidak dan integritas sehingga nyeri berkurang.

ditandai dengan mengeluh nyeri nyeri dengan4. Dapat mengurangi nye-ri

Klien mengeluh lagi pada saat skala (0-10)

nyeri abdomen beraktivitas 2. Kaji tanda-

bagian kanan- Klien dapat tanda vital 5. Obat analgetik dapat mengurangi nyeri.

bawah bergerak dengan

Klien nampak leluasa

meringis - Tanda-tanda3. Ajarkan teknik

- Nyeri tekan (+) vital dalam batas relaksasi

pada abdomen normal. misalnya napas

kanan bawah dalam

Tanda tanda

vital

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page 41


TD : 120/80

mmHg 4. Lakukan

N : 16 x/m masase pada

P : 24 x/m daerah nyeri

: 36oC

5. Penatalaksanaan

pembe-rian obat

analgetik.

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page 42


Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page 43
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page 44
17

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien appendiks Page 45

Anda mungkin juga menyukai