Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN HIPEBILIRUBIN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak

DOSEN PENGAMPU : Yuyun Sarinengsih, S.Kep.,Ners., M.Kep

Disusun oleh :

KELOMPOK 14

PUTRI KANIA SYAHRANI 191FK01090

MIA AULIA 191FK01074

THETTA RESTHA 191FK01131

TINGKAT 3B PROGRAM D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, inayah,
taufik, dan ilhamnya sehingga kami semua dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu baik acuan, petunjuk maupun pedoman
bagi pembaca. Makalah ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan tugas dari
dosen kami Ibu Yuyun Sarinengsih, S.Kep.,Ners., M.Kep

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini untuk kedepannya dapat lebih baik lagi .

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan – masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Bandung, 26 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................. 3
2.1 Pengertian Hiperbilirubin ........................................................................ 3
2.2 Etiologi Hiperbilirubin ............................................................................ 3
2.3 Patofisiologi Hiperbilirubin ..................................................................... 4
2.4 Pathway .................................................................................................. 5
2.5 Manifestasi Klinis Hiperbilirubin ............................................................ 6
2.6 Klasifikasi Hiperbilirubin ........................................................................ 6
2.7 Komplikasi Hiperbilirubin ....................................................................... 7
2.8 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 7
2.9 Penatalaksanaan Hiperbilirubin ............................................................... 8
2.10 Pencegahan ............................................................................................ 9
2.11 Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................. 10
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu keadaan yang menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi baru
lahir adalah terjadinya hiperbillirubinemia yang merupakan salah satu kegawatan
pada bayi baru lahir karena dapat menjadi penyebab gangguan tumbuh kembang
bayi. Kelainan ini tidak termasuk kelompok penyakit saluran pencernaan makanan,
namun karena kasusnya banyak dijumpai maka harus dikemukakan.
Terdapat kasus ikterus ditemukan pada ruang neonatus sekitar 60% bayi aterm
dan pada 80 % bayi prematur selama minggu pertama kehidupan. Ikterus tersebut
timbul akibat penimbunan pigmen bilirubin tidak terkonjugasi dalam kulit. Bilirubin
tidak terkonjugasi tersebut bersifat neurotoksik bagi bayi pada tingkat tertentu dan
pada berbagai keadaan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala
fisiologis atau patologis. Ikterus fisiologis terdapat pada 25-50% neonatus cukup
bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan sebesar 80%. Ikterus
tersebut timbul pada hari kedua atau ketiga, tidak punya dasar patologis, kadarnya
tidak membahayakan, dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus
patologis adalah ikterus yang punya dasar patologis atau kadar bilirubinnya
mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Dasar patologis yang
dimaksud yaitu jenis bilirubin, saat timbul dan hilangnya ikterus, serta penyebabnya.
Ikterus dapat terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin di dalam darah. Pada
sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya.
Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan
dan pada 80% bayi kurang bulan. Di daerah Jakarta dilaporkan terdapat 32,19% yang
menderita ikterus. Ikterus ini sebagian besar mungkin bersifat patologik yang dapat
menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian, karenanya
setiap bayi dengan ikterus harus mendaptkan perhatian terutama apabila ikterus
ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin meningkat
lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam.
Neonatus yang mengalami ikterus dapat mengalami komplikasi akibat gejala sisa
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh sebab itu

1
perlu kiranya penanganan yang intensif untuk mencegah hal-hal yang berbahaya
bagi kehidupannya dikemudian hari. Perawat sebagai pemberi perawatan sekaligus
pendidik harus dapat memberikan pelayanan yang terbaik dengan berdasar pada
ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

1.2 Rumusan Masalah


1 Apakah yang dimaksud dengan Hiperbilirubin?
2 Apakah yang menjadi penyebab terjadinya Hiperbilirubin?
3 Bagaimana Patofisiologi terjadinya penyakit Hiperbilirubin?
4 Bagaimana perjalanan dari penyakit Hiperbilirubin ?
5 Bagaimana Manifestasi Klinis dari Hiperbilirubin?
6 Apa saja klasifikasi pada penyakit Hiperbilirubin?
7 Bagaimana Komplikasi yang terjadi pada penyakit Hiperbilirubin?
8 Apa saja pemeriksaan penunjang pada Penyakit Hiperbilirubin?
9 Bagaimana Penatalaksanaan pada penyakit Hiperbilirubin?
10 Bagaimana cara mencegah terjadinya penyakit Hiperbilirubin?
11 Bagaimana proses Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Hiperbilirubin?

1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui Pengertian dari Hiperbilirubin
2 Untuk mengetahui etiologi dari Hiperbilirubin
3 Untuk mengetahui Patofisiologi dari Hiperbilirubin
4 Untuk mengetahui perjalanan dari penyakit Hiperbilirubin
5 Untuk mengetahui Manifestasi Klinis dari Hiperbilirubin
6 Untuk mengetahui klasifikasi pada penyakit Hiperbilirubin
7 Untuk mengetahui Komplikasi dari penyakit Hiperbilirubin
8 Untuk mengetahui pemeriksaan Penunjang dari penyakit Hiperbilirubin
9 Untuk mengetahui Penatalaksanaan pada penyakit Hiperbilirubin
10 Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya penyakit Hiperbilirubin
11 Untuk mengetahui proses Asuhan Keperawatan dari penyakit Hiperbilirubin

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hiperbilirubin
Hiperbilirubin merupakan keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir
(BBLR). Yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada BBLR adalah meningginya
kadar hiperbilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga terjadi perubahan
warna menjadi kuning pada kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya
(Ngastiyah,2000) Nilai normal bilirubin indirek yaitu 0,3-1,1 mg/dl dan bilirubin direk
yaitu 0,1-0,4 mg/dl
Hiperbilirubin merupakan gejala fisiologis (terdapat pada 25-50% neonatus
cukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan). (IKA II, 2002)
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum.
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang melebihi
kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah
yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada
neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan
tubuh. (Adi Smith, G, 1998)
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia)
yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus.(Suzanne C.
Smeltzer, 2002)

2.2 Etiologi
1. Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
2. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati
3. Gangguan konjugasi bilirubin.
4. Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah
merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena
adanya perdarahan tertutup.
5. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.

3
6. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti :
infeksi toxoplasma. Siphilis.
7. Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor
8. Produksi yang berlebihan, dimana hal ini melebihi kemampuan bayi untuk
mengeluarkannya, misal pada hemolisis yang meningkat pada inkompabilitas
darah Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi enzim G6PD, privat kinase,
perdarahan tertutup dan sepsis

2.3 Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat beban bilirubin pada sel
hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan
kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein berkurang, atau
pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar
bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang
mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam
air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis
pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan
yang terjadi di otak disebut kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kadar
bilirubin indirek lebih dari 20mg/dl.
Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya
tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar
darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia, dan
hipoglikemia. (Markum, 1991)

4
2.4 Pathway

Hemoglobin

Hemo Globin

↓Fe,Co Biliverdin

Pemecahan bilirubin
Peningkatan destruksi berlebih, bilirubin yang
eritrosit (gangguan tidak berikatan dengan
konjugasi bilirubin / albumin meningkat
gangguan transport
bilirubin /
peningkatan siklus Suplai bilirubin melebihi
enteropetik) Hb dan kemampuan hepar
eritrosit abnormal
Hepar tidak mampu
melakukan konjugasi
Ikterus Neonatus Peningkatan bilirubin
unjongned dalam darah →
Pengeluaran meconium Sebagian masuk kembali
terlambat / obstruksi ke siklus emerohepatik
Ikterus pada
usus→Tinja berwarna
sclera leher dan pucat
badan
peningkatan
biklirubin indirect Sinar dengan intensitas tinggi Defisit Volume Cairan
> 12,5 mg/dl

Gangguan Suhu Hipertermi


Tubuh
Indikasi Fototerapi

Diare

Risiko Kerusakan
Integritas Kulit
5
2.5 Manifestasi Klinis
1. Kulit berwarna kuning sampe jingga
2. Pasien tampak lemah
3. Nafsu makan berkurang
4. Refleks hisap kurang
5. Urine pekat
6. Perut buncit
7. Pembesaran lien dan hati
8. Gangguan neurologik
9. Feses seperti dempul
10. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
11. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
a. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
b. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada
hari ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice
fisiologi.

2.6 Klasifikasi
1. Ikterus prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah
merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama
pada disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak
terkonjugasi.
2. Ikterus hepatic
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati
maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta
gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke dalam
doktus hepatikus karena terjadi retensi dan regurgitasi.
3. Ikterus kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan
bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya

6
adalah peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin dalam
urin, tetapi tidak didaptkan urobilirubin dalam tinja dan urin.
4. Ikterus neonatus fisiologi
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke-7.
penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin
5. Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena faktor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang
tinggi dan berat badan tidak bertambah.

2.7 Komplikasi
1. Bilirubin Encephalopathy (Komplikasi serius)
Ikterus neonatum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat
menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin. Hal ini terjadi akibat terkaitnya
asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal, batang
otak dan sebelum yang menyebabkan kematian sel. Pada bayi dengan sepsis,
hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak.
Dengan adanya ikterus, bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke
dalam cairan ekstraselular.
2. Retardasi mental - Kerusakan neurologis
3. Gangguan pendengaran dan penglihatan
4. Kematian.
5. Kernikterus
6. Asfiksia

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan bilirubin serum
a. Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4
hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
b. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara
5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak
fisiologis.

7
2. Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan
diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma
3. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra
hepatic.
4. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti
untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu
juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.
5. Peritoneoskopi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi
untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.
6. Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi
untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini

2.9 Penatalaksanaan.
1. Tindakan umum
Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, Mencegah truma
lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat
menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi. Pemberian makanan dini dengan
jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir.
Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
2. Tindakan khusus Fototerapi
Dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan berfungsi untuk
menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto.
3. Pemberian fenobarbital
Mempercepat konjugasi dan mempermudah ekskresi. Namun pemberian ini
tidak efektif karena dapat menyebabkan gangguan metabolic dan pernafasan
baik pada ibu dan bayi. Memberi substrat yang kurang untuk transportasi/
konjugasi misalnya pemberian albumin karena akan mempercepat keluarnya

8
bilirubin dari ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin lebih mudah
dikeluarkan dengan transfuse tukar. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan
fototerapi untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari sinar yang ditimbulkan
dan dikhawatirkan akan merusak retina. Terapi ini juga digunakan untuk
menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus dengan hiperbilirubin jinak
hingga moderat.
4. Terapi transfuse
Digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi.
5. Terapi obat-obatan
Misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan bilirubin di sel hati
yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga berguna untuk
mengurangi timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hari.

2.10 Pencegahan
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan:
1. Pengawasan antenatal yang baik
2. Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa
kehamilan dan kelahiran, contoh :sulfaforazol, novobiosin, oksitosin.
3. Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.
4. Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
5. Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir

9
2.11 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien dan keluarga
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat –
obat yang meningkatkan ikterus ex: salisilat sulkaturosic
oxitosin yang dapat mempercepat proses konjungasi sebelum
ibu partus.
b. Riwayat Persalinan
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan, dokter. Atau data
obyektif : lahir prematur/kurang bulan, riwayat trauma
persalinan, hipoksia dan asfiksia
c. Riwayat Post natal
Adanya kelainan darah, kadar bilirubin meningkat kulit
bayi tampak kuning.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak polisitemia,
gangguan saluran cerna dan hati (hepatitis)
e. Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan
peran orang tua
f. Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan ortu
terhadap bayi yang ikterus.
3. Pengkajian Kebutuhan Dasar manusia
a. Aktivitas / Istirahat
Letargi, malas.
b. Sirkulasi
Mungkin pucat menandakan anemia.
c. Eliminasi

10
Bising usus hipoaktif. Pasase mekonium mungkin lambat.
Feses mungkin lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran
bilirubin. Urin gelap pekat; hitam kecoklatan (sindrom bayi
bronze)
d. Makanan / Cairan
Riwayat perlambatan / makan oral buruk, mungkin lebih
disusui daripada menyusu botol. Pada umumnya bayi malas
minum (reflek menghisap dan menelan lemah sehingga BB
bayi mengalami penurunan). Palpasi abdomen dapat
menunjukkan pembesaran limfa, hepar
e. Neuro sensori
Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua
tulang parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran /
kelahiran ekstraksi vakum. Edema umum, hepatosplenomegali,
atau hidrops fetalis mungkin ada dengan inkompatibilitas Rh
berat. Kehilangan refleks Moro mungkin terlihat. Opistotonus
dengan kekakuan lengkung punggung, fontanel menonjol,
menangis lirih, aktivitas kejang (tahap krisis)
f. Pernafasan
Riwayat asfiksia
g. Keamanan
Riwayat positif infeksi / sepsis neonates. Dapat mengalami
ekimosis berlebihan, ptekie, perdarahan intracranial. Dapat
tampak ikterik pada awalnya pada daerah wajah dan berlanjut
pada bagian distal tubuh; kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi
Bronze) sebagai efek samping fototerapi.
h. Seksualitas
Mungkin praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi
dengan retardasi pertumbuhan intrauterus (LGA), seperti bayi
dengan ibu diabetes. Trauma kelahiran dapat terjadi berkenaan

11
dengan stress dingin, asfiksia, hipoksia, asidosis, hipoglikemia.
Terjadi lebih sering pada bayi pria dibandingkan perempuan.
i. Penyuluhan / Pembelajaran
Dapat mengalami hipotiroidisme congenital, atresia bilier,
fibrosis kistik. Faktor keluarga; missal riwayat
hiperbilirubinemia pada kehamilan sebelumnya, penyakit
hepar, fibrosis kristik, kesalahan metabolisme saat lahir
(galaktosemia), diskrasias darah (sferositosis, defisiensi
gukosa-6-fosfat dehidrogenase.
Faktor ibu, seperti diabetes; mencerna obat-obatan (missal,
salisilat, sulfonamide oral pada kehamilan akhir atau
nitrofurantoin (Furadantin); inkompatibilitas Rh/ABO; penyakit
infeksi (misal, rubella, sitomegalovirus, sifilis, toksoplamosis).
Faktor penunjang intrapartum, seperti persalinan praterm,
kelahiran dengan ekstrasi vakum, induksi oksitosin,
perlambatan pengkleman tali pusat, atau trauma kelahiran.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit b.d. efek dari phototerapi.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. phototerapi.
3. Resiko tinggi cedera b.d. meningkatnya kadar bilirubin toksik dan
komplikasi berkenaan phototerapi.
4. Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan
terpapar lingkungan panas.

12
C. INTERVENSI

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Pressure Management
integritas kulit keperawatan selam 2x24 - Anjurkan pasien
b.d. efek dari jam diharapkan integritas untuk menggunakan
phototerapi. kulit kembali baik / pakaian yang longgar
normal. - Hindari kerutan pada
Tissue Integrity: Skin and tempat tidur
Mucous Membranes - Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
Kriteria Hasil: kering
- Integritas kulit - Mobilisasi pasien
yang baik bisa setiap 2 jam sekali
dipertahankan - Monitor kulit akan
- Tidak ada luka / adanya kemerahan.
lesipada kulit - Oleskan lotion /
- Perfusi jaringan minyak / baby oil
baik padadaerah yang
- Menunjukkan tertekan
pemahaman dalam - Mandikan pasien
proses perbaikan dengan sabundan air
kulit dan mencegah hangat
terjadinya cedera
berulang
- Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
Indicator Skala:
- Tidak pernah
menunjukkan.
- Jarang
menunjukkan
- Kadang
menunjukkan
- Sering
menunjukkan
- Selalu
menunjukkan
2 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Monitor Cairan
kekurangan keperawatan selama 2x24 - Tentukan riwayat
volume cairan jam diharapkan tidak ada jumlah dan tipe
b.d. resiko kekurangan cairan intake

13
phototerapi. pada klien. cairandaneliminasi
- Tentukan
Kriteria Hasil: kemungkinan faktor
- TD dalam rentang resiko daari
yang diharapkan ketidakseimbanganca
- Tekanan arteri rata- iran (hipertermia,
rata dalam rentang terapidiuretik,
yang diharapkan kelainan renal, gagal
- Nadi perifer teraba jantung, diaporesis,
- Keseimbangan disfungsi hati)
intake dan output - Monitor berat badan
dalam 24 jam - Monitor serum
- Suara nafas danelektrolit urine
tambahan tidak ada - Monitor serum
- Berat badan stabil danosmolaritas urine
Indicator Skala: - Monitor BP, HR, RR
- Tidak pernah
menunjukkan.
- Jarang
menunjukkan
- Kadang
menunjukkan
- Sering
menunjukkan
Selalu menunjukkan
3 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Jatuh
cedera b.d. keperawtan selam 2x 24 - Kaji status
meningkatnya jam neurologis
kadar bilirubin diharapkan tidak ada - Jelaskan pada pasien
toksik dan resiko cidera. dan keluarga tentang
komplikasi Risk control tujuan dari metode
berkenaan pengamanan
phototerapi. Kriteria hasil: - Jaga keamanan
- Klien terbebas dari lingkungan
cidera keamanan pasien
- Klien mampu - Libatkan keluiarga
menjelaskan untuk mencegah
metode untuk bahaya jatuh
mencegah injuri/ - Observasi tingkat
cidera kesadaran dan TTV
- Klien mampu - Dampingi pasien
memodifikasi gaya
hidup untuk
mencegahinjuri.

Indicator Skala:

14
- Tidak pernah
menunjukkan.
- Jarang
menunjukkan
- Kadang
menunjukkan
- Sering
menunjukkan
- Selalu
menunjukkan
4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment
temperature keperawatan selama 2 x 24 - Monitor suhu
tubuh jam diharapkan suhu sesering mingkin
(Hipertermia) dalam rentang normal. - Monitor warna dan
berhubungan Termo regulation suhu kulit
dengan - Monitor tekanan
terpapar Kriteria hasil: darah, nadi, dan
lingkungan - Suhu tubuh dalam respirasi
panas rentang normal - Monitor intake dan
- Nadi dan respirasi output
dalam batas normal
- Tidak ada
perubahan warna
kulit

Indicator Skala:
- Tidak pernah
menunjukkan.
- Jarang
menunjukkan
- Kadang
menunjukkan
- Sering
menunjukkan
- Selalu
menunjukkan

15
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Berdasarkan terminilogi Nursing Outcome
Clacifikation (NIC), implementasi terdiri dari melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan
khhusus yang diperlukan untuk melakukan intervensi atau program
keperawatan (Kozier, 2010).
Implementasi yang diberikan untuk mengatasi masalah
keperawatan ikterik neonatus pada bayi hiperbilirubineia adalah
fototerapi, fototerapi diberikan jika kadar bilirubin dari suatu senyawa
tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang
mudah larut dalam air, dan dikeluarkan melalui urine, tinja, sehingga
kadar bilirubin menurun. Fototerapi dapat menimbulkan dekomposisi
bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang sulit larut dalam air
menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air dan cairan
empedu duodenum dan menyebabkan bertambahnya pengeluaran
cairan empedu kedalam usus sehingga peristaltic usus menngkat dan
bilirubin akan keluar dalam feses (Marmi , 2015).

E. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil
akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan (Asmadi, 2012).

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hiperbilirubin merupakan keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir
(BBLR). Yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada BBLR adalah meningginya
kadar hiperbilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga terjadi perubahan
warna menjadi kuning pada kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya
(Ngastiyah,2000) Nilai normal bilirubin indirek yaitu 0,3-1,1 mg/dl dan bilirubin direk
yaitu 0,1-0,4 mg/dl
Hiperbilirubin merupakan gejala fisiologis (terdapat pada 25-50% neonatus
cukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan). (IKA II, 2002)
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum.
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang
mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus
ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh. (Adi
Smith, G, 1998)
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia)
yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus.(Suzanne C.
Smeltzer, 2002)

17
DAFTAR PUSTAKA

Belakan, L., Ikt, I., & Pad, P. (n.d.). asuhan keperawatan pada bayi ba yi
hiperbilirubin , BBLR dan prematur.

Ola, A. B. (n.d.). KEPERAWATAN MATERNITAS “ A S U H A N K E P


RAWATAN NEONATUS HIPER ILIRUBIN .”

Doengoes, E Marlynn & Moerhouse, Mary Fraces, 2009. Rencana Perawatan


Maternal/bayi.EGC.Jakarta

Alimul, Hidayat A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba


medika.

Academia.edu (2019) Hiperbilirubim. Diakses pada 28 Oktober 2021 dari


https://www.academia.edu/Lp_Hiperbilirubin

18

Anda mungkin juga menyukai