Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK SEHAT SAKIT

“Asuhan Keperawatan Neonatus dengan Hiperbilirubin”

Disusun Oleh

Kelompok 4

Dosni Melania Simarmata ( 2202195 )

Fani Fadillah ( 2202197 )

Innayah Nursafitri ( 2202199 )

Retna Sari ( 2202216 )

Risa Solihati ( 2202215 )

Tricia Andeska Putri ( 2202211 )

Dosen Pembimbing:

Ns. Siti A.N, M.Kep

S1 KEPERAWATAN NR.18
STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah di berikan kepada
kami selaku makhluk ciptaan-Nya sehingga Asuhan Keperawatan Neonatus Hiperbilirubin ini
dapat saya selesaikan sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. Dan tak lupa kami kirimkan
shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai sang pembawa kebenaran dimuka
bumi ini serta para sahabat-sahabatnya. Dan tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada
ibu dosen telah membimbing saya dalam menyelesaikan makalah ini serta teman-teman yang
turut berpartisipasi. Namun kami menyadari bahwa ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan laporan
ini. Dan semoga bermanfaat bagi kita semua dan mendapat pahala di sisi Allah SWT. Amin.

Padang, 28 Februari 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 4


B. Tujuan .............................................................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................................................... 5

A. Pengertian ........................................................................................................................................ 5
B. Klasifikasi ........................................................................................................................................ 5
C. Etiologi ............................................................................................................................................ 6
D. Manifestasi Klinis .......................................................................................................................... 6
E. Patofosiologi ................................................................................................................................... 7
F. WOC ................................................................................................................................................ 8
I. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................................... 10
J. Komplikasi .................................................................................................................................... 10
K. Penatalaksanaan ............................................................................................................................ 10
L. Pencegahan .................................................................................................................................... 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................................... 12

A. Pengkajian ..................................................................................................................................... 12
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................................ 24
C. Intervensi Keperawatan ............................................................................................................... 24
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................... 26

A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 26
B. Saran............................................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 27

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu keadaan yang menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi baru lahir
adalah terjadinya hiperbillirubinemia yang merupakan salah satu kegawatan pada bayi
baru lahir karena dapat menjadi penyebab gangguan tumbuh kembang bayi. Kelainan ini
tidak termasuk kelompok penyakit saluran pencernaan makanan, namun karena kasusnya
banyak dijumpai maka harus dikemukakan.

Kasus ikterus ditemukan pada ruang neonatus sekitar 60% bayi aterm dan pada 80 % bayi
prematur selama minggu pertama kehidupan. Ikterus tersebut timbul akibat penimbunan
pigmen bilirubin tak terkonjugasi dalam kulit. Bilirubin tak terkonjugasi tersebut bersifat
neurotoksik bagi bayi pada tingkat tertentu dan pada berbagai keadaan.

Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologis atau patologis.
Ikterus fisiologis terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada
neonatus kurang bulan sebesar 80%. Ikterus tersebut timbul pada hari kedua atau ketiga,
tidak punya dasar patologis, kadarnya tidak membahayakan, dan tidak menyebabkan
suatu morbiditas pada bayi. Ikterus patologis adalah ikterus yang punya dasar patologis
atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Dasar
patologis yang dimaksud yaitu jenis bilirubin, saat timbul dan hilangnya ikterus, serta
penyebabnya.

Neonatus yang mengalami ikterus dapat mengalami komplikasi akibat gejala sisa yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh sebab itu perlu kiranya
penanganan yang intensif untuk mencegah hal-hal yang berbahaya bagi kehidupannya
dikemudian hari. Perawat sebagai pemberi perawatan sekaligus pendidik harus dapat
memberikan pelayanan yang terbaik dengan berdasar pada ilmu pengetahuan yang
dimilikinya

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tinjauan teori dari
neonatus hiperbilirubin dan asuhan keperawatan dari mola hedatidosa

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah melebihi batas atas
nilai normal bilirubin serum.

Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan
sehingga menimbulkan joundice pada neonatus.

Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang
mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai
joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh.

Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang


disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus.

B. Klasifikasi
1. Ikterus Prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah merah.
Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama pada disfungsi hati
sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi
2. Ikterus Hepatik
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati maka
terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta gangguan akibat
konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke dalam doktus hepatikus karena
terjadi retensi dan regurgitasi
3. Ikterus Kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan bilirubin
terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya adalah peningkatan
bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin dalam urin, tetapi tidak didaptkan
urobilirubin dalam tinja dan urin.
4. Ikterus Neonatus Fisiologi

5
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke-7.
penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin
5. Ikterus Neonatus Patologis
Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang tinggi dan
berat badan tidak bertambah

C. Etiologi
1. Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
2. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati
3. Gangguan konjugasi bilirubin.
4. Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah. Disebut
juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena adanya perdarahan tertutup.
5. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
6. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang
dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti : infeksi toxoplasma.
Siphilis.

D. Manifestasi Klinis
1. Kulit berwarna kuning sampe jingga
2. Pasien tampak lemah
3. Nafsu makan berkurang
4. Refleks hisap kurang
5. Urine pekat
6. Perut buncit
7. Pembesaran lien dan hati
8. Gangguan neurologik
9. Feses seperti dempul
10. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
11. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
a. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.

6
b. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-4
dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.

E. Patofosiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang
sering ditemukan adalah apabila terdapat beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan.
Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.

Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin
tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein berkurang, atau pada bayi hipoksia,
asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.

Pada derajat tertentu bilirubin akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas
terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah
larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila
bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi di otak disebut
kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kadar bilirubin indirek lebih dari 20mg/dl.

Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung
pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi
terdapat keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia, dan hipoglikemia. (Markum, 1991)

7
F. WOC

Metabolisme bilirubin neonatus Hiperbilirubin adalah tingginya kadar


bilirubin terakumulasi dalam darah
ditandai icterus atau jaudice
Pemecahan sel darah merah

Heme Globin (protein) Peningkatan aktifitas β


glukoronidase, Puasa,
Incomptabilitias pengeluaran meconium yang Hipoksia, hipotermia,
Dibentuk kembali darah terlambat hipoglikemia, sepsis
DioksidasiG.oleh enzim hem oksigenase
oleh tubuh fetomaternal
(Rh, ABO)
Biliveridin Perubahan fungsi dan
perfusi hati ( konjugasi
↑Produksi bilirubin ↑ Sirkulasi
bilirubin oleh hati)
Proses degradasi biliveridin dalam darah enterohepatik

Bilirubin inderek (bilirubin tidak


terkonjugasi)
Bilirubin indirek
meningkat
Bilirubin indirek akan
Bilirubin indirek tidak larut diabsorpsi kembali oleh darah
dalam air terikat albumin Mudah melewati sawar darah
dan diangkat kembali ke hati
dalam sirkulasi darah Hiperbilirubinemia otak
terikat oleh albumin ke hati
(sirkulasi enterhepatik)
Kernikterus MK : risiko
Diangkut dan Ikteus/Jaudice infeksi
dimetabolisme di hati

8
H.
Bilirubin itirek Sebagian kecil Tanning, rashes, burns, Fototerapi Ensolophati bilirubin
bilirubin direk bronzen baby syndrome
didekonjugasi oleh
Dieksekresikan oleh enzim β gluconidase
Hati disimpan dalam MK : Ikterik Peningkatan suhu Risiko Kurang nafsu
kantong empedu Neonatus lingungan dan tubuh peningkatan IWL makan
menjadi empedu

MK : Hipertermi MK : Resiko
Pemberian makan ketidakseimbangan cairan
merangsang pengeluaran
empedu ke duodenum

Infeksi Asidosis metabolik Rendah


intrakranial albumin
Diusus, bilirubin direk serum
dipecahkan

Letargi, Curah jantung


kejang, MK : Defisit
Stekorbilin Urobilinogen
iritabilitas Nutrisi
Perfusi ke organ
Dikeluarkan melalui tinja Dikeluarkan melalui urin vital

Vasokontriksi
Daftar Pustaka : Ginjal : GFR
Hatfield & Nancye, T. (2008). Pediatric nursing (7thed). Lippincott : Williams & Wilkins
Marcdante, K.J., Kliegman, R,M., Jenson, H.B & Behrman, R.E, (2014). Ilmu Kesehatan Anak
Esensial, Philadelphia:Sauders Company. Oliguria
Wong, D.I., & Marilyn, H.E, (2009) Keperawatan pediatric, Vol.1. (Agus Sutarna & Neti Juniarti,
Penerjemah). Jakarta :EGC
Potts, N.L., & Mandleco, B.L., (2012). Pediatric nursing care for children and their families,
Amerika : Delmar. Sumber: Oktiawati, A. dan Julianti, E. (2019).
Corwin, E.J. (2008). Handbook of pathophysiology (3th Ed). Lippincott: Williams & Wilkins
Kosim, M.S., Yunanto, A., Dewi, R, Sarosa, G.I., & Usman, A. (2014), Buku ajar neonatologi. IDAI:
Jakarta

9
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Bilirium Serum
a. Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari setelah
lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
b. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7 hari
setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis.
2. Pemeriksaan Radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma kanan
pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
3. Ultrasonografy
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra hepatic
4. Peritoneoskopy
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk
perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini
5. Biopsi Hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti untuk
membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga untuk
memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.
6. Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk
perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini

J. Komplikasi
1. Retardasi mental - Kerusakan neurologis
2. Gangguan pendengaran dan penglihatan
3. Kematian.
4. Kernikterus.

K. Penatalaksanaan
1. Tindakan Umum
Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil Mencegah truma lahir,
pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat menimbulkan ikhterus,

10
infeksi dan dehidrasi. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang
sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir. Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi
dirawat.
2. Tindakan Khusus Fototerapi
Dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan berfungsi untuk
menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto.
3. Pemberian Fenobarbital
Mempercepat konjugasi dan mempermudah ekskresi. Namun pemberian ini tidak efektif
karena dapat menyebabkan gangguan metabolic dan pernafasan baik pada ibu dan bayi.
Memberi substrat yang kurang untuk transportasi/ konjugasi misalnya pemberian albumin
karena akan mempercepat keluarnya bilirubin dari ekstravaskuler ke vaskuler sehingga
bilirubin lebih mudah dikeluarkan dengan transfuse tukar. Melakukan dekomposisi
bilirubin dengan fototerapi untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari sinar yang
ditimbulkan dan dikhawatirkan akan merusak retina. Terapi ini juga digunakan untuk
menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus dengan hiperbilirubin jinak hingga
moderat.
4. Terapi Transfuse
Digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi.
5. Terapi Obat-obatan
misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan bilirubin di sel hati yang
menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga berguna untuk mengurangi
timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati

L. Pencegahan
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :

1. Pengawasan antenatal yang baik


2. Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa kehamilan dan
kelahiran, contoh :sulfaforazol, novobiosin, oksitosin.
3. Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.
4. Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
5. Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Identitas pasien berupa: nama, tanggal lahir, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan,
alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, suku bangsa.
Identitas orang tua berupa: nama ayah dan ibu, usia ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu,
pekerjaan/sumber penghasilan ayah dan ibu, agama ayah dan ibu, alamat ayah dan ibu.
Identitas saudara kandung berupa: nama saudara kandung, usia saudara kandung,
hubungan dan status kesehatan saudara kandung.
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada tenaga
professional.
3. Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui lebih detail hal yang berhubungan dengan keluhan utama.

a. Munculnya keluhan
Tanggal munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan (gradual/tiba-tiba), presipitasi/
predisposisi (perubahan emosional, kelelahan, kehamilan, lingkungan, toksin/allergen,
infeksi).

b. Karakteristik
Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai dan radiasi, timing (terus
menerus/intermiten, durasi setiap kalinya), hal-hal yang
meningkatkan/menghilangkan/mengurangi keluhan, gejala-gejala lain yang
berhubungan.
c. Masalah sejak muncul keluhan
Perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak berubah.

4. Riwayat masa lampau


a. Prenatal

12
Keluhan saat hamil, tempat ANC, kebutuhan nutrisi saat hamil, usia kehamilan
(preterm, aterm, post term), kesehatan saat hamil dan obat yang diminum.
b. Natal
Tindakan persalinan (normal atau Caesar), tempat bersalin, penolong persalinan,
komplikasi yang dialami ibu pada saat melahirkan, obat-obatan yang digunakan.
c. Post natal
Kondisi kesehatan, apgar score, Berat badan lahir, Panjang badan lahir, anomaly
kongenital.
d. Penyakit waktu kecil
e. Pernah dirawat di rumah sakit
Penyakit yang diderita, respon emosional
f. Obat-obat yang digunakan (pernah/sedang digunakan)
Nama obat dan dosis, schedule, durasi, alasan penggunaan obat.
g. Allergi
Reaksi yang tidak biasa terhadap makanan, binatang, obat, tanaman, produk rumah
tangga.
h. Imunisasi
Jenis imunisasi seperti: BCG, DPT (I,II,III), Polio (I,II,III,IV), Campak, Hepatitis.
Waktu pemberian, frekuensi, reaksi setelah pemberian, dan frekuensinya.
5. Riwayat keluarga
Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga (baik berhubungan / tidak
berhubungan dengan penyakit yang diderita klien), gambar genogram dengan ketentuan
yang berlaku (symbol dan 3 generasi).
6. Riwayat sosial
a. Yang mengasuh anak dan alasannya
b. Pembawaan anak secara umum (periang, pemalu, pendiam, dan kebiasaan menghisap
jari, membawa gombal, ngompol)
c. Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman, keselamatan anak, ventilasi, letak
barang-barang)
7. Keadaan kesehatan saat ini

13
Diagnosis medis, tindakan operasi, obat-obatan, tindakan keperawatan, hasil laboratorium,
data tambahan.

8. Pengkajian pola fungsi Gordon


a. Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Status kesehatan sejak lahir, pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi, penyakit
yang menyebabkan anak absen dari sekolah, praktek pencegahan kecelakaan (pakaian,
menukar popok,dll), kebiasaan merokok orang tua, keamanan tempat bermain anak dari
kendaraan, praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga, menyimpan obat-
obatan,ddl).
b. Nutrisi metabolik
Pemberian ASI / PASI, jumlah minum, kekuatan menghisap, makanan yang disukai /
tidak disukai, makanan dan minuman selama 24 jam, adakah makanan
tambahan/vitamin, kebiasaan makan, BB lahir dan BB saat ini, masalah dikulit:rash,
lesi,dll.
c. Pola eliminasi
Pola defekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah/tidak), mengganti pakaian dalam / diapers
(bayi), pola eliminasi urin (frekuensi ganti popok basah/hari, kekuatan keluarnya urin,
bau, warna).

Rumus Balance Cairan

Balance cairan menunjukkan keseimbangan antara intake serta output cairan, khususnya
untuk pasien yang membutuhkan pengawasan terhadap kelebihan atau kekurangan
cairan. Contohnya, pasien kelebihan volume cairan : CKD, perdarahan (hemoragik),
pasien kekurangan volume cairan : pasien diare. Tanda positif menunjukkan bahwa
cairan masuk (input) lebih banyak jika dibandingkan dengan cairan yang keluar (output)

Mengenai cara menghitung balance cairan, perlu anda ketahui terlebih dahulu bahwa
balance cairan (BC) ialah intake cairan atau cairan masuk (CM) yang dikurangi dengan
output atau cairan keluar (CK).

Balance Cairan = Cairan Masuk – Cairan Keluar

14
Beberapa faktor yang mempengaruhi balance cairan diantaranya yaitu umur, iklim, diet,
stress, kondisi sakit, tindakan medis, dan pengobatan. Gangguan balance cairan
menyebabkan dehidrasi dan juga syok hipovolemik.

Cairan Masuk

Cairan masuk ini terdiri dari 2 komponen, yakni cairan masuk yang bisa dilihat dan juga
cairan masuk yang tidak bisa dilihat. Jenis cairan masuk yang bisa dilihat diantaranya
yaitu oral (minuman dan makanan), enteral (NGT, obat oral), parenteral (IV line atau
infus 20 tetes per menit, sebanyak 500 cc habis dalam 8 jam 10 menit), dan injeksi
(cefotaxime dengan pelarut aquabides 5 cc, Farmadol 100 cc).

Lain halnya untuk cairan masuk yang tidak bisa dilihat, dimana meliputi air metabolisme.
Dijelaskan oleh Iwasa M, Kogoshi S pada Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari PT.
Otsuka Indonesia yakni:

a) usia balita (1-3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari


b) usia 5-7 tahun : 8-8,5 cc/kgBB/hari
c) umur 7-11 tahun : 6-7 cc/kgBB/hari
d) usia 12-14 tahun : 5-6 cc/kgBB/hari

Dengan begitu, total intake cairan (cairan masuk) ialah penjumlahan dari cairan masuk
yang bisa dilihat dan yang tidak bisa dilihat.

CM = oral + enteral + parenteral + air metabolisme

Cairan Keluar

Jenis cairan keluar yang bisa dilihat meliputi BAB : feses ± 100 ml/hari, muntah, drain,
NGT (residu, gastric cooling), urin ( > 0,5-1 ml/kgBB/jam). Perkiraan produksi urin
neonatus sebanyak 10-90 ml/kgBB/hari, bayi sebanyak 80-90 ml/kgBB/hari, anak
sebanyak 50 ml/kgBB/hari, remaja sebanyak 40 ml/kgBB/hari, dan dewasa sebanyak 30
ml/kgBB/hari.

15
Sementara untuk jenis cairan keluar yang tidak bisa dilihat meliputi kehilangan cairan
normal IWL (paru ± 400 ml/hari dan kulit ± 600 ml/hari) dan juga standar kehilangan
IWL. IWL (insensible water loss) adalah jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan
sulit dihitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafas. Untuk standar kehilangan IWL ini
meliputi neonatus sebanyak 30 ml/kgBB/hari, bayi sebanyak 50-60 ml/kgBB/hari, anak
(1-13 th) sebanyak (40 ml-umur) dikali BB/hari, remaja sebanyak 20 ml/kgBB/hari, dan
dewasa sebanyak 10 ml/kgBB/hari untuk pasien bedrest, 15 ml/kgBB/hari untuk pasien
aktif dalam aktivitas.

Rumus IWL Dewasa

IWL = (15 x BB )/24 jam

Rumus IWL untuk anak-anak

(30 – Usia anak dalam tahun) x kgBB/24 jam

Rumus IWL, Jika ada kenaikan suhu

Nilai IWL normal + 200 (suhu badan sekarang-36,8ºC)

Rumus balance cairan untuk total cairan keluar

BAB + urin + NGT + muntah + drain + IWL (Insensible Water Loss).

d. Aktivitas dan pola latihan


Rutinitas mandi (kapan, bagaimana, dimana, sabun yang digunakan), kebersihan sehari-
hari, aktivitas sehari-hari (jenis permainan, lama, teman bermain, penampilan anak saat
bermain, dll), tingkat aktivitas anak/bayi secara umum, tolerans, persepsi terhadap
kekuatan, kemampuan kemandirian anak (mandi, makan, toileting, berpakaian, dll.)

e. Pola istirahat tidur


Pola istirahat/tidur anak (jumlahnya), perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nokturia,
posisi tidur anak, gerakan tubuh anak.

f. Pola kognitif-persepsi

16
Responsive secara umum anak, respons anak untuk bicara, suara, objek sentuhan,
apakah anak mengikuti objek dengan matanya, respon untuk meraih mainan, vocal
suara, pola bicara kata-kata, kalimat, menggunakan stimulasi/tidak, kemampuan untuk
mengatakan nama, waktu, alamat, nomor telepon, kemampuan anak untuk
mengidentifikasi kebutuhan; lapar, haus, nyeri, tidak nyaman.

g. Persepsi diri – pola konsep diri


Status mood bayi / anak (irritabilitas), pemahaman anak terhadap identitas diri,
kompetensi, banyak/tidaknya teman.

h. Pola peran – hubungan


Struktur keluarga, masalah/stressor keluarga, interaksi antara anggota keluarga dan
anak, respon anak/bayi terhadap perpisahan, ketergantungan anak dengan orang tua.
i. Sexualitas
Perasaan sebagai laki-laki / perempuan (gender), pertanyaan sekitar sexuality
bagaimana respon orang tua.
j. Koping – pola toleransi stress
Apa yang menyebabkan stress pada anak, tingkat stress, toleransi stress, pola
penanganan masalah, keyakinan agama.
k. Nilai – pola keyakinan
Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen, keyakinan akan kesehatan,
keyakinan agama.
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran, postur tubuh, fatigue
b. Tanda – tanda vital
Tekanan darah. Nadi, respirasi, suhu
c. Ukuran anthropometric
Berat badan, panjang badan, lingkar kepala
d. Mata
Konjungtiva, sclera, kelainan mata
e. Hidung

17
Kebersihan, kelainan

f. Mulut
Kebersihan, bau, mukosa mulut, stomatitis
g. Telinga
Fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan
h. Dada
Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (jantung, paru-paru)
i. Abdomen
Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
j. Punggung
Ada/tidak kelainan
k. Genetalia
Kebersihan, terpasang kateter/tidak, kelainan
l. Ekstremitas
Odema, infuse/transfuse, kontraktor, kelainan.
m. Kulit
Kebersihan kulit, turgor kulit, lesi, kelainan.
10. Pemeriksaan tumbuh kembang
1) Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
kejadian-kejadian penting; usia anak saat pertama kali mengangkat kepala, berguling,
duduk sendiri, berdiri, berjalan, berbicara/kata-kata bermakna atau kalimat, gangguan
mental perilaku.
2) Pelaksanaan pemeriksaan pertumbuhan
a. Pengukuran Berat badan
b. Pengukuran Tinggi badan
c. Pengukuran lingkar lengan atas
d. Pengukuran lingkar kepala
e. Kecepatan tumbuh
3) Pelaksanaan DDST

18
Berdasarkan hasil pengkajian melalui DDST (Denver Development Screening Test)
untuk umur 0 – 6 tahun perkembangan anak di atur dalam 4 kelompok besar yang
disebut sektor perkembangan yang meliputi:
a. Kemandirian dan bergaul
Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan orang lain seperti:
1. Menatap muka
2. Membalas senyum pemeriksa
3. Tersenyum spontan
4. Mengamati tangannya
5. Berusaha menggapai mainan
6. Makan sendiri
7. Tepuk tangan
8. Menyatakan keinginan
9. Daag-daag dengan tangan
10. Main bola dengan pemeriksa
11. Menirukan kegiatan
12. Minum dengan cangkir
13. Membantu di rumah
14. Menggunakan sendok dan garpu
15. Membuka pakaian
16. Menyuapi boneka
17. Memakai baju
18. Gosok gigi dengan bantuan
19. Cuci dan mengeringkan tangan
20. Menyebut nama teman
21. Memakai T-shirt
22. Berpakaian tanpa bantuan
23. Bermain ular tangga / kartu
24. Gosok gigi tanpa bantuan
25. Mengambil makan
b. Motorik halus

19
Kemampuan anak untuk menggunakan bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh
otot halus sehingga tidak perlu tenaga, namun perlu koordinasi yang lebih
kompleks seperti:
1. Mengikuti ke garis tengah
2. Mengikuti lewat garis tengah
3. Memegang icik-icik
4. Mengikuti 1800
5. Mengamati manik-manik
6. Tangan bersentuhan
7. Meraih
8. Mencari benang
9. Menggaruk manik-manik
10. Memindahkan kubus
11. Mengambil dua buah kubus
12. Memegang dengan ibu jari dan jari
13. Membenturkan 2 kubus
14. Menaruh kubus di cangkir
15. Mencoret-coret
16. Ambil manik-manik ditunjukkan
17. Menara dari 2 kubus
18. Menara dari 4 kubus
19. Menara dari 6 kubus
20. Meniru garis vertikal
21. Menara dari kubus
22. Menggoyangkan dari ibu jari
23. Mencontoh O
24. Menggambar dengan 3 bagian
25. Mencontoh (titik)
26. Memilih garis yang lebih panjang
27. Mencontoh O yang ditunjukkan
28. Menggambar orang 6 bagian

20
29. Mencontoh O
c. Kognitif dan bahasa
Kemampuan mengungkapkan perasaan, keinginan, dan pendapat melalui
pengucapan kata-kata, kemampuan mengerti dan memahami perkataan orang lain
serta berfikir seperti:
1. Bereaksi
2. Bersuara
3. Oooo ? Aaaah
4. Tertawa
5. Berteriak
6. Menoleh ke bunyi icik-icik
7. Menoleh ke arah suara
8. Satu silabel
9. Meniru bunyi kata-kata
10. Papa/mama tidak spesifik
11. Kombinasi silabel
12. Mengoceh
13. Papa/mama spesifik
14. 1 kata
15. 2 kata
16. 3 kata
17. 6 kata
18. Menunjuk 2 gambar
19. Kombinasi kata
20. menyebut 1 gambar
21. Menyebut bagian badan
22. Menunjuk 4 gambar
23. Bicara dengan dimengerti
24. Menyebut 4 gambar
25. Mengetahui 2 kegiatan
26. Mengerti 2 kata sifat

21
27. Menyebut satu warna
28. Kegunaan 2 benda
29. Mengetahui
30. Bicara semua dimengerti
31. Mengerti 4 kata depan
32. Menyebut 4 warna
33. Mengartikan 6 kata
34. Mengetahui 3 kata sifat
35. Menghitung 6 kubus
36. Berlawanan 2
37. Mengartikan 7 kata.
d. Motorik kasar
Kemampuan anak untuk menggunakan dan melibatkan sebagian besar bagian tubuh
dan biasanya memerlukan tenaga seperti:
1. Gerakan seimbang.
2. Mengangkat kepala.
3. Kepala terangkat ke atas.
4. Duduk kepala tegak.
5. Menumpu badan pada kaki.
6. Dada terangkat menumpu satu lengan.
7. Membalik.
8. Bangkit kepala tegak.
9. Duduk tanpa pegangan.
10. Berdiri tanpa pegangan.
11. Bangkit waktu berdiri.
12. Bangkit terus duduk.
13. Berdiri 2 detik.
14. Berdiri sendiri.
15. Membungkuk kemudian berdiri.
16. Berjalan dengan baik.
17. Berjalan dengan mundur.

22
18. Lari.
19. Berjalan naik tangga.
20. Menendang bola ke depan.
21. Melompat.
22. Melempar bola, lengan ke atas.
23. Loncat.
24. Berdiri satu kaki 1 detik.
25. Berdiri satu kaki 2 detik.
26. Melompat dengan satu kaki.
27. Berdiri satu kaki 3 detik.
28. Berdiri satu kaki 4 detik.
29. Berjalan tumit ke jari kaki.
30. Berdiri satu kaki 6 detik.

Jika usia> 6 tahun tanyakan tumbuh kembang secara umur sebagai berikut:
a. Berat badan lahir, 1 tahun, dan saat ini
b. Pertumbuhan gigi, usia gigi tumbuh, jumlah gigi, masalah dengan pertumbuhan
gigi
c. Usia saat mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata pertama
d. Perkembangan sekolah, lancer, masalah disekolah
e. Interaksi dengan publik dan orang dewasa
f. Partisipasi dengan kegiatan organisasi (kesenian, olahraga,dsb)
4) Reaksi Hospitalisasi
a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Seperti: alasan ibu membawa anak ke rumah sakit, apakah dokter menceritakan
tentang kondisi anak, perasaan orang tua saat ini, apakah orang tua selalu
berkunjung ke rumah sakit, yang akan selalu tinggal dan mendampingi anak.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

23
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan terpapar lingkungan panas ditandai dengan akibat fototerapi
2. Ikterik Neonatus berhubungan dengan penurunan berat badan abnormal
3. Resiko Infeksi

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan termogulasi a. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
neonatus membaik dengan Dehidrasi,terpapar lingkungan panas,
criteria hasil: penggunaan incubator)
a. Menggigil menurun b. Monitor suhu tubuh
b. Akrosianosis meningkat c. Monitor kadar elektrolit
c. Konsumsi oksigen d. Monitor haluaran urine
meningkat e. Monitor komplikasi akibat hipertermia
d. Kutis memorata meningkat Terapeutik
e. Dasar kuku sianotik a. Sediakan lingkungan yang dingin
meningkat b. Longgarkan atau lepaskan pakaian
f. Suhu tubuh membaik c. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
g. Suhu kulit meningkat d. Berikan cairan oral
h. Frekuensi nadi meningkat e. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
i. Kadar glukosa darah mengalami hiperhidrosis
meningkat f. Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut
j. Pengisian kapiler hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
meningkat leher, dada, abdomen, aksila)
k. Piloereksi meningkat g. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
l. Ventilasi meningkat h. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2. Ikterik Setelah dilakukan tindakan Fototerapi neonatus
neonatus keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, diharapkan integritas a. Monitor ikterik pada sclera dan kulit bayi
kulit dan jaringan membaik b. Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan
dengan criteria hasil: usia gestasi dan berat badan
a. Elastisitas meningkat c. Monitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam
b. Hidrasi meningkat d. Monitor efek samping fototerapi (mis.
c. Perfusi jaringan meningkat Hipertermi, diare, rush pada kulit, penurunan
d. Kerusakan jaringan berat badan lebih dari 8-10%)
menurun Terapeutik
e. Kerusakan lapisan kulit a. Siapkan lampu fototerapi dan incubator atau
menurun kotak bayi
f. Nyeri menurun b. Lepaskan pakaian bayi kecuali popok

24
g. Perdarahan menurun c. Berikan penutip mata
h. Kemerahan menurun d. Ukur jarak antara lampu dan permukaan kulit
i. Hematoma menurun bayi (30 cm adatu tergantung spesifikasi
j. Pigmentasi abnormal lampu fototerapi)
menurun e. Berikan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi
k. Jaringan parut menurun secara berkelanjutan
l. Nekrosis menurun f. Ganti segera alas dan popok bayi jika
m. Abrasi kornea menurun BAB/BAK
n. Suhu kulit meningkat g. Gunakan linen berwarna putih agar
o. Sensasi membaik memantulkan cahaya sebanyak mungkin
p. Tekstur membaik Edukasi
q. Pertumbuhan rambut a. Anjurkan ibu menyusui sekitar 20-30 mneit
meningkat b. Anjurkan ibu menyusui sesering mungkin
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian darah vena bilirubin
direk dan indirek
3. Resiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
infeksi keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan tingkat infeksi a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
menurun dengan criteria hasil: sistemik
a. Kebersihan tangan Terapeutik
meningkat a. Batasi jumlah pengunjung
b. Kebersihan badan b. Berikan perawatan kulit pada area edema
meningkat c. Berikan perawatan dan sesudah kontak
c. Nafsu makan meningkat dengan pasien dan lingkungan pasien
d. Demam menurun d. Pertahankan teknik aseptic pada pasien
e. Kemerahan menurun beresiko tinggi
f. Nyeri menurun Edukasi
g. Bengkak menurun a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
h. Vesikel menurun b. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
i. Cairan berbau busuk c. Ajarkan etika batuk
menurun d. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
j. Sputum berwarna hijau luka operasi
menurun e. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
k. Letargi menurun f. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
l. Gangguan kognitif Kolaborasi
menurun a. Kolaborasi pemberian imunisasi,jika perlu
m. Kadar sel darah putih
membaik
n. Kultur darah membaik
o. Kultur urine membaik
p. Kultur area luka membaik
q. Kultur feses membaik

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir, yang dimaksud
dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah meningginya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskuler sehingga terjadi perubahaan warna menjadi kuning pada kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya. (Ngastiyah, 2000) Nilai normal: bilirubin
indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.

B. Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan (keperawatan ) harus meningkatkan kualitas pelayanan pada
maternal maupun neonatal sehingga dapat mengurangi insiden terjadinya hiperbilirubin.

26
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, N.A.T. 2016. Patologi Dan Patofisiologi Kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika


Imron, R. & Metti, D. 2017. Hiperbilirubin Pada Bayi, (Online),
(https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+penelit
ian+hiperbilirubin+bayi&oq=, diakses 27 januari 2020)
Jitowiyono, S. dan Kristiyanasari, W. 2017. Asuhan Keperawatan Neonatus Dan Anak.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Mulyati, Iswati, N. & Wirastri, U. 2019. Analisis Asuhan KeperawatanPada Pasien Neonatus
Dengan Hiperbilirubinemia, (Online),
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/1278/1/MULYATI%20NIM.%20A31801239.pdf,
diakses 27 januari 2020)
Oktiawati, A. dan Julianti, E. 2019. Buku Ajar Konsep Dan Aplikasi Keperawatan Anak. Jakarta:
Cv Trans Info Media.
Rukiyah, A.Y dan Yulianti, L. 2019. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Dan Anak Pra Sekolah.
Jakarta: Cv Trans Info Media.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan
Faktor Risiko. 1st ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan
Tindakan Keperawatan. 1st ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia DPP PPNI : Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan. 1st ed.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

27

Anda mungkin juga menyukai