Dosen Pembimbing:
Disusun oleh:
1. Alean Mey Sonia Rahayu 10221004
2. Alissa Noviani 10221005
3. Fitri Ramadhani 10221037
4. Hendra Adi Prasetyo 10221038
5. Intan Nur Rohma 10221043
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala kelimpahan Rahmat,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat diperguakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca. Harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah sehingga kedepanya dapat lebih baik lagi.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yanag kami miliki
sangat kurang.Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kelompok II
DAFTAR ISI
HAL
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Tujuan penulisan 2
A. Pengertian 3
B. Klasifikasi 3
C. Etiologi 5
D. Manifestasi klinis 5
E. Patofisiologi 6
F. Pemeriksaan penunjang 7
G. komplikasi 9
H. Penatalaksanaan 9
I. Pencegahan 11
A. Pengkajian 13
B. Diagnosa keperawatan 13
C. Intervensi keperawatan 14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 21
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
salah satu kegawatan pada bayi baru lahir karena dapat menjadi penyebab
neurotoksik bagi bayi pada tingkat tertentu dan pada berbagai keadaan.
Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologis atau
dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan sebesar 80%. Ikterus
tersebut timbul pada hari kedua atau ketiga, tidak punya dasar patologis,
pada bayi. Ikterus patologis adalah ikterus yang punya dasar patologis
B. Tujuan penulisan
mola hedatidosa.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek
menimbulkan ikterus.
efek pathologis.
B. KLASIFIKASI
1. Ikterus prehepatik
3. Ikterus kolestatik
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada
memproses bilirubin
C. ETIOLOGI
tertentu.
atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah
D. MANIFESTASI KLINIS
5. Urine pekat
6. Perut buncit
8. Gangguan neurologik
hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk
atau infeksi.
E. PATOFISIOLOGI
bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar
protein berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi di otak
akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
antara 2-4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl
tidak fisiologis.
mg/dl antara 5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari
atau hepatoma
3. Ultrasonografi
5. Peritoneoskopi
6. Laparatomi
G. KOMPLIKASI
3. Kematian.
4. Kernikterus
H. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan umum
Mencegah truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru
3. Pemberian fenobarbital
4. Terapi transfuse
I. PENCEGAHAN
oksitosin.
7. Pencegahan infeksi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
2. Pemeriksaan Fisik:
3. Pengkajian Psikososial:
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang
Greenberg. 1988)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
pada bayi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
. Keperawatan
3.Catat jumlah
intake dan output,
frekuensi dan
konsistensi feses
Rasional:
mengetahui
kecukupan intake.
4.Pantau turgor
kulit, tanda- tanda
vital ( suhu, HR )
setiap 4 jam
Rasional: turgor
menurun, suhu
meningkat HR
meningkat adalah
tanda-tanda
dehidrasi.
5.Timbang BB
setiap hari
Rasional:
mengetahui
kecukupan cairan
dan nutrisi.
2. Risiko/hipertermi Setelah diberikan tindakan 1. Observasi suhu
berhubungan dengan perawatan selama 3x24 jam tubuh ( aksilla )
efek fototerapi diharapkan setiap 4 - 6 jam
tidak terjadi hipertermi dengan Rasional: suhu
kriteria suhu aksilla stabil terpantau secara
antara 36,5-37 0 rutin.
2. Matikan lampu
sementara bila
terjadi kenaikan
suhu, dan berikan
kompres dingin
serta ekstra minum.
Rasional:
mengurangi
pajanan sinar
sementara.
3. Kolaborasi
dengan dokter bila
suhu tetap tinggi
4. Memberi terapi
lebih dini atau
mencari penyebab
lain dari hipertermi
3. Risiko/Gangguan Setelah diberikan tindakan 1. Kaji warna kulit
integritas kulit perawatan selama 3x24 jam tiap 8 jam
berhubungan dengan diharapkan tidak terjadi Rasional:
ekskresi gangguan integritas kulit mengetahui adanya
bilirubin, efek dengan kriteria: perubahan warna
fototerapi. 1. Tidak terjadi decubitus kulit.
2. Kulit bersih dan lembab
2. Ubah posisi
setiap 2 jam
Rasional:
mencegah
penekanan kulit
pada daerah
tertentu dalam
waktu lama.
3. Masase daerah
yang menonjol
Rasional:
melancarkan
peredaran darah
sehingga mencegah
luka tekan
di daerah tersebut.
4. Jaga kebersihan
kulit bayi dan
berikan baby oil
atau lotion
pelembab
Rasional:
mencegah lecet.
5. Kolaborasi untuk
pemeriksaan kadar
bilirubin, bila kadar
bilirubin
turun menjadi 7,5
mg% fototerafi
dihentikan
Rasional: untuk
mencegah
pemajanan sinar
yang terlalu lama.
4. Gangguan parenting ( Setelah diberikan tindakan 1. Bawa bayi ke ibu
perubahan peran perawatan selama 3x24 jam untuk disusui
orangtua) diharapkan Rasional:
berhubungan orang tua dan bayi mempererat kontak
dengan perpisahan menunjukan tingkah laku sosial ibu dan bayi.
dan penghalangan “Attachment” , orang tua
untuk gabung. dapat mengekspresikan 2. Buka tutup mata
ketidak mengertian proses saat disusui
Bounding. Rasional: untuk
stimulasi sosial
dengan ibu.
3. Anjurkan
orangtua untuk
mengajak bicara
anaknya
Rasional:
mempererat kontak
dan stimulasi
sosial.
4. Libatkan orang
tua dalam
perawatan bila
memungkinkan
Rasional:
meningkatkan
peran orangtua
untuk merawat
bayi.
5. Dorong orang
tua
mengekspresikan
perasaannya
Rasional:
mengurangi beban
psikis orangtua.
5. Kecemasan Setelah diberikan 1. Kaji
meningkat penjelasan selama 2x15 pengetahuan
berhubungan dengan menit diharapkan orang keluarga tentang
therapi yang
diberikan tua menyatakan mengerti penyakit pasien
pada bayi. tentang perawatan bayi Rasional:
hiperbilirubin dan mengetahui
kooperatif dalam perawatan tingkat
pemahaman
keluarga tentang
penyakit.
2. Beri
pendidikan
kesehatan
penyebab dari
kuning, proses
terapi dan
perawatannya.
Rasional:
Meningkatkan
pemahaman
tentang keadaan
penyakit.
3. Beri pendidikan
kesehatan
mengenai cara
perawatan bayi
dirumah
Rasional:
meningkatkan
tanggung jawab
dan peran orang tua
dalam
merawat bayi.
6. Risiko tinggi injury Setelah diberikan tindakan 1. Tempatkan
berhubungan perawatan selama 3x24 jam neonatus pada
dengan efek diharapkan jarak 40-45 cm
fototherapi tidak terjadi injury akibat dari sumber
fototerapi (misal; cahaya
konjungtivitis, kerusakan Rasional:
jaringan kornea) mencegah iritasi
yang berlebihan.
2. Biarkan
neonatus dalam
keadaan
telanjang, kecuali
pada mata dan
daerah genetal
serta bokong
ditutup dengan
kain yang dapat
memantulkan
cahaya usahakan
agar penutup
mata tidak
menutupi
hidung dan bibir.
Rasional:
mencegah
paparan sinar
pada daerah yang
sensitif.
3. Matikan
lampu, buka
penutup mata
untuk mengkaji
adanya
konjungtivitis tiap
8 jam.
Rasional:
pemantauan dini
terhadap
kerusakan daerah
mata.
4. Buka penutup
mata setiap akan
disusukan.
Rasional:
memberi
kesempatan pada
bayi untuk kontak
mata dengan
ibu.
5. Ajak bicara
dan beri sentuhan
setiap
memberikan
perawatan
Rasional:
memberi rasa
aman pada bayi.
7. Risiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Catat kondisi
terhadap perawatan selama 1x24 jam umbilikal jika
komplikasi diharapkan tranfusi tukar vena umbilikal
berhubungan dapat dilakukan tanpa yang digunakan
dengan tranfusi komplikasi Rasional:
tukar menjamin
keadekuatan
akses vaskuler.
2. Basahi
umbilikal dengan
NaCl selama 30
menit sebelum
melakukan
tindakan.
Rasional:
mencegah trauma
pada vena
umbilical.
3. Puasakan
neonatus 4 jam
sebelum tindakan
Rasional:
mencegah
aspirasi
4. Pertahankan
suhu tubuh
sebelum, selama
dan setelah
prosedur
Rasional:
mencegah
hipotermi.
5. Catat jenis
darah ibu dan
Rhesus
memastikan darah
yang akan
ditranfusikan
adalah darah
segar.
Rasional:
mencegah
tertukarnya darah
dan reaksi
tranfusi yang
berlebihan.
6. Pantau tanda-
tanda vital,
adanya
perdarahan,
gangguan cairan
dan
elektrolit, kejang
selama dan
sesudah tranfusi.
Rasional:
Meningkatkan
kewaspadaan
terhadap
komplikasi dan
dapat
melakukan
tindakan lebih
dini.
7. Jamin
ketersediaan alat-
alat resusitatif
Rasional: dapat
melakukan
tindakan segera
bila terjadi
kegawatan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
lahir, yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir
normal: bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
B. Saran