Anda di halaman 1dari 22

Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) pada Perawat

Iwan M. Ramdan, Abd. Rahman


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universiats Mulawarman
Email: i_oneramdan@yahoo.co.id

Abstrak

Perawat merupakan petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan memegang peranan penting
dalam pemberian pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan tugasnya perawat berisiko mengalami gangguan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko K3 pada perawat
di instalasi gawat darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Soemarmo Sosroatmodjo dalam rangka
mencari upaya pengendalian risiko yang tepatsehinggaperawat terhindardarikecelakaankerjadan penyakit
akibat kerja. Penelitian mixed method telah dilakukan pada seluruh perawat di IGD yang berjumlah 20 orang
(total sampling), penilaian risikomengacupada standarAS/NZS 4360:2004 tentang Risk Management. Untuk
mengkaji likelihood, exposure, dan consequence digunakan pedoman wawancara dan job hazard analysis form.
Penilaian tingkat risiko mengacu pada rumus dantabel “ William Fine”. Disimpulkan, bahaya level terbesar
diperoleh padatindakan memasang infus beruparisiko tertusuk jarum suntik,terpapar darahpasien, posisitubuh
yang salah, terpapar virus hepatitis, dan low back pain. Nilai Consequences (C), Exposure (E), dan Likelihood
(L) pada tindakan ini adalah C:5, E:6, dan L:6.
Rumah sakit disarankan untuk melakukanupaya pengendalian lebih lanjut sesuai dengan hirarki pengendalian

K3.

Kata kunci: Analisis risiko, instalasi gawat darurat, kesehatan dan keselamatan kerja, perawat.

Analysis of Health and Work Safety Risk (K3) on Nurse

Abstract

Nurses are health workers with the largest presentation and have important role in the provision of health
services. In performing its duties the nurse is at risk to experience health and safety disorder (K3). This
research aims to analysis risk of health and work safety (K3) at emergency unit (IGD) of dr. H. Soemarmo
Sostroatmodjo regional public hospital in order to find appropriate risk control measures with the result that
nurses avoid work accidents and occupational diseases. The mixed method research has been done to all nurses at
emergency unit (IGD) with 20 people as total of the samplings, risk assessment refers to the US / NZS 4360:
2004 on risk management standard. Interview guidelines and job hazards analysis form have been used to review
likelihood, exposure and consequence. Risk level assessment refers to the William Fine formula and table. In
conclusion, the greatest level of danger is obtained in the act of installing infusions such as the risk of needle
piercing, exposure to the patient’s blood, the wrong body position, exposure to hepatitis and low back pain. The
values of Consequences (C), Exposure (E), Likelihood (L) in this action
is C: 5, E: 6 and L: 6. Hospitals are advised to make further control efforts in accordance with K 3 control

hierarchy.

Keywords: Emergency unit, nurse, occupational health and safety, risk analysis.
JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 229
Iwan M. Ramdan: Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Perawat

Pendahuluan 230

Instalasi gawat darurat (IGD) adalah


bagian dari unit pelayanan yang paling
vital dalam
membantumenyelamatkannyawapasienyang
mengalami kegawatan medis ketika pertama
kali masuk rumah sakit. Karena
penanganan gawat darurat harus
mendapatkan response time yang cepat
dantindakanyang tepat telah menyebabkan
tenaga kesehatan di bagian ini sering
terpapar berbagaisumber bahaya yang dapat
mengancam jiwa dan kesehatannya
(Depkes RI, 2006). Menurut
Nurmansyah dkk (2014) permintaan jasa
pelayanan rumah sakit termasuk di IGD
terus meningkat, hal ini disebabkan
peningkatan berbagai jenis penyakit
infeksi, penyakit akut degeneratif,
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
kerja, bencana dan kejadian lainnya.
Perawat merupakan petugas kesehatan
dengan presentasi terbesar dan memegang
peranan penting dalam pemberian pelayanan
kesehatan. WHO (2013) mencatat, dari
39,47 juta petugas kesehatan di seluruh
dunia, 66,7%-nya adalah perawat. Di
Indonesia, perawat juga merupakan
bagian terbesar dari tenaga kesehatan
yang bertugas di rumah sakit yaitu sekitar
47,08% dan paling banyak berinteraksi
dengan pasien (Depkes RI, 2014). Ada
sekitar dua puluh tindakan keperawatan,
delegasi, dan mandat yang dilakukan
dan yang mempunyai potensi bahaya
biologis, mekanik, ergonomik, dan fisik
terutama pada pekerjaan mengangkat
pasien, melakukan injeksi, menjahit luka,
pemasangan infus, mengambil sampel darah,
dan memasang kateter.
Hasil penelitian di beberapa
negara membuktikan bahwa rumah sakit
adalah salah satu tempat kerja yang
berbahaya dan perawat adalah salah satu
petugas kesehatan yang berisiko untuk
mengalami gangguan kesehatan dan
keselamatan kerja akibat dari
pekerjaannya. Sebagai gambaran, biro
statistikketenagakerjaandanKonsil Nasional
Asuransi Amerika (2013) menyimpulkan
pada rumah sakit di Amerika setiap 100
jam kerja terjadi 6,8 kejadian kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).
Angka ini menempatkan kecelakaan kerja
dan PAK di rumah sakit sedikit lebih
tinggi dibanding dengan kecelakaan kerja
dan PAK di sektor lainnya,
sepertisektorkonstruksi, manufaktur,
dan pelayanan profesional dan bisnislainnya.
Sebanyak 48% kecelakaan kerja disebabkan
karena penggunaan tenaga/otot yang
berlebihan oleh perawat ketika menangani
pasien, seperti mengangkat, memindahkan
atau menjangkaupasien, dan peralatan medis
lainnya. Selain itu, 54% jenis kecelakaan
yang dialami berhubungan dengan gangguan
musculoskeletal, seperti sprain dan strain
otot, dan hal ini menempatkan gangguan
muskuloskeletal sebagai penerima klaim
kompensasi terbesar dari biaya rumah sakit.
Kerugian material yang harus dikeluarkan
dari kecelakaan kerja dan PAK setiap
tahunnya sekitar 2 MilyarUS$.
Penelitian lainnya di negara berkembang
seperti India juga menyimpulkan hasil yang
sama. Sandeep, Shreemathi, Kalyan, Teddy,
Kapil, dan Prachi (2016) melaporkan dalam 1
tahun terakhir 5,4% perawat rumah sakit di
India mengalami luka akibat tertusuk jarum
suntik, 7,4% mengalami varises, dan 56,9%
mengalami stres kerja. Situasi menegangkan
yang sering dialami perawat adalah tindakan
kekerasan dan pelecehan dari pasien.
Sementara itu data-data tentang kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja pada petugas
kesehatan rumah sakit di Indonesia belum
tercatat dan dilaporkan dengan baik, hal ini
mengindikasikan penerapan Kesehatan dan
KeselamatanKerjadi rumahsakit di Indonesia
masih memerlukan upaya perbaikan.
Usaha yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan risiko gangguan kesehatan
dan keselamatankerja dariaktivitas pekerjaan
yang dilakukan perawat yaitu pengelolaan
risiko atau dikenal dengan manajemen risiko.
Menurut standar Australia/New Zealand
(2004), pada dasarnya manajemen risiko
bersifat pencegahan terhadap terjadinya
kerugian maupunkecelakaan kerja. Langkah-
langkah pengelolaan risiko dilakukan secara
berurutan yang bertujuan untuk membantu
dalam pengambilan keputusan yang lebih
baik dengan melihat risiko dan dampak
yang kemungkinan ditimbulkan. Tujuan
dari manajemen risiko itu sendiri adalah
meminimalkan kerugian dengan urutan
terdiri dari penentuan konteks, identifikasi
risiko, analisis risiko, evaluasi risiko,
pengendalian risiko, monitor dan evaluasi,
serta komunikasi dan konsultasi.
Rumah Sakit Daerah dr. H. Soemarno

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017


Iwan M. Ramdan: Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Perawat

Sosroatmodjo merupakan salah satu perawat serta divalidasi dengan Kepala


rumah sakit milik pemerintah yang Bidang Keperawatan dan Kepala Ruangan
berlokasi di Kabupaten Bulungan IGD. Data sekunder berasal dari IGD untuk
Provinsi Kalimantan Utara. Berdasarkan mendukung dalam penilaian likelihood,
survei pendahuluan di instalasi gawat exposure, dan consequence tingkat risiko.
darurat, dalam kurun waktu 2013-2015 Instrumen yang digunakan dalam penelitian
tercatat kasus kegawatdaruratan yang telah ini berupa pedoman wawancara yang terdiri
ditangani sebanyak 19.826 kasus dengan dari pertanyaaan terbuka secara umum
tenaga perawat sebanyak 18 orang. dan khusus untuk menentukan likelihood,
Beberapa kasuskecelakaankerjadan exposure, dan consequence. Form JHA
penyakit akibat kerja yang sering dialami (Job Hazard Analysis) digunakan untuk
perawat di bagian ini adalah sakit mengetahui setiap langkah pekerjaan dan
pinggang, tertusuk jarum suntik, dan bahaya yang mungkin timbul, dan alat
tergores pecahan botol. Penelitian ini perekam digital untuk merekam wawancara
bertujuan untuk menganalisis risiko dan kamera untuk mengambil foto kegiatan
kesehatan dan keselamatan kerja pada yang menjadi objek penelitian.
perawat di Instalasi Gawat Darurat Pengolahan data dilakukan dengan
dengan tujuan akhir diperoleh gambaran menggunakan tabel JHA yang
risiko dan saran pengelolaannya. telah dimodifikasi dan disesuaikan
dengan kebutuhan penelitian. Data
dianalisis berdasarkan tabel penilaian
Metode Penelitian risiko semikuantitatif, dan untuk
menentukan nilai risiko terlebih dahulu
Penelitian inidilakukan bulan Juni – Juli diperkirakan nilai konsekuensi, paparan,
2016 dengan menggunakan metode dan peluang, selanjutnya nilai risiko
penelitian campuran kualitatif dan dihitung berdasarkan rumus “ William Fine“
kuantitatif. Mixed method menghasilkan .
fakta yang lebih komprehensif dalam Setelah nilai risiko diperoleh, maka
meneliti masalah penelitian, karena nilai risiko tersebut dibandingkan dengan
peneliti memiliki kebebasan untuk tabel standar level risiko dari “ William
menggunakan semua alat pengumpul data Fine” untuk mengetahui tingkatan risiko
sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. yang terdapat padatahapankerjaperawat di
Pengambilan data/penilaian risiko yang IGD. Validitas dan reliabilitas data
digunakan dalam penelitian ini mengacu penelitian menggunakan metode
pada standar Australia/New Zealand triangulasi sumber, triangulasi metode,
(AS/NZS 4360:2004) tentang Risk dan triangulasi data.
Mangement, dengan metode semi kuantitatif
yang terdiri dari identifikasi risiko dengan
menggunakan job hazard analysis (JHA), Hasil Penelitian
kemudian melakukan analisis risiko dengan
menentukan nilai consequence, exposure, Karekteristik informan dalam penelitian
dan likelihood dari setiaprisiko, nilai ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan,
tersebut kemudian dihitung dan dan lama bekerja. Informan yang berumur
dibandingkan dengan standar level risiko antara 20–25 tahun sebanyak dua orang
untuk mendapatkan tingkatan risiko yang (10%), 26–30 tahun sebanyak lima orang
adapada setiaplangkah kerja dalam tahapan (25%), 31–35 tahun sebanyak enam orang
pekerjaan perawat di IGD RSD dr. H. (30%), dan ≥ 36 tahun berjumlahtujuh orang
Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor. (35%). Pendidikan perawat mayoritas
Objek dalam penelitian ini adalah Diploma III Keperawatan sebesar 89%
bahaya dan risiko kesehatan dan (16 orang) dan Diploma IV Gawat
keselamatan kerja dari proses pekerjaan Darurat 1% (2 orang). Kriteria lama kerja
perawat yang bekerja di IGD RSD dr. H. terendah adalah 3 bulan dan tertinggi
Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor adalah 13 tahun.
yang terdiri dari 10 orang perawat laki- Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa
laki dan 8 orang perawat perempuan. tindakan perawat IGD RSD dr. H.
Data primer diambil dengan cara Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor
observasi dan wawancara kepada terdiri dari 3

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 231


Iwan M. Ramdan: Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Perawat

Tabel 1 Jenis Tindakan di UGD RSUD dr.H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor
No Kategori Jenis Tindakan Jumlah (%)
1 Mandiri Anamnese pasien 6 30
Memeriksa Tanda- tanda Vital (TTV)
Mengangkat dan memindahkan pasien
Membuat Asuhan Keperawatan
Memberi Kompres
KIE (Komunikasi, Informasi,Edukasi)
2 Delegasi Memasang NGT 13 65
Mengambil sampel darah
Membersihkan luka
Melakukan suctioning
Resusitasi Jantung Paru/Bantuan Hidup
Dasar Memberikan obat per rectal
Memberi Oksigen
Perekaman EKG
Nebulizer
Memasang Spalk
Memasang Chateter
Memberi Injeksi
Memasang infus
3 Mandat Menjahit luka 1 5

Tabel 2 Hasil Identifikasi Bahaya di UGD RSUD dr.H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor
No Tindakan Potensi bahaya Pengendalian yang ada
1 Memasang infus Jarum infus (Abocath), SOPpasang infus
Terpapar darah pasien, APD: Masker dan Sarung
Tempat tidur rendah, tangan Penggunaan kursi tempat
Kontrol tempat tidur rusak, duduk
Perawat tidak memakai APD

2 Menjahit luka Gunting, SOP jahit luka


Obat anastesi, APD: Masker dan Sarung
Jarum jahit, tangan Penggunaan kursi tempat
Meja tindakan statis (tidakbisa dikontrol), duduk
Menggunakan tangan untuk menahan
tepi luka

3 Mengambil sampel Jarum suntik, APD: Masker dan Sarung tangan


darah Tempat tidur rendah,
Perawat tidakpakaiAPD

4 Mengangkat dan Tempat tidur rendah, Meminta bantuan petugasPortier


memindahkan Posisi waktu mengangkat janggal
pasien
5 Melakukan Cairan tubuh pasien, droplet dari SOP Suction
Suctioning pasien, posisikerja APD : Masker dan Sarung tangan

232 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember


2017
Iwan M. Ramdan: Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Perawat

No Tindakan Potensi bahaya Pengendalian yang ada


6 Memasang Chateter Ciaran tubuh pasien, urine pasien SOPpasang chateter
APD : Sarung tangan

7 Memberikan obat Jarum suntik, terpapar darah, tidak SOPTindakan


Injeksi pakai APD APD : Sarung tangan

8 Melakukan Pekerjaan cepat dan berulang, SOP bantuan hidup dasar


resusitasi jantung Tempat tindakan tidak punya matras (BHD) APD : Sarung tangan
paru resusitasi, posisi kerja membungkuk,
Keluarga pasien ada di dalam ruangan
9 Merawat Luka Darah pasien , Meja tindakan rendah SOP merawat luka
APD: Sarung tangan, celemek

10 Memberi injeksi Memakai Jarum suntik, tidakpakaiAPD SOP injeksi


APD : Sarung tangan

11 Memberikan obat Feces SOPtindakan


melalui rectal APD : Sarung tangan

Keterangan :
SOP = Standar operasional prosedur, APD = Alat pelindung diri

kategori, yaitu mandiri, delegasi, dan hidup dasarberupa kecemasan.


mandat. Delegasi merupakan tindakan Tindakan memasang infus memiliki
keperawatan yang paling banyak dilakukan, 3 risiko, yaitu luka tusuk, kontak dengan
yaitu sebesar 65%, disusul tindakan darah pasien, dan postur janggal
mandiri sebanyak 30%, dan terkecil (membungkuk). Nilairisikodasardari luka
tindakan mandat sebesar 5%. tusuk danterpapar darah adalah 500 (sangat
Analisis risiko diidentifikasi tinggi), sedangkan risiko pada postur
melalui identifikasi berbagai jenis janggal (membungkuk) adalah 300. Setelah
tindakan yang dikerjakan perawat, dilakukan evaluasi risiko dengan melihat
selanjutnya ditentukan nilai Consequenses pengendalian yang ada, maka nilai risiko
(C), Exposure (E), dan Likelihood dari existing level dari luka tusuk dan terpapar
setiap risiko dan ketiganya dikalikan darah adalah 180 (risiko besar) dan postur
sehingga didapatkan Nilai Risiko (NR), janggal (membungkuk) dengan nilai risiko
kemudian hasilnya dibandingkan dengan 90 (risikobesar).
tabel risiko dari “ William Fine” dan hasil Pada tindakan menjahit luka terdapat
yang diperoleh sebagai basic risk (risiko tiga risiko, yaitu tertusuk jarum, luka kena
dasar) yaiturisikotanpamelihat ampul, dan kontak dengan darah
pengendalian yang sudah ada. pasien yang tertular HIV/AIDS,
Selanjutnya dilakukan evaluasi risiko Hepatitis. serta postur janggal
dengan cara menghitung kembali nilai (membungkuk). Nilai risiko dasar pada
Consequenses (C), Exposure (E), dan risiko tertusuk jarum, luka kena ampul, dan
Likelihood dari setiap risiko setelah melihat kontak dengan darahpasien yang tertular
pengendalian yang sudah dilakukan. Nilai HIV/AIDS, Hepatitis adalah 540 (sangat
yang diperoleh dari perhitungan ini tinggi), sedangkan membungkuk nilai
disebut dengan existing level. riskonya adalah 300 dengan level risiko
Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai prioritas 1. Setelah dibandingkan
risiko (NR) tertinggi diperoleh sebesar dengan upaya pengendalian yang sudah
540 (sangat tinggi), yaknipadatindakan dilakukan, nilai risiko tertusuk jarum dan
menjahit luka berupa risiko tertusuk jarum luka kena ampul turun menjadi 270,
suntik dan hecting, luka goresterkena sedangkan kontak dengan darahpasien yang
ampul, dankontak dengan darah pasien, tertularHIV/AIDS dan Hepatitis turun
serta tertular HIV AIDS. Sementara nilai menjadi 80 (risikobesar), sedangkan
terendah diperoleh sebesar 45 (rendah) membungkuknilairiskonya turun menjadi
pada tindakan bantuan 180 (risikobesar).

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 233


Iwan M. Ramdan: Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Perawat

Tabel 3 Analisis Risiko dan Evaluasi Risiko padaTindakan Perawat di IGD


RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor
Pekerjaan & Risiko Basic Risk Pengendalian Existing risk Level risk RR
Pemasangan infus
Luka tusuk 500 Sarung tangan, SOP 180 Besar 64%
Kontak dengan darah pasien 500 Sarung tangan 180 Besar 64%
Posisi janggal, jongkok, 300 Memakai kursi 90 Besar 40%
membungkuk, low back pain
Menjahit luka
Tertusuk jarum suntik dan 540 Sarung tangan, SOP 270 Prioritas 1 50%
hecting, luka gores menjahit luka
terkena ampul
Kontak dengan darah 540 Sarung tangan 90 Besar 83%
pasien, tertular HIV AIDS
Membungkuk, musculoskeletal 300 Kursi tempat duduk 180 Besar 40%
disorders, low back pain, nyeri
otot
Mobilisasi pasien
Postur janggal 180 Tenagaportier 90 Prioritas 3 50%

Mengambil sampel darah


Tertusuk jarum 500 Sarung tangan 180 Besar 40%

Memasang Dower Chateter


Terpapar cairan tubuh pasien 180 Penyediaan APD 45 Prioritas 3 50%

Memasang Naso Gastric Tube


Terpapar cairan tubuh pasien, 90 Sarung tanga, masker, 30 Prioritas 3 83%
terpapar kuman dari pasien celemek

Memberi injeksi
Tertusuk jarum 500 SOP tindakan 60 Prioritas 3 88%

Membersihkan luka
Terpapar darah pasien 500 Sarung tangan 100 Besar 80%
Low back pain, nyeri otot 345 Kursi duduk 45 Prioritas 3 80%
Bantuan Hidup Dasar
Postur janggal, LBP 90 SOP tindakan 60 Prioritas 3 33%
Cemas 45 45 Prioritas 3 100%
Suctioning
Ter papar darah, dr ople t da n 270 SOPtindakan, Sarung 90 Besar 66%
cairan tubuh pasien tangan

Memberi obat supositoria


Terpapar feaces pasien 90 SOPtindakan, Sarung 30 Prioritas 3 33%
tangan
Keterangan :
C : Consequences
E : Exposure
L : Likelihood
Nilai Risiko (NR) : C x E x L
Risk Reduction (RR) : (Basic level - Existing Level X 100%) : Basic level

234 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember


2017
Iwan M. Ramdan: Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Perawat

Tabel 4 Rekomendasi Pengendalian Risko Perawat di IGD RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
Tanjung Selor
Jenis tindakan & Risiko Nilai Level Risiko Deskripsi pengendalian
Risiko

Memasang infus
Tertusuk jarum suntik, terpapar 180 Besar Substitusi:
darah pasien Mengganti abocatch dengan yang lebih
aman
Admnistratif: Roleplay, pengawasan
pelaksanaan SOP, Pemeriksaan
kesehatan berkala dan Program
imunisasi

Muskuloskeletal disorder 90 Besar Substitusi:


Mengganti Tempat tidur dengan
yang lebih aman
Rekayasa teknik
Memperbaikitempat tidur yang rusak

Menjahit luka
Tertusuk jarum, terpapar darah pasien 90 Adminstratif: Roleplay, pengawasan
Bes
pelaksanaan SOP, pemeriksaaan
kesehatan berkala & Vaksinasi
APD surgical glove

Low back pain 180 Substitusi: Menggantimeja tindakan


Bes
dengan yang lebih aman
Mobilisasi pasien
Low back pain 90 Administratif: SOP
Prioritas
memindahkan pasien &
Mengambil darah Training ergonomi
Luka tusuk 180
Besar Administratif: SOP pengambilan
Terpapar darah pasien darah & Penempatan laboran di
60 UGD
Pasang Dower Chateter Prioritas
Administratif : SOP mengambil darah
Terpapar cairan tubuh pasien 90

PasangNaso gastric tube Bes Administratif: Job safety analysis


Terpapar cairan tubuh pasien, & Pemeriksaan kesehatan
30 berkala
dan kuman

Memberi injeksi Prioritas Administratif: Job safety analysis


Tertusuk jarum berkala & Pengawasan pelaksanaan
60 SOP
Terpapar darah pasien 60
Prioritas Administratif: Training K3
Membersihkan luka 3 & Pelaksanaan SOP
Terpapar darah pasien 100 Administratif : Training K3
Posisi janggal 45 Prioritas
3 Administratif : Training K3
Bantuan hidup dasar
Postur janggal, Low back pain Substitusi: Menggantimeja tindakan
90 dengan yang lebih aman

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2 0 1 7 235


Iwan M. Ramdan: Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Perawat

Tabel 4 Rekomendasi Pengendalian Risko Perawat di IGD RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
Tanjung Selor

Prioritas Administratif:
Pengadaan tempat
tidur khusus BHD &
Job safety analysis

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2 0 1 7 235


Iwan M. Ramdan: Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Perawat

Jenis tindakan & Risiko Nilai Level Risiko Deskripsi pengendalian


Risiko

Cemas mengalami kekerasan 60 Prioritas 3 Administratif: Tempatkan petugas


keamanan di IGD
Suctioning
Terpapar darah, terhirup droplet dan 90 Besar Administratif: Job safety analysis &
cairan tubuh pasien Pelaksanaan pelaksanaan SOP

Memberi obat supositoria


Terpapar cairan tubuh dan feaces 30 Prioritas 3 Administratif: Peningkatan
pemahaman K3 & Job safety
analysis

Pada tindakan mengangkat dan mengetahui besarnya nilai risiko dan


memindahkan pasien hanya satu risiko potensial akibatnya, sehingga isi
yaitu postur janggal dengan nilai 180 dari pengendalian risiko adalah
(besar), setelah dibandingkan dengan rekomendasi beberapa alternatif
melihat pengendalian yang sudah pengendalian sesuai dengan hierarki
dilakukan maka risikonya turun menjadi 90 pengendalian risiko standar AS/NZS 4360
(prioritas 3). 2004, sepertipada tabel 4.
Pada tindakan mengambil darah Pada tabel 4 diketahui bahwa
terdapat dua risiko yaitu tertusuk jarum dan rekomendasi pengendalian risiko pada
terpapar darah dengan nilai 500. Setelah tindakan pemasangan infus secara substitusi
dilakukan evaluasi nilai risiko pada adalahmengganti jarum IV cath
tertusuk jarum menjadi 180 dan terpapar denganyang lebih aman, secara
darah menjadi 60 (prioritas 3). Untuk administratif melakukan role play
memasang kateter, risiko terpapar cairan tindakan, pengawasan terhadap
tubuh pasien dan urin nilai risikonya 500, pelaksanaan SOP, pemeriksaan
setelah dilakukan evaluasi risiko menjadi kesehatan secara berkala, pemberian
45 (prioritas 3). vaksinasi bagi perawat yang berisiko
Tindakan injeksi mempunyai nilai dan beberapa tindakan lain, untuk
risiko 500 (sangat tinggi) dan nilai menjahit luka secara subsitusi mengganti
risikonya turun menjadi 60 (prioritas 3) meja tindakan. Secara administratif
setelah dibandingkan dengan pengendalian dilakukan dengan pengawasan SOP,
yang ada. Pada tindakan membersihkan sosialisasi K3, risk transfer kepada
luka, risiko terpapar darah pasien asuransi, role play tindakan, dan selalu
mempunyai nilai risiko 500 (sangat memakai sarung tangan bedah
tinggi), low back pain dan nyeri otot 45 (surgical glove).
(prioritas 3) dan dilakukan evaluasi Tindakan lain seperti mengangkat dan
didapatkan nilai risiko 100 dan 45. memindahkan pasiendiperlukanadanya
Pada tindakan BHD (bantuan hidup dasar) SOP dan pelatihan ergonomi. Untuk
risiko yang ada adalah postur janggal dan pengambilan sampel darah tindakan
cemas, nilai riiskonya 90 dan 45. Setelah pengendaliannya menempatkan petugas
dievaluasi dan nilai risikonya dihitung laboratorium di IGD
kembali, risiko daritindakan ini menjadi 60 dandibuatkanSOP.Padatindakanpemasangan
dan 45 (prioritas 3). Untuk tindakan kateter dan pemasangan NGT, rekomendasi
penghisapan lendir (suctioning) risikonya pengendalian yang dapat dilakukan secara
yaitu terpapar darah, terhirup droplet, administrative yaitu pengawasan terhadap
dan terpapar muntahan pasien menjadi pelaksanaan SOP, peningkatan pengetahuan
mempunyai nilai risiko 270 (prioritas 1) tentang K3, dan job safety analysis (JSA).
dan nilai evaluasirisikonya adalah 90. Dalam tindakan memberi injeksi dan
Sedangkan padatindakan pemberian obat merawat luka, tindakan pengendalian yang
melalui rektal nilai risikonya 90 dan dilakukan adalah peningkatan pengetahuan
setelah dilakukan evalusi risiko 45 (prioritas tentang K3 dan pengawasan terhadap
3). SOP. Demikian juga untuk tindakan
Pengendalian risiko dilakukan setelah penghisapan
236 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember
2017
Iwan M. Ramdan: Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Perawat

lendir (suctioning). Sementara untuk data bahwa 71,9% perawat yang


tindakan bantuan hidup dasar (BHD) bekerja dalam satu tahun mengalami
diperlukan penyediaan tempat tidur khusus tertusuk jarum. Apabila tertusuk jarum yang
untuk BHD dan penempatan tenaga sudah dipakai, maka berisiko tertular
keamanan khusus untuk di Instalasi Gawat HIV walaupun persentasenya kecil
Darurat. dengan persentase 1%. Bahaya lain yang
teridentifikasi adalah bahaya sarana kerja,
sepertitempattiduryang rendah karena
Pembahasan pengatur tinggi rendahnya tidak
berfungsi sehingga perawat dalam
Setiap tindakan yang dilakukan oleh bekerja harus membungkuk 900 yang
perawat mempunyai potensi bahaya dapat menyebabkan low back pain.
berupa bahaya fisik, biologi, dan Pada tindakan menjahit luka, bahaya
ergonomi. Bahaya fisik yang teridentifikasi adalah luka kena
didapatkanpadapekerjaanyangmenggunakan pecahan ampul obat anestesi. Bahaya ini
alat yang tajam, seperti memasang terjadi pada tahap menyiapkan obat
infus dan menjahit luka. Bahaya biologi anestesi, perawat memecahkan ampul
terdapat pada tindakan invasif, obattanpa menggunakan APD atau
merawat luka, memasang infuse, dan pelindung lain sehingga pecahan ampul
memberikan obat melalui rektal. obat langsung mengenai jari tangan.
Sedangkan postur janggal ketika Tertusuk jarum jahit terjadi pada tahap
membungkuk merupakan bahaya penjahitan luka, hal
pekerjaan karena faktor ergonomi. initerjadikarenaperawat menjahit tidak
Hasil penelitian ini sesuai dengan menggunakan pinset untuk menahan tepi
penelitian di negara berkembanglainnya luka, tetapi menggunakan jari tangannya
oleh Ndejjo et al. (2015) yang sendiri. Bahaya lain yang teridentifikasi
menyimpulkan tenagakesehatan di rumah adalah posisi kerja yang tidak normal
sakit di Uganda terpapar bahaya (hazard) sehinggaperawat harus membungkuk, postur
biologis dan nonbiologis. Paparan hazard tubuh yang janggal ini karena sarana kerja
biologis terdiri dari tertusuk jarum, luka yang tidak ergonomis. Hasil penelitian
gores, terpapar spesimen atau materi inisejalan dengan penelitian Cho et al.
biologis lainnya, terkena penyakit yang (2013) yang menyimpulkan mayoritas
ditularkan lewat udara, penyakit infeksi, perawat (70,4%) di rumah sakit di Korea
penyakit yang ditularkan melalui darah, Selatan mengalami luka akibat tertusuk
dan vektor penyakit. Sementara itu jarum suntik atau jarum infus. Kejadian ini
hazard nonbiologis terdiri dari stress; berhubungan dengan faktor karekteristik
kekerasan fisik, psikologis, seksual, dan perawat dan karakteristik organisasi rumah
kekerasan verbal; gangguan sakit.
muskuloskeletal, terjatuh atau terpeleset, Pada tindakan pemasangan infus, risiko
patah tulang; dan terpapar bahan kimia tertusuk jarum sering terjadi. Beberapa hal
berbahaya. yang menjadi alasan karena memasang infus
Tindakan perawat terbanyak di adalahtindakan yang paling sering
Instalasi Gawat Darurat RSD dr. H. dilakukan oleh perawat IGD dengan
Soemarno Sosroatmodjo Tanjung frekuensi 5-10 kali setiap giliran kerja
Seloryaitumemasang infus dan menjahit sehingga frekuensi paparan antara bahaya
luka. Potensibahaya pada tindakan ini dan sumber risiko diberi rating 10
adalah tertusuk jarum infus dan terpapar (continuosly). Demikian juga peluang
darah pasien yang terjadi karena ketika terjadinya bahaya kecelakaan kerja, dari
jarum ditusukkan ke vena, pasien 18 perawat yang ada didapatkan sebanyak
bergerak dan mengenaijariperawat atau 10 orang pernah tertusuk jarum, data ini
yang melakukan pembendungan pada menunjukkan bahwa kejadian sering
pembuluh darah yang akan diinfus terjadi. Hasil analisis semikuantitatif,
(stuwing) atau bisa juga karena setelah tindakan ini berada pada level tertinggi yaitu
pemasangan,jarum tidak ditutup atau almost certain dengan rating 10.
waktu menutup menggunakan dua tangan. Kondisi ini sesuai dengan penelitian
Bahaya dari pekerjaan yang Memish et al. (2013) yang menyimpulkan
menggunakan jarum ini sangat signifikan bahwa tertusuk jarum suntik dan
sebagaimana penelitian yang dilakukan bendatajam lainnya, seperti
oleh Manzoor et al. (2010) mendapatkan
JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 237
Iwan M. Ramdan: Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Perawat

pecahan botol, merupakan kecelakaan kerja kerja, kebiasaan kerja, dan postur tubuh
yang paling sering terjadi pada perawat saat mengangkat/memindahkan pasien.
rumah sakit di Saudi Arabia. Jenis Hasil penelitian ini juga melengkapi
kecelakaan kerja ini sering dialami oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan
perawat diruang gawat darurat dan ruang oleh Shani et al. (2016) yang
perawatan intensif. menyimpulkan prevalensi kejadian low
Terpapar darah pasien merupakan risiko back pain kronis pada perawat di Amerika
biologi, terjadikarena frekuensipaparan adalah 50%-80%, dan faktoryang
yang tinggi, luka karena tertusuk benda memengaruhi kejadian penyakit akibat
tajam dan perilaku yang tidak aman (unsafe kerja ini adalah faktor gaya hidup, faktor
act) dengan tidak memakai APD. Hal ini fisik, psikologis, psikososial, dan faktor
terjadi karena tingkat pengetahuan pekerjaan perawat.
universal precaution dan pelaksanaan SOP Dalam tindakan menjahit luka, terdapat
tindakan kurang baik, hal ini dapat dilihat tiga risiko K3 dalam tahapan pelaksanaan
bahwa terdapat 12 orang perawat dari 18 tindakannya. Tertusuk jarum jahit diberi
(67%) tidak mengetahui tentang universal nilai 270 (prioritas 1) dengan alasan
precaution. Begitu juga dengan SOP, tertusuk jarum pada tindakan ini dapat
walaupun sudahterdapat SOP di ruangan dipastikan jarumnya sudah terpapar
namun tidak dilaksanakan. Menurut Kepala dengan darah, sehingga dampak yang
Ruangan IGD “Perawat itu bekerja yang ditimbulkan tidak hanya luka tusuk biasa
penting berhasil dalam tindakan, tidak tetapi merupakan jalan masuk (port the
memerhatikan apakah bekerja sesuai dengan entry) dari kuman atau bakteri penyakit
SOP atau tidak” . Risiko lainnya yang dapat menular melalui darah ke
berupa tertular penyakit HIV/AIDS dan perawat sehingga dapat menimbulkan
Hepatitis apabila waktu terpapar darah penyakit seperti HIV/AIDS dan Hepatitis.
pasien dalam kondisi adabagiantubuh yang Nilai Consequences padarisiko ini diberi
terluka seperti tertusuk jarum. Risiko nilai 15 (Serious), dan tindakan ini juga
tersebut hampir sama dengan penelitian dilakukan oleh perawat hampir setiap
Ndejjo et al. (2015) yang menyimpulkan hari sehingga exposure atau interaksi antara
bahwa terdapat 21,5% tenaga kesehatan perawat dengan sumber risiko juga sering
yang terpapar bahaya biologi didahului terjadi, sehingga dapat diberi nilai 6.
dengan luka akibat benda tajam terlebih Peluang terjadinya kecelakaan (Likelihood)
dahulu dan salah satu predictor pada tindakan ini diberi nilai 3 yaitu unsure
terjadinya kecelakaan kerja tidak mematuhi but possible karena pekerja sudah memakai
standar yang sudah ditetapkan, seperti sarung tangan bedah (Surgical Glove), sudah
memakai APD terutama pada rumah sakit tersedia pinset baik anatomis dan chirurgis,
milikpemerintah. tetapi masih ada perawat yang menggunakan
Risiko ergonomiyang sering terjadi keduajarinyauntuk menahan pinggirluka
adalah postur janggal yang disebabkan dan jarum jahit dan ketika menjahit luka,
faktor sarana kerja. Rata-rata tempat tidur jarum jahit ditembuskan antara kedua jari
yang ada sudah tidak layak karena tinggi tersebut. Langkah kerja ini tidak sesuai
rendahnya tidak bisa diatur sehingga dengan SOP dan merupakan perilaku tidak
memaksa perawat untuk membungkuk aman (unsafe act) yang menurut Cooper
ketika memberikan tindakan, seperti (2007) merupakan 85% penyebab
memasang infus harus membungkuk lebih kecelakaan kerja. Perilaku tidak aman bisa
dari 90 derajat. Dampaknya adalah disebabkan pengetahuan dan keahlian yang
musculoskeletal disorder (MSDS), seperti belum memadai dam kondisi
nyeri otot dan low back pain (LBP). lingkungankerja yang tidakbaik.
Risiko ini sesuaidengan data WHO bahwa Bahaya yang terdapat dalam
sebanyak 41% perawat RS menderita LBP tindakan memindahkan dan mengangkat
akibat kerja (occupational low back pain), pasien adalah bahaya ergonomi dengan
dan sejalan dengan hasil penelitian Chiou, nilai risiko 90 dan level risiko prioritas 3
Wong, dan Lee (1994) di China bahwa dengan alasan Consequences memiliki nilai
sebanyak 77,9% perawat China mengalami 5 yaitu important, karenaperawat waktu
LBP. Faktorrisiko dari kejadian low back mengangkat dan memindahkan pasien dari
pain ini adalah usia, tinggi badan, berat mobil dan dari
badan, durasi waktu
238 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember
2017
Iwan M. Ramdan: Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Perawat

tempat tidur rendah ke brancard dengan bahaya dari sumbernya, substitusi


beban yang berat menumpukan tenaganya adalah mengganti alat, bahan atau
padapinggang dan tangan, dilakukan dengan prosedur yang berbahaya dengan yang
membungkuk (posisi janggal). Dampaknya lebih aman, engineering control adalah
akan terjadi LBP. Exposure memiliki nilai 6 rekayasa teknik, adminstrative control
yaitu frequently, karenatindakan adalah rekayasa adminstrasi, dan upaya
mengangkat dan memindahkan pasien terakhir jika semua upaya sebelumnya
paling tidak 1 kali dalam seharusnya. dirasakan belum optimal adalah
Sedangkan Likelihood atau peluang memberikanalat pelindung diri (CDC, 2012;
terjadinya kecelakaan memiliki nilai 3 & NYCOHS, 2012).
yaitu unsure but possible karena Upaya pengendalian risiko K3 pada
kemungkinan kejadiankecelakaan 50%- perawat dilakukan dengan mengikuti
50%. Keadaanyang mempersulit dan kaidah-kaidah hierarchy of control
meningkatkan risko adalah ketika K3 yang disesuaikan dengan jenis
mengangkat pasien dari mobil ke brancard tindakan keperawatan yang
karenaposisi yang sempit dan membungkuk dilakukan. Pada tindakan pemasangan
sehingga kekuatan ketika mengangkat infus, risiko paparan faktor fisik dan
bertumpu pada pinggang. Berat badan biologis dikendalikan melalui upaya
pasien yang berat karenabanyakpasien eliminasi/substitusi (seperti mengurangi
obesitas. Begitu juga ketika mengangkat tindakan injeksi yang tidak perlu,
dari tempat tidur yang rendah ke brancard. menghilangkan benda tajam/jarum yang
Tidak ada perawat yang mulai mengangkat tidak diperlukan, menggunakan
dengan posisi jongkok, tetapi semuanya konektor tanpa jarum); upaya pengandalian
membungkuk. Nilai risiko yang ditetapkan engineering (sepertipengaturan
pada aktivitas mengangkat pasien ini sejalan pencahayaan yang tepat dan ruang
dengan penelitian Kurniawidjaya, Purnomo, yang memadai, penggunaan jarum infus
Maretti, dan Pujiriani (2014), yang lebih aman, dan penyediaankontainer
bahwaaktivitas yang dominan yang bekas jarum infus); upaya pengendalian
menimbulkan low back pain pada perawat administratif (seperti pengembangan
adalah prosedur angkat angkut pasien. kebijakanK3 rumahsakit dan
Hasil evaluasi didapatkan risiko penyelenggaraan berbagai program
yang berada pada prioritas 1 sebanyak 6%, pelatihan, serta penyusunan SOP
risiko besar sebanyak 47%, dan prioritas 3 pemasangan infus yang aman; dan
sebanyak 47%. Risiko yang masih tinggi penggunaan alat pelindung diri yang
disebabkan beberapa hal, antara lain memadai (seperti penggunaan sarung
tidak patuhnya tenaga kesehatan terhadap tangan, masker dan gown) (Gallagher &
SOP, kurangnya pengetahuan perawat Sunley, 2013)
terhadap prosedur kerja yang benar dan Upaya pengendalian untuk risiko
aman, kesadaran akan pentingnya ergonomidapat
keselamatan dalam bekerja masih dilakukandenganmengganti/ memperbaiki
rendah, faktor sarana kerja yang tidak tempat tidur yang bisa diatur
ergonomis akan terus menerus menjadi ketinggiannya agar bisa disesuaikan
sumber risiko apabila tidak dilakukan dengan tinggi perawat (engineering
penanganan segera. control). Pada tindakan menjahit luka,
Pengendalian risiko bertujuan untuk risiko paparan faktor biologi dapat dicegah
meminimalisasi efek negatif atau dengan meningkatkan pengetahuan
meningkatkan peluang positif. Hal ini mengenai tindakan aman melalui
dapat dilakukan pada proses kerja, pelatihan tindakan medikal bedah,
peraturan atau SOP, dan melengkapi sosialisasi K3, pemeriksaan secara berkala,
alat pelaksanaan atau tindakannya. memberikan vaksin untuk petugas yang
Sesuai dengan standar internasional, berisiko, pengawasan terhadap pelaksanaan
pengendalian risiko di tempat kerja terdiri SOP, dan membuat SOP kejadian
dari elimination, substitution, engineering tidak diharapkan (KTD) agar apabila
control, administrative control, dan terjadi kecelakaan kerja ada pedoman
personal protective equipment (PPE). yang harus dilakukan.
Eliminasi adalah menghilangkan potensi Secara umum dapat disimpulkan
bahwa perawat di instalasi gawat darurat
berisiko untuk mengalami gangguan
terhadap
JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 239
Iwan M. Ramdan: Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Perawat

kesehatan dan keselamatan kerja perbaikan perilaku aman


yang bersumber dari aktivitas asuhan
keperawatan yang dilakukannya, untuk
itu diperlukan berbagaiupaya pengendalian
risiko. Langkah awal agar pengendalian
berbagai risiko kesehatan dan
keselamatan kerja untuk perawatdi
Rumah Sakitagarberhasil optimal maka
perlu dibudayakan K3 di berbagai
bagian di Rumah Sakit. Sesuai
dengan pendapat Mulyati dkk. (2016) bahwa
budaya keselamatan dan kesehatan kerja di
Rumah Sakit merupakan kunci untuk
tercapainya peningkatan kesehatandan
keselamatankerja dalam organisasi.
Penelitian ini mempunyai
keterbatasan dari aspek lokasi penelitian
atau tempat kerja perawat,
yaknihanyadilakukan pada instalasi gawat
darurat sehingga hasil analisis risiko K3
tidak bisa digeneralisir untuk seluruh
perawat di rumah sakit. Untuk
penelitian lebih lanjut disarankan agar
seluruh unit pelayanan di rumah sakit
dapat dianalisis sehingga kondisi kesehatan
dan keselamatan kerja di rumah sakit
semakin membaik.

Simpulan

Jenis tindakan perawat yang sering


dilakukan di IGD yaitu memasang infus,
menjahit luka, mengangkat dan
memindahkan pasien dan tindakan lain.
Risiko pada pemasangan infus yaitu
tertusuk jarum suntik, terpapar darah
pasien, postur janggal, tertular
penyakit Hepatitis dan low back pain. Nilai
Consequences (C), Exposure (E),
Likelihood (L) pada tindakan pemasangan
infus untuk risiko fisik dan biologi adalah
C:5, E:6, dan L:6, (180); risiko
ergonomiC:5, E:3 dan L:3; (45).
Tingkatrisiko bahayapemasangan infus
berada pada level risiko besar. Pengendalian
yang sudah di lakukan manajemen Rumah
Sakit adalah penyediaan APD berupa
(masker, sarung tangan, sepatu,
celemek), SOP tindakan untuk semua jenis
pekerjaan, dan perlengkapan alat cuci
tangan.
Disarankan untuk upaya pengendalian
lebih lanjut sesuai dengan
hierarki pengendalian K3 yang terdiri
implementasi SOP, role play setiap
tindakan, dan pelatihan yang berhubungan
dengan pengetahuan keterampilan
perawat tentang K3 rumah sakit, upaya
selama bekerja, pemeriksaan kesehatan Cooper, D., 2007. Behavioral safety
berkala, program vaksinasi, serta melengkapi approaches. USA: CEO BSMS Inc.
beberapa peralatan dan meja tindakan yang Francelin.
aman.
Departemen Kesehatan RI. Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1087/Menkes/SK/
Daftar Pustaka VIII/2010 tentang Standar Kesehatan
dan Keselamatan kerja Rumah Sakit.
Australian Standard/New Zealand Standard Jakarta Indonesia.
4360:2004. (2004). Risk mangement. Retrived
from www.riskmanagement.com.au. Departemen Kesehatan RI. Keputusan
Menteri Kesehatan No.
Center for Disease Control and Prevention 856/Menkes/SK/ IX/2010 tentang Standar
(CDC). (2012). Hierarchy of controls. Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah
Retrived from http://www.cdc.gov/niosh/ Sakit.
topics/engcontrols/.
Departemen Kesehatan RI. (2006).
Chiou, W.K., Wong, M.Y., & Lee, Y.H. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
(1994). Epidemiology of low back pain in Terpadu. Jakarta: Departemen Kesehatan
chinese nurses. Int Journal of Nursing Republik Indonesia.
Studies, 31(4), 361-368.
Departemen Kesehatan RI. (2014).
Cho, E., Lee., H., Choi, M., Park, S.H., Profil kesehatan Indonesia tahun 2014.
Yoo, I.Y., & Aiken, L.H. (2013). Factors Retrieved from
associated with needlestick and sharp injuries www.depkes.go.id/resources/.../ prof il -kes
among hospital nurses: A cross-sectional eh at an . . . /prof il -kes eh at an -
questionnaire survey. Int J Nurs Stud, 50(8), indonesia-2014.
1025–1032.

240 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember


2017
Iwan M. Ramdan: Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Perawat

Gallagher, R., & Sunley, K. (2013). Nurmansyah, E., Susilaningsih, F. S.,


Sharps safety. RCN Guidance to & Setiawan, S. (2014). Tingkat
support the implementation of the health Ketergantungan dan Lama Perawatan Pasien
and safety. UK: Royal College of Nursing. Rawat Observasi di IGD. Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, 2(3).
Kurniawidjaya, L.M., Purnomo, E.,
Maretti, N., & Pujiriani,I. (2014). NYCOSH (New York Comitte
Pengendalian risiko ergonomi kasus low for Occupational Safety and
back pain pada perawat di Rumah Sakit. Health). (2012). Hierarchy of hazard
Majalah Kedokteran Bandung, 46(4), 225- controls. Retrived from
233. http://nycosh.org/index. php?
page=Hierarchy-of-Hazard-Controls.
Manzoor, I., Daud, S., Hashmi, N.R.,
Sardar, H., Babar, M.S., & Malik, M. Sandeep, N., Shreemathi, M., Kalyan,
(2010). Needle stick injuries in nurses at a C., Teddy, A., Kapil, G., & Prachi, P.
tertiary health care facility. J Ayub Med Coll (2016). Work-related injuries and stress
Abbottabad, 22(3), 174-8. level in nursing professional.
International Journal of Medical Science
Memish, Z.A., Assiri, A.M., Eldalatony, and Public Health, 5(08).
M.M., Hathout, H.M., Alzoman, H.,
& Undaya, M. (2013). Risk analysis of Shani,P.B., Berry, D.L., Arcari,P.,
needle stick and sharp object injuries Langevine, H., & Wayne, P.M. (2016).
among health care workers in a tertiary care Mind-body exercises for nurses with
hospital (Saudi Arabia). J. Epidemiol chronic low back pain: An evidence-
Glob Health, 3(3), 123-9. based review. Nursing Research and
Practice, 2016. Article ID 9018036.
Mulyati, L., Rachman, D., & Herdiana,
Y. (2016). Fakor Determinan US.Bureau of Labor Statistics. (2013).
yang Memengaruhi BudayaKeselamatan For detailed citations, see OSHA’s “Facts
Pasiendi RS Pemerintah Kabupaten About Hospital Worker Safety” .
Kuningan. Jurnal Keperawatan Retrived from www.osha.gov/dsg/hospitals.
Padjadjaran, 4(2).
World Health Organization. The world
National Council on Compensation health report 2006-working together for
Insurance. (2013). Hospital workers’ health.
compensation claims for policy years 2005– Geneva, Switzerland: WHO. Retrived
2009. from www.who.int/whr/2006/whr06_en.pdf.
Ndejjo, R., Musinguji, G., Yu X., World Health Organization. (2013).
Buregyeya, E., Musoke,D., Wang, JS., ..., & The world health report 2006: Working
Ssempebwa, J. (2015). Occupational health together for health. Geneva,
hazards among healthcare workers in Switzerland: WHO. Retrived from
Kampala, Uganda. Journal of www.who.int/whr/2006/ whr06_en.pdf.
Environmental and Public Health,
2015.Article ID 913741.
JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 241

Anda mungkin juga menyukai