Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. M. R DENGAN


HIPERBILIRUBINEMIA

DI RUANG PERINATOLOGI

Disusun oleh :

TIM PERINATOLOGY

RS MITRA KELUARGA CIBUBUR

BEKASI

TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ikterus atau jaundice atau sakit kuning adalah warna kuning pada sklera mata,
mukosa dan kulit karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Istilah
jaundice berasal dari Bahasa Perancis yakni jaune yang artinya kuning. Dalam
keadaan normal kadar bilirubin dalam darah tidak melebihi 1 mg/dL (17
µmol/L) dan bila kadar bilirubin dalam darah melebihi 1.8 mg/dL (30 µmol/L)
akan menimbulkan ikterus. Ikterus adalah warna kuning yang dapat terlihat pada
sklera, selaput lender, kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Bila
kadar bilirubin darah melebihi 2 mg%, maka ikterus akan terlihat, namun pada
neonatus ikterus masih belum terlihat meskipun kadar bilirubin darah sudah
melampaui 5 mg%. Ikterus terjadi karena peninggian kadar bilirubin indirek
(unconjugated) dan atau kadar bilirubin direk (conjugated).

Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai dengan
pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak
terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara 8 9 klinis mulai tampak pada bayi
baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dL.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), AS, sekitar 60
persen dari seluruh bayi yang lahir mengalami sakit kuning. Ini merupakan
gejala utama kondisi hiperbilirubinemia. Tubuh bayi yang baru lahir belum
berkembang dengan sempurna sehingga belum dapat menyaring bilirubin
dengan baik. Hal ini menyebabkan tingginya kadar bilirubin dalam tubuh bayi.

Menurut laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ketakutan yang


berlebihan dalam menghadapi hiperbilirubinemia dapat menimbulkan hal-hal
yang tidak diharapkan, seperti meningkatnya kecemasan Ibu, menurunnya
aktivitas menyusui, terapi yang tidak perlu, dan biaya yang berlebihan.

Kasus kematian bayi baru lahir dapat terjadi karena 2 macam kejadian yaitu
karena pengaruh bawaan dari lahir dan pengaruh dari luar pasca post natal.
Faktor penyebab kematian salah satunya yang berasal dari luar adalah bayi
mengalami hiperbilirubin, pada minggu pertama kelahiranya.

Ikterus neonatorum pada bayi saat lahir biasa terjadi 25-50% neonates yang
sudah cukup bulan dan meninggi lagi pada neonates belum cukup bulan (IDI
2018).
Insiden hiperbilirubinemia sendiri pada tahun 2016 di Amerika ditemukan
sebanyak 65% Malaysia 75%, Indonesia 51,47%. Angka kejadian ikterus
neonatorum di dunia yang cukup tinggi ada di Amerika Serikat dari 4 juta
neonatus yang lahir setiap tahunya, sekitar 65% menderita ikterus dalam
minggu pertama kehidupanya (WHO 2016). Data tersebut menunjukan bahwa
hiperbilirubin menjadi salah satu penyebab angka kematian Bayi Baru Lahir
yang cukup tinggi.

1
Berdasarkan data Riset Kesehatan dasar (Riskesdas,2015), angka kejadian
hiperbilirubin/ikterus neonatorum pada bayi baru lahir di Indonesia sebesar
51,47% dengan faktor penyebabnya yaitu: Asfiksia51% BBLR 42,9% Sectio
Caesarea 18,9%, Prematur 33,3%, Kelainan Congenital 2,8%, dan Sepsis 12%.

Berdasarkan data angka kejadian ikterus neonatus di RS Mitra Keluarga


Cibubur Ruang Perinatologi Tahun 2021 0,7 % bayi di sinar di ruang
perinatologi

B. TUJUAN PENULISAN
Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, penulis mengemukakan tujuan umum
dan tujuan khusus:

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan dan memberikan sebuah pengalaman tindakan yang


pernah dilakukan langsung dalam memberikan asuhan keperawatan klien
dengan hiperbelirubin yang komprehensif meliputi aspek bio, psiko, sosial
dan spiritual melalui pendekatan proses asuhan keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulis dalam penulisan Ronde Keperawatan ini, agar
penulis dapat :
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada klien dengan
hiperbilirubin
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada klien dengan
hiperbilirubin
c. Mampu mendeskripsikan rencanaan Asuhan keperawatan pada klien
dengan hiperbilirubin
d. Mampu mendeskripsikan implementasikan Asuhan keperawatan pada
klien dengan hiperbilirubin
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi tindakan keperawatan yang telah
diberikan pada klien dengan hiperbilirubin
f. Mampu membandingkan konsep teori didalam buku dengan kenyataan
pada klien dengan hiperbilirubin

C. MANFAAT
1. Bagi perawat
a. Terciptanya komunikasi perawatan yang professional
b. Terjalinnya kerajasama antar Tim
c. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan
benar.

2. Bagi pasien
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.

2
BAB II
KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN
Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah,
baik oleh faktor fisiologik maupun non-fisiologik, yang secara klinis ditandai
dengan ikterus. Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai
produk akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi
reduksi. Karena sifat hidrofobiknya, bilirubin tak terkonjugasi diangkut dalam
plasma, terikat erat pada albumin. Ketika mencapai hati, bilirubin diangkut ke
dalam hepatosit, terikat dengan ligandin. Setelah diekskresikan ke dalam usus
melalui empedu, bilirubin direduksi menjadi tetrapirol tak berwarna oleh
mikroba di usus besar. Bilirubin tak terkonjugasi ini dapat diserap kembali ke
dalam sirkulasi, sehingga meningkatkan bilirubin plasma total. Pengobatan pada
kasus hiperbilirubinemia dapat berupa fototerapi, intravena immunoglobulin
(IVIG), transfusi pengganti, penghentian ASI sementara.

Hiperbilirubinemia adalah kondisi dimana tingginya kadar bilirubin yang


terakumulasi dalam darah dan akan menyebabkan timbulnya ikterus, yang mana
ditandai dengan timbulnya warna kuning pada kulit, sklera dan kuku.
Hiperbilirubinemia merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi baru lahir.
Pasien dengan hiperbilirubinemia neonatal diberi perawatan dengan fototerapi
dan transfusi tukar (Kristianti ,dkk, 2015)

B. ETIOLOGI

1. Faktor Bayi

Faktor yang bisa memicu terjadinya ikterus neonatorum yaitu

a. Berat badan lahir < 2500 gram

Karena belum matangnya fungsi hati pada bayi untuk memproses


eritrosit (sel darah merah) (Putri & Rositawati, 2017). Metabolisme
bilirubin pada neonatus berada dalam bentuk peralihan dari tingkat janin
dimana plasma sebagai jalan utama pembuang bilirubin yang sudah larut
dalam lipid, menjadi tingkat dewasa, dimana bentuk terkonjugasi dan
larut didalam air dikelurkan oleh sel-sel hati kedalam sistem empedu
untuk selanjutnya kedalam saluran pencernaan.

b. Inkompatibilitas golongan darah AB-O

Penyebabnya yaitu hemolisis yang timbul akibat Inkompatibilitas


golongan darah AB-O. Hemolisis tersebut dapat timbul akibat perarahan
tertutup (hematomcepal,perdarahan subaponeurotik) atau bisa juga
disebut inkompabilitas darah RH (Manggiasih & Jaya, 2016).

c. Asfiksia

3
Bayi yang lahir dengan riwayat asfiksia, hal ini terjadi karena kurangnya
asupan oksigen pada organ-organ tubuh neonatus, sehingga fungsi kerja
organ tidak optimal. Asfiksia juga dapat mengakibatkan perubahan
fungsi hati karena kurangnya oksigen. Glikogen yang dihasilkan tubuh di
dalam hati berkurang, sehingga hal tersebut mengakibatkan terjadinya
ikterus dalam jangka panjang (Putri & Rositawati, 2017).

2. Faktor ASI

Hipotesis terbaru menunjukkan bahwa ikterus ASI yang terjadi sebenarnya


akibat peningkatan jumlah glukronidase yang terkandung di dalam ASI, yang
akan memicu peningkatan absorpsi bilirubin oleh usus, ikterus yang
berhubungan dengan pemberian ASI suatu kejadian yang berbeda, tampak
berhubungan dengan berhasil atau tidaknya proses menyusui pada bayi baru
lahir. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa bayi baru lahir yang tidak
menyusu dengan baik lebih cenderung memiliki kadar bilirubin yang lebih
dari rata-rata dari pada yang menyusu dengan baik.

Peningkatan kadar bilirubin yang berhubungan dengan ikterus ASI


memerlukan terapi sinar dan penghentian pemberian ASI sementara. Ikterus
yang berhubungan dengan ASI biasanya bersifat sementara (Reeder &
Martin, 2012). Pemberian ASI awal yang tidak sesuai dikaitkan dengan
pengurangan asupan kalori, penurunan berat badan yang drastis dan
peningkatan bilirubin serum yang tinggi dalam hari pertama kehidupan.

Kurangnya asupan kalori dapat meningkatkan sirkulasi enterohepatik dan


mekanisme menyusui yang sesuai diperkirakan mengurangi intensitas
kenaikan bilirubin didalam kehidupan awal yaitu karena pengeluaran
mekonium awal dari saluran pencernaan sehingga dapat mencegah sirkulasi
bilirubin dari saluran pencernaan melalui portal sistem ke sirkulasi sistemik
(Herawati & Indriati, 2017).

3. Gangguan transportasi bilirubin


4. Gangguan eksresi
5. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar

C. KLASIFIKASI
Atikah dan Jaya, (2016), membagi ikterus menjadi 2 :
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis sering dijumpai pada bayi dengan berat lahir rendah, dan
biasanya akan timbul pada hari kedua lalu menghilang setelah minggu kedua.
Ikterus fisiologis muncul pada hari kedua dan ketiga. Bayi aterm yang
mengalami hiperbilirubin memiliki kadar bilirubin yang tidak lebih dari 12
mg/dl, pada BBLR 10 mg/dl, dan dapat hilang pada hari ke-14. Penyebabnya
adalah karena bayi kekurangan protein Y, dan enzim glukoronil transferase.

2. Ikterus Patologis
Ikterus patologis merupakan ikterus yang timbul segera dalam 24 jam
pertama, dan terus bertambah 5mg/dl setiap harinya, kadar bilirubin untuk
bayi matur diatas 10 mg/dl, dan 15 mg/dl pada bayi prematur, kemudian

4
menetap selama seminggu kelahiran. Ikterus patologis sangat butuh
penanganan dan perawatan khusus, hal ini disebabkan karna ikterus patologis
sangat berhubungan dengan penyakit sepsis.
Tanda-tandanya adalah :
a. Ikterus muncul dalam 24jam pertama dan kadal melebihi 12mg/dl
b. Terjadi peningkatan kadar bilirubin sebanyak 5 mg/dl dalam 24jam
c. Ikterus yang disertai dengan hemolisis
d. Ikterus akan menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayi aterm , dan
14 hari pada bayi BBLR.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lendir, kulit atau organ
lain akibat penumpukan bilirubin
2. Ikterik terjadi pada 24 jam pertama
3. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam
4. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonatus cukup bulan, dan 12,5
mg% pada neonatus kurang bulan.
5. Ikterik yang disertai proses hemolisis
6. Ikterik yang disertai dengan berat badan lahir kurang 2000 gr, masa gestasi
kurang 36 minggu

E. PATOFLOW

5
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis pada ikterik neonatus menurut (Marmi , 2015):
1. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin
Menyusui bayi dengan ASI, bilirubin dapat pecah jika bayi banyak
mengeluarkan feses dan urine, untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI.
Seperti yang diketahui ASi memiliki zat zat terbaik yang dapat memperlancar
BAB dan BAK

2. Fototerapi
Fototerapi diberikan jika kadar bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang
sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air, dan
dikeluarkan melalui urine, tinja, sehingga kadar bilirubin menurun.
a. Cara kerja fototerapi Foto terapi dapat menimbulkan dekomposisi
bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi
senyawa dipirol yang mudah larut dalam air dan cairan empedu duodenum
dan menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu kedalam
usus sehingga peristaltic usus meningkat dan bilirubin akan keluar dalam
feses.

b. Komplikasi fototerapi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada fototerapi adalah:

6
1.) Terjadi dehidrasi karena pengaruh sinar lampu dan mengakibatkan
peningkatan Insensible Water Loss (penguapan cairan). Pada BBLR
kehilangan cairan dapat meningkat 2-3 kali lebih besar.
2.) Frekuensi defekasi meningkat sebagai akibat meningkatnya bilirubin
indirek dalam cairan empedu dan meningkatkan peristaltic usus.
3.) Timbul kelainan kulit sementara pada daerah yang terkena sinar
(berupa kulit kemerahan) tetapi akan hilang jika fototerapi selesai.
4.) Gangguan pada retina jika mata tidak ditutup.
5.) Kenaikan suhu akibat sinar lampu, jika hal ini terjadi sebagian lampu
dimatikan, tetapi diteruskan dan jika suhu terus naik, lampu semua
dimatikan sementara, dan berikan ekstra minum kepada bayi.

3. Transfusi tukar
Transfuse tukar dilakukan pada keadaan hyperbilirubinemia yang tidak dapat
diatasi dengan tindakan lain, misalnya telah diberikan fototerapi kadar
bilirubin tetap tinggi. Pada umumnya transfuse tukar dilakukan pada ikterus
yang disebabkan hemolisis yang terdapat pada ketidakselarasan rhesus ABO,
defisiensi enzim glukuronil transferase G-6-PD, infeksi toksoplasmosis dan
sebagainya. Indikasi untuk melakukan transfusi tukar adalah kadar bilirubin
indirek lebih dari 20 mg%, peningkatan kadar bilirubin indirek cepat yaitu
0,3-1 mg% per-jam, anemia berat pada neunatus dengan gejala gagal jantung,
bayi dengan kadar hemoglobin tali pusat kurang dari 14 mg% dan uji comb
positif. Tujuan transfuse tukar adalah mengganti ertitrosit yang dapat menjadi
hemolisis, membuang 13 antibody yang menyebabkan hemolisis,
menurunkan kadar bilirubin indirek dan memperbaiki anemia.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi pada bayi hyperbilirubinemia adalah :

1. Kern ikterus (ensefalopati biliaris)


2. Kerusakan sel sel saraf
3. Tuli (kerusakan nervus auditorius)
4. Kerusakan jaringan otak
5. Kejang

7
BAB III

PERENCANAAN

Topik : Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ikterus Neonatus

Sasaran : By. M. R

Waktu : 13.00 WIB

Hari / Tanggal : 25 Januari 2022

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan ronde keperawatan di harapkan masalah klien dapat teratasi

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan keperawatan di harapkan seluruh tim keperawatan mampu :

a. Menumbuhkan cara berfikir kritis


b. Menumbuhkan cara berfikir tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah klien
c. Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
d. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
e. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
h. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan

3. Sasaran

Pasien . By. M. R umur 7 hari di Ruang Perinatologi RS Mitra Keluarga Cibubur.

4. Materi
a. Teori yang berhubungan dengan hiperbilirubinemia
b. Masalah - masalah keperawatan yang muncul pada klien
5. Metode
a. Diskusi
b. Bedside teaching
6. Media
a. PPT
b. Proposal

7. Proses Ronde

No Tahap Waktu Penanggung Jawab

8
1 Pra Ronde 12 Januari 2022 Ns. Christiani Dwi
Irtanti, S.Kep
- Menentukan kasus & topik

- Menentukan Tim ronde

- Informed Consent

- Membuat Pra planning

- Diskusi

- Mencari sumber literatur

2 Ronde 26 Januari 2022 Seluruh Anggota

- Penyampaian Masalah

- Diskusi

- Validasi data ke pasien dan


keluarga

3 Post Ronde : Januari 2022 Seluruh Anggota

- Evaluasi Pelaksanaan Ronde

- Revisi & Perbaikan

8. Evaluasi Ronde

Cibubur, Januari 2022

Mengetahui,

Kabag Keperawatan Ka. Sub Mutu

(Ns. Christiani Dwi Irtanti, S.Kep) (Ns. Desi Megasari, S.Kep

9
LAPORAN PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN

DI RUANG PERINATOLOGI

RUMAH SAKIT MITRA KELUARGA CIBUBUR

Hari / Tanggal : Rabu, 26 Januari 2022

Waktu : 13:00 WIB

Topik : Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ikterik Neonatus

1. Tujuan
a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan ronde keperawatan di harapkan masalah klien dengan


Hiperbilirubinemia dapat teratasi dan perawat dapat menerapkan asuhan
keperawatan dengan ikterus neonatus di lapangan pekerjaan.

b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan keperawatan di harapkan seluruh tim keperawatan mampu:

1.) Menumbuhkan cara berfikir kritis


2.) Menumbuhkan cara berfikir tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien
3.) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
4.) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
5.) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
6.) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7.) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
8.) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan

2. Sasaran
Pasien By M. R umur 7 hari, di Ruang Perinatologi RS Mitra Keluarga Cibubur.
3. Materi
a. Teori yang berhubungan dengan Hiperbilirubinemia
b. Masalah - masalah keperawatan yang muncul pada klien
4. Metode
a. Diskusi
b. Secara offline
5. Media
a. PPT
b. Proposal
c. Rekam Medis
d. Laptop

10
6. Proses keperawatan
By. M. R Usia (7 Hari ) Dengan Ikterus Neonatorum
a. Pengkajian Keperawatan
1.) Identitas Pasien

By. M. R (7 Hari) jenis kelamin laki-laki masuk kerumah sakit Mitra


Keluarga Cibubur tgl 25/01/2022 dengan diagnosa medis Ikterus
Neonatus dengan Bilbayi 19,10 mg/dL

2.) Resume

By. M. R (7 Hari) datang dari Poli Dr. Hanum tanggal 25/01/2022 jam
09.45 WIB datang keluhan kuning sejak kemarin. Keadaan umum sakit
sedang, kesadaran composmentis, akral teraba hangat, nadi teraba kuat,
ikterik, BB Masuk 3312 gr, mengobservasi TTV Nadi 144 x/menit, Suhu
36,9oC Pernafasan 42 x/menit. Masalah yang ditemukan ikterik seluruh
tubuh, sklera ikterik. Evaluasi secara umum ibu bayi mengatakan bayi
kuning sejak kemari, minum full asi tiap 2 jam, BAB Tiap 3-4 hari.
Masalah belum teratasi tujuan belum tercapai dilanjutkan di ruangan
perawatan.

3.) Riwayat kesehatan

a.) Keluhan utama

Bayi kuning sejak kemarin

b.) Riwayat Penyakit Sekarang

Bayi kontrol dan cek bilbayi kemarin, hasil 19,10 mg/dl, saran rawat
inap untuk triple fototerapi tetapi orangtua bayi minta dirawat hari
ini saja

c.) Riwayat Kelahiran

Riwayat Bayi lahir secara spontan jam 16.25 wib dari ibu G4P3A0
H 39 minggu, A/S 9/10, ketuban jernih, BBL : 3284 gr, PB : 51 Cm,
LK 34 cm, LD 34 cm, LP 30 cm.

d.) Riwayat ANC

Tidak ada riwayat penyakit saat hamil

e.) Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat penyakit, dan saat ini di keluarga tidak ada yang
sedang sakit . Pasien Anak Yang diharapkan. Agama islam.

f.) Riwayat Pemeriksaan Penunjang Sebelum Masuk Rumah Sakit

Lab : bilirubin bayi 19,10 mg/dl

11
g.) Riwayat Pengobatan Sebelum Masuk Rumah Sakit

Tidak ada

h.) Riwayat Imunisasi

Hepatitis B dan Polio Tgl 19.01.2022

4.) Pemeriksaan Fisik

a.) Respirasi

Pola nafas normal, suara nafas vesikuler, jenis pernafasan dengan


pernafasan perut, irama nafas teratur, tidak kesulitan bernafas, batuk
dan sekresi tidak ada, RR : 42 x/mnt.

b.) Kardiovaskuler

Warna kulit normal, . Denyut nadi teratur, akral hangat, CRT < 3 detik,
pulpasi kuat, irama jantung reguler, suara jantung normal

c.) Neurologi

Kesadaran composmentis. Instirahat Tidur : Tidur Terus Siang Hari 8


jam/hari dan Malam Hari 8 jam/har. Mata bersih, reaksi terhadap cahaya
ada, sklera mata ikterus, konjungtiva normal. Tangisan kuat, Kepala
tidak ada kelainan, ubun-ubun datar. Gerakan aktif dan kejang tidak ada.
Reflek Rooting Ada, Sucking Ada, Menelan Ada, Moro Ada.

d.) Urologi

BAK frekuensi 3-4 x/hari warna jernih, BAK Terakhir Tanggal


25.01.2022 Time 09:40:00, tidak ada keluhan saat BAK, tidak terpasang
alat bantu. Testis sudah turun, rugae jelas, hipospadia tidak ada.

e.) Gastrointestinal

Mulut dan lidah tidak ada kelainan, kelenjar tiroid normal, KGB tidak
teraba, Abdomen Supel, Bising Usus 15 x/menit, Lingkar Perut 30 cm,
Anus Ada, Minum asi, BAB Frekuensi 3-4 x/hari, warna kuning
ampas,BAB Terakhir Tanggal 25.01.2022, tidak ada keluhan.

f.) Integument

Warna ikterik, turgor baik, kulit kering, kulit kepala bersih , Tali Pusat
Ada, punctum umbilical kering, luka tidak ada. cacat/syndrome belum
diketahui. tanda lahir tidak ada, Cephal Hematoma Tidak Ada, Caput
Sucedanium Tidak Ada

g.) Riwayat Transfusi Darah

Belum pernah

12
h.) Menggunakan Restrain

Tidak menggunakan restrain

5.) Skrining Nyeri

Ekspresi wajah rileks, menangis keras dan terus menerus, pernapasan


normal, pergelangan tangan rileks, kaki rileks, kesadaran tenang.

Total skor 1. kategori : tidak ada nyeri/nyeri ringan.

6.) Skrining Gizi

Pasien tidak tampak kurus, tidak terjadi penurunan


BB selama 1 bulan terakhir, tidak Diare ≥ 5 x/hari
atau muntah > 3x/hari selama 1 minggu terakhir dari
asupan makanan berkurang selama 1 hari, tidak
terdapat penyakit/keadaan yang mengakibatkan
pasien beresiko mengalami malnutrisi.

Total skor 0. Ket : resiko rendah

7.) Downscore

Pernafasan < 60, Sianosis Tidak ada, Retraksi Tidak ada, Suara nafas
Grunting Tidak ada, Kualitas suara inspirasi Bersih.

Total Nilai 0

b. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Bilirubin Bayi : 19, 10 mg/dL

c. Terapi Medis

Triple Fototherapi

Cek Bilirubin Bayi Besok Pagi

Diit ASI Adlib

13
d. Analisa Data

No Data Fokus Masalah Etiologi

1 DS : Ibu Bayi Mengatakan Ikterik Neonatus Usia Kurang


Bayi Kuning Sejak Kemarin Dari 7 hari.
DO : Pasien tampak ikterik
seluruh tubuh, sklera
kuning,hasil bilirubin bayi
19,10mg/dl

2 DS : Ibu bayi mengatakan di ketidak


rumah bayi minum asi full tiap Menyusui Tidak adekuatan suplai
2 jam dan langsung menetek, Efektif asi
DO : bayi masih menangis
setelah menetek

3 DS : - perubahan laju
DO : akral hangat,suhu Risiko metabolime
36,9oC,bayi terpasang Termoregulasi
fototerapi tripel tidak efektif

e. Diagnosis Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Paraf dan


ditemukan teratasi Nama Jelas

1. Ikterik neonatus 25/01/22 Dewi


berhubungan dengan usia
bayi kurang dari 7 hari
ditandai dengan profil
darah abnormal, kulit
kuning,sklera kuning

2. Menyusui tidak efektif : 25/01/22 Dewi


berhubungan dengan
ketidakadekuatan suplai
ASI ditandai dengan
intake bayi tidak adekuat.

3. Resiko termoregulasi tidak 25/01/22 Dewi


efektif : berhubungan
dengan perubahan laju
metabolime ditandai
dengan kulit kemerahan

14
f. Intervensi Keperawatan

Tgl No
Dia Diagn Tujuan dan Rencana keperawatan
gno osis Kriteria
sis Keper Hasil
awatan

15
25/1 1 Ikterik Setelah 1. Fototerapi : Neonatus
/22 neonat dilakukan - kaji ulang riwayat ibu & bayi
us: tindakan adanya resiko hiperbilirubin spt
berhub keperawat Rh/ABO yang berbeda,
ungan an 3x24 polycythemia, sepsis, prematur
denga jam di & malpresentasi
n usia harapkan - Observasi tanda2 dari jaundice
bayi ikterik - Periksa kadar serum bilirubin
kurang berkurang sesuai kebutuhan, sesuai
dari 7 dengan prosedur/permintaan dokter
hari, kriteria - Gunakan penutup mata untuk
ditand hasil : menutupi kedua mata, hindari
ai - Berat penekanan yang berlebihan
denga Badan 2. pendidikan orang tua : bayi
n - Warna - kaji pengetahuan
profil Kulit - monitor kebutuhan belajar
darah - Kadar - motivasi orang tua untuk
abnor bilirubin memegang,memeluk,memijat
mal, - Eliminasi dan menyentuh bayi
sklera Urine - tunjukkan bagaimana tekhnik
kuning menenangkan bayi
, kulit 3. Perawatan Bayi Baru Lahir
kuning - Monitor warna kulit, suhu, dan
kelembaban
- Monitor berat badan bayi
- Monitor asupan dan keluaran

16
25/1 2 Menyu Setelah 1. Konseling Laktasi
/22 sui dilakukan - Kaji keinginan dan motivasi ibu
tidak tindakan untuk melakukan kegiatan
efektif keperawat menyusui dan juga persepsi
:berhu an 3x24 mengenai menyusui
bunga jam di - Jelaskan tanda bahwa bayi
n harapkan membutuhkan makan, antara lain
denga dapat : reflek menghisap, diam dan
n menyusui terjaga
ketida efektif - Monitor kemampuan bayi untuk
kadek dengan menghisap
uatan kriteria - Diskusikan pilihan untuk
suplai hasil : mengeluarkan ASI
ASI, - Isyarat/ (menggunakan tangan, manual,
ditand tanda dan atau pompa listrik)
ai bayi 2. Pengurangan kecemasan
denga kelaparan - Gunakan pendekatan yang
n - Manfaat tenang dan meyakinkan
intake dari - Berikan informasi faktual terkait
bayi menyusui diagnosis, perawatan dan
tidak ASI prognosis
adekua - Posisi - Berikan objek yang
t bayi yang menunjukkan perasaan aman
tepat saat - Bantu pasien mengidentifikasi
menyusui situasi yang memicu kecemasan
- Evaluasi 3. Manajemen Nutrisi
reflek - Kaji status gizi pasien dan
menelan kemampuan untuk memenuhi
bayi kebutuhan gizi
- Edukasi pasien mengenai
kebutuhan nutrisi
- Lakukan atau bantu pasien untuk
perawatan mulut sebelum makan
- Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan

17
25/1 3 Resiko Setelah 1. Manajemen Lingkungan :
/22 termor dilakukan Kenyamanan
egulasi tindakan - Ciptakan suasana lingkungan
tidak keperawat yang tenang dan mendukung
efektif an 3x24 - Sesuaikan suhu ruangan yang
: jam di paling membuat nyaman
berhub harapkan individu
ungan dapat suhu - Hindari paparan dan aliran udara
denga tubuh yang tidak perlu : terlalu panas,
n stabil terlalu dingin
peruba dengan 2. Manajemen Cairan
han kriteria - Timbang BB setiap hari dan
laju hasil : monitor status pasien
metab - Perubah - Timbang popok dan hitung
olime an pengeluaran cairan sesuai
ditand warna standar
ai kulit - Tingkatkan asupan oral sesuai
denga - Dehidra kebutuhan
n kulit si 3. Pengaturan Suhu
kemer - Peningk - Monitor suhu tiap 2 jam sesuai
ahan atan kebutuhan
suhu - Monitor dan laporkan adanya
kulit tanda dan gejala dari
- Paparan hipo/hipertermia
panas - Sesuaikan suhu lingkungan
berlebih untuk kebutuhan pasien

g. Plan Evaluasi

No Diagnosis Evaluasi Tgl Evaluasi


Keperawatan

1 Ikterik 27/01/22
neonatus: Berat badan meningkat, ikterik
berhubungan berkurang, kadar bilirubin <12
dengan usia mg/dl, urine jernih, diuresis lebih
bayi kurang dari 1 cc
dari 7 hari,
ditandai
dengan profil
darah
abnormal,
sklera kuning,
kulit kuning

Menyusui 27/01/22
2 tidak Ibu dapat mengetahui : manfaat

18
efektif :berhub
ungan dengan menyusui, tanda bayi kelaparan,
ketidakadekuat posisi yang tepat saat menyusui,
an suplai ASI, mampu mengevaluasi reflek
ditandai menelan bayi.
dengan intake
bayi tidak
adekuat

Resiko 27/01/22
3 termoregulasi Tidak ada tanda dehidrasi, membran
tidak efektif : mukosa lembab, ikterik berkurang,
berhubungan suhu normal 36,5-37,5 C
dengan
perubahan laju
metabolime
ditandai
dengan kulit
kemerahan

h. Implementasi Keperawatan

No Tgl Diagnosis Implementasi Jam Respon Nama


Keperawatan Perawat

1. 25/1/ Ikterik Fototerapi : 10:30 bayi mulai Dewi


22 neonatus: Neonatus difototerapi
berhubungan triple, penutup
dengan usia mata terpasang
bayi kurang dengan baik
dari 7 hari,
ditandai 15:00 memoinitor Ira
dengan profil bayi terpasang
darah fototerapi
abnormal, triple dan
sklera kuning, penutup mata
kulit kuning terpasang
dengan baik

18:00 memasang Ira


fototerapi
tirpel dengan
penutup mata
terpasang
dengan baik

19
21:00 memoinitor Ira
bayi terpasang
fototerapi
triple dan
penutup mata
terpasang
dengan baik

26/1/ 00.00 memasang foto Nisa


22 therapi triple
dengan
penutup mata
terpasang baik

03.00 mengobservasi Nisa


tanda tanda
jaundice,
memoinitor
bayi terpasang
fototerapi
triple dan
penutup mata
terpasang
dengan baik

06.00 Memasang Ayu


fototherapi
pada bayi,
penutup mata
terpasang baik,
ikterik mulai
berkurang

07:45 Bayi Selesai Nia


Minum. Bayi
Kembali di
Fototherapy
dengan
mengenakan
penutup mata

09:30 Memberitahu Nia


Ibu Bayi, Hasil
Bilirubin Bayi
11, 70.

25/1/ pendidikan 11:30 memotivasi ibu Dewi


22 orang tua : bayi untuk
bayi mengajak
berkomunikasi
saat menyusui
bayi agar

20
bounding lebih
erat

26/1/ 00.00 memotivasi ibu Nisa


22 bayi untuk
mengajak
berkomunikasi
saat menyusui
bayi agar
bounding lebih
erat

10:07 memotivasi ibu Nia


bayi untuk
mengajak
berkomunikasi
saat menyusui
bayi agar
bounding lebih
erat

25/1/ Perawatan 09:50 bayi menangis, Dewi


22 Bayi Baru ibu bayi
Lahir menyusui bayi
di ruang
laktasi, reflek
hisap baik

11:30 memonitor Rani


tanda-tanda
hiperbilirubin
dengan tepat,
klinis ikterik
seluruh tubuh

15:00 mengobservasi Ira


klinis
bayi,tampak
ikterik masih
ada

18:00 mengobservasi Ira


bayi,warna
kulit bayi
ikterik,membra
n mukosa
lembab

21:00 memonitor Ira


tanda-tanda
hiperbilirubin
dengan tepat,

21
klinis ikterik
seluruh tubuh

26/1/ 00.00 mengobservasi Nisa


22 klinis bayi,bayi
tampak ikterik

03.00 mengobservasi Ayu


bayi, klinis
bayi masih
ikterik, mukosa
bibir lembab,
turgor elastis

06.00 Memonitor Ayu


warna kulit
bayi, ikterik
mulai
berkurang,
mukosa bibir
lembab turgor
kulit elastis

07:00 Mengobservasi Nia


bayi, klinisbayi
masih ikterik,
mukosa bibir
lembab, turgor
elastis

2 25/1/ Menyusui Konseling 11:30 menganjurkan Dewi


22 tidak Laktasi ibu bayi untuk
efektif :berhu memompa asi
bungan tiap 3 jam
dengan sekali dan
ketidakadeku banyak
atan suplai mengkonsumsi
ASI, ditandai makanan
dengan intake bergizi dan
bayi tidak banyak minum
adekuat air putih

17:13 Bayi di Susui Nia


di Ruang
Laktasi, Reflek
Hisap Pintar.
Memotivasi
Ibu Untuk
Menyusui

26/1/ 00:00 mendiskusikan Nisa

22
22 pilihan untuk
mengeluarkan
asi dengan
menggunakan
pompa elektrik

10:08 Menganjurkan Nia


ibu banyak
mengkonsumsi
makanan
bergizi dan
banyak minum
air putih

25/1/ Pengurangan 11:30 mengedukasi Dewi


22 kecemasan ibu bayi agar
lebih tenang
dan semangat
untuk
memompa asi

26/1/ 00:00 mengedukasi Nisa


22 ibu bayi agar
lebih tenang
dan semangat
untuk
memompa asi

10:07 mengedukasi Nia


ibu bayi agar
lebih tenang
dan semangat
untuk
memompa asi

25/1/ Manajemen 11:30 memotivasi ibu Dewi


22 Nutrisi bayi untuk
memompa asi
tiap 3 jam
untuk
memenuhi
kebutuhan
cairan bayi

17:00 Memberi Bayi Nia


Minum ASI
Persendok.
Reflek
Menelan Baik

26/1/ 00:00 Mengedukasi Ayu


22 ibu bahwa

23
kebutuhan
cairan bayi
meningkat
karena di
fototherapi

10:09 Mengedukasi Nia


ibu bahwa
kebutuhan
cairan bayi
meningkat
karena di
fototherapi

3. 25/1/ Keamanan Manajemen 16:00 menciptakan Ira


22 dan proteksi : Lingkungan : linglkumgam
Resiko Kenyamanan yang nyaman
thermoregula untuk bayi
si tidak
efektif 00.00 Mengatur suhu Ayu
ruangan,
menghindarkan
bayi dari
paparan udara
yang terlalu
dingin atau
panas

10:09 Mengatur suhu Nia


ruangan,
menghindarkan
bayi dari
paparan udara
yang terlalu
dingin atau
panas

Manajemen 11:30 mengecek Dewi


Cairan pampers bayi
BAB : kuning
ampas, BAK :
kuning jernih

15:00 mengganti Ira


pampers
bayi,bab :
kuning
ampas,bak :
kuning jernih

16:00 mengganti Ira


pampers

24
bayi,bab 1x :
kuning
ampas,bak :
Kuning Jernih

18:00 mengecek Ira


pampers bersih

21:00 mengganti Ira


pampers bab
dan bak ada

00.00 mengganti Nisa


pampers
bayi,bab 1x :
kuning
ampas,bak :
Kuning jernih.

03.00 Mengganti Ayu


pampers bayi,
BAK ada
warna pekat,
bayi disusui
oleh ibu

06.00 Menimbang Ayu


bayi BBS
3322gr,
mengganti
pampers BAK
ada warna
kuning pekat,
memberi
minum asi per
oral

07:30 Memberi bayi Nia


minum
persendok.
reflekhisap
pintar
Mengganti
pampers bayi,
BAK ada warna
pekat, BAB 1x
Hijau Dempul

09:30 Memberi bayi Nia


minum ASI
persendok.
reflek hisap

25
pintar
Mengganti
pampers bayi,
BAK ada warna
pekat, BAB 1x
Hijau Ampas

Pengaturan 11:30 mengobservasi Dewi


Suhu bayi, akral
hangat,
abdomen
supel, suhu
ruangan hangat

15:00 mengatur suhu Ira


ruangan agar
tetap hangat

18:00 mengobservasi Ira


bayi akral
hangat

21:00 mengobservasi Ira


bayi, akral
hangat, suhu
ruangan hangat

23.00 mengobservasi Nisa


suhu dan
memonitor
tanda
hipertermi,men
gatur suhu
ruang hangat

03.00 memonitor Ayu


suhu bayi,
tidak ada tanda
dan gejala
hipotermi atau
h

06.00 Mengatur suhu Ayu


lingkungan
sesuai
kebutuhan bayi

10:06 Mengatur suhu Nia


lingkungan
sesuai
kebutuhan bayi

26
i. Evaluasi Keperawatan

Diagnosis Tgl Akhir Jam SOAP Nama


Keperawatan Evaluasi Perawat

Nutrisi dan 25/1/22 13:00 S: - Rani


Cairan : Ikterik O: Keadaan umum
Neonatus bayi: sakit sedang,
kesadaran:
composmentis, klinis
ikterik seluruh tubuh,
terpasang fototerapi
triple dengan penutup
mata terpasang dengan
baik. S: 36,8C, HR:
142x/mnt, RR:
44x/mnt. BAB 1x ,
BAK: 40 Diuresis: 4,4
cc/kgbb/jam Balance:
(-) 10 cc
A: 1. Ikterik Neonatus
P : Lanjutkan
Diagnosis 1
intervensi :
-Fototerapi Neonatus
-Pendidian orang tua:
bayi
-Perawatan Bayi Baru
Lahir

20:00 S: - Ira
O: Keadaan umum
bayi: sakit sedang,
kesadaran:
composmentis, bayi
aktif gerak menangis
kuat, mukosa bibir
lembab
turgorkulit elastis, S:
36,7C, HR: 142x/mnt,
RR: 46x/mnt. BAB
2x , BAK: 40 Diuresis:
4,7 cc/kgbb/jam
Balance: (-) 105 cc
A:
2. Menyusui tidak
efektif
P : Lanjutkan

27
Diagnosis 2,
Intervensi:
- Konseling laktasi
- Pendidikan orang tua
bayi
- Pengurangan
kecemasan

26/1/22 06:00 S: - Ayu


O: Keadaan umum
bayi: sakit sedang,
kesadaran:
composmentis, klinis
ikterik seluruh tubuh,
terpasang fototerapi
triple dengan penutup
mata terpasang dengan
baik. S: 36,9C, HR:
144x/mnt, RR:
43x/mnt. BAB 4x ,
BAK: 65 Diuresis: 2,2
cc/kgbb/jam Balance:
(+) 35cc
A: 1. Ikterik Neonatus
P : Lanjutkan
Diagnosis 1
intervensi :
-Fototerapi Neonatus
-Pendidian orang tua:
bayi
-Perawatan Bayi Baru
Lahir

11:00 S: - Nia
O: Keadaan umum bayi
sakit sedang,
kesadaran: compos
mentis, sesak dan
sianosis tidak ada.
pernapasan cuping
hidung dan retraksi
dada tidak ada,
bayi nafas spontan
tanpa terapi oksigen,
bayi aktif gerak
menangis kuat,klinis
ikterik
berkurang,Bilirubin Bayi
: 11,70 mg/dL. S: 36,8
C, HR: 150x/mnt, RR:
45x/mnt. BAB 2x , BAK:
59 Diuresis/Shift : 4,4

28
cc/kgbb/jam.
Balance/Shift: (+) 101
cc
A: 1. Ikterik Neonatus
Teratasi
2.
P : Hentikan Intervensi
Diagnosis 1
Bayi Pulang Perawatan.
Kontrol Tgl 31/1/22

25/1/22 Jam S: - Rani


Nutrisi dan 13:00 O: Keadaan umum
Cairan : bayi: sakit sedang,
Menyusui kesadaran:
tidak efektif composmentis, bayi
aktif gerak menangis
kuat, mukosa bibir
lembab
turgorkulit elastis,
S: 36,8C, HR:
142x/mnt, RR:
44x/mnt. BAB 1x ,
BAK: 40 Diuresis: 4,4
cc/kgbb/jam Balance:
(-) 10 cc
A: 2. Menyusui tidak
efektif
P : Lanjutkan
Diagnosis 2,
Intervensi:
- Konseling laktasi
- Pendidikan orang tua
bayi
- Pengurangan
kecemasan

20:00 S: - Ira
O: Keadaan umum
bayi: sakit sedang,
kesadaran:
composmentis, bayi
aktif gerak menangis
kuat, mukosa bibir
lembab
turgorkulit elastis, S:
36,7C, HR: 142x/mnt,
RR: 46x/mnt. BAB
2x , BAK: 40 Diuresis:
4,7 cc/kgbb/jam
Balance: (-) 105 cc

29
A:
2. Menyusui tidak
efektif
P : Lanjutkan
Diagnosis 2,
Intervensi:
- Konseling laktasi
- Pendidikan orang tua
bayi
- Pengurangan
kecemasan

26/1/22 06:00 S: - Ayu


O: Keadaan umum
bayi: sakit sedang,
kesadaran:
composmentis, bayi
aktif gerak menangis
kuat, mukosa bibir
lembab
turgorkulit elastis, S:
36,9C, HR: 144x/mnt,
RR: 43x/mnt. BAB
4x , BAK: 65 Diuresis:
2,2 cc/kgbb/jam
Balance: (+) 35cc
A:
2. Menyusui tidak
efektif
P : Lanjutkan
Diagnosis 2,
Intervensi:
- Konseling laktasi
- Pendidikan orang tua
bayi
- Pengurangan
kecemasan

11:00 S: -
O: Keadaan umum bayi
sakit sedang,
kesadaran: compos
mentis, sesak dan
sianosis tidak ada.
pernapasan cuping
hidung dan retraksi
dada tidak ada,
bayi nafas spontan
tanpa terapi oksigen,
bayi aktif gerak
menangis kuat, mukosa

30
bibir lembab turgor kulit
elastis,, bayi aktif gerak
menangis kuat, mukosa
bibir lembab turgor kulit
elastis. S: 36,8 C, HR:
150x/mnt, RR: 45x/mnt.
BAB 2x , BAK: 59
Diuresis/Shift : 4,4
cc/kgbb/jam.
Balance/Shift: (+) 101
cc
A:
2. Menyusui efektif
P : Hentikan Intervensi
Diagnosis, 2
Bayi Pulang Perawatan.
Kontrol Tgl 31/1/22

Keamanan dan 25/1/22 13:00 S: - Rani


proteksi : O: Keadaan umum
Resiko bayi: sakit sedang,
thermoregulasi kesadaran:
tidak efektif composmentis, sesak
dan sianosis tidak ada.
pernapasan cuping
hidung dan retraksi
dada tidak ada,
bayi nafas spontan
tanpa terapi oksigen,
bayi aktif gerak
menangis kuat,
S: 36,8C, HR:
142x/mnt, RR:
44x/mnt. BAB 1x ,
BAK: 40 Diuresis: 4,4
cc/kgbb/jam Balance:
(-) 10 cc
A:3. Resiko
thermoregulasi tidak
efektif
P : Lanjutkan
Diagnosis 3,
Intervensi:
- Manajemen
lingkungan :
kenyamanan
- Manajemen cairan
- Pengaturan suhu

20:00 S: - Ira
O: Keadaan umum
bayi: sakit sedang,

31
kesadaran:
composmentis, sesak
dan sianosis tidak ada.
pernapasan cuping
hidung dan retraksi
dada tidak ada,
bayi nafas spontan
tanpa terapi oksigen,
bayi aktif gerak
menangis kuat,
S: 36,7C, HR:
142x/mnt, RR:
46x/mnt. BAB 2x ,
BAK: 40 Diuresis: 4,7
cc/kgbb/jam Balance:
(-) 105 cc
A: 3. Resiko
thermoregulasi tidak
efektif
P : Lanjutkan
Diagnosis 3,
Intervensi:
- Manajemen
lingkungan :
kenyamanan
- Manajemen cairan
- Pengaturan suhu

26/1/22 06:00 S: - Ayu


O: Keadaan umum
bayi: sakit sedang,
kesadaran:
composmentis, sesak
dan sianosis tidak ada.
pernapasan cuping
hidung dan retraksi
dada tidak ada,
bayi nafas spontan
tanpa terapi oksigen,
bayi aktif gerak
menangis kuat,
S: 36,9C, HR:
144x/mnt, RR:
43x/mnt. BAB 4x ,
BAK: 65 Diuresis: 2,2
cc/kgbb/jam Balance:
(+) 35cc
A: 3. Resiko
thermoregulasi tidak

32
efektif
P : Lanjutkan
Diagnosis 3,
Intervensi:
- Manajemen
lingkungan :
kenyamanan
- Manajemen cairan
- Pengaturan suhu

11:00 S: -
O: Keadaan umum bayi
sakit sedang,
kesadaran: compos
mentis, sesak dan
sianosis tidak ada.
pernapasan cuping
hidung dan retraksi
dada tidak ada,
bayi nafas spontan
tanpa terapi oksigen,
bayi aktif gerak
menangis kuat, mukosa
bibir lembab turgor kulit
elastis, bayi aktif gerak
menangis kuat, mukosa
bibir lembab turgor kulit
elastis.. S: 36,8 C, HR:
150x/mnt, RR: 45x/mnt.
BAB 2x , BAK: 59
Diuresis/Shift : 4,4
cc/kgbb/jam.
Balance/Shift: (+) 101
cc
A:
3. Resiko
thermoregulasi efektif
P : Hentikan Intervensi
Diagnosis 3.
Bayi Pulang Perawatan.
Kontrol Tgl 31/1/22

J. Kriteria evaluasi

1. Berikan materi pada peserta ronde


2. Berikan leaflet pada pasien saat pulang

K. Pengorganisasian

1. Komite Keperawatan bagian Mutu

33
2. Anggota tim ronde

BAB IV

PENUTUPAN

34
A. KESIMPULAN

Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah,


baik oleh faktor fisiologik maupun non-fisiologik, yang secara klinis ditandai
dengan ikterus.Penyebab Bayi Kuning dari faktor bayi, faktor ASI, Gangguan
transportasi bilirubin, Gangguan eksresi, Gangguan dalam proses uptake dan
konjugasi hepar. Penatalaksanaan Medis di Fototherapy dan Transfusi Tukar.
Komplikasinya Kern ikterus (ensefalopati biliaris), Kerusakan sel sel saraf, Tuli
(kerusakan nervus auditorius), Kerusakan jaringan otak, Kejang

B. EVALUASI

Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan ialah sebagai berikut.

1. Struktur
a. Persyaratan administratif (informed consent, alat & lainnya).
b. Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan.
c. Persiapan dikerjakan sebelumnya.
2. Proses
a. Pasien di Lakukan Fototherapy Triple dan Memberi Diit Sesuai
Kebutuhan Bayi. Efek Dari Fototherapi adalah dehidrasi, hipertermi, dan
kulit kering.
b. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
c. Seluruh perserta berperan aktif dlm kegiatan ronde sesuai peran yg sudah
ditentukan.
3. Hasil
a. Ibu klien merasa puas dengan hasil pelayanan. Memberikan PenKes Ke
Ibu Bayi Agar Bayi Tidak mengalami kuning kembali saat di rumah.
b. Pasien Mengalami Penurunan Bilirubin dan di izinkan pulang.
c. Perawat bisa : Menumbuhkan cara berpikir yg kritis, Menaikkan cara
berpikir yg sistematis, Menaikkan kemampuan validitas data klien,
Menaikkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan,
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada kasus klien, Menaikkan kemampuan memodifikasi

35
rencana askep, Menaikkan kemampuan justifikasi, Menaikkan
kemampuan menilai hasil kerja.

36

Anda mungkin juga menyukai