DI RUANG PERINATOLOGI
Disusun oleh :
TIM PERINATOLOGY
BEKASI
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ikterus atau jaundice atau sakit kuning adalah warna kuning pada sklera mata,
mukosa dan kulit karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Istilah
jaundice berasal dari Bahasa Perancis yakni jaune yang artinya kuning. Dalam
keadaan normal kadar bilirubin dalam darah tidak melebihi 1 mg/dL (17
µmol/L) dan bila kadar bilirubin dalam darah melebihi 1.8 mg/dL (30 µmol/L)
akan menimbulkan ikterus. Ikterus adalah warna kuning yang dapat terlihat pada
sklera, selaput lender, kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Bila
kadar bilirubin darah melebihi 2 mg%, maka ikterus akan terlihat, namun pada
neonatus ikterus masih belum terlihat meskipun kadar bilirubin darah sudah
melampaui 5 mg%. Ikterus terjadi karena peninggian kadar bilirubin indirek
(unconjugated) dan atau kadar bilirubin direk (conjugated).
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai dengan
pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak
terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara 8 9 klinis mulai tampak pada bayi
baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dL.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), AS, sekitar 60
persen dari seluruh bayi yang lahir mengalami sakit kuning. Ini merupakan
gejala utama kondisi hiperbilirubinemia. Tubuh bayi yang baru lahir belum
berkembang dengan sempurna sehingga belum dapat menyaring bilirubin
dengan baik. Hal ini menyebabkan tingginya kadar bilirubin dalam tubuh bayi.
Kasus kematian bayi baru lahir dapat terjadi karena 2 macam kejadian yaitu
karena pengaruh bawaan dari lahir dan pengaruh dari luar pasca post natal.
Faktor penyebab kematian salah satunya yang berasal dari luar adalah bayi
mengalami hiperbilirubin, pada minggu pertama kelahiranya.
Ikterus neonatorum pada bayi saat lahir biasa terjadi 25-50% neonates yang
sudah cukup bulan dan meninggi lagi pada neonates belum cukup bulan (IDI
2018).
Insiden hiperbilirubinemia sendiri pada tahun 2016 di Amerika ditemukan
sebanyak 65% Malaysia 75%, Indonesia 51,47%. Angka kejadian ikterus
neonatorum di dunia yang cukup tinggi ada di Amerika Serikat dari 4 juta
neonatus yang lahir setiap tahunya, sekitar 65% menderita ikterus dalam
minggu pertama kehidupanya (WHO 2016). Data tersebut menunjukan bahwa
hiperbilirubin menjadi salah satu penyebab angka kematian Bayi Baru Lahir
yang cukup tinggi.
1
Berdasarkan data Riset Kesehatan dasar (Riskesdas,2015), angka kejadian
hiperbilirubin/ikterus neonatorum pada bayi baru lahir di Indonesia sebesar
51,47% dengan faktor penyebabnya yaitu: Asfiksia51% BBLR 42,9% Sectio
Caesarea 18,9%, Prematur 33,3%, Kelainan Congenital 2,8%, dan Sepsis 12%.
B. TUJUAN PENULISAN
Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, penulis mengemukakan tujuan umum
dan tujuan khusus:
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulis dalam penulisan Ronde Keperawatan ini, agar
penulis dapat :
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada klien dengan
hiperbilirubin
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada klien dengan
hiperbilirubin
c. Mampu mendeskripsikan rencanaan Asuhan keperawatan pada klien
dengan hiperbilirubin
d. Mampu mendeskripsikan implementasikan Asuhan keperawatan pada
klien dengan hiperbilirubin
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi tindakan keperawatan yang telah
diberikan pada klien dengan hiperbilirubin
f. Mampu membandingkan konsep teori didalam buku dengan kenyataan
pada klien dengan hiperbilirubin
C. MANFAAT
1. Bagi perawat
a. Terciptanya komunikasi perawatan yang professional
b. Terjalinnya kerajasama antar Tim
c. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan
benar.
2. Bagi pasien
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
2
BAB II
KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah,
baik oleh faktor fisiologik maupun non-fisiologik, yang secara klinis ditandai
dengan ikterus. Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai
produk akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi
reduksi. Karena sifat hidrofobiknya, bilirubin tak terkonjugasi diangkut dalam
plasma, terikat erat pada albumin. Ketika mencapai hati, bilirubin diangkut ke
dalam hepatosit, terikat dengan ligandin. Setelah diekskresikan ke dalam usus
melalui empedu, bilirubin direduksi menjadi tetrapirol tak berwarna oleh
mikroba di usus besar. Bilirubin tak terkonjugasi ini dapat diserap kembali ke
dalam sirkulasi, sehingga meningkatkan bilirubin plasma total. Pengobatan pada
kasus hiperbilirubinemia dapat berupa fototerapi, intravena immunoglobulin
(IVIG), transfusi pengganti, penghentian ASI sementara.
B. ETIOLOGI
1. Faktor Bayi
c. Asfiksia
3
Bayi yang lahir dengan riwayat asfiksia, hal ini terjadi karena kurangnya
asupan oksigen pada organ-organ tubuh neonatus, sehingga fungsi kerja
organ tidak optimal. Asfiksia juga dapat mengakibatkan perubahan
fungsi hati karena kurangnya oksigen. Glikogen yang dihasilkan tubuh di
dalam hati berkurang, sehingga hal tersebut mengakibatkan terjadinya
ikterus dalam jangka panjang (Putri & Rositawati, 2017).
2. Faktor ASI
C. KLASIFIKASI
Atikah dan Jaya, (2016), membagi ikterus menjadi 2 :
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis sering dijumpai pada bayi dengan berat lahir rendah, dan
biasanya akan timbul pada hari kedua lalu menghilang setelah minggu kedua.
Ikterus fisiologis muncul pada hari kedua dan ketiga. Bayi aterm yang
mengalami hiperbilirubin memiliki kadar bilirubin yang tidak lebih dari 12
mg/dl, pada BBLR 10 mg/dl, dan dapat hilang pada hari ke-14. Penyebabnya
adalah karena bayi kekurangan protein Y, dan enzim glukoronil transferase.
2. Ikterus Patologis
Ikterus patologis merupakan ikterus yang timbul segera dalam 24 jam
pertama, dan terus bertambah 5mg/dl setiap harinya, kadar bilirubin untuk
bayi matur diatas 10 mg/dl, dan 15 mg/dl pada bayi prematur, kemudian
4
menetap selama seminggu kelahiran. Ikterus patologis sangat butuh
penanganan dan perawatan khusus, hal ini disebabkan karna ikterus patologis
sangat berhubungan dengan penyakit sepsis.
Tanda-tandanya adalah :
a. Ikterus muncul dalam 24jam pertama dan kadal melebihi 12mg/dl
b. Terjadi peningkatan kadar bilirubin sebanyak 5 mg/dl dalam 24jam
c. Ikterus yang disertai dengan hemolisis
d. Ikterus akan menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayi aterm , dan
14 hari pada bayi BBLR.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lendir, kulit atau organ
lain akibat penumpukan bilirubin
2. Ikterik terjadi pada 24 jam pertama
3. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam
4. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonatus cukup bulan, dan 12,5
mg% pada neonatus kurang bulan.
5. Ikterik yang disertai proses hemolisis
6. Ikterik yang disertai dengan berat badan lahir kurang 2000 gr, masa gestasi
kurang 36 minggu
E. PATOFLOW
5
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis pada ikterik neonatus menurut (Marmi , 2015):
1. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin
Menyusui bayi dengan ASI, bilirubin dapat pecah jika bayi banyak
mengeluarkan feses dan urine, untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI.
Seperti yang diketahui ASi memiliki zat zat terbaik yang dapat memperlancar
BAB dan BAK
2. Fototerapi
Fototerapi diberikan jika kadar bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang
sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air, dan
dikeluarkan melalui urine, tinja, sehingga kadar bilirubin menurun.
a. Cara kerja fototerapi Foto terapi dapat menimbulkan dekomposisi
bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi
senyawa dipirol yang mudah larut dalam air dan cairan empedu duodenum
dan menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu kedalam
usus sehingga peristaltic usus meningkat dan bilirubin akan keluar dalam
feses.
b. Komplikasi fototerapi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada fototerapi adalah:
6
1.) Terjadi dehidrasi karena pengaruh sinar lampu dan mengakibatkan
peningkatan Insensible Water Loss (penguapan cairan). Pada BBLR
kehilangan cairan dapat meningkat 2-3 kali lebih besar.
2.) Frekuensi defekasi meningkat sebagai akibat meningkatnya bilirubin
indirek dalam cairan empedu dan meningkatkan peristaltic usus.
3.) Timbul kelainan kulit sementara pada daerah yang terkena sinar
(berupa kulit kemerahan) tetapi akan hilang jika fototerapi selesai.
4.) Gangguan pada retina jika mata tidak ditutup.
5.) Kenaikan suhu akibat sinar lampu, jika hal ini terjadi sebagian lampu
dimatikan, tetapi diteruskan dan jika suhu terus naik, lampu semua
dimatikan sementara, dan berikan ekstra minum kepada bayi.
3. Transfusi tukar
Transfuse tukar dilakukan pada keadaan hyperbilirubinemia yang tidak dapat
diatasi dengan tindakan lain, misalnya telah diberikan fototerapi kadar
bilirubin tetap tinggi. Pada umumnya transfuse tukar dilakukan pada ikterus
yang disebabkan hemolisis yang terdapat pada ketidakselarasan rhesus ABO,
defisiensi enzim glukuronil transferase G-6-PD, infeksi toksoplasmosis dan
sebagainya. Indikasi untuk melakukan transfusi tukar adalah kadar bilirubin
indirek lebih dari 20 mg%, peningkatan kadar bilirubin indirek cepat yaitu
0,3-1 mg% per-jam, anemia berat pada neunatus dengan gejala gagal jantung,
bayi dengan kadar hemoglobin tali pusat kurang dari 14 mg% dan uji comb
positif. Tujuan transfuse tukar adalah mengganti ertitrosit yang dapat menjadi
hemolisis, membuang 13 antibody yang menyebabkan hemolisis,
menurunkan kadar bilirubin indirek dan memperbaiki anemia.
G. KOMPLIKASI
7
BAB III
PERENCANAAN
Sasaran : By. M. R
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3. Sasaran
4. Materi
a. Teori yang berhubungan dengan hiperbilirubinemia
b. Masalah - masalah keperawatan yang muncul pada klien
5. Metode
a. Diskusi
b. Bedside teaching
6. Media
a. PPT
b. Proposal
7. Proses Ronde
8
1 Pra Ronde 12 Januari 2022 Ns. Christiani Dwi
Irtanti, S.Kep
- Menentukan kasus & topik
- Informed Consent
- Diskusi
- Penyampaian Masalah
- Diskusi
8. Evaluasi Ronde
Mengetahui,
9
LAPORAN PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN
DI RUANG PERINATOLOGI
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
2. Sasaran
Pasien By M. R umur 7 hari, di Ruang Perinatologi RS Mitra Keluarga Cibubur.
3. Materi
a. Teori yang berhubungan dengan Hiperbilirubinemia
b. Masalah - masalah keperawatan yang muncul pada klien
4. Metode
a. Diskusi
b. Secara offline
5. Media
a. PPT
b. Proposal
c. Rekam Medis
d. Laptop
10
6. Proses keperawatan
By. M. R Usia (7 Hari ) Dengan Ikterus Neonatorum
a. Pengkajian Keperawatan
1.) Identitas Pasien
2.) Resume
By. M. R (7 Hari) datang dari Poli Dr. Hanum tanggal 25/01/2022 jam
09.45 WIB datang keluhan kuning sejak kemarin. Keadaan umum sakit
sedang, kesadaran composmentis, akral teraba hangat, nadi teraba kuat,
ikterik, BB Masuk 3312 gr, mengobservasi TTV Nadi 144 x/menit, Suhu
36,9oC Pernafasan 42 x/menit. Masalah yang ditemukan ikterik seluruh
tubuh, sklera ikterik. Evaluasi secara umum ibu bayi mengatakan bayi
kuning sejak kemari, minum full asi tiap 2 jam, BAB Tiap 3-4 hari.
Masalah belum teratasi tujuan belum tercapai dilanjutkan di ruangan
perawatan.
Bayi kontrol dan cek bilbayi kemarin, hasil 19,10 mg/dl, saran rawat
inap untuk triple fototerapi tetapi orangtua bayi minta dirawat hari
ini saja
Riwayat Bayi lahir secara spontan jam 16.25 wib dari ibu G4P3A0
H 39 minggu, A/S 9/10, ketuban jernih, BBL : 3284 gr, PB : 51 Cm,
LK 34 cm, LD 34 cm, LP 30 cm.
Tidak ada riwayat penyakit, dan saat ini di keluarga tidak ada yang
sedang sakit . Pasien Anak Yang diharapkan. Agama islam.
11
g.) Riwayat Pengobatan Sebelum Masuk Rumah Sakit
Tidak ada
a.) Respirasi
b.) Kardiovaskuler
Warna kulit normal, . Denyut nadi teratur, akral hangat, CRT < 3 detik,
pulpasi kuat, irama jantung reguler, suara jantung normal
c.) Neurologi
d.) Urologi
e.) Gastrointestinal
Mulut dan lidah tidak ada kelainan, kelenjar tiroid normal, KGB tidak
teraba, Abdomen Supel, Bising Usus 15 x/menit, Lingkar Perut 30 cm,
Anus Ada, Minum asi, BAB Frekuensi 3-4 x/hari, warna kuning
ampas,BAB Terakhir Tanggal 25.01.2022, tidak ada keluhan.
f.) Integument
Warna ikterik, turgor baik, kulit kering, kulit kepala bersih , Tali Pusat
Ada, punctum umbilical kering, luka tidak ada. cacat/syndrome belum
diketahui. tanda lahir tidak ada, Cephal Hematoma Tidak Ada, Caput
Sucedanium Tidak Ada
Belum pernah
12
h.) Menggunakan Restrain
7.) Downscore
Pernafasan < 60, Sianosis Tidak ada, Retraksi Tidak ada, Suara nafas
Grunting Tidak ada, Kualitas suara inspirasi Bersih.
Total Nilai 0
b. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
c. Terapi Medis
Triple Fototherapi
13
d. Analisa Data
3 DS : - perubahan laju
DO : akral hangat,suhu Risiko metabolime
36,9oC,bayi terpasang Termoregulasi
fototerapi tripel tidak efektif
e. Diagnosis Keperawatan
14
f. Intervensi Keperawatan
Tgl No
Dia Diagn Tujuan dan Rencana keperawatan
gno osis Kriteria
sis Keper Hasil
awatan
15
25/1 1 Ikterik Setelah 1. Fototerapi : Neonatus
/22 neonat dilakukan - kaji ulang riwayat ibu & bayi
us: tindakan adanya resiko hiperbilirubin spt
berhub keperawat Rh/ABO yang berbeda,
ungan an 3x24 polycythemia, sepsis, prematur
denga jam di & malpresentasi
n usia harapkan - Observasi tanda2 dari jaundice
bayi ikterik - Periksa kadar serum bilirubin
kurang berkurang sesuai kebutuhan, sesuai
dari 7 dengan prosedur/permintaan dokter
hari, kriteria - Gunakan penutup mata untuk
ditand hasil : menutupi kedua mata, hindari
ai - Berat penekanan yang berlebihan
denga Badan 2. pendidikan orang tua : bayi
n - Warna - kaji pengetahuan
profil Kulit - monitor kebutuhan belajar
darah - Kadar - motivasi orang tua untuk
abnor bilirubin memegang,memeluk,memijat
mal, - Eliminasi dan menyentuh bayi
sklera Urine - tunjukkan bagaimana tekhnik
kuning menenangkan bayi
, kulit 3. Perawatan Bayi Baru Lahir
kuning - Monitor warna kulit, suhu, dan
kelembaban
- Monitor berat badan bayi
- Monitor asupan dan keluaran
16
25/1 2 Menyu Setelah 1. Konseling Laktasi
/22 sui dilakukan - Kaji keinginan dan motivasi ibu
tidak tindakan untuk melakukan kegiatan
efektif keperawat menyusui dan juga persepsi
:berhu an 3x24 mengenai menyusui
bunga jam di - Jelaskan tanda bahwa bayi
n harapkan membutuhkan makan, antara lain
denga dapat : reflek menghisap, diam dan
n menyusui terjaga
ketida efektif - Monitor kemampuan bayi untuk
kadek dengan menghisap
uatan kriteria - Diskusikan pilihan untuk
suplai hasil : mengeluarkan ASI
ASI, - Isyarat/ (menggunakan tangan, manual,
ditand tanda dan atau pompa listrik)
ai bayi 2. Pengurangan kecemasan
denga kelaparan - Gunakan pendekatan yang
n - Manfaat tenang dan meyakinkan
intake dari - Berikan informasi faktual terkait
bayi menyusui diagnosis, perawatan dan
tidak ASI prognosis
adekua - Posisi - Berikan objek yang
t bayi yang menunjukkan perasaan aman
tepat saat - Bantu pasien mengidentifikasi
menyusui situasi yang memicu kecemasan
- Evaluasi 3. Manajemen Nutrisi
reflek - Kaji status gizi pasien dan
menelan kemampuan untuk memenuhi
bayi kebutuhan gizi
- Edukasi pasien mengenai
kebutuhan nutrisi
- Lakukan atau bantu pasien untuk
perawatan mulut sebelum makan
- Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
17
25/1 3 Resiko Setelah 1. Manajemen Lingkungan :
/22 termor dilakukan Kenyamanan
egulasi tindakan - Ciptakan suasana lingkungan
tidak keperawat yang tenang dan mendukung
efektif an 3x24 - Sesuaikan suhu ruangan yang
: jam di paling membuat nyaman
berhub harapkan individu
ungan dapat suhu - Hindari paparan dan aliran udara
denga tubuh yang tidak perlu : terlalu panas,
n stabil terlalu dingin
peruba dengan 2. Manajemen Cairan
han kriteria - Timbang BB setiap hari dan
laju hasil : monitor status pasien
metab - Perubah - Timbang popok dan hitung
olime an pengeluaran cairan sesuai
ditand warna standar
ai kulit - Tingkatkan asupan oral sesuai
denga - Dehidra kebutuhan
n kulit si 3. Pengaturan Suhu
kemer - Peningk - Monitor suhu tiap 2 jam sesuai
ahan atan kebutuhan
suhu - Monitor dan laporkan adanya
kulit tanda dan gejala dari
- Paparan hipo/hipertermia
panas - Sesuaikan suhu lingkungan
berlebih untuk kebutuhan pasien
g. Plan Evaluasi
1 Ikterik 27/01/22
neonatus: Berat badan meningkat, ikterik
berhubungan berkurang, kadar bilirubin <12
dengan usia mg/dl, urine jernih, diuresis lebih
bayi kurang dari 1 cc
dari 7 hari,
ditandai
dengan profil
darah
abnormal,
sklera kuning,
kulit kuning
Menyusui 27/01/22
2 tidak Ibu dapat mengetahui : manfaat
18
efektif :berhub
ungan dengan menyusui, tanda bayi kelaparan,
ketidakadekuat posisi yang tepat saat menyusui,
an suplai ASI, mampu mengevaluasi reflek
ditandai menelan bayi.
dengan intake
bayi tidak
adekuat
Resiko 27/01/22
3 termoregulasi Tidak ada tanda dehidrasi, membran
tidak efektif : mukosa lembab, ikterik berkurang,
berhubungan suhu normal 36,5-37,5 C
dengan
perubahan laju
metabolime
ditandai
dengan kulit
kemerahan
h. Implementasi Keperawatan
19
21:00 memoinitor Ira
bayi terpasang
fototerapi
triple dan
penutup mata
terpasang
dengan baik
20
bounding lebih
erat
21
klinis ikterik
seluruh tubuh
22
22 pilihan untuk
mengeluarkan
asi dengan
menggunakan
pompa elektrik
23
kebutuhan
cairan bayi
meningkat
karena di
fototherapi
24
bayi,bab 1x :
kuning
ampas,bak :
Kuning Jernih
25
pintar
Mengganti
pampers bayi,
BAK ada warna
pekat, BAB 1x
Hijau Ampas
26
i. Evaluasi Keperawatan
20:00 S: - Ira
O: Keadaan umum
bayi: sakit sedang,
kesadaran:
composmentis, bayi
aktif gerak menangis
kuat, mukosa bibir
lembab
turgorkulit elastis, S:
36,7C, HR: 142x/mnt,
RR: 46x/mnt. BAB
2x , BAK: 40 Diuresis:
4,7 cc/kgbb/jam
Balance: (-) 105 cc
A:
2. Menyusui tidak
efektif
P : Lanjutkan
27
Diagnosis 2,
Intervensi:
- Konseling laktasi
- Pendidikan orang tua
bayi
- Pengurangan
kecemasan
11:00 S: - Nia
O: Keadaan umum bayi
sakit sedang,
kesadaran: compos
mentis, sesak dan
sianosis tidak ada.
pernapasan cuping
hidung dan retraksi
dada tidak ada,
bayi nafas spontan
tanpa terapi oksigen,
bayi aktif gerak
menangis kuat,klinis
ikterik
berkurang,Bilirubin Bayi
: 11,70 mg/dL. S: 36,8
C, HR: 150x/mnt, RR:
45x/mnt. BAB 2x , BAK:
59 Diuresis/Shift : 4,4
28
cc/kgbb/jam.
Balance/Shift: (+) 101
cc
A: 1. Ikterik Neonatus
Teratasi
2.
P : Hentikan Intervensi
Diagnosis 1
Bayi Pulang Perawatan.
Kontrol Tgl 31/1/22
20:00 S: - Ira
O: Keadaan umum
bayi: sakit sedang,
kesadaran:
composmentis, bayi
aktif gerak menangis
kuat, mukosa bibir
lembab
turgorkulit elastis, S:
36,7C, HR: 142x/mnt,
RR: 46x/mnt. BAB
2x , BAK: 40 Diuresis:
4,7 cc/kgbb/jam
Balance: (-) 105 cc
29
A:
2. Menyusui tidak
efektif
P : Lanjutkan
Diagnosis 2,
Intervensi:
- Konseling laktasi
- Pendidikan orang tua
bayi
- Pengurangan
kecemasan
11:00 S: -
O: Keadaan umum bayi
sakit sedang,
kesadaran: compos
mentis, sesak dan
sianosis tidak ada.
pernapasan cuping
hidung dan retraksi
dada tidak ada,
bayi nafas spontan
tanpa terapi oksigen,
bayi aktif gerak
menangis kuat, mukosa
30
bibir lembab turgor kulit
elastis,, bayi aktif gerak
menangis kuat, mukosa
bibir lembab turgor kulit
elastis. S: 36,8 C, HR:
150x/mnt, RR: 45x/mnt.
BAB 2x , BAK: 59
Diuresis/Shift : 4,4
cc/kgbb/jam.
Balance/Shift: (+) 101
cc
A:
2. Menyusui efektif
P : Hentikan Intervensi
Diagnosis, 2
Bayi Pulang Perawatan.
Kontrol Tgl 31/1/22
20:00 S: - Ira
O: Keadaan umum
bayi: sakit sedang,
31
kesadaran:
composmentis, sesak
dan sianosis tidak ada.
pernapasan cuping
hidung dan retraksi
dada tidak ada,
bayi nafas spontan
tanpa terapi oksigen,
bayi aktif gerak
menangis kuat,
S: 36,7C, HR:
142x/mnt, RR:
46x/mnt. BAB 2x ,
BAK: 40 Diuresis: 4,7
cc/kgbb/jam Balance:
(-) 105 cc
A: 3. Resiko
thermoregulasi tidak
efektif
P : Lanjutkan
Diagnosis 3,
Intervensi:
- Manajemen
lingkungan :
kenyamanan
- Manajemen cairan
- Pengaturan suhu
32
efektif
P : Lanjutkan
Diagnosis 3,
Intervensi:
- Manajemen
lingkungan :
kenyamanan
- Manajemen cairan
- Pengaturan suhu
11:00 S: -
O: Keadaan umum bayi
sakit sedang,
kesadaran: compos
mentis, sesak dan
sianosis tidak ada.
pernapasan cuping
hidung dan retraksi
dada tidak ada,
bayi nafas spontan
tanpa terapi oksigen,
bayi aktif gerak
menangis kuat, mukosa
bibir lembab turgor kulit
elastis, bayi aktif gerak
menangis kuat, mukosa
bibir lembab turgor kulit
elastis.. S: 36,8 C, HR:
150x/mnt, RR: 45x/mnt.
BAB 2x , BAK: 59
Diuresis/Shift : 4,4
cc/kgbb/jam.
Balance/Shift: (+) 101
cc
A:
3. Resiko
thermoregulasi efektif
P : Hentikan Intervensi
Diagnosis 3.
Bayi Pulang Perawatan.
Kontrol Tgl 31/1/22
J. Kriteria evaluasi
K. Pengorganisasian
33
2. Anggota tim ronde
BAB IV
PENUTUPAN
34
A. KESIMPULAN
B. EVALUASI
1. Struktur
a. Persyaratan administratif (informed consent, alat & lainnya).
b. Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan.
c. Persiapan dikerjakan sebelumnya.
2. Proses
a. Pasien di Lakukan Fototherapy Triple dan Memberi Diit Sesuai
Kebutuhan Bayi. Efek Dari Fototherapi adalah dehidrasi, hipertermi, dan
kulit kering.
b. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
c. Seluruh perserta berperan aktif dlm kegiatan ronde sesuai peran yg sudah
ditentukan.
3. Hasil
a. Ibu klien merasa puas dengan hasil pelayanan. Memberikan PenKes Ke
Ibu Bayi Agar Bayi Tidak mengalami kuning kembali saat di rumah.
b. Pasien Mengalami Penurunan Bilirubin dan di izinkan pulang.
c. Perawat bisa : Menumbuhkan cara berpikir yg kritis, Menaikkan cara
berpikir yg sistematis, Menaikkan kemampuan validitas data klien,
Menaikkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan,
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada kasus klien, Menaikkan kemampuan memodifikasi
35
rencana askep, Menaikkan kemampuan justifikasi, Menaikkan
kemampuan menilai hasil kerja.
36