Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS PADA BAYI NY.

S DENGAN DIAGNOSA
HIPERBILIRUBIN

Disusun oleh : Dora miranti ( 18220007)

Prodi : S1 Keperawatan

Semester : 4 ( empat )

Dosen pembimbing : Ns Eka Rora Suci Wisudawati S, Kep, M, Kep

YAYASAN KADER BANGSA


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur Kami Panjatkan kehadirat Tuhan YME, karna atas berkat dan
Rahmat-Nya, Kami bisa menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini membahas tentang HIPERBILIRUBIN Dalam menyusun Makalah ini,kami
mengalami beberapa kendala, Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang terlibat dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membacanya. Dan di harapkan
kritik dan saran yang membangun,dalam melengkapi makalah ini.Terima Kasih.

Penyusun

Palembang, Maret 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Definisi
B.     Eiolog
C.     Manifestasi Klinis
D.    Patofisiologi
E.     Patoflow
F.      Penatalaksanaan
G.    Komplikasi
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
GAMBARAN KASUS
1.    Pengkajian
     Analisa Data
2.     Diagnosa
3.    Intervensi
4.    Implementasi
5.     Evaluasi
BAB IV PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian neonatus,
ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka
kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Di
Jakarta dilaporkan 32,19% menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin bersifat
patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian,
karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian terutama apabila ikterus
ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin meningkat lebih dari 5
mg/dl dalam 24 jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1
minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang menunjukkan
kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus harus
dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat
dihindarkan.

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk mendapat gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada anak dengan Hiperbilirubin.
2.      Tujuan Khusus.
Dengan pembuatan makalah mahasiswa mampu :
 Mengerti dan memahami konsep dasar hiperbilirubin.
 Melakukan pengkajian pada pasien dengan hiperbilirubin.
 Menentukan diagnosa keperawatan dan merumuskan diagnosa prioritas hiperbilirubin.
 Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan hiperbilirubin
BAB II
PEMBAHASAN

A.    DEFINISI

Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah melebihi batas
atas nilai normal bilirubin serum.
Hiperilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan
sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R. Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang mencapai
kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai joudince pada
sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang disebabkan
oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002)
Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek pathologis. (Markum,
1991:314)

B.     ETIOLOGI
 Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
 Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati.
 Gangguan konjugasi bilirubin.
  Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah. Disebut juga
ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena adanya perdarahan tertutup.
  Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya Hipoalbuminemia
atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
 Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat
langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti : infeksi toxoplasma. Siphilis.

C.     MANIFESTASI KLINIS


 Kulit berwarna kuning sampe jingga
 Pasien tampak lemah
 Nafsu makan berkurang
 Reflek hisap kurang
 Urine pekat
 Perut buncit
 Pembesaran lien dan hati
 Gangguan neurologic
 Feses seperti dempul
 Kadar
 bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
 Terdapat
 ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
o   Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir,
sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
         Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-4 dan
menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.

D.    PATOFISIOLOGI
      Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering
ditemukan adalah apabila terdapat beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat
ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.Gangguan pemecahan
bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi
apabila kadar protein berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi
hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
      Pada derajat tertentu bilirubin akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas
terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut
dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin
tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi di otak disebut kernikterus. Pada
umumnya dianggap bahwa kadar bilirubin indirek lebih dari 20mg/dl.Mudah tidaknya kadar
bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus.
Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat
badan lahir rendah, hipoksia, dan hipoglikemia. (Markum, 1991).

E. KOMPLIKASI

 Retardasi mental – kerusakan neuorologis


 Gangguan pendengaran dan pengelihatan
 Kematian
 kernikterus
F. PENATALAKSANAAN
a) Tindakan umum
 Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil
F  Mencegah truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang
F
F
dapat menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
 Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir.
 Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.

b) Tindakan khusus
 Fototerapi
Dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan berfungsi untuk
menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto.
Pemberian fenobarbital
Mempercepat konjugasi dan mempermudah ekskresi. Namun pemberian ini
tidak efektif karena dapat menyebabkan gangguan metabolic dan pernafasan baik pada
ibu dan bayi.
Memberi substrat yang kurang untuk transportasi/ konjugasi
misalnya pemberian albumin karena akan mempercepat keluarnya bilirubin dari
ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin lebih mudah dikeluarkan dengan transfuse
tukar.
Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi
untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari sinar yang ditimbulkan dan dikhawatirkan
akan merusak retina. Terapi ini juga digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin serum
pada neonatus dengan hiperbilirubin jinak hingga moderat.
Terapi transfuse
digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi.
Terapi obat-obatan
misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan bilirubin di sel hati yang
menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga berguna untuk mengurangi
timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hari.
  Menyusui bayi dengan ASI
  Terapi sinar matahari

c) Tindak lanjut
Tindak lanjut terhadap semua bayi yang menderita hiperbilirubin dengan evaluasi berkala
terhadap pertumbuhan, perkembangan dan pendengaran serta fisioterapi dengan
rehabilitasi terhadap gejala sisa.
GAMBARAN KASUS
Seorang An.” E” yang baru saja dilahirkan oleh Ny. S yang berjenis kelamin laki- laki
Dengan tampakan klinis yang ditemukan warna kulit bayi tampak berwarna kebiruan ,
Denyut nadi di atas 100 x per menit, reflek bayi saat di periksa menyeringai,kontraksi otot
ektremitas sedikit fleksi, menanggis kuat .
Nilai afgar score nya
A: 1
P:2
G:1
A:1
R:2
Score : 7 aspiksia ringan
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA BAYI NY.S DENGAN DIAGNOSA
HIPERBILIRUBIN

1.   PENGKAJIAN
A.          Identitas Data
Identitas Bayi :
Nama Klien      : An “E”                    
Nama Ayah      :  Tn.E (42 th)
Umur                :  4 hari                         
Nama Ibu         :  Ny.S (37 th)
Jenis Kelamin   :  Laki-laki                   
Pekerjaan Ayah  :  PNS/ IRT
Agama/Suku     :  kristen               
BB                    :  2600 kg                     
Identitas Orang Tua :
Nama Ayah      :  Tn.E (42 th)
Nama Ibu         :  Ny.S (37 th)
Pekerjaan Ayah  :  PNS/ IRT
Pekerjaan Ibu   :  IRT
Agama             :  Kristen
Pendidikan       :  Sarjana/SMA
Alamat             : Wanea

B.      Keluhan Utama


Badan bayi kebiruan

C.     Keluhan saat dikaji


Bayi dalam keadaan lemah, klien muntah, mendapat foto therapy dan tampak kebiruan diseluruh
permukaan tubuh.

D.     Riwayat Perjalanan Penyakit


Bayi lahir dengan Sectio cecaria di Rumah Bersalin Ibunda, saat lahir bayi langsung menangis,
lahir jam 12.40 dengan BBL 2600 gr, PB : 49 cm, LK : 34 cm, ibu bayi dengan APB  placenta
previa, datang ke RS lewat IGD pada tanggal 12-5-05 dan dibawa keruang nicu pada tanggal 12-
05-05 jam 17.40 wita dengan keluhan nafas cepat, syanosis, nampak kuning diseluruh
permukaan tubuh.

E.      Riwayat Penyakit Sebelumnya


Karena bayi baru saja dilahirkan , maka tidak ada riwayat penyakit bayi yang pernah di alami
sebelumnya.
F.      Riwayat  Kehamilan
Usia kehamilan   : 47-48 minggu
Anak ke              : 6 (enam)
Penyakit ibu       : -
Gerakan janin     : dirasakan
Hamil ke             : 6 (enam)
Rencana KB       : setelah bayi lahir ibu disarankan steril  ibu setuju
ANC                  : posyandu 4x teratur, bidan 2x teratur.
TT                       : 2x lengkap

G. Riwayat Kehamilan yang lalu


Anak Ke 1          : meninggal sejak lahir
Anak Ke 2          : laki-laki, lahir spontan dibantu oleh dukun, usia 13 thn.
Anak Ke 3          : laki-laki, lahir spontan dibantu oleh dukun, usia 10 thn.
Anak Ke 4          : meninggal sejak lahir.
Anak Ke 5          : laki-laki, lahir dengan secsio cesaria, usia 3 thn.
Anak Ke 6          : yang ini.

H.     Riwayat Persalinan


Bayi lahir            : 12 Mei 2005 jam 12.40 Wita, dengan Secsio Cesaria,
BBL. PB,LK      : 2600 gr, 49 cm, 34 cm.

I.        Riwayat \Penyakit Keluarga


Keluarga mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang sedang sakit,
dan juga tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit menular seperti TBC, atau penyakit
menurun seperti DM, Asma.

J.       Riwayat Bio, psiko, sosial, spiritual.


         Pola respirasi
Klien terlihat nafas cepat, RR 68x/mt, terpadang O2 .
         Nutrisi
Klien masih dipuasakan, kebutuhan klein akan nutrisi 310 cc/ 24 jam. Karena BB klien saat
dikaji 2300 kg masuk pada hari ke 4 kelahiran dan dikalikan dengan jumlah cairan yang
dibutuhkan dan ditambah 30 cc dikarenakan klien mendapat foto therapy. NGT terpasang dan
retensi banyak klien juga di spulling.
         Eliminasi
Saat dikaji klien BAB 3x dan BAK 5x, warna feces jitam kehijau-hijauan.
         Aktifitas
Segala kebutuhan klien dipenuhi oleh ibunya dan perawat ruangan, aktivitas klien berada dalam
boks bayi dibawah sinar foto therapy selama 6 jam dan diistirahatkan selama 2 jam dan
dilanjutkan kembali hingga kadar bilirubinnya turun.
         Istirahat tidur
Klien dapat tidur dengan nyenyak,klien sering bangun dan menangis karena popoknya basah
akibat BAK dan BAB serta karena haus.
         Suhu tubuh
Suhu tubuh bayi pada saat pengkajian 36,7 oC
         Personal hygiene
Bayi dimandikan dengan diseka 1 kali sehari dan kebersihan bayi dibantu oleh perawat dan ibu,
popok diganti setiap kali popok basah oleh urin dan feses.

K.     Pemeriksaan Fisik.


a.       Reflek menggenggam       : lemah
b.      Refleks menghisap            : lemah
c.       Kekuatan menangis           : lemah
d.      BB : 2300 kg, LK : 34 cm, LL : 14 cm, PB : 49 cm.
e.       Kepala             : Rambut hitam, bagian depan dicukur, infus terpasang 12
tts/mt KA EN IB, tidak ada lesi dikulit kepala.Lingkar kepala
34 cm
f.       Wajah              : warna wajah terlihat kuning, tidak ada lesi pada wajah, kulit
bersih.
g.      Leher               : tidak ada kelainan (pembesaran kelenjar tiroid/distensi vena
jugolaris)
h.      Mata                : mata tertutup verban saat terapy sinar, mata klien semetris tidak
ada lesi pada kedua mata.
i.        Hidung            : tidak ada lesi pada hidung, lubang hidung bersih, terpasang O2
dan NGT.
j.        Mulut              : mukosa bibir lembab, lidah klien berwarna merah keputih
putihan, ada bekas muntah di sudut bibir klien.
k.      Telinga            : bentuk simetris, tidak ada serumen
l.        Dada              : warna dada terlihat kuning, tidak ada lesi, terdengar DJJ 138/ mnt
m.    Abdomen        : tidak kembung, tidak ada nyeri tekan
n.      Ektermitas       : atas bawah tidak ada lesi, kuku klien pendek, gerak aktif

L.      Pemeriksaan Penunjang


Tanggal 13-05-2005
Haemoglobin         :  16,6
Lekosit                  : 19.000
Eritrosit                 :  4,61
Trombosit              :  279.000
Hematokrit            :  48,2
M.    Terapi
IVFD : KA-EN 1B 12 tts/mnt
Cefotaxim : 2x 125 mg IV
Spuling dengan NACL
Analisa Data
NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
1.| Ds : - Adanya Resiko tinggi
Do : pemberian foto terjadinya injury
           Warna kulit klien nampak therapy
kuning
2. Ds :       - Kelebihan Resiko terjadinya
Do :      bilirubin indirek kern ikterus
           nampak warna kuning di dalam tubuh
seluruh pemukaan tubuh klien yang dapat
                   S : 36,50C N : 160 masuk kedalam
x/mnt RR = 48x/mnt jaringan otak

2.  DIAGNOSA KEPERAWATAN

1   Resiko terjadinya kern ikterus b/d kelebihan bilirubin indirek dalam tubuh klien yang
dapat masuk kedalam jaringan otak.
2 Resiko terjadinya injury b/d adanya pemberian foto therapy

3. INTERVENSI
RENCANA
TUJUAN DX RASIONAL
TINDAKAN

Setelah dilakukan I Ø  Kolaborasi dengan Ø Merupakan


tindakan selama dokter untuk foto indikator untuk
24 jam therapy,O2, injeksi menilai jumlah
diharapkan resiko Cepotaxim 2x 125 mg bilirubin klien serta
tinggi terjadinya IV waktu yang
kern ikterus dapat diperlukan dalam
dihindari dicegah Ø Kolaborasi dengan terapy klien
dengan kriteria : Lab untuk memeriksa
bilirubin setiap 8 jam Ø Untuk menilai
→ Kadar minimal setiap 24 jam apakah kadar bilirubin
Bilirubin klien melebihi normal
berkurang Ø Beri minum yang atau kurang dari
banyak normal
Ø Agar dehidrasi tidak
terjadi dan Untuk
memenuhi kebutuhan
cairan klien karena
klien berada dibawah
terapi sinar

Setelah dilakukan II Ø Observasi Vital sign Ø Melihat sejauhmana


tindakan selama perkembangan klien
24 jam Ø Observsi pemberian
diharapkan resiko cahaya sesuai dengan Ø Dengan
tinggi injury kebutuhan dan kondisi mengobservasi
dapat dicegah klien pemberian cahaya
dengan kriteria : sesuai dengan
Ø Observasi keadaan kebutuhan dapat
Ø  Pencahayaan umum klien setelah mengetahui dan
cukup sesuai therapy menilai penurunan
dengan kadar bilirubin serta
Ø Cek intake dan
kebutuhan sejauhmana klien
output selama
mengalami injury.
Ø  Kadar penyinaran
bilirubin Ø Untuk mengetahui
berkurang tingkat perkembangan
klien dan sejauhmana
Ø  Tubuh klien terjadinya dehidrasi
tidak berwarna
kuning lagi Ø Menilai apakah
jimlah cairan yang
masuk sesuai dengan
instruksi dokter
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

DX IMPLEMENTASI RESPON HASIL

I Ø  Memonitor warna kulit bayi Ø  Kulit bayi masih


tampak kuning
Ø  Melakukan tindakan kolaborasi
dengan dokter untuk foto therapy Ø  Foto therapy
terpasang jam 11.00 dan
Ø  Memberikan injeksi cefotaxim berakhir jam 17.00, bayi
125 mg IV tampak menangis
Ø  Mengobservasi vital sign Ø  Klien mendapat
injeksi cefotaxim
Ø  Mengoservasi kondisi kulit dan
mata klien Ø  Suhu 36,4  C, RR : 68
x/mnt, DJJ : 136x/ mnt.
Ø  Menimbang BB
Ø  Kulit baik mata
Ø  Mengobservasi keadaan umum
tertutup dengan baik pula
bayi
Ø  BB 2300 gr
Ø  Mengobservasi intake dan output
Ø  Keadaan umum masi
Ø  Mengobservasi penutup mata dan
lemah
popok klien
Ø  Bayi masi puasa NGT
terpasang infuse KA EN
IB 12 tts/mnt retensi
banyak
Ø  Mata tertutup rapat
dengan kain kasa dan
dilapisi dengan karbon
begitu pula dengan
popoknya tertutup
dengan baik

II Ø  Memonitor warna kulit bayi Ø  Kulit bayi masih


tampak kuning
Ø  Melakukan tindakan kolaborasi
dengan dokter untuk foto therapy Ø  Foto therapy
terpasang jam 11.00 dan
Ø  Memberikan injeksi cefotaxim berakhir jam 17.00, bayi
125 mg IV tampak menangis
Ø  Mengobservasi vital sign Ø  Klien mendapat
injeksi cefotaxim
Ø  Mengoservasi kondisi kulit dan
mata klien Ø  Suhu 36,5 C, RR : 40
x/mnt, DJJ : 144x/ mnt.
Ø  Menimbang BB
Ø  Kulit baik masih
Ø  Mengobservasi keadaan umum tampak kuning, mata
bayi tertutup dengan baik saat
foto therapy
Ø  Memberi minum bayi
Ø  BB 2260 kg
Ø  Memberi minum bayi
Ø  Keadaan umum lesu,
Ø  Mengobservasi penutup mata dan
tangis kuat
popok bayi
Ø  Bayi minum pasi 10
Ø  Memberi minum bayi
cc
Ø  Bayi minum pasi 10
cc
Ø  Mata tertutup kain
kasa dilapisi dengan
karbon begitu juga
dengan popoknya
tertutup dengan baik
Ø  Bayi minum pasi 10
cc
5. EVALUASI

DX CATATAN PERKEMBANGAN

S:-
O:
Ø  Kadar bilirubin 11,4
Ø  Klien masih nampak kuning
I
A  :      Resiko tinggi kern ikterus dapat
dicegah
P   : Intervensi dilanjutkan

S:-
O:
Ø  kulit klien masih nampak kuning
Ø  pencahayaan cukup sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi,  klien yaitu
selama 6 jam dan disitirahatkan selama
II
2 jam
A  :      Resiko tinggi injury dapat
dicegah
P   : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan
sehingga menimbulkan joundice pada neonatusHiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi
akumulasi bilirubin dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek
patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan
tubuh   Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus, perlu
diketahui sedikit tentang metabolisme bilirubin pada neonatus.

B.     Saran
Berdasarkan perumusan dan hambatan yang dijumpai selama melakukan asuhan keperawatan
kami mengemukakan beberapa saran untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan yang mungkin
dapat berguna bagi usaha peningkatan mutu pelayanan keperawatan di masa mendatang, saran
yang dapat kami kemukakan adalah sebagai berikut :
1. Perawat dan keluarga dapat bekerja sama dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
2. Mahasiswa untuk lebih memahami konsep-konsep asuhan keperawatan pada pasien
Hiperbilirubin
3.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa dan dapat diterapkan dalam
dunia keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

ml.scribd.com/doc/.../Hi-Per-Bilirubin-Emi-A - Translate this page


http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien-hemaptoe.html

Anda mungkin juga menyukai