D
DENGAN INDIKASI IKTERUS
DI RUANG NUSA INDAH RSUD BATANG
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Mengetahui,
Puji syukur saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penulisan
laporan pendahuluan Bronkopneumonia.Laporan pendahuluan ini disusun karena untuk
mempermudah pengaplikasian Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia,akibat rendahnya
minat belajar mandiri dari para mahasiswa yang belum cukup pengalaman untuk
mengaplikasikan Asuhan Keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Ikterus?
2. Apa saja Klasifikasi dari Ikerus?
3. Apa Etiologi dari ikterus?
4. Bagaimana Patofisiologi dari ikterus?
5. Apa Tanda dan Gejala dari ikteus?
6. Apa saja Pemeriksaan Penunjang dari ikterus?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan ikterus?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan ikterus
D. Manfaat
Bagi Mahasiswa
Agar mampu memahami dan menerapkan bagaimana cara penanganan pasien dengan
ikterus.
Bagi Institusi
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang ikterus,serta dapat lebih
banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang penyakit-penyakit serta asuhan
keperawatan penyakit tersebut.
Bagi Masyarakat
Agar lebih mengerti, memahami dan mengetahui tanda gejala sejak dini tentang
penyakit ikterus.
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
1. Definisi
Ikterus adalah disklorasi kulit, mukosa membran dan sclera oleh karena peningkatan
kadar bilirubin dalam serum ( > 2 mg/dL). (Perinatologi)
Ikterus adalah menguningnya sclera, kulit atau jaringan lain akibat penimbunan
bilirubun dalam tubuh. ( Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 2 )
Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena
meningkatnya kadar bilirubin dalam darah.
2. Klasifikasi
a. Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang
memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):
Timbul pada hari kedua-ketiga
a) Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus
cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
b) Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
c) Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
d) Ikterus hilang pada 10 hari pertama
e) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu
b. Ikterus Patologis/ Hiperbilirubinemia
a) Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam
b) Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan fototerapi
c) Peningkatan kadar bilirubin total serum . 0,5 mg/dL/jam.
d) Adanya tanda – tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi (muntah, letargis,
malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, apnea, takipnea atau suhu yang
tidak stabil)
e) Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi
kurang bulan.
c. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama
pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah ,
dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.
3. Etiologi
Hiperbilirubinemia bisa disebabkan proses fisiologis atau patologis atau kombinasi
keduanya. Bayi yang diberikan ASI memiliki kadar bilirubin serum yang lebih tinggi
dibandingkan bayi yang diberikan susu formula. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh
beberapa factor, antara lain : frekuensi menyusui yang tidak adekuat, kehilangan berat
badan atau dehidrasi.
a. Ikterus Prahepatik
Karena produksi bilirubin yang meningkat yang terjadi pada hemolisis sel darah
merah. Peningkatan pembentukan bilirubin dapat disebabkan oleh: Kelainan sel
darah merah
Infeksi seperti malaria, sepsis.
Toksin yang berasal dari luar tubuh seperti: obat – obatan, maupun yang berasal dari
dalam tubuh seperti yang terjadi pada reksi transfuse dan eritroblastosis fetalis.
b. Ikterus Pascahepatik
Bendungan pada saluran empedu akan menyebabkan peninggian bilirubin konjugasi
yang larut dalam air. Akibatnya bilirubin akan mengalami regurgitasi kembali kedalam
sel hati dan terus memasuki peredaran darah, masuk ke ginjal dan di eksresikan oleh
ginjal sehingga ditemukan bilirubin dalam urin. Sebaliknya karena ada bendungan
pengeluaran bilirubin kedalam saluran pencernaan berkurang sehingga tinja akan
berwarna dempul karena tidak mengandung sterkobilin.
c. Ikterus Hepatoseluler
Kerusakan sel hati menyebabkan konjugasi bilirubin terganggu sehingga bilirubin direk
akan meningkat dan juga menyebabkan bendungan di dalam hati sehingga bilirubin
darah akan mengadakan regurgitasi ke dalam sel hati yang kemudian menyebabkan
peninggian kadar bilirubin konjugasi di dalam aliran darah. Kerusakan sel hati terjadi
pada keadaan: hepatitis, sirosis hepatic, tumor, bahan kimia, dll.
4. Patofisiolgi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Keadaan
yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar
yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit,
polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada
bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin
adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami
gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi
mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak
apabila bilirubin tadi dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat tersebut mungkin
akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak hanya tergantung
pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudak melewati darah otak apabila bayi
terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, hipoksia, dan hipolikemia.
6. Pemeriksaan Penunjang
Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
a. Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada saat kelahiran
b. Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah tali pusat
pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan
c. Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24 jam pertama
kelahiran
7. Penatalaksanaan
a. Tindakan umum
Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamilü
Mencegah truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang
dapat menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir.
Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
b. Tindakan khusus
Fototerapi
Dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan berfungsi untuk
menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto.
Pemberian fenobarbital
Mempercepat konjugasi dan mempermudah ekskresi. Namun pemberian ini
tidak efektif karena dapat menyebabkan gangguan metabolic dan pernafasan
baik pada ibu dan bayii
Memberi substrat yang kurang untuk transportasi/ konjugasi
Misalnya pemberian albumin karena akan mempercepat keluarnya bilirubin dari
ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin lebih mudah dikeluarkan dengan
transfuse tukar.
Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi
Untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari sinar yang ditimbulkan dan
dikhawatirkan akan merusak retina. Terapi ini juga digunakan untuk
menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus dengan hiperbilirubin jinak
hingga moderat.
Terapi transfuse
Digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi. Terapi obat-obatan.
Misalnya obat phenorbarbital/ luminal untuk meningkatkan bilirubin di sel hati
yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga berguna untuk
mengurangi timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hari.
Menyusui bayi dengan ASI
Terapi sinar matahari
8. PATHWAY
Produksi berlebihan\
Gangguan konjugasi hepar
Gangguan transportasi
Gangguan ekskeresi
Hyperbilirubinmia
Kerusakan (Kemiktoris)
Resiko Gangguan Defisiensi Immunologi
Imntegrasi Kulit
Letargi Kejang
Resiko Infeksi
13. INTERVENSI
a. Resiko terjadi injuri berhubungan dengan efek phototerapi, imaturyti hati
Tujuan ; Tidak mengalami komplikasi dari phototerapi
Criteria hasil
1. tidak memperlihatkan iritasi mata, dehidrasi, ketidakstabilan temperatur,
dan kerusakan kulit
2. Bayi terlindung dari sumber cahaya
Intervensi
1. Lindungi mata bayi dengan penutup mata khusus R/ menhindari kontak
langsung mata dengan sinar
2. Chek mata bayi setiap shift (drainase dan iritasi) R/ mencegah
keterlambatan penanganan
3. Letakkan bayi telanjang dibawah lampu dengan perlindungan mata dan
kemaluan R/ Pencahayaan maksimum dan merata serta organ vital
terlindungi dari kerusakan
4. monitor temperatur aksila
5. pemaparan panas dengan sinar memungkinkan terjadinya ketidakstabilan
suhu badanpastikan intake cairan adequate R/ Pemaparan panas
meningkatkan penguapan yang harus segera diganti dengan intake cairan
6. jaga bersihan perianal R/ Menekan resiko ieritasi kulit
b. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan intake tidak adequate sekunder kemapuan
menghisap turun
Tujuan : tidak terjadi gangguan pemenuhan nutrisi
Kriteria hasil
1) Porsi minum habis
2) BB naik
3) Menghisap kuat
Intervensi
1. berikan nutrisis secara adequate
2. Berikan minum tepat waktu dan sesuai ukuran dan kebutuhan R/ menganti
cairan dan nutrisi yang hilang akibat terapi sinar
3. observasi kemampuan menghisap R/ pemasukan nutrisi adequate bila
kemampuan mengisap baik
4. Kpasang Sonde bila kemampuan mengisap turun R/ mningkatkan intake
melalui sonde karena gagal melalui mulut
5. Timbang BB setiap hari R/ memantau perkembangan kebutuhan nutrisi
6. Kolaborasi ahli gizi
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama : By. Ny. D
Alamat : Proyonangan, Batang
Umur : 6 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Masuk : 10 Januari 2018
Tanggal Pengkajian : 10 Januari 2018
Nomor RM : 384843
Dx Medis : Ikterus neonatal
b. Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Tn. A Nama Ibu : Ny.D
Umur : 28 Tahun Umur : 27 Tahun
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Proyonangan, Alamat : Proyongan, Batang
Batang Suku Bangsa : Indonesia
Suku Bangsa : Indonesia Status Perkawinan : Menikah
Status Perkawinan : Menikah
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Ibu bayi Ny. D mengatakan mata dan tubuh bayinya berwarna kuning.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu bayi Ny. D mengatakan mata dan tubuh anaknya berwarna kuning sudah enam hari,
ibu mendapati tubuh anaknya berwarna kuning sesaat setelah anaknya lahir pada tanggal
4 Januari 2018, kemudian bayi Ny. D mendapatkan perawatan di RS QIM. Namun pada
tanggal 10 Januari 2018 pukul 14.45 anaknya dirujuk ke IGD RSUD Batang, lalu pada
pukul 17.30 anaknya dipindahkan ke ruang Nusa Indah RSUD Batang untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu bayi Ny.D mengatakan dalam silsilah keluarga tidak mempunyai penyakit dalam
keluarganya dan tidak mempunyai penyakit keturunan dalam keluarganya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu bayi Ny. D mengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki penyakit yang sama
dengan anaknya. Keluarganya tidak memiliki penyakit keturunan apapun dan tidak
memiliki riwayat alergi terhadap makanan maupun minuman.
e. Genogram
.............................................................................................
.............................................................................................
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Garis Perkawinan
Garis Keturunan
f. Riwayat Prenatal, Intranatal, Postnatal
Prenatal :
Ibu bayi NY. D mengatakan selama kehamilannya tidak memiliki penyakit yang serius
maupun perdarahan yang parah. Ibu bayi Ny. D selalu memeriksakan kehamilannya pada
bidan desa setempat dan rajin untuk meminum susu ibu hamil dan tidak pernah
mengkonsumi obat-obatan tanpa resep dokter. Selama hamil, Ny. D tidak memiliki
keluhan yang berarti, hanya mengalami morning sickness yang sewajarnya.
Intranatal :
Ibu bayi Ny. D mengatakan bahwa ia melahirkan secara spontan ditolong oleh bidan di
RS QIM pada tanggal 4 Januari 2018.
Postnatal :
Ibu bayi Ny. D mengatakan bahwa anaknya berwarna kuning setelah dilahirkan lalu
dilanjutkan perawatan lebih lanjut di RSUD Batang.
g. Riwayat Tumbuh Kembang
Berat Badan : 3.300 gram
Panjang Badan : 48 cm
Lingkar Kepala : 35 cm
Lingkar Dada : 34 cm
Lingkar Perut : 33 cm
Lingkar Lengan Atas (LILA) : 11 cm
h. Riwayat Sosial/Pola Asuh
Sejak lahir pasien dirawat dirumah sakit Qim dan setelah terkena penyakit ikterus di
rujuk ke RSUD Batang dan setiap harinya ibu By.Ny.D datang untuk menjenguk,
i. Riwayat Imunisasi
Ibu By.Ny.D Mengatakan anaknya sudah mendapatkan imuniasi.
KIMIA KLINIK
Bilirubi total
Bilirubin total H 15,8 Mg/dl 0-12.6
Bilirubin direk H 1,5 Mg/dl 0-0.6
Bilirubin indirek H 14,3 Mg/dl 0.2-0.7
5. Terapi Obat
a. 10 Januari 2018
1) Infus D1/4 N5 10-12 tpm mikro
2) Biocef 2 x 75 mg, jam 20.00 dan 08.00
3) Drop apialis 2 x 0,4 ml, jam 20.00 dan 08.00
4) Drop Ottopan 3 x 0,4 ml, jam 20.00 dan 04.00 dan 12.00
b. 11 Januari 2018
1) Infus D1/4 N5 10-12 tpm mikro
2) Biocef 2 x 75 mg, jam 20.00 dan 08.00
3) Drop apialis 2 x 0,4 ml, jam 20.00 dan 08.00
4) Drop Ottopan 3 x 0,4 ml, jam 20.00 dan 04.00 dan 12.00
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum lemah, Ttv tidak stabil terutama suhu tubuh (hipo/ hipertemi). Reflek hisap
pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot (kejang/ tremor). Hidrasi bayi
mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas (skin resh) bronze bayi
syndrome, sclera mata kuning (kadang–kadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan
warna urine dan feses.
B. PENGELOMPOKAN DATA
DS : Bayi datang dari IGD dengan ikterus neonatal, umur 6 hari
DO : Kulit dan sklera mata bayi bewarna kuning
TD :-
Suhu : 36,5o C
Nadi : 110 x/ menit
RR : 30 x/ menit
BB : 3300 gram
C. ANALISA DATA
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terjadinya injury berhubungan dengan adanya pemberian fototerapi.
2. Ikterik neonatus berhubungan dengan bilirubin tak-terkonjugasi didalam sirkulasi.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubinemia.
E. INTERVENSI
DS : -
D DO : Bayi tampak
f. Memonitor TTV menangis setelah di ganti
pempers dan dipakai kan
popok
D DS : -
DO :
KU : Lemah
Incubator (+)
S : 36,5
N : 130 mmHg
RR : 30 x /m
Terpasang
penutup mata
0 7.00 a. Mengobservasi keadaan D DS:
umum klien setelah terapi D DO: Bayi tampak
nyaman
b. Memonitor tanda-tanda
ikterus D DS :-
D DO : Tubuh bayi
tampak kekuningan
d. Mengobservasi pemberian
cahaya sesuai dengan DDS :-
kebutuhan dan kondisi klien DDO: Bayi tampak
terlentang
b. Memberikan penutup mata
DDS : -
DDO : Bayi tampak
c. Memonitor intensitas lampu tenang
sehari-hari DDS :-
DDO : Bayi tampak
terlentang
1 2.00 a. Membuka penutup mata DDS : -
setiap 4 jam atau ketika DDO : Bayi tampak
lampu mati menangis setelah dibuka
penutup matanya
1
S S : Ibu pasien nampak bersedia bayinya di
fototerapi
D O : Bayi menangis kuat
A A : Masalah sudah teratasi
P : Hentikan Intervensi
2 S : Ibu pasien mengatakan bibir pasien
tidak terlihat pucat
O O : Bibir pasien tidak terlihat pucat, turgor
kulit baik
A A : Masalah sudah teratasi
P P : Hentikan Intervensi
2
3 S : Ibu pasien mengatakan kulit bayinya
masih terlihat kuning
O O: Terdapat tanda-tanda gangguan dari
fototerapi seperti kulit mengalami perubahan
warna seperti kekuning-kuningan
A A : Masalah sudah teratasi
P P : Hentikan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA