Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian
besar neonatus ikterus dapat ditemukan bahwa angka kejadian ikterus dapat pada 60%
bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Dijakarta dilaporkan 32,9% menderita
ikterus.
Ikterus pada sebagian penderita dapat berbentuk fisiologi dan sebagian lagi mungkin
berbentuk patologi yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau
menyebabkan kematian, karena itu setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian
terutama ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila kadar
bilirubin meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam pertama. Proses hemolisis darah,
infeksi berat ikterus yang berlangsung lebih dari satu minggu serta bilirubin direct lebih
tinggi dari 1 mg% juga merupakan keadaan yang menunjukan kemungkinan adanya
ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus harus dilakukan
sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan.
Bidan sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peranan dalam
memberikan asuhan kebidanan secara paripurna. Untuk itu dalam penulisan makalah
ini mempunyai maksud :
1.Agar bidan memiliki intelektual dan mampu menguasai ketrampilan dan tehnik
terutama yang berkaitan dengan perawatan klien dan keluarga dengan bayi Ikterus
( Hiperilirubinemia)
2. Agar bidan mampu mempersiapkan klien dan keluarga ikut serta dalam proses
perawatan selama di Rumah Sakit dan perawatan lanjutan di rumah.
Adapun dalam pembahasannya akan menguraikan bagaimana memberikan Asuhan
Kebidanan pada klien dengan bayi Hyperbilirubinemia yang mendapat Fototherapi.
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode Studi Kepustakaan,
wawancara, Partisipasi Aktif dalam pemberian Asuhan Kebidanan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat menurunkan angka kematian pada bayi dan balita yang disebabkan
oleh hiperbilirubin, diharapkan tenaga kesehatan mampu memberikan dan
melaksanakan asuhan secara komprehensif dan sesuai standart
2. Tujuan Khusus
Memahami dan mengerti teori tentang ikterus dan hiperbilirubinemia:
a) Menjelaskan definisi ikterus dan hiperbilirubinemia
b) Menjelaskan klasifikasi hiperbilirubinemia
c) Menjelaskan metabolisme hiperbilirubinemia
d) Menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi hiperbilirubinemia
e) Menjelaskan etiologi hiperbilirubinemia
f) Menjelaskan patofisiologi hiperbilirubinemia
g) Menjelaskan faktor predisposisi hiperbilirubinemia
h) Menjelaskan pemeriksaan penunjang hiperbilirubinemia
i) Menjelaskan komplikasi hiperbilirubinemia
j) Menjelaskan penatalaksanaan hiperbilirubinemia

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Ikterus Neonatorum


A. Pengertian
1. Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa akibat penumpukan
bilirubin.(FKUI,2000)
2. Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke
arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin tidak dikendalikan.(Kapita
Selekta,2000)
3. Ikterus adalah disklorasi kulit, mukosa membrane dan sclera oleh karena peningkatan
kadar bilirubin dalam serum ( > 2 mg/dl) ( Ilmu kesehatan anak, jilid 2 )
B. Klasifikasi
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus
yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):
a. Timbul pada hari kedua-ketiga
b. Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus
cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
2. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
3. Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
a) Ikterus hilang pada 10 hari pertama
b) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu
4. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai
yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus bila tidak ditanggulangi
dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown
menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup
bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.

5. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak
terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus
merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

C. Penilaian
Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan resiko
terjadinya kern – ikterus, misalnya kadar bilirubin bebas : kadar bilirubin 1 dan 2, atau
secara klinis dilakukan dibawah sinar biasa ( day light )
Table : Rumus Kramer

Daerah Luas ikterus Kadar bilirubin ( mg % )


1. Kepala dan leher Kepala dan leher 5
2. Badan bagian atas Daerah I dan 2 9
3. Badan bagian bawah dan Daerah 1, 2, dan 3 11
tungkai
4. Lengan dan kaki di bawah Daerah 1, 2, 3, dan 4 12
dengkul
5. Tangan dan kaki Daerah 1, 2, 3, 4, dan 5 16

Pada kern ikterus, gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain dapat
disebutkan yaitu bayi tidak mau menghisap letargi, mata berputar, gerakan tidak
menentu ( involuntary movements ), kejang, tonus otot meninggi, leher kaku dan
akhirnya opis totonus.( Pelayanan kesehatan maternal, dan neonatal, 2007 )
Jenis-jenis Ikterus Menurut Waktu Terjadinya
1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama sebagian besar disebabkan oleh :
a. Inkompatibilitas darah Rh,ABO, atau golongan lain
b. Infeksi intra uterine
c. Kadang-kadang karena defisiensi enzim G-6-PD
2. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir
a. Biasanya ikterus fisiologis
b. Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah Rh, ABO atau
golongan lain
c. Defisiensi enzim G-6-PD atau enzim eritrosit lain juga masih mungkin.
d. Policitemia
e. Hemolisis perdarahan tertutup *(perdarahan subaponerosis,perdarahan
hepar, sub capsula dll)
3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama
Sepsis
a) Dehidrasi dan asidosis Defisiensi G-6-PD
b) Pegaruh obat-obatan
c) Sindroma Criggler-Najjar , sindroma Gilbert
4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya
Ikterus obtruktive
a. Hipotiroidisme
b. Breast milk jaundice
c. Infeksi
d. Hepatitis neonatal
e. Galaktosemia
D. Metabolisme Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah Bilirubin yang
larut dalam lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut dalam air) di dalam hati.
Frekuensi dan jumlah konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis dan kematangan
hati, serta jumlah tempat ikatan Albumin (Albumin binding site).
Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan
menghasilkan Enzim Glukoronil Transferase yang memadai sehingga serum Bilirubin
tidak mencapai tingkat patologis.
E. Patofisiologi Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan .Kejadian
yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel
Hepar yang berlebihan.Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran
Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan
kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang,
atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan
kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang
mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan
tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut
dalam air tapi mudah larut dalam lemak.sifat ini memungkinkan terjadinya efek
patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah
otak.Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap
bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin
Indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya
tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah
otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah , Hipoksia, dan
Hipoglikemia ( AH, Markum,1991).
F. Etiologi
1. Peningkatan produksi :
a. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah ibu dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
c. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat
pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
d. Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
e. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol
(steroid).
f. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek
meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
g. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion
yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi ,
Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.Peningkatan sirkulasi
Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
G. PenataLaksanaan Medis
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari
Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan Anemia
2. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3. Meningkatkan Badan Serum Albumin
4. Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi Pengganti,
Infus Albumin dan Therapi Obat.
H. Foto therapy
Foto therapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan
intensitas yang tinggi ( a boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light
spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar
Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini
terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi
dua isomer yang disebut Fotobilirubin.Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh
darah melalui mekanisme difusi.Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan
Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan
diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi
oleh Hati (Avery dan Taeusch 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar
mengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin,
tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan
Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg
/dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi
dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl.Beberapa ilmuan mengarahkan untuk
memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan
Berat Badan Lahir Rendah.
I. Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4. Tes Coombs Positif
5. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.

Transfusi Pengganti digunakan untuk :


1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel darah
merah terhadap Antibodi Maternal.
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
3. Menghilangkan Serum Bilirubin
4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan
Bilirubin

Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang


dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A
dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin
harus diperiksa setiap hari sampai stabil.

J. Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya.Obat ini efektif baik diberikan
pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan.
Penggunaan penobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek
sampingnya (letargi).
Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga
menurunkan siklus Enterohepatika.

2.2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan


I. Pengkajian data
Tanggal :
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN DATA


Tanggal : 31-01-2024
Jam : 07.00 wib
Tempat : Ruang Melati RSUD Kendal

A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama bayi : By Ny. D
Tanggal lahir : 28-1-2024
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 4 hari
Anak ke :3

Nama Ibu :Ny “D”


Umur :36 Tahun
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Karyawan Swasta
Alamat :Kaliwungu
2. Keluhan utama
Bayi tampak ikterik/kuning
3. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengeluh badan bayi tampak kuning di bagian mata tangan dan kaki
4. Riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan bayinya dibawa keruangan melati setelah lahir dikarenakan
Aspeksia
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular
(TBC,Hepatitis), menurun DM, Hipertensi,PMS dan menahun (jantung), serta tidak
ada riwayat kembar
6. Riwayat kehamilan,persalinan,nifas saat ini
a. Riwayat Kehamilan
1) Trimester 1 : Ibu mengatakan memeriksakan Kehamilannya ke bidan
sebanyak 2 kali mengeluh kadang muntah dan sering pusing.
KIE : Jangan makan-makanan yang memicu mual, banyak
istirahat, makan sedikit-sedikit tapi sering.
Terapi : Hasil Plano Test (+), ibu mendapat B6 dan Vitamin C.
2) TrimesterII : Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya kebidan
sebanyak 2 kali untuk melihat kondisi diri dan janin yang dikandungnya.
KIE ; Makan makanan bernutrisi, banyak istirahat dan jalan
pagi, anjurkan ibu untuk melakukan USG untuk memastikan hasil
pemeriksaan.
Terapi : Tablet Fe 1x1, kalk 1x1, vitamin C, B6 dan TT 1 kali.
3) Trimester III : Ibu mengatakan memeriksakan kehamilan ke bidan tiga
kali.Untu memastikan kandungannya bidan menyarankan untuk melakukan
USG.
KIE : Makan makanan bernutrisi, perawatan payudara, sering
jalan. Perkiraan persalinan 10-10-2016.Untuk memastikan kandungannya
bidan menyarankan untuk melalukan USG.
Terapi : Tablet Fe 1x1, vitamin
b. Riwayat persalinan
Ibu mengatakan melahirkan secara Spontan di tolong oleh bidan di rumah sakit
Dr. H Soewondo Kendal dengan usia kehamilan 39 minggu 28 Januari 2024
Jam 14.45 WIB ,JK: Perempuan ,BB:3100 gram,PB:48, LK : 32, ibu
mengatakan bayinya saat lahir lama menangis suaranya kecil.
c. Nifas
Ibu mengatakan pada masa nifas berjalan dengan lancar tidak ada komplikasi
ASI ibu keluar banyak.
7. Riwayat neonatal
Di dapatkan dari e-RM ruang mawar Bayi lahir tidak langsung menangis kuat,gerak
aktif,cacat -,anus Å, BB: 3100 gram, PB: 48 cm
8. Riwayat imunisasi
Ibu mengatakan bayinya mendapatkan vit.k dan hepatitis setelah bayinya lahir.
9. Riwayat psikososial
Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaan bayinya sekarang.
10. Pola kebiasaan sehari- hari

Kebiasaan Di rumah Dirumah sakit


Nutrisi - Bayi minum ASI tiap
2 jam sekali dengan
cara minum botol 30-
40 cc
Eliminasi - Bayi BAB ± 2 x
sehari warna kuning
konsistensi lembek.
Bayi BAK± 5 x
sehari warna
kuning,jernih.
Istirahat - Bayi tidur ± 20 jam/
hari

Personal Hygiene Sehari ganti popok


setiap kali basah.
B. Data subyektif
1. Pemeriksaan umum
Tanggal Lahir : 28 Januari 2024
Jenis kelamin : Perempuan
BB : 2700 gram
PB : 48 cm
K/U : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV :
Suhu : 36,5 C°
Nadi : 130x/m
RR : 44x/m
Bayi minum ASI tiap 2 jam sekali/hari,bayi tidak muntah
BAB 1-2 kali/sehari konsisten lembek warna kuning
BAK ± 5 Kali Sehari Warna Kunign Jernih.
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kepala : warna rambut tampak hitam,kepala bulat,tidak ada caput
susedanium,tidak ada cepal hematoma
Muka : tampak ikterus,tidak sianosis
Mata : tampak simetris sclera ikterus,konjungtiva tidak pucat
Hidung : tidak ada secret,tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut : tidak ada labioskisis,labiopalatoskisis
Leher : tidak ada pembesaran limfe dan vena jugolaris
Dada : tidak tampak adanya retraksi dinding dada
Abdomen : tali pusat sudah lepas dan kering,kulit tampak ikterus.
Ekstermitas : tampak simetris tidak ada polidaktil,sindaktil,adaktil,dan bagian
ekstermitas tampak ikterus.
Genetalia : terdapat vagina, lubang saluran kemih (+)
Anus : Lubang anus (+)
Palpasi
Leher : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe dan vena jugolaris
Abdomen : tidak teraba adanya pembesaran hati.
Auskultasi
Dada : tidak terdengar ronchi dan wheezing
Abdomen : terdengar bising usus
Perkusi
Abdomen : tidak kembung.

3. Pemeriksaaan neurologis
a) Reflek morrow : bayi menelungkup tangan dan kaki saat ada hentakan
b) Reflek graps : bayi menggenggam saat ada rangsangan pada telapak tangan.
c) Reflek sucking : bayi menghisp dengan kuat.
d) Reflek roonting : bayi mencari putting susu saat ada rangsangan di sekitar mulut.
a. Pemeriksaan Penunjang
Laborat: Bilirubin Direk : 1,30 Mg/Dl
Bilirubin Indirek : 14,98 Mg/Dl
Bilirubin Total : 16,28 Mg/Dl

C. ASSESMENT
1. Diagnosa Kebidanan: By” D”usia 4 hari dengan hiperbilirubin
Bayi Mendapat Asi Dan Pasi Warna Kulit Tampak Kuning
Sclera Ikterus
Tubuh Bayi Tampak Ikterus Pada Bagian Dada,Abdomen,Lengan Dan Tungkai
Kaki.
2. Masalah : Terjadi hipotermi, Dehidrasi, Infeksi
3. Tindakan Segera: Kolaborasi Dengan Dokter Dalam Pemberian Fototerapi
D. PLANNING

Data Subjektif Data Objektif Assesment Planning Jam Implementasi Jam Evaluasi
Ibu KU: Baik Bayi Ny. D  Beritahu ibu 07.00 Memberitahu ibu hasil 07.0 Ibu sudah mengetahui
mengatakan Kesadaran: usia 4 hari hasil WIB pemeriksaan bayi di dapatkan: 2 hasil pemeriksaan
bayi rewel serta Composmentis dengan pemeriksaan KU: Baik WIB pada bayinya
bagian tubuh Muka: wajah Hiperbilirubin  melakukan Kesadaran: Composmentis
bayi kuning tampak Diagnosa perawatan Muka: wajah tampak simetris,
tampak pada simetris, Potensial: talipusat tampak kekuningan, kulit
mata, tangan tampak Dehidrasi,  Pertahankan teraba hangat
dan kaki bayi kekuningan, Hipotermi suhu tubuh Mata tampak sayup
kulit teraba Infeksi bayi Ekstermitas bawah: turgor
hangat  Ganti popok kulit baik, reflek +/+, kulit
Mata tampak Identifikasi setiap kali kekuningan
sayup Kebutuhan basah BB: 2.700
Ekstermitas Segera:  Berikan PB: 48 cm
atas bawah: Kolaborasi nutrisi berupa LK: 34
turgor kulit dengan dokter ASI LD: 33
baik, reflek dalam  Kolaborasi Suhu: 36,5◦C
+/+, kulit pemberian foto dengan dokter Nadi: 130x/m
kekuningan terapi Spo2: 98
 Lakukan foto
BB: 2.700 Bayi minum ASI tiap 2 jam
therapy
PB: 48 cm sekali/hari,bayi tidak muntah
LK: 34 BAB 1-2 kali/sehari konsisten
LD: 33 lembek warna kuning BAK
Suhu: 36,5◦C
Nadi: 130x/m
Bayi minum
ASI tiap 2 jam
sekali/hari,bayi
tidak muntah
BAB 1-2
kali/sehari
konsisten
lembek warna
kuning BAK

Ibu 07.02 Melakukan perawatan tali 07.0 Perawatan tali pusat


mengatakan WIB pusat pada bayi dengan cara 3 telah dilakukan
melahirkan memastikan talipusat tetap WIB talipusat kering
secara Spontan kering
bayi lahir
dengan berat
badan 3100
gram, PB 48
cm dengan
jenis kelamin
perempuan
Bayi rujukan 07.03 Menjaga suhu tubuh bayi agar 07.0 Menjaga suhu bayi
dari ruangan WIB tetap hangat dengan cara 4 telah dilakukan
Mawar.KBL menstabilkan suhu ruangan WIB
Dengan Hasil serta memakaikan bayi baju
Lab:
Bilirubin
Direk : 1,30
Mg/Dl
Bilirubin
Indirek :
14,98 Mg/Dl
Bilirubin
Total :
16,28 Mg/Dl

07.05 Meminta ibu untuk menyusui 07.0 Ibu terlihat langsung


WIB bayi sesuai kebutuhan bayi 5 memberikan ASI
WIB kepada bayinya
07.25 Mengganti popok bayi dengan 07.2 Popok bayi telah
WIB yang kering 6 diganti
WIB
07.30 Melakuakan kolaborasi dengan 07.3 Kolaborasi dengan
WIB dokter untuk mendapatkan 1 dokter telah
advis lebih lanjut WIB dilakukan bayi
mendapatkan advis :
fototraphy 1x24 jam
Diet ASI/sufor,
07.31 Melakukan fototraphy pada 07.3 Fototraphy dilakukan
WIB bayi sesuai advis dokter 1x 24 5
jam WIB
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 1 Februari 2024

Jam : 08:00 WIB

Tempat : Ruang Peristi (Melati)

Subjektif Objektif Assessment Planning Jam Implemntasi Jam Evaluasi


Ku: baik, Bayi Ny. D usia  Observasi 08.00 Mengobservasi TTV 08.01 Observasi TTV telah
bergerak aktif 5 hari, dengan TTV WIB pada bayi di dapatkan: WIB dilakukan
S: 36,5 C hiperbilirubin  Ganti S: 36,5 C
N: 120x/m popok N: 120x/m
BB: 2700 Gram segera jika
Skelra tampak basah
tidak Ikterik,  Lakukan
Warna kuning pijat bayi
pada kulit  Berikan
sudah ASI 8x 30
berkurang cc
BAB 1-2 x  Berikan
Sehari warna KIE pada
kuning, ibu
konsistensi
lembek
BAK 4-5
sehari warana
kuning jernih
Bayi minum
ASI setiap 2
jam sekali 30
cc, tidak
muntah tidak
gomoh
08.01 Mengganti popok bayi 08.02 Popok bayi telah
WIB dengan yang baru agar WIB diganti
popok tetap kering
08.02 Melakukan pijat pada 08.12 Pijat bayi telah
WIB seluruh tubuh bayi untuk WIB dilakukan bayi telihat
membantu pengeluaran lebih segar dari
bilirubin pada bayi sebelumnya
08.14 Memberikan ASI 08.18 ASI telah diberikan
WIB sebayak 30 CC pada WIB bayi terlihat kenyang,
bayi untuk memenuhi tidak muntah dan
nutrisi pada bayi gomoh
08.20 Memberikan KIE 08.21 Ibu mengatkan akan
WIB kepada ibu untuk selalu WIB memberikan ASI
memberi ASI setiap 2 secara langsung jika
jam sekali atau setiap ibu datang berkujung
kali bayi bangun dan dan akan selalu
ibu berkunjung, membawa ASI
menganjurkan ibu
untuk selalu memeras
ASI untuk stok bayi
jika ibu tidak bisa
datang memberikan
ASI secara Langsung
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada langkah I, Pengkajian data dapat didapatkan klien / bayi ”H” lahir
tanggal 03-10-2016 dengan hiperbilirubinemia dengan BBL 2550 gram, PB: 44 cm.
Identifikasi kebutuhan segera dimana penulis memberikan tindakan kebutuhan yang
harus segera dilakukan. Contohnya pada kasus hiperbillirubin dapat diberikan Apialis
1x 0,3 ml,Vit E 3 x 25 mg. Pada potensial Hypotermi dengan menghangatkan bayi
dengan pembungkus bayi dan pada masalah potensial infeksi tali pusat dapat menganti
kassa steril dan kering setiap kali sesudah mandi.
Intervensi penulis memberikan rencana asuhan sesuai dengan kondisi bayi ”H”
intervensi dibuat berdasarkan diagnosa, serta tujuan agar bayi ”H” mendapat asuhan
pada bayi dengan hiperbilirubinemia.
Implementasi penulis melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana asuhan pada
langkah sebelumnya dan berdasarkan diagnosa yang ada.

BAB V
PENUTUP
3.
5.1 KESIMPULAN
Dalam asuhan kebidanan Bayi ”H” umur 9 hari dengan Hiperbilirubinemia terkaji
bahwa bayi lahir secara SC indikasi Letak sungsang dengan BB : 2550gram,PB:44 cm
dan 9 hari kemudian bayi mengalami ikterus. Hal ini terbukti dari pengkajian yang telah
dialakukan oleh penulis, sehingga penulis dapat membuat diagnosa yang sesuai dengan
data bayi tersebut dan segera menentukan intervensi yang dilakukan sehingga tujuan
asuhan kebidanan dapat terlaksana dengan baik dalam implementasi.
5.2 SARAN
Penulis berharap pada petugas kesehatan di lapangan selalu menerapkan pelayanan
secara komperhensif sesuai dengan apa yang ada pada teori sehingga dapat menjamin
kepuasan klien dan menjadi contoh yang baik bagi mahasiswa praktek.
DAFTAR PUSTAKA

Kapita selekta kedokteran jilid I, 1999. Jakarta: medialis culapsus

Kapita selakta kedokteran jilid II, 2002. Jakarta: medialis culapsus

Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal: Jakarta, Prawirohardjo, Sarwono, 2002.


Ilmu kebidanan, Jakarta: yayasan bina pustaka. Sarwono Prawirohardjo

Farer hellen, 1999.Perawatan maternitas. Jakarta, EGC

Mochtar Rustam, 1998, sinopsis obstetri, Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai