Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indicator di suatu
Negara. Angka kematian Maternal dan Neonatal masih tinggi, salah satu
faktor penting dalam upaya penurunan angka tersebut dengan memberikan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas kepada
masyarakat yang belum terlaksana (Prawirohardjo, 2005).
Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura
3/1000 per kelahiran hidup, Malaysia 5,5/1000 per kelahiran hidup, Thailand
17/1000 per kelahiran hidup, Vietnam 18/1000 per kelahiran hidup, dan
Philipina 26/1000 per kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi di
Indonesia cukup tinggi yakni 26,9/2000 per kelahiran hidup (Depkes, 2007).
Dalam upaya mewujudkan visi “Indonesia Sehat 2010”, maka salah satu
tolak ukur adalah menurunnya angka mortalitas dan morbiditas neonatus,
dengan proyeksi pada tahun 2005 AKB dapat turun menjadi 18 per 1000
kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah
ensefalopati biliaris (lebih dikenal sebagai kernikterus). Ensefalopati biliaris
merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat.Selain memiliki
angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa
cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralysis dan displasia dental yang sangat
mempengaruhi kualitas hidup (Depkes, 2007).
Angka kejadian bayi hiperbilirubin berbeda di satu tempat ke tempat
lainnya.Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam faktor penyebab dan
penatalaksanaan.Angka kejadian hiperbilirubin pada bayi sangat bervariasi. Di
RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2017 bulan Agustus, persentase
hiperbilirubin pada bayi cukup bulan sebesar 32,1% dan pada bayi kurang
bulan sebesar 42,95%.

1
B. Masalah /Topik Bahasan
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan hiperbilirubin ?
2. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya hiperbilirubin ?
3. Bagaimana manifestasi klinis penyakit hiperbilirubin?
4. Bagaimana komplikasi yang terjadi pada penyakit hiperbilirubini?
5. Bagaimana patofisiologi terjadinya penyakit hiperbilirubin, ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penyakit hiperbilirubin?
7. Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan pada penyakit
hiperbilirubin?
8. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada penyakit hiperbilirubin?

C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ini terdiri dari 4 Bab, yaitu sebagai
berikut: Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, masalah/topik
bahasan, sistematika penulisan, tujuan penulisan,. Bab II Tinjauan Pustaka,
meliputi konsep dasar pneumonia yaitu: definisi, anatomi fisiologi, etiologi,
tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, manajemen medik
secara umum, serta proses keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernafasan: pneumonia meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab III Pembahasan meliputi tinjauan
kasus. Bab IV Penutup, meliputi kesimpulan dari pelaksanaan asuhan
keperawatan dan saran.

D. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum:
Setelah makalah ini selesai diharapkan penulis mampu menerapkan
asuhan keperawatan pada klien dengan hiperbilirubin.

2
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada By. P dengan hiperbilirubin.
b. Menyusun diagnosa keperawatan pada By. P dengan hiperbilirubin.
c. Menyusun rencana keperawatan pada By. P dengan hiperbilirubin.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang
kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001). Nilai normal bilirubin indirek
0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
Hiperbillirubin ialah suatu keadaan dimana kadar billirubinemia
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kernikterus kalau
tidak ditanggulangi dengan baik (Prawirohardjo, 2010).
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning (Ngastiyah, 2010).
Ikterus patologis/hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana
kadar konsentrasi bilirubin dalam darah mencapai nilai yang mempunyai
potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan
baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Ikterus yang
kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia dengan karakteristik
sebagai berikut :
a.  Menurut Surasmi (2008) bila :
1)      Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran
2)      Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau > setiap 24 jam
3)      Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada neonatus <
bulan dan 12,5 % pada neonatus cukup bulan
4)      Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah,
defisiensi enzim G6PD dan sepsis)
5)      Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu,
asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi,
hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.

4
b.  Menurut Ngastiyah (2010)
Suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai
yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan
yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar
bilirubin mencapai 12 mg % pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi
yang kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg % dan 15 mg %.

B. Etiologi
1.  Peningkatan produksi
a.       Hemolisis, misalnya pada inkompalibilitas yang terjadi bila
terdapat ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada
penggolongan rhesus dan ABO.
b.      Perdarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran
c.       Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan
metabolic yang terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis
d.      Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase)
e.       Breast milk jaundice yang disebabkan oleh kekurangannya
pregnan 3 (alfa), 20 (beta), diol (steroid)
f.       Kurangnya enzim glukoronil transferase, sehingga kadar bilirubin
indirek meningkat misalnya pada BBLR
g.      Kelainan congenital
2.      Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan
misalnya hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu
misalnya sulfadiazine.
3.      Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme
atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah
seperti infeksi, toksoplasmasiss, syphilis.
4.      Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ektra hepatic.
5.      Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya pada ileus obstruktif.

5
C. Gejala / Klasifikasi
1. Tanda dan Gejala
Menurut Surasmi (2008) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan
menjadi:
a. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus
pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
b. Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi
hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita
gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gengguan
pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis).
Sedangakan gejala yang lain adalah warna kuning (ikterik) pada kulit,
membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar
bilirubin darah mencapai sekitar 40 µmol/l.
2. Jenis Bilirubin
Bilirubin dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a.    Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin
bebas yaitu bilirubin tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin
untuk transport dan komponen bebas larut dalam lemak serta bersifat
toksik untuk otak karena bisa melewati sawar darah otak.
b.    Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu
bilirubin larut dalam air dan tidak toksik untuk otak.
Penggolongan Hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi Ikterus:
a.      Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya
kemungkinan dapat disusun sbb:
- Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.
- Infeksi Intra Uterin (Virus, Toksoplasma, Siphilis dan kadang-
kadang Bakteri)
- Kadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.

6
b.      Ikterus yang timbul 24  -   72 jam sesudah lahir.
- Biasanya Ikterus fisiologis.
- Masih ada kemungkinan inkompatibilitas  darah ABO atau Rh,
atau golongan lain. Hal ini diduga   kalau kenaikan kadar
Bilirubin cepat misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.
- Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih
mungkin.
- Polisetimia.
- Hemolisis perdarahan tertutup ( pendarahan subaponeurosis,
pendarahan  Hepar, sub kapsula dll).
c.  Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu
pertama.
- Sepsis.
- Dehidrasi  dan Asidosis.
- Defisiensi  Enzim G6PD.
- Pengaruh obat-obat.
- Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.
d.  Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya:
- Karena ikterus obstruktif.
- Hipotiroidisme
- Infeksi.
- Hepatitis Neonatal.
- Galaktosemia.

D. Komplikasi
1.      Bilirubin Encephalopathy ( komplikasi serius )
Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar
dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin. Hal ini terjadi
akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron
di ganglia basal, batang otak dan serebelum yang menyebabkan
kematian sel. Pada bayi dengan sepsis, hipoksia dan asfiksia bisa

7
menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak. Dengan adanya
ikterus, bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam
cairan ekstraselular. Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar
bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui. Tetapi
belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum
pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau
kerusakan neurologik yang disebabkannya.
2.      Kernikterus
3.      Retardasi mental - Kerusakan neurologis
4.      Gangguan pendengaran dan penglihatan

8
E. Pathway

Pemecahan Hemoglobin

Peningkatan destruksi eritrosit (gangguan konjungasi bilirubin/


gangguan transport bilirubuin) Hb dan eritrosit abnormal.

Pemecahan bilirubin berlebihan

Suplay bilirubin melebihi kemampuan hepar

Sebagian masuk kembali kesiklus emorohepatik

Hepar tidak mampu melakukan konjungasi

Ikterus pada sklera, leher, dan badan (peningkatan bilirubin > 12mg/dl)

Indikasi fototerapi

Sinar dengan intensitas tinggi            


 
Lapisan kulit subcutan tipis

Kulit tipis dan transparan Kulit mudah


lesi

Hipotermia Risiko tinggi kerusakan


integritas kulit

Gangguan thermoregulasi           
                                 
Kehilangan cairan yang berlebih

Kekurangan volume cairan tubuh

9
F. Penatalaksanaan
Berdasarkan pada penyebabnya maka manajemen bayi dengan
hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek
dari hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1.      Menghilangkan anemia
2.      Menghilangkan antibody maternal dan eritrosit teresensitisasi
3.      Meningkatkan badan serum albumin
4.      Menurunkan serum bilirubin
Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse
pangganti, infus albumin dan therapi obat.
a.       Fototherapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan
transfuse pengganti untuk menurunkan bilirubin. Memaparkan
neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a bound of
fluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan
menurunkan bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar
bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi.
Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan merubah bilirubin
tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut
fotobilirubin.Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah
melalui mekanisme difusi.Di dalam darah fotobilirubin berikatan
dengan albumin dan di kirim ke hati.
Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan
kedalam duodenum untuk di buang bersama feses tanpa proses
konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar
mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototerapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan
kadar bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan
hemolisis dapat menyebabkan anemia.
Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin
indirek 4-5 mg/dl. Noenatus yang sakit dengan berat badan kurang dari

10
1000 gram harus difototerapi dengan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl.
Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk memberikan fototerapi
profilaksasi pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan berat
badan lahir rendah.
b.      Transfusi Pengganti
Transfusi pengganti atau imediat didindikasikan adanya faktor-faktor :
1)      Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu
2)      Penyakit hemolisis berat pada bayi baru lahir
3)      Penyakit hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam
pertama
4)      Kadar bilirubin direk labih besar 3,5 mg/dl di minggu pertama
5)      Serum bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam pertama
6)      Hemoglobin kurang dari 12 gr/dl
7)      Bayi pada resiko terjadi kern Ikterus
Transfusi pengganti digunkan untuk:
1)      Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible
(rentan) terhadap sel darah merah terhadap antibody maternal
2)      Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi
(kepekaan)
3)      Menghilangkan serum ilirubin
4)      Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan
keterikatan dangan bilirubin
Pada Rh Inkomptabilitas diperlukan transfusi darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negative whole blood. Darah yang dipilih
tidak mengandung antigen A dan antigen B. setiap 4 -8 jam kadar
bilirubin harus di cek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai
stabil.
c.       Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya.Obat ini
efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai

11
beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan Phenobarbital
pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya
(letargi). Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan
mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus
enterohepatika.

G. Kemungkinan Data Fokus


1. Pengkajian
Wawancara
a. Identitas
1) Identitas klien: Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, diagnosa
medis, tanggal pengkajian
2) Identitas penanggung jawab
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama: Ortu klien mengatakan anaknya tampak kuning
(jaundice)
c. Riwayat kesehatan sekarang
Dijabarkan dengan PQRST (intensitas jaundice, waktu timbulnya
jaundice, dampaknya : tidak mau menetek, hemotoma, feses berwarna
gelap, muntah, demam, kejang.
d. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Pre Natal
Kaji faktor resiko hiperbilirunemia seperti obat-obat yang dicerna
oleh ibunya selama hamil (seperti salisilat, sulfonamid), riwayat
inkompatibilitas ABO/Rh, penyakit infeksi seperti rubela atau
toxoplasmosis.
2) Intra Natal
Persalinan preterm, kelahiran dengan vakum ekstraksi, induksi
oksitosin, pengkleman tali pusat yang lambat, trauma kelahiran,
BB waktu lahir, usia kehamilan.

12
3) Post Natal
Riwayat asfiksia, infeksi neonatus, obat-obatan, pemberian makan,
defekasi mekonium.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji golongan darah ibu dan ayah dan riwayat inkompatibilitas
ABO/Rh, riwayat keluarga dengan hiperbilirubinemia pada kelahiran
sebelumnya, dan riwayat keluarga yang menderita anemia atau
pembesaran hati dan limpa.
f. Pemeriksaan Fisik
1)   Keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan aktivitas
menurun
2)   Kepala leher
•       Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput /
mukosa pada mulut. Dapat juga diidentifikasi ikterus
dengan melakukan Tekanan langsung pada daerah menonjol
untuk bayi dengan kulit bersih ( kuning)
•       Dapat juga dijumpai cianosis pada bayi yang hypoksia
3)   Dada
•       Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan
tanda peningkatan frekuensi nafas.
•       Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya
ikterus yang disebabkan oleh adanya infeksi
4)   Perut
•       Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu
dicermati. Hal ni berhubungan dengan indikasi
penatalaksanaan photo terapi. Gangguan Peristaltik  tidak
diindikasikan photo terapi.
•       Perut membuncit, muntah , mencret merupakan
akibat  gangguan metabolisme bilirubun enterohepatik
•       Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan
Sepsis bacterial, tixoplasmosis, rubella

13
5)   Urogenital
•       Urine kuning dan pekat.
•       Adanya faeces yang pucat / acholis / seperti dempul atau
kapur merupakan akibat dari gangguan / atresia saluran
empedu
6)   Ekstremitas
Menunjukkan tonus otot yang lemah
7)   Kulit
•       Tanda dehidrasi titunjukkan dengan turgor tang jelek.
Elastisitas menurun.
•       Perdarahan baah kulit ditunjukkan dengan ptechia,
echimosis.
8)   Pemeriksaan Neurologis
Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain – lain menunjukkan
adanya tanda – tanda kern – ikterus

H. Pemeriksaan Diagnostik
1.      Bilirubin Serum
Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan
diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya
intervensi lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini
merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan 
morbiditas neonatus. Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin
total.Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium
foil).
Beberapa sumber menyarankan pemeriksaan bilirubin direk,
bila kadar bilirubin total > 20 mg/dL atau usia bayi > 2 minggu. 
2.      Bilirubinometer Transkutan
Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang
bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap

14
cahaya dengan panjang gelombang 450 nm.Cahaya yang dipantulkan
merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa.
3.      Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO
Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah
otak.Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat
terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah.

I. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Ikterus pada sklera, Gangguan
DO: leher, dan badan thermoregulasi
Akral hangat, keadaan umum (peningkatan bilirubin > (hipertermi)
lemah, suhu tubuh datas 12mg/dl)
normal
Indikasi fototerapi

Sinar dengan intensitas


tinggi

Lapisan kulit subcutan


tipis

Kulit tipis dan transparan

Hipotermia

Gangguan
thermoregulasi

2 DS: Fototherapi Kekurangan


Do: volume cairan
Urine pekat, turgor >2 detik, Sinar dengan intensitas tubuh
keadaan umu lemah, tinggi
penurunan kesadaran,
gelisah,mukosa kering Kehilangan cairan yang
berlebih

Kekurangan volume
cairan tubuh

3 DS: Indikasi fototerapi Risiko tinggi

15
DO: kerusakan
Terdapat wrana kemerahan Sinar dengan intensitas integritas kulit
disekitar kulit, terdapat lesi, tinggi
kulit tampak tipis dan
trasnparan, terdapat imobilisasi Lapisan kulit subcutan
dalam waktu lama tipis

Kulit tipis dan transparan

Kulit mudah lesi

Risiko tinggi kerusakan


integritas kulit

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan thermoregulasi (hipertermi) berhubungan dengan pemaparan
sinar dengan intensitas tinggi, ditandai dengan :
Akral hangat, keadaan umum lemah, suhu tubuh datas normal
2. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan
yang berlebih : fototherapy, ditandai dengan :
Urine pekat, turgor >2 detik, keadaan umu lemah, penurunan kesadaran,
gelisah,mukosa kering
3. Risiko tinggi kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan
lemak subcutan tipis, ditandai dengan :
Terdapat wrana kemerahan disekitar kulit, terdapat lesi, kulit tampak tipis
dan trasnparan, terdapat imobilisasi dalam waktu lama

II. RENCANA KEPERAWATAN

16
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Gangguan Setelah diberikan - observasi TTV suhu terpantau
thermoregulasi tindakan perawatan secara khusus secara rutin
(hipertermi) selama 3 hari diharapkan adalah suhu
berhubungan dengan suhu tubuh bayi kembali - Matikan lampu mengurangi
pemaparan sinar normal dengan criteria sementara bila pajanan sinar
dengan intensitas hasil : terjadi kenaikan mencegah suhu
tinggi, ditandai Suhu berkisar antara suhu tubuh semakin
dengan : 36,50C - 370C - Berikan kompres meningkat
DS: membran mukosa hangat bila timbul mencegah suhu
DO: lembab demam tubuh semakin
Akral - Kolaborasi dengan meningkat
hangat, keadaan dokter dalam
umum lemah, suhu pemberian obat memberikan terapi
tubuh datas normal lebih dini atau
mencari penyebab
lain yang dapat
menimbulkan
hipertermi
2 Kekurangan volume Setelah dilakukan - Pantau tanda dan Penurunan
cairan tubuh perawatan selama 3 hari gejala kekurangan sisrkulasi volume
berhubungan dengan di harapkan status hidrasi cairan cairan
kehilangan cairan adekuat dan asupan menyebabkan
yang berlebih : cairan adekuat. Dengan kekeringan mukosa
fototherapy, ditandai criteria : dan pemekataj urin.
dengan : - Mukosa lembab Deteksi dini
DS: - Turgor baik, kembali memungkinkan
DO: dalam 2 detik terapi pergantian
Urine pekat, turgor - cairan segera untuk
>2 detik, keadaan - Pantau intake dan memperbaiki deficit
umu lemah, output Dehidrasi dapat
penurunan meningkatkan laju
kesadaran, filtrasi glomerulus
gelisah,mukosa membuat keluaran

17
kering tak aadekuat untuk
membersihkan sisa
metabolisme.
- Timbang berat Mendeteksi
badan setiap hari kehilangan cairan,
penurunan 1 kg BB
sama dengan
kehilangan cairan 1
lt

- Kolaborasi : koreksi keseimbang


Pemeriksaan cairan dan
laboratorium elektrolit, BUN
serum elektrolit untuk mengetahui
(Na, K,Ca, BUN) faal ginjal
(kompensasi).

3 Risiko tinggi Setelah dilakukan - Perhatikan adanya Mencegah area


kerusakan integritas tindakan keperawatan kemerahan pada potensial kerusakan
jaringan kulit integritas kulit dapat kulit agar tidak terjadi
berhubungan dengan dipertahanakan dengan lesi
lemak subcutan tipis, kriteria :
ditandai dengan : Tidak ada lesi - Gunakan
DS: linen/selimut/alas Mencegah
DO: yang lembut terjadinya lesi
Terdapat wrana - Mandikan bayi
kemerahan disekitar secara teratur Mempertahankan
kulit, terdapat lesi, dengan sabun keadaan kulit
kulit tampak tipis yang lembut
dan trasnparan, - Bersihkan bayi
terdapat imobilisasi setelah BAK/BAB
dalam waktu lama Mempertahankan
kebersihan kulit
dan mencegah dari

18
timbulnya
lesi/iritasi

19
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
Nama : By. P
Tanggal Lahir : Tasikmalaya 12-08-2017
Nama Ayah : Tn. N
Umur Ayah : 36 tahun
Ibu : Ny. A
Umur Ibu : 30 tahun
Pekerjaan Ayah : Buruh
Ibu : IRT
Pendidikan Ayah : SMA
Ibu : SMA
Alamat : Kp. Maruyung RT. 02 RW. 02 Kelurahan Bogel
Kec. Ciawi Kab. Tasikmalaya
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 25 – 08 – 2017 (jam: 20.35 WIB)
Tanggal Pengkajian : 31 – 08 – 2017

2. Alasan / Keluhan Utama


Badan kuning (ikterik)
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 1 minggu badan kuning, nangis ada bila dirangsang,
pergerakan lemah, reflek hisap lemah, nafas sesak, retraksi dada,
pernafasan cuping hidung, BAB ada, BAK ada.
4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal : Ketuban jernih, usia kehamilan 36 – 37 minggu
b. Natal : Bayi lahir secara normal
c. Post Natal : By. Ny. A di Diagnosa Ikterus Neonatorum

20
5. Riwayat kesehatan masa lalu
-
6. Riwayat Keluarga
Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan
hepar, leukemia, anemia.
7. Riwayat Sosial
Bayi diasuh oleh ibu dan ayah kandungnya dengan hubungan keluarga
yang baik.
7. Kebutuhan Dasar
a. Cairan : di Rs. ASI/PASI per sonde 8x30-40 cc
b. Makanan : Tidak makan
c. Pola Tidur : Normal
d. Mandi : Seka 3x sehari
e. Eliminasi : BAB 2-4x sehari, BAK Normal
7. Keadaan Kesehatan Saat Ini
a. Diagnosa Medis : Ikterus Neonatorum
b. Status Nutrisi : Kebutuhan nutrisi: ASI/PASI per sonde 8x30-40 cc
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : k/u sakit berat
b. Tanda – tanda vital : RR 62x/menit HR : 150x/menit S : 37,50 C,
SPO2 93%, BB 2550 gram
c. Pemeriksaan Kepala :
 Sutura sagital tepat
 Gambaran wajah simetris
 Telinga Normal
 Hidung Simetris
 Mata ikteris pada seclera
d. Pemeriksaan Integumen
 Warna kulit kuning
 Turgor kulit elastic

21
e. Dada dan thorax
 Bentuk simetris
 Ada retraksi dada
 Pernafasan cuping hidung
 Ronchi ada
f. Payudara
Bentuk simetris, aerola penuh, tonjolan 5 – 10 mm
g. Abdomen
 Tidak ada distensi abdomen
 Umbilicus kering
 Tidak ada pembesaran dan benjolan
h. Genetalia
Lengkap terdapat scrotum sudah turun, jenis kelamin laki-laki, anus +
i. Ekstremitas
 Jari tangan lengkap
 Posisi dan bentuk simetris kanan dan kiri
 Jari kaki lengkap
 Pergerakan aktif
 Warna kulit kuning, Tangan dan kaki berwarna agak kekuningan
7. Pemeriksaan tingkat perkembangan orik
a. Motorik Kasar : Menggenggam (Baik), Mencari (baik), menghisap
(baik)
b. Motorik Halus : Menangis Melengking
8. Terapi
 Sanpicilin 3 x 130 mg/IV
 Cefotaxime injek 3 x 130 mg/IV
 Sequest 3 x ¼ per oral
 Terapi infus Tridex 8 cc/jam
 Foto Terapi

22
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 25 September 2017

Pemeriksaan Hasil Satuan

Hematologi :

Hemoglobin (HGB) 14,5 g / dL

Leukosit ( WBC) 19.600 10 3 / µl

Hematokrit 41 %

Trombosit ( PLT) 597.000 10 3 / µl

Golongan darah B

Rhesus Positif

Faal Hati :

Bilirubin total 29,66

Bilirubin direk 4,28

Bilirubin indirek 25,38

Karbohidrat :

GDS 157

23
ANALISA DATA
No. Data Masalah
Interpretasi Data
1. DS : Merangsang sel epitel untuk Tidak efektifnya
memproduksi mukus pola nafas
- Ibu klien mengatakan anaknya
sesak 

Inhalasi udara kering


DO : meningkatkan viskositas mukus
- Frekuensi nafas 62 x/menit 
- Adanya retraksi dada
- Pernafasan cuping hidung Produksi mukus meningkat
- Terpasang oksigen ½ lt
Sesak nafas Tidak efektifnya
bersihan jalan
nafas

Tidak
efektifnya pola
nafas

Akumulasi sekret

Jalan nafas terhambat

2. DS : Inhalasi mikro organisme dan Gangguan

24
- Ibu klien mengatakan “klien penyebaran matogen infeksi dari pemenuhan
tidak mau menete” saluran nafas nutrisi kurang
 dari kebutuhan
Merangsang nervus vagus
DO : 
menyampaikan reflek ke naso
- BB : 2550 vagal
- Reflek hisap lemah

- Nangis dan pergerakan lemah
Sekresi asam lambung
meningkat

Merangsang thalamus bagian
pusat yang menimbulkan mual

Mual

Asupan nutrisi di keluarkan lagi
(muntah)

Pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan

3. DS = Hiperbilirubin meningkat Potensial kern


ikterik

DO =
 K/u sakit berat
 RR = 62 x / m
 HR = 150 x / m
 S = 37,50 c
 SPO2 93%
 Kuning pada seluruh
tubuh
- Bilirubin total 29,66
- Bilirubin direk 4,28
- Bilirubin indirek
25,38

DIAGNOSA KEPERAWATAN

25
1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan sesak nafas.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan kesadaran.
3. Potensial karena ikterik b/d ikterus sebagian dari tubuh

26
27
28
29
30
BAB IV
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Hiperbilirubinemia adalah bayi dismatur lebih sering menderita
hiperbilirubinemia dibanding bayi yang bertanya sesuai engan masa kehamilan.
Berat hati bayi dismatur kurang dibandingkan bayi biasa, mungkin disebabkan
gangguan pertumbuhan hati. Penyebabnya yaitu dari Bilirubin tidak terkonjugasi
atau bilirubin indirek (bilirubin bebas) yaitu bilirubin tidak larut dalam air,
berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen bebas larut dalam lemak
serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati sawar darah otak. Sedangkan
Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk (bilirubin terikat) yaitu bilirubin larut
dalam air dan tidak toksik untuk otak. Manifestasi klinik dari hiperbilirubinemia
adalah Letargi, Tonus otot meningkat, Leher kaku,Opistotonus, Muntah, anorexia,
fatigue, warna urine gelap, warna tinja pucat.

B.   Saran
Penulis berharap kepada pembaca khususnya kami sendiri agar dapat
menambah pengetahuan dan keterampilan tentang asuhan keperawatan pada anak
khususnya  dengan hiperbilirubinemia.

31
DAFTAR PUSTAKA

FKUI.2006. Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta: EGC.


Ladewig, patricia,dkk.2006. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu Bayi Baru
Lahir  Edisi 5. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB
untuk  Pendidikan Bidan.Jakarta: EGC.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.
Ngatisyah.2010. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.
Surasmi,Asrining,dkk.2008. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.
http://mediamedis.blogspot.com/2012/07/askep-hiperbilirubin.html diakses
tanggal 01 Oktober 2017
http://raiyulia.blogspot.com/2012/01/askep-hiperbilirubin.html. diakses tanggal 01
Oktober 2017
http://perawatmasadepanku.blogspot.com/2012/07/pathway-hiperbilirubin.html
diakses tanggal 01 Oktober 2017

32

Anda mungkin juga menyukai