Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan
rahmat-Nya. Hanya dengan karunia-Nya penulisan makalah ini yang berjudul
hiperbilirubinemia dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ada beberapa kendala
yang menghambat terselesainya makalah ini diantaranya keterbatasan sumber
yang penulis miliki.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa
adanya bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga
tugas makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Hiperbilirubinemia adalah salah satu masalah yang paling umum yang
dihadapi bayi baru lahir setelah ada hasil laboratorium yang menunjukkan
peningkatan kadar serum bilirubin terhadap neonatus >90% (Ely susan,
2011).
Menurut Lubis (2013) hiperbilirubunemia merupakan salah satu fenomena
klinis tersering ditemukan pada bayi baru lahir yang dapat disebabkan oleh
proses fisiologis atau patologis atau kombinasi keduanya .
Hiperbilirubinemia merupakan suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar
bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang
ditandaidengan ikterus, yang dikenal dengan ikterus neonatorum patologis.
Hiperbilirubinemia yang merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar
bilirubin didalam jaringan ekstravaskuler sehingga konjungtiva, kulit, dan
mukosa akan berwarna kuning. Keadaan tersebut juga bisa berpotensi
besar terjadi ikterus, yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin
indirek pada otak. Bayi yang mengalami hiperbilirubinemia memiliki ciri
adanya ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama, peningkatan konsentrasi
bilirubin serum 10 mg% atau lebih setiap 24 jam. Konsentrasi bilirubin
serum 10 mg% pada neonatus yang cukup bulan dan 12,5 mg% pada
neonatus yang kurang bulan.
2.2 Faktor risiko
a. Faktor maternal
Ras atau kelompok etnik tertentu
Komplikasi kehamilan (DM, Inkompatibilitas ABO dan Rh)
ASI
b. Faktor perinatal
Trauma lahir ( ekimosis, selfahematom)
Infeksi ( bakteri, virus, protozoa)
c. Faktor neonatus
Prematuritas
Faktor genetic
Polisitemia
Rendahnya asupan ASI
2.3 Etiologi
1. Ikterus fisiologis
Timbul pada hari kedua , ketiga
Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus
cukup bulan dan 12,5 mg% untuk neonatus lebih bulan
Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg%
perhari
Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan
patologik
2. Ikterus patologik / hiperbilirubinemia
Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama
Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan
atau melebihi 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan
Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari
Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%
Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik
3. Kern ikterus
Kern ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan
pada neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari
20 mg%) dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy
ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis
berbentuk kelainan syaraf simpatis yang terjadi secara kronik.
2.5 Patofisiologi
Saat eritrosit hancur di akhir siklus neonatus, hemoglobin pecah
menjadi fragmen globin (protein) dan heme (besi). Fragmen heme
membentuk bilirubin tidak terkonjugasi (indirek) yang berkaitan
dengan albumin untuk dibawa ke sel hati agar dapat berkonjugasi
dengan glukoronid membentuk bilirubin direk. Karena bilirubin
terkonjugasi dapat larut dalam lemak dan tidak dapat diekskresikan
didalam urine atau empedu, bilirubin ini dapat keluar menuju jaringan
ekstravaskuler terutama jaringan lemak dan otak yang akan
mengakibatkan hiperbilirubinemia. Pada keadaan ini bilirubin
tertimbun didalam darah dan jika konsentrasinya mencapai nilai
tertentu (sekitar 2-2,5 mg/dl) senyawa ini akan berdifusi kedalam
jaringan yang kemudian menjadi kuning.
2.6 Manifestasi klinis
1. Ikterus terjadi 24 jam
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam
3. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus
kurang bulan dan 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan
4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompabilitas darah,
defisiensi enzim G-6-PD / Glukosa 6 phosphat Dehydrogenase)
5. Ikterus yang disertai kedaan berikut : berat lahir kurang dari
2000gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu, infeksi, gangguan
pernapasan seperti hipoksia.
6. Refleks hisap kurang
7. Kulit berwarna kuning
2.7 Penatalaksanaan Medis
a. Fototherapi
Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi.
Fototherapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi
ekskresi bilirubin tak terkonjugasi . Fototherapi begerak dari
jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Didalam
darah fotobilirubin berkaitan dengan albumin dan dikirim ke hati,
fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan
kedalam duadenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses
konjugasi oleh hati.
b. Transfusi pengganti
Transfusi pengganti digunakan untuk :
Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible
(rentan) terhadap sel darah merah terhadap antibody
maternal
Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi
(kepekaan)
Menghilangkan serum bilirubun
Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan
keterikatan dengan bilirubin
c. Terapi obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim
yang dapat meningkatkan konjugasi bilirubin dan
mengekskresikannya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu
hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum
melahirkan.
2.8 Penatalaksanaan Keperawatan
Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makan sejak
dini ( pemberian ASI )
Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Mengobservasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital
Mandikan bayi menggunakan air hangat dan sabun
Jaga keamanan lingkungan pasien untuk mencegah risiko jatuh
pada bayi
2.9 Komplikasi
1. Kern ikterik yaitu, kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin
indirek pada otak. Gejala klinis pada permulaan : bayi tidak mau
menghisap, letargi, mata berputar-putar, kejang tonus otot
meninggi, leher kaku, dan akhirnya opistotonus.
2. Infeksi/sepsis
3. Pneumonia
4. Peritonitis
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperbilirubinemia adalah istilah yang dipakai untuk ikterus neonatorum
setelah ada hasil laboratorium yang menunjukkan peningkatan kadar
serum bilirubin.
Hiperbilirubinemia yaitu suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam
darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan
kern ikterus kalau tidak ditangani dengan baik, atau mempunyai hubungan
dengan keadaan yang patologis. Hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin
mencapai 12 mg% pada bayi cukup bulan dan 15 mg% pada bayi kurang
bulan menurut Brown.
Penyebab dari hiperbilirubinemia terdapat beberapa faktor, secara garis
besar penyebab hiperbilirubinemia adalah : produksi bilirubin yang
berlebihan, gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar, gangguan
transportasi dan gangguan dalam ekskresi.
B. Saran
Kami selaku penulis berharap kepada pembaca khususnya kami sendiri
agar dapat meningkatkan lagi ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki dibidang mata kuliah keperawatan anak khususnya terkait asuhan
keperawatan pada klien dengan hiperbilirubinemia.