Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Menurunkan angka kematian bayi merupakan salah satu tujuan dari asuhan kebidanan
pada neonatal, bayi dan balita.  Dalam pelaksanaannya masih banyak hambatan yang terjadi,
contohnya ialah lahirnya bayi dengan masalah, bayi dengan penyakit tertentu, dan balita yang
terserang penyakit.  Maka dari itu penting bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan untuk
mengetahui dan terampil dalam mengenali gejala suatu penyakit serta cara menanganinya.
Makalah ini akan membahas tentang beberapa penyakit yang dapat menyerang bayi antara
lain ialah : bercak mongol, hemangioma, muntah, gumoh, oral trush, diaper rash, sebhorrea,
milliariasis, diare, obstipasi , infeksi, syndrom kematian bayi mendadak (sudden infant death
syndrome-sids), muntah dan gumoh, gumoh/regurgitasi serta penatalaksanaanya.

B.   Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui apa saja masalah kesehatan yang dapat terjadi pada neonatus, bayi dan balita
2.      Mengetahui penyebab masalah-masalah kesehatan pada neonatus, bayi dan balita
3.      Mengetahui tanda dan gejala setiap masalah kesehatan yang terjadi pada neonatus, bayi dan
balita
4.      Mengetahui komplikasi apa saja yang dapat terjadi jika masalah kesehatan tersebut tidak
ditangani dengan tepat dan segera
5.      Mengetahui penanganan setiap masalah kesehatan yang terjadi
6.      Mengetahui apa saja yang harus bidan persiapkan jika masalah kesehatan tersebut tidak
dapat ditangani sendiri dan harus dirujuk
7.      Mengetahui tindakan preventif  yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah-masalah
kesehatan pada neonatus, bayi dan balita

1
BAB II
ISI

IKTERUS NEONATORUM
A. Pengertian
          Adalah pewarnaan kuning pada kulit, mukosa dan sclera akibat peninggian kadar
bilirubin darah yang terjadi pada minggu pertama pada hari 2 atau ke3, meningkat bertahap
sampai 170 mikromol/liter (12,1mikromol/liter=1mg/dl) pada hari ke 4 atau ke5 dan turun
lagi hingga tak tampak pada minggu ke2.
          Ikterus pada neonatus tak selamanya merupakan ikterus patologis. Ikterus fisiologis
yaitu ikterus yang tidak mempunyai dasar patologi dan kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan yang mempunyai potensi menjadi kern ikterus dan tidak menyebabkan suatu
morbiditas pada bayi.
Ikterus dikatakan fisiologis jika :

1. Timbul pada hari ke2 dan ke3


2. kadar bilirubin in direk dalam 2 x 24 jam tidak lebih dalam 15mg% pada neonatus
aterm dan 10mg% pada neonatus premature.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% per hari
4. Kadar bilirubi direk tidak melebihi 1 mg%
5. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologi.

Hiperbilirubinemia yaitu suatu keadaan dimana kadar bilirubin mencapai suatu nilai
yang mempunyai potensial menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi.
Hiperbilirubinemia termasuk ikterus patologi. Hiperbilirubinemia terjadi jika kadar bilirubin
mencapai 12mg% pada bayi cukup bulan dan 15% pada bayi premature dan timbul pada 24
jam pertama, menetap setelah 28 hari pada bayi cukup bulan / setelah 14 hari pada bayi
kurang bulan.
Kern ikterus yaitu suatu kerusakan otak yang disebabkan oleh perlengketan bilirubin
bebas pada membran mitokondria, neuron pada daerah otak tertentu termasuk ganglia basal,
lobus hipokampus, nucleus subtalamikus dan cerebelum. Kern ikterus berarti adanya
pewarnaan dan nekrosis neuron pada area yang dapat dilihat pada otopsi.

2
 

B. Etiologi

          Etiologi ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun disebabkan oleh
beberapa faktor. Secara garis besar etiologinya adalah :
1.    Produksi bilirubin yang berlebihan yang melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya.
2.    gangguan pada proses uptake, dan konjugasi hepar yang disebabkan oleh imaturitas hepar .
3.    Gangguan dalam transportasi.
4.    Gangguan dalam ekskresi.

C. Manifestasi Klinik
          Gejala – gejala yang timbul yang menunjukkkan bayi terkena ikterus diantaranya:
1.    Ikterus timbul pada hari ke 2 atau hari ke 3 ( pada ikterus patologi timbul pada 24 jam
pertama)
2.    Timbul warna kuning pada kulit dan sclera mata
3.    Gangguan neurologis bisa terjadi kejang, opistotonus, tidak mau minum, letargis, reflek
moro lemah atau tidak ada sama sekali.
4.    jumlah bilirubin unkonjugatis meningkat, feses berwana putih seperti dempul.
5.    Suhu meningkat
6.    Pembesaran hepar
7.    Perut membucit.

D. Patofisiologi
          Untuk mendapatkan pengertian yang cukup mengenai ikterus nenonatorum perlu
diketahui metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus. Perbedaan utama metabolisme ini
yaitu adalah pada janin, hepar belum berfungsi karena bilirubin dikeluarkan melalui plasenta
berupa bilirubin indirek atau yang larut dalam lemak.
          Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi HB dalam system RES.
Tingkat penghancuran HB neonatus lebih tinggi daripada bayi yang lebih tua. Bilirubin
indirek kemudian diikat pada albumin ikatat. Uptake bilirubin dilakukan oleh protein Y dan
Z. dalam hepar bilirubin ini mengalami proses konjugasi yang membutuhkan energi dan
enzim glukoronil trasferase.

3
          Kemudian bilirubin berubah menjadi bilirubin direk. Bilirubin direk kemudian di
ekskresi ke usus dan sebagian lagi dikeluarkan dalam bentuk scercobilin. Bila terjadi
hambatan pada peristaltic usus misalnya pada pemberian makanan yang agak terhambat maka
oleh pengaru betha-glukoronidase bilirubin sebagian diubah menjadi bilirubin indirek yang
kemudian masuk kedalam sirkulasi darah. Pada janin sebagian bilirubin yang diserap kembali
itu dikeluarkan melalui plasenta. Pada BBL ekskresi melalui plasenta terputus. Pada janin
ekskresi jalan ini yang utama sehingga bila fungsi hepar atau belum matang atau terdapat
gangguan pada fungsi hepar akibat hipoksia, asidosis, bila terdapat kekurangan enzim
glukoronil transferase atau kekurangan glukosa, maka kadar bilirubin in direk dalam darah
meningkat. Peningkatan bilirubin indirek yang bebas tersebut dapat berbahaya karena
bilirubin inilah yang melekat dalam otak.

E. Komplikasi
          Komplikasi yang timbul karena ikterus adalah : Kern ikterus yaitu sindrom neurologis
yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin indirek dalam otak.
v  Stadium I          : reflek moro jelek, hipotoni, letargi, poorfiding, vomitus, highpitced cry,
kejang
v  Stadium II         : Ovistototonus, panas, rigiditas, okulogirik, kreises, trises, mata cenderung
efiesi keatas.
v  Stadium III: Spastisipas menurun pada sekitar usia 1 minggu
v  Stadium IV: Gejala sisa lanjut, spastisistas, atetosis, tuliparsial/komplit, retardasi mental,
paralysis bola mata, displasia dental.

F. Pencegahan dan Pengobatan


          Dalam penanganan ikterus cara – cara yang dipakai adalah untuk mencegah dan
mnegobati hiperbilirubinemia :
1.   Mempercepat metabolisme
v  Earlyfeeding, karena dengan pemberian makanan yang dini akan terjadi pendorongan gerakan
usus dan mekonium lkebih cepat dikeluarakan sehingga peredaran enterohepatik bilirubin
berkurang.
v  Pemberian penobarbital, khasiatnya adalah mengadakan induksi enzim mikrosoma sehingga
konjugasi bilirubin lebih cepat.
4
v  Pemberian agar – agar karena dapat menghalangi peredaran bilirubin
2.   Merubah bilirubin
Terapi sinar
Terapi sinar diberikan jika bilirubin mencapai 15mg%. Alat yang digunakan terdiri atas
blue neon yang berkekuatan masing – masing 20 watt sebanyak 10 buah. Terapi diberikan
selama 72 jam sampai kadar bilirubin mencapai 7,5 mg%.
3.   Transfusi Tukar
Transfusi tukar diberikan pada kasus – kasus sebagai barikut :
v  Ikterus dengan kadar bilirubin indirek lebih dari 20mg%
v  Pada bayi premature
v  Pada inkompatibilitas golongan darah

MUNTAH
A.        Definisi
Muntah adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah
makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi lambung dan abdomen. Dalam
beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami muntah lendir, bahkan disertai
sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI atau makanan, keadaan
tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang
tertelan selama proses persalinan.

B.       Etiologi
Muntah bisa disebabkan karena berbagai hal seperti berikut ini.
1.      Kelainan kongenital
Pada saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esophagus, hirschprung, tekanan
intrakranial yang tinggi.
2.      Infeksi pada saluran pencernaan.
3.      Cara pemberian makan yang salah.
4.      Keracunan

C.       Komplikasi
Komplikasi terjadinya muntah adalah sebagai berikut.
1.      Dehidrasi atau alkalosis karena kehilangan cairan tubuh/elektrolit.
2.      Ketosis karena tidak makan dan minum.
5
3.      Asidosis yang disebab adanya ketosis yang dapat berkelanjutan
      menjadi syok bahkan sampai kejang.
4.      Ketegangan otot perut, perdarahan konjungtiva, rupture esophagus,
      aspirasi yang disebabkan karena muntah yang sangat hebat.

D.       Patofisiologi
Muntah terjadi ketika anak/bayi menyemprotkan isi perutnya keluar. terkadang sampai
seluruh isinya dikeluarkan. Pada bayi, muntah sering terjadi pada minggu-minggu pertama.
Hal tersebut merupakan reaksi spontan ketika isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui
mulut. Reflex ini dikoordinasikan di medulla oblongata. Muntah dapat dikaitkan dengan
keracunan, penyakit saluran pencernaan, penyakit intrakranial, atau toksin yang dihasilkan
oleh bakteri

E.         Sifat muntah


Keluar cairan terus-menerus, hal ini kemungkinan disebabkan oleh obstruksi esophagus. 
Muntah proyektil, hal ini kemungkinan disebabkan oleh stenosis pylorus (suatu kelemahan
pada katup di ujung bawah lambung yang menghubungkan lambung dengan usus 12 jari yang
tidak mau membuka).  Muntah hijau kekuning-kuningan kemungkinan akibat obstruktif
dibawah ampula vateri. Muntah segera setelah lahir dan menetap, kemungkinan adanya
tekanan intrakranial yang tinggi atau obstruksi pada usus.

F.        Penatalaksanaan
1.      Kaji faktor dan sifat muntah.
a.       Jika terjadi pengeluaran cairan terus-menerus, maka
      kemungkinan dikarenakan obstruksi esophagus.
b.      Jika terjadi muntah berwarna hijau kekuning-kuningan, maka patut dicuriagai adnya
obstruksi di bawah ampula vateri.
c.       Jika terjadi muntah proyektil, maka harus dicurigai adanya stenosis pylorus.
d.      Jika terjadi segera setelah lahir kemudian menetap, maka kemungkinan terjadi
peningkatan tekanan intracranial.
2.      Berikan pengobatan yang bergantung pada faktor penyebab.
3.      Ciptakan suasana tenang.
4.      Perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati.
5.      Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah.
6
6.      Berikan antiemetik jika terjadi reaksi simptomatis.
7.      Rujuk segera.

       GUMOH
A.     Definisi
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat setelah
makanan masuk ke dalam lambung. Muntah susu adalah hal yang biasa terjadi, terutama pada
bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu pertambahan berat badan secara
signifikan. Gumoh biasanya terjadi karena bayi menelan udara pada saat menyusu.

B.        Etiologi
Penyebab terjdinya gumoh adalah sebagsi berikut.
1.         Bayi sudah merasa kenyang.
2.         Posisi salah saat menyusui.
3.         Posisi botol yang salah.
4.         Tergesa-gesa saat pemberian susu.
5.         Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.

C.         Patofisiologi
Pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga
terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar
memalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot katup di ujung
lambung tidak bisa bekerja dengan baik. Otot tersebut seharusnya mendorong isi lambung ke
bawah. Kebanyakan gumoh terjadi pada bayi di bulan-bulan pertama kehidupannya.

D.       Penatalaksanaan
1.         Perbaiki teknik menyusui
2.         Perhatikan posisi botol saat pemberian susu.
3.         Sendawakan bayi setelah disusui.
4.         Lakukan teknik menyusui yang benar, yaitu bibir mencakup
        rapat seluruh putting susu ibu.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ikterus adalah pewarnaan kuning pada kulit, mukosa dan sclera akibat
peninggian kadar bilirubin darah yang terjadi pada minggu pertama pada hari 2 atau
ke3
muntah adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah
makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi lambung dan abdomen
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat
setelah makanan masuk ke dalam lambung

B. SARAN
Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat bermanfaat bagi kami semua
mahsiswi kebidanan terutama bagi yang membuat makalah, dan kami mengharapkan
kritik agar dalam membuat makalh selanjutnya lebih baik dibandingkan yang
sekarang, karena kami memahami masih banyak kesalahan dalam makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. IDAI, Depkes, RI. 2004. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk
Dokter, Bidan dan Perwat di Rumah Sakit. Jakarta
2. Pusdiknakes. 2003. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir. Jakarta
3. Nelson. 1992. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Buku Kedokteran.
4. ________.1986 Perawatan Anak di puskesmas, Depkes RI. Dan Yaysan Gatra
Prospekta.

Anda mungkin juga menyukai