PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mengapa kita perlu mempelajari IKterus neonatorum? kita perlu mempelajari ikterus
neonatorum, karena ikterus adalah salah satu tanda hiperbilirubinemia yang merupakan
keadaan pathologik yang dapat menimbulkan gangguan menetap pada pertumbuhan dan
perkembangan bayi dan apabila tidak segera diatasi atau segera diberikan perawatan dan
pengobatan yang tepat maka akan mengakibatkan kematian bayi. Ikterus yang demikian
adalah ikterus yang muncul dalam 24 pertama kehidupan bayi.
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian
neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Ikterus
merupakan suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir (BBL). Dikemukakan
bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi
kurang bulan.
Di Jakarta dilaporkan 32,19% bayi menderita ikterus. Proses hemolisis darah,
infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1 minggu serta bilirubin direk lebih dari
1 mg/dl juga merupakan keadaan yang menunjukkan kemungkinan adanya ikterus
patologik. Keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus harus dilakukan secara cepat dan
tepat, agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan.
Asuhan yang diberikan kepada bayi dengan Ikterus berbeda diantara Negara
y7ang satu dengan yang lainnya atau pelayanan yang satu dengan tempat pelayanan yang
lainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pengelolaan pada BBL, seperti pemberian
makanan dini, kondisi ruang perawatan, penggunaan beberapa propilaksis pada ibu dan
bayi, fototherapi dan transfusi pengganti.
Asuhan pada klien selama post partum juga terlalu singkat, sehingga klien dan
keluarga harus dibekali pengetahuan, ketrampilan dan informasi tempat rujukan, cara
merawat bayi dan dirinya sendiri selama di rumah sakit dan perawatan di rumah. Bidan
sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peranan dalam memberikan asuhan
kebidanan kepada keluarga tentang perawatan bayi baru lahir secara paripurna.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi konsentrasi kami pada materi ini, adalah :
1. Bagaimana terjadinya sehingga bayi baru lahir mendrita ikterus.
2. Bagaimana gejala dan tatalaksana asuhannya.
1
3. Bagaimana cara pencegahannya sehingga bayi baru lahir tidak menderita ikterus.
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui apa yang dimaksudkan dengan ikterus neonatorum.
2. Mengetahui dan memahami faktor penyebab ikterus neonatorum.
3. Mengetahui dan memahami gejala dan penatalaksanaan ikterus neonatorum.
4. Mengetahui dan memahami cara pencegahan pada ikterus bayi baru lahir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
A. DEFENISI
Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lain sebagai akibat dari
penimbunan bilirubin dalam tubuh. Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 60%
neonatus cukup bulan dan 80% pada neonatus yang kurang bulan. (Deslidel, Zuchrah,
Rully, 2011).
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya
lebih dari normal. (Rita yuliani, 2011).
Ikterus neonatorum merupakan salah satu keadaan yang menyerupai penyakit hati yang
terdapat pada bayi baru lahir, terjadinya hiperbilirubinemia yang merupakan salah satu
tanda kegawatan pada bayi baru lahir karena dapat menjadi penyebab gangguan tumbuh
kembang bayi.(Royyan,2012).
Kesimpulannya: ikterus neonatorum adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain
sebagai akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh yang ditandai dengan meningkatnya
kadar bilirubin darah lebih dari normal dan merupakan salah tanda kegawatan pada bayi
baru lahir karena dapat menjadi pengebab gangguan tumbuh kembang bayi dan kematian
pada bayi baru lahir.
B. KLASIFIKASI:
Menurut Deslidel, Zuchrah, Rully, (2011), bahwa ikterus dapat diklasifikasi menjadi dua
yaitu ikterus fisiologis dan ikterus pathologis (hyperbilirubinemia).
1. Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak
mempunyai gejala pathologis. Kadar ikterus bilirubin tidak melewati ambang batas
normal, atau melewati kadar yang membahayakan atau tidak mempunyai potensi
menjadi kernik ikterus dan tidak menyebabkan morbiditas pada bayi.
2. Ikterus pathologis adalah ikterus yang mempunyai dasar pathologis atau kadar
bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.
Klasifikasi ikterus menurut (Tunjung, 2012) adalah menjadi tiga tidak ada ikterus, ikterus
dan ikterus berat:
1. Tidak ikterus adalah bayi bugar yang tidak ada gejala kuning.
2. Ikterus adalah bayi kuning pada umur 24 jam sampai 14 hari dan kuning tidak
sampai pada telapak tangan atau telapak kaki.
3. Ikterus berat adalah
a. Timbul kuning pada hari pertama ( 24 jam) setelah lahir atau
b. Kuning di temukan pada bayi berumur 14 hari atau
c. Kuning sampai pada telapak kaki/ telapak tangan bayi, atau
3
24 jam pertama
kehidupan bayi
bayi
Coombs direk positip: Ikterus idiopatik benigna
Ikterus idiopatik persisten
Eritroblastosis fetalis
(fisiologi:<persentil ke-40).
(ikterus ASI; TSB < 13
isoimun:
Sepsis (virus atau bakteri)
mg/dl)
Penyakit rhesus.
Peningkatan sirkulasi
Sepsis (virus atau bakteri).
Inkompatibilitas
Kelainan fungsi saluran
enterohepatik
golongan darah minor. Gangguan metabolisme bilirubi:
cerna.
ABO (sering kali
Polimorfisme
intrinsic,
Sferositosis.
Eliptoktosis.Hemoglobi
nopati.
UG1TA1(konjugasi tertunda)
Fibrosis kistik
Pewarisan bersama
Hipotiroidisme
polimorfisme UG1TA1dengan
defisiensi G6PD,
inkompatibilitas ABO,
sferositosis.
Sindrom Crigler-Naajar:1 dan
II.
Sindrom Gilbert.
Perdarahan tertutup:
Perdarahan subaponeurotik
sefalhematoma.
Memar
(sumber:dari Smitherman H.Stark A. Bhutani v (2006) Early recognition of neonatal
hyperbilirubinemia and its emergentmanagement seminars in fetal and neonatal medicine
11:214-224, atas izin.
Tabel ini di desain untuk membantu praktisi menangani bayi guna
mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan mengenali waktu munculnya berbagai
penyebab yang mencetuskan hiperbilirubin ini. Dan ikterus fisiologis normal dan ikterus
ASI tidak termasuk penyebab patologis.
4
Bidan harus mengetahui tanda dan gejala ensefalopati bilirubin akut karena tidak
ada kadar khusus yang membedakan antara kadar bilirubin yang akan menyebabkan
kerusakan dan kadar yang tidak akan menimbulkan kerusakan. Akibat banyaknya factor
Spesifik bayi yang dapat mengganggu atau melindungi bayi. Menurut Royyan
(2012) penyebab ikterus adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Terkonjugasi
Sepsis
Hepatitis neonatorum akibat infeksi
Atresia biler
Defisiensi antitrypsin alfan 1
Galaktosemia
Intoleransi fruktosa herediter
Tirosinemia
Penyakit penyimpanan glikogen
Gangguan metabolism lipid.
Hemokromatosis
Sindrom empedu pekat
Syok/hipoperfusi
pemberian ASI.
Ikterus ASI
Polisitemia.
Diabetes maternal
Trauma lahir
Gangguan hemolitik ABO, RH
Difisiensi G6PD
Hipotiroidisme
Hipoglikemia
Hipoksia
Kelainan membran eritrosit
Talasemia alfa
Sindrom crigler-Najjar
Inhibisi obat
Sumber: diadaptasi dari fraser &Diehl-Jones (2003)
E. PATHOFISIOLOGI,
Menurut Deslidel, Zuchrah, Rully, (2011), adalah sebagai berikut
1. Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan hemoglobin
oleh kerja heme oksigenase, biliverdin reduktase dan agen pereduksi nonenzimatik
dalam sistern retikuloendotelial.
2. Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubun tak terkonjugasi diambil oleh protein
intraselular Y protein dalam hati. Pengambilan tergantung pada aliran darah hepatik
dan adanya ikatan protein.
3. Bilirubin yang tak terkonyugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh enzim asam
uridin difosfuglukuronat uridin diphosphoglucuronic acid (UPGA) glukuronil
transferase menjadi bilirubin mono dan diglucuronida yang polar, larut dalam air
(bereaksi direk).
4. Billirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui ginjal.
Dengan konjugasi, billirubin masuk dalam empedu melalui membran kanalikular.
Kemudian masuk ke system gastrointestinal yang diaktifkan oleh bakteri menjadi
urubilinogen dalam tinja dan urine. Beberapa bilirubin diabsorbsi kembali melalui
sirkulasi enterohepatik.
5. Warna kuning pada kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang larut lemak, tak
terkonjugasi, nonpolar (bereaksi indirek).
6. Pada bayi yang hiperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil dari defisiensi atau
tidak aktifnya glukuronil transference. Rendahnya pengambilan dalam hepatic
kemungkinan karena penurunan protein hepatik sejalan dengan penurunan aliran
darah hepatik.
7. Jaundice yang terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil dari hambatan kerja
glukoronil transferase oleh pregnanediol atau asam lemak bebas yang terdapat dalam
ASI. Terjadi pada keempat sampai 7 hari setelah lahir. Dimana terdapat kenaikan
bilirubin tak terkonjugasi dengan kadar 25 sampai 30 mg/dl selama minngu ke dua
sampai minggu ke tiga. Biasanya sampai mencapai usia bayi 4 minggu dan menurun
minggu ke 10. Jika pemberian ASI dilanjutkan, hiperbilirubinemia akan menurun
berangsur-angsur dapat menetap antara 3 sampai 10 minggu pada kadar yang lebih
rendah. Apabila pemberian ASI di hentikan maka kadar bilirubin serum akan turun
dengan cepat, biasanya mencapai normal dalam beberapa hari. Penghentian
pemberian ASI dalam satu sampai dua hari dan penggantian ASI dengan susu formula
akan mengakibatkan penurunan bilirubin serum dengan cepat, sesudahnya pemberian
ASI dapat dimulai lagi dan kadar hiperbilirubin tidak kembali ke kadar yang tinggi
seperti sebelumnya.
8. Bilirubin yang pathologis tampak ada kenaikan bilirubin dalam 24 jam kelahiran.
Sedangkan untuk bayi dengan ikterus fisiologis akan muncul antara hari kelima
sesudah lahir.
F. METABOLISME BILIRUBIN:
Bilirubin merupakan zat warna yang dihasilkan oleh proses pemecahan heme (yang
sebagian besar dari hemoglobin) dalam sel parenkim hati yang akan ditampung dalam
kantong empedu untuk selanjutnya diekskresikan (dikeluarkan) untuk member warna
pada feses dan urin.
Mekanis Bilirubin
membran sel ke dalam empedu melalui suatu proses aktif. Bilirubin tak
terkonjugasi tidak diekskresikan ke dalam empedu, kecuali setelah proses fotooksidasi atau fotoisomerisasi.
Bakteri usus mereduksi bilirubin terkonjugasi menjadi serangkaian
senyawa yang disebut sterkobilin atau urobilnogen. Zat zat ini yang
menyebabkan feses berwarna coklat. Sekitar 10 hingga 20% urobinilogen
mengalami siklus interohipatik, sedangkan sejumlah kecil diekskresi dalam
urine.
2. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cendrung tampak
kuning terang atau oranye, ikterus pada type obstruksi (bilirubin direk) kulit tampak
berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus
yang berat.
3. Gejala ikterus berat pada bayi baru lahir adalah muntah, anorexia, fatigue, warna
urine gelap, warna tinja pucat.
J. KOMPLIKASI
Menurut Deslidel, Zuchrah, Rully, (2011):
1. Bilirubin encephalopathy (komplikasi serius).
2. Kernikterus : kerusakan neurologis; cerebral palsy, retardasi mental, hyyperaktif,
bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan melengking.
Hipotermi, hipoglikemi, menurunnya ikatan albumin, dan asiclosis.
3. Menurut Royyan (2012):
Apabila tidak tertangani secara serius akan tenjadi kern ikterus yaitu kerusakan otak
akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum,
thalamus, nukleus subtalamus hipokempus, nukleus merah didasar ventrikel
K. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
Langkah-langkah diagnostic (menurut sumber standar pelayanan medis kesehatan
anak.Departemen ilmu kesehatan anak. Departemen ilmu kesehatan anak FK.Unhas SMF
anak RS.wahidin sudirohusodo.makasar (hal: 133-135 ), adalah sebagai berikut:
1. Anamnesis
a. Anamnesis tentang riwayat ibu melahirkan yang lalu apakah menderita ikterus
atau tidak.
b. Golongan darah ibu dan ayah (apabila bayi ikterus pada hari pertama).
c. Riwayat ikterus hemolitik, defisiensi glucose-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) atau
inkompabilitas factor rhesus atau golongan darah ABO pada kelahiran
sebelumnya.
d. Riwayat anemia, pembesaran hati, atau limfa pada keluarga.
2. Pemeriksaan fisik
Bayi tampak berwarna kuning. Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang
cukup. Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan sinar lampu dan bisa tidak
terlihat dengan penerangan yang kurang.Tekan kulir dengan ringan memakai jari
tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan subkutan.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Darah Rutin
12
b.
c.
d.
e.
f.
a.
5. Rumus Kramer
Daerah
Luas Ikterus
5
13
Daerah 1
(+)
3
11
(+)
4
12
(+)
5
16
(+)
Tangan dan Kaki
M. PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK MENURUT DESLIDEL, ZUCHRAH,
RULLY, (2011), ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
1. Fototerapi: dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin pathologis dan berfungsi
untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto
pada bilirubin dari biliverdin. Walaupun cahaya biru memberikan panjang gelombang
yang tepat untuk fotoaktivasi bilirubin bebas, cahaya hijau dapat mempengaruhi
lotoreaksi bilirubin yang terikat albumin. Cahaya menyebabkan reaksi lolokimia
dalam kulit. (fotoisomerisasi) yang mengubah bilirubin tak tetkonjugasi ke dalam
fotobilirubin, yang mana diekskresikan dalam hati kemudian ke empedu. Kemudian
produk akhir reaksi adalah reversibel dan diekskresikan ke dalam empedu tanpa perlu
konjugasi.
a. Prinsip foto teraphi
(Sumber:http://elektromedik.blogspot.co.id/2008/04/phototherapy-nit.html)
Adalah memberikan sinar secara langsung pada kulit bayi dalam jangka waktu
tertentu. Sinar yang adalah sinar dari lampu Blue Light yang memiliki panjang
gelombang 450 460 m dengan intensitas 4500 Lux tetapi dalam prakteknya
menggunakan lampu TL atau Fluorosence yang memiliki intensitas yang sama.
Tegangan lampu yang dipergunakan adalah tiap lampu 20 watt sebanyak 7 buah
(tergantung dari merk phototherapy).
b. Persiapan proses untuk foto therapy
Posisi lampu pesawat harus diletakkan dalam keadaan datar. Atur jarak sinar
lampu ke bayi 40-45 cm. Bayi dalam keadaan telanjang, khusus unt7uk bayi
14
laki-laki kelaminnya ditutup dengan kain yang tidak tembus cahaya. Mata bayi
ditutup dengan kain warna hitam agar tidak tembus cahaya. Waktu penyinaran
maksimal 2x24 jam. Alat istrahat selama 12 jam, kemudian digunakan lagi.
c. Pelaksanaan pemberian terapi sinar
Selama pelaksanaan pemberian terapi sinar, posisi tidur bayi harus berubah-ubah
setiap 6 jam. Usahakanlah agar suhu tubuh bayi dalam keadaan normal (36,537,50C) (diceck setia 3 jam). Hindari terjadinya dehidrasi pada bayi dan
perhatikan BABnya biasanya berwarna hijau encer.
d. Cara Pengoperasian Pesawat
Hubungkanlah stekker dengan jala-jala listrik. Tekan tombol ON, maka secara
otomatis lampu indicator menyala. Atur setting timer untuk lamanya penyinaran
yang diperlukan (kelipatan 6, 12 jam). Tekan tombol start, maka lampu akan
menyala, timer dan hour meter juga ikut bekerja. Buzzer akan berbunyi 6 jam
sekali untuk menandakan posisi bayi harus segera dirubah.
Bila setting waktu telah tercapai secara otomatis lampu akan mati. Tekan tombol
off dan lepaskan stekker dari jala-jala listrik.
Sebaiknya phototherapy diletakkan dalam box seperti Box Baby Incubator agar
intensitas cahaya yang diberikan dapat langsung mengenai kulit bayi tanpa
penghalang kaca dari box bayi dan bayi masih dalam keadaan steril.
Fototerapi
15
Bayi sedang
difototeraphi
N. PENATALAKSANAAN ASUHAN:
Menurut Royyan (2012), cara mengatasi hiperbilirubin, yaitu:
1. Mempercepat proses konjugasi, dengan cara pemberian fenobarbital , diberikan 1
2 hari sebelum ibu melahirkan (hasil kolaborasi dengan dokter SPOG)
2. Memberikan substant yang kurang untuk transportasi inkonjugasi, yaitu dengan
pemberian albumin. (hasil kolaborasi dengan SPA).
3. Melakukan dekomposisi bilirubin dan foto terapi (hasil kolaborasi dengan SPA)
4. Transfuse tukar (hasil kolaborasi dengan SPA).
5. Pemberian foto therapy:
Dalam pelaksanaan pemberian terapi sinar yang perlu diperhatikan adalah:
a. Pemberian terapi sinar biasanya selama 100 jam.
b. Lampu yang dipakai tidak melebihi 500 jam (maksimal sampai 500 jam).
c. Baringkan bayi telanjang hanya pada daerah gebilatia yang ditutup dengan
popok mini saja, agar sinar dapat merata keseluruh tubuh.
d. Kedua mata ditutup dengan penutup yang tidak tembus cahaya.
e. Posisi bayi biasanya diubah-ubah.
16
f. Perhatikan agar suhu bayi selalu normal yaitu 36,5 37,5 oC dan diobservasi
suhu setiap 4-6 jam sekali.
g. Perhatikan agar asupan cairan sesuai dengan kebutuhan, agar bayi tidak
dehidrasi).
h. Perhatikan apakah terjadi iritasi atau tidak.
i. Apabila setelah pemberian terapi sinar 100 jam kadar bilirubin tetap tinggi/
kadar bilirubin dalam serum terus naik, coba lihat kembali apakah lampu
belum mencapai 500 jam digunakan. Selanjutnya melakukan kolaborasi
dengan dokter mungkin perlu transfuse tukar.
j. Pada kasus ikterus hemolitis diperiksa setiap hari.
O. LANGKAH-LANGKAH PREVENTIF/PROMOTIF ADALAH:
(menurut sumber: standar pelayanan medis kesehatan anak.Departemen ilmu kesehatan
anak. Departemen ilmu kesehatan anak FK.Unhas SMF anak RS.wahidin
sudirohusodo.makasar (hal: 133-135 )
1.
2.
3.
4.
5.
6.
P. PEMANTAUAN/MONITOTRING
(menurut sumber: standar pelayanan medis kesehatan anak.Departemen ilmu kesehatan
anak. Departemen ilmu kesehatan anak FK.Unhas SMF anak RS.wahidin
sudirohusodo.makasar (hal: 133-135 )
1. Terapi
a. Bilirubin pada kulit dapat menghilang dengan cepat dengan terapi sinar. Warna
kulit tidak dapat digunakan sebagai petujuk untuk menentukan kadar bilirubin
serum selama bayi mendapat terapi sinar dan selama 24 jam setelah dihentikan.
b. Pulangkan bayi apabila terapi sinar sudah tidak diperlukan, bayi minum dengan
baik, atau apabila bayi sudah tidak ditemukan masalah yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit.
c. Ajari ibu untuk menilai ikterus dan beri nasehat pada ibu untuk kembali apabila
terjadi ikterus lagi.
2. Tumbuh kembang
a. Pasca perawatan hiperbilirubin bayi perlu pemantauan tumbuh kembang dengan
penilaian periodik, bila diperlukan konsultasi ke subbagian neurologi anak dan
subbagian tumbuh kembang.
17
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ikterus neonatorum adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain sebagai
akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh yang ditandai dengan meningkatnya kadar
bilirubin darah lebih dari normal dan merupakan salah tanda kegawatan pada bayi
baru lahir karena dapat menjadi pengebab gangguan tumbuh kembang bayi dan
kematian pada bayi baru lahir.
Kematian dan gangguan tumbuh kembang bayi akibat dari ikterus neonatorum dapat
diatasi dengan cara, yaitu:
1)
2)
3)
4)
Ikterus pada bayi baru lahir dapat dicegah dengan cara, yaitu:
1) ANC berkualitas
2) IMD dan pemberian ASI secara on demand (tanpa jadwal). Pemberian minum
sedini mungkin pada bayi baru lahir dengan jumlah cairan dan kalori yang
mencukupi. Pemberian minum sedini mungkin akan meningkatkan motilitas usus
dan juga menyebabkan bakteri diintroduksi ke usus (Asrining Surasmi)
3) Pencegahan infeksi pada bayi baru lahir
18
4) Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi pada masa
kehamilan dan kelahiran.
B. SARAN
Untuk mengatasi kejadian ikterik neonatorum yang merupakan salah satu penyebab
kesakitan dan kematian bayi, maka diperlukan kerjasama yang baik, antara lain:
1) Ibu yang berencana untuk hamil, sebaiknya melakukan pemeriksaan
kesehatannya terlebih dahulu, apabila diketahui menderita suatu penyakit
disarankan untuk mengobati terlebih dahulu penyakitnya tersebut, setelah
sembuh baru programkan kehamilannya.
2) Ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara teratur.
3) Sangat diharapkan dukungan suami dan keluarga untuk mensuport ibu bamil
dengan pemberian dana/kebutuhan dan dukungan mental spiritual kepada ibu
selama menjalani masa kehamilannya.
4) Petugas kesehatan (bidan) hendaknya memberikan asuhan selama masa
kehamilan, intranatal dan pasca natal secara berkualitas. Termasuk melakukan
IMD dan bimbingan menyusui.
5) Pemerintah disarankan untuk menyediakan sarana dan prasarana serta obatobatan serta cairan yang memadai.
19
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, Rita Yuliani, 2011, buku pegangan praktik klinik Asuhan keperawatan pada anak,
Edisi II, CV. Seagung Seto (halaman 133 - 140).
Deslidel, Zuchrah Hasan, Rully Hevrialni, Yan Sartika,2011. Buku Ajar asuhan neonatus,
bayi & balita. Penerbit buku kedokteran.
Royyan, 2012 .Buku Asuhan keperawatan klien anak. Penerbit pustaka belajar.
Yogyakarta. Edisi September 2012 . (Halaman 25-40)
Editor:Lorna Davis, Sharon McDonald,2012.Pemeriksaan kesehatan bayi. Pendekatan
multi dimensi.Penerbit buku kedokteran.EGG.Hal:307-332.
(Sumber: http://elektromedik.blogspot.co.id/2008/04/phototherapy-unit.html
20
PHOTOTHERAPY UNIT
Fungsi
Untuk therapy bayi yang terkena Penyakit Kuning atau Hiperbilirubin.
Prinsip Dasar
Memberikan sinar secara langsung pada kulit bayi dalam jangka waktu tertentu. Sinar yang
adalah sinar dari lampu Blue Light yang memiliki panjang gelombang 450 460 m dengan
21
intensitas 4500 Lux tetapi dalam prakteknya menggunakan lampu TL atau Fluorosence yang
memiliki intensitas yang sama. Tegangan lampu yang dipergunakan adalah tiap lampu 20
watt sebanyak 7 buah (tergantung dari merk phototherapy).
Pelaksanaan Therapy
Selama pelaksanaan therapy, posisi bayi harus diubah-ubah tiap 6 jam sekali.
Usahakan suhu pada bayi stabil antara 36-37o C (diceck setiap 3 jam).
Hindari Dehydrasi perhatikan beraknya (sering hijau encer).
Cara Pengoperasian Pesawat
1. Hubungkan stekker dengan Jala-jala listrik.
2. Tekan tombol ON, maka secara otomatis lampu indicator menyala.
22
3. Atrur setting timer untuk lamanya waktu penyinaran yang diperlukan (kelipatan 6, 12
jam).
4. Tekan tombol START, maka lampu akan menyala, timer dan hour meter juga ikut
5.
6.
7.
8.
9.
bekerja.
Buzzer akan berbunyi 6 jam sekali ini menandakan posisi bayi harus diubah.
Bila setting waktu telah tercapai secara otomatis lampu akan mati.
Tekan tombol OFF dan lepaskan stekker dari jala-jala listrik.
Phototherapy digunakan untuk bayi dengan kelainan bawaan waktu lahir.
Sebaiknya phototherapy diletakkan dalam box seperti Box Baby Incubator agar
intensitas cahaya yang diberikan dapat langsung mengenai kulit bayi tanpa
penghalang kaca dari box bayi dan bayi masih dalam keadaan steril.
10. Pada alat ini seharusnya diberi tanda untuk merubah posisi bayi dalam jangka waktu
tertentu agar merata seluruh kulit bayi dapat diterapy.
11. Note : Bluelight Lamp harus diganti sesuai dengan lifetime hour yang ditentukan
12. Sumber: http://elektromedik.blogspot.co.id/2008/04/phototherapy-unit.html
23