KATA PENGANTAR
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubin adalah pe ni ng ka t a n ka da r bi l i r ub i n se r u m
( h i p er bi l i r u bi ne m i a) ya ng di se ba bk an ol eh ke l a i n an b aw aa n,
j ug a da pa t m en i m bul ka n i kt e r u s. ( Su za nn e C . Sm el t z er , 20 02)
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis, terdapat tiga jenis ikterus,
yaitu:
1. Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut
(Hanifa, 1987):
a. Timbul pada hari kedua-ketiga
b. Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan
c. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
d. Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
e. Ikterus hilang pada 10 hari pertama
f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu
3. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak
terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus,
Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.
B. Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa factor :
1. Peningkatan produksi meliputi :
a. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO
b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran
c. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang
terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis
d. Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase
e. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20
(beta) , diol (steroid)
f. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek
meningkat misalnya pada berat lahir rendah
g. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
Sulfadiasine
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksion yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi ,
Toksoplasmosis, Siphilis
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
Pohon Masalah
Penghancuran eritrosit tua (80-85%) + eritrosit muda (15-20%) + hasil
metabolism protein yang mengandung heme + enzim yang mengandung heme
Bilirubin
Over produksi
Penurunan ambilan hepatik
Disebabkan :
· Hemoglobin abnormal (cickle sel anemia
hemoglobin)
· Kelainan eritrosit (sferositosis heriditer)
· Antibody serum (Rh, Inkompatibilitas transfuse)
· Obat-obatan
Tapi suplai bilirubin
Tak
terkonjugasi melampaui
Kemampuan
sel hati
Disebabkan :
· Defisiensi enzim glukoronil transferase
Terjadi pada :
· Syndrome Gilberth, syndrome CriglerNajjar I, syndrome Crigler Najjar II
Bilirubin
tak terkonjugasi
Meningkat
dalam darah
Tidak larut dalam air
MELALUI HATI
GLOBIN
HEME
HATI
TERJADI DALAM PLASMA DARAH
TERJADI PADA LIMPHA MAKROFAG
D. Patofisiologi
Hemoglobin
Globin Heme
E. Manifestasi Klinis
1. Kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga (pada bayi dengan
bilirubin indirek)
2. Anemia
3. Perbesaran lien dan hepar
4. Perdarahan tertutup
5. Gangguan nafas
6. Gangguan sirkulasi
7. Gangguan saraf
8. Pasien tampak lemah
9. Nafsu makan berkurang
10. Urine pekat
11. Perut buncit
12. Gangguan neurologik
13. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
14. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
15. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
16. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak padah a r i
ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya
m e r u p a k a n jaundice fisiologi.
F. Komplikasi
1. Bilirubin encephahalopathi
2. Kernikterus ; kerusakan neurologis ; cerebral palis, retardasi mental,
hyperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinat otot dan tangisan
yangmelengking
3. Asfiksia
4. Hipotermi
5. Hipoglikemi
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Pencegahan
I. Penatalaksanaan Medis
1. Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus padacahaya
dengan intensitas yang tinggi (a bound of fluorencent light bulbs orbulbs in the
blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit.Fototherapi
menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin
tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsijaringan mengubah
Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yangdisebut Fotobilirubin.
Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darahmelalui mekanisme
difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke
Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam
Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati
(Avery dan Taeusch, 1984). Hasil Foto degradasi terbentuk ketika sinar
mengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.Fototherapi mempunyai
peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat
mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.
2. Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat di indikasikan adanya faktor-faktor :
a. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu
b. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir
c. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama
d. Tes Coombs Positif
e. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama
f. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama
g. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl
h. Bayi dengan Hidrops saat lahir
i. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
J. Prognosis
A. Pengkajian
- Anamneses Orang Tua/keluarga
Ibu dengan rhesus (-)atau golongan darah Odan anak yang mengalami
neonatal ikterus yang dini, kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis (Rh, ABO,
inkompatibilitas lain golongan darah). Ada saudara yang menderita penyakit
hemolitik bawaan atau ikterus, kemungkinan suspect spherochytosis herediter
kelainan enzim warna merah. Minum air susu ibu, ikterus kemungkinan karena
pengaruh pregnanediol.
- Riwayat Kelahiran
· Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi
berlebihan merupakan predisposisi terjadinya infeksi
· Pemberian obat anestesi, analgesic yang berlebihan akan
mengakibatkan gangguan nafas (hipoksia), asidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubin
· Bayi dengan apgar scor rendah memungkinkan terjadinya hypoksia,
asidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin
· Kelahiran premature berhubungan juga dengan prematuritas organ
tubuh (hepar)
- Ri wa ya t k el ua r g a
A pa ka h an ak sudah mendapat imunisasi hepatitis B, Terdapat gangguan
hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah A,B,O).
Infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan,
ibu menderita DM. Pemeriksaan bilirubin menunjukkan adanya peningkatan.
- Pemeriksaan fisik
· Keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh
(hipertermi). Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan
tonus otot (kejang/tremor). Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit
tampak kuning dan mengelupas (skin resh), sclera mata kuning (kadang-
kadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan warna urine dan
feses.
· Kepala dan leher
a. Inspeksi warna : sclera, konjungtiva, membrane mukosa mulut, kulit,
urine, dan tinja.
b. Dapat juga dijumpai sianosis pada bayi yang hipoksia.
· Dada
Ditemukan tanda peningkatan frekuensi napas, takikardia khususnya ikterus
yang disebabkan oleh adanya infesi.
· Abdomen
a. Peningkatan dan penurunan bising usus/peristaltic usus perlu dicermati karena
berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan fototherapi.
b. Perut membuncit, muntah, mencret merupakan akibat gangguan metabolism
bilirubin enterohepatik.
c. Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan denga sepsis bacterial,
tixoplasmosis, rubella.
· Urogenital
a. Urin kuning dan pekat.
b. Adanya fees yang pucat/acholis/seperti dempul atau kapur merupakan akibat
dari gangguan/ atresia saluran empedu.
· Ekstremitas
Menunjukan tonus otot yang lemah.
· Kulit
Tanda dehidrasi ditunjukan dengan turgor yang jelek, elastisitas menurun, dan
perdarahan pada kulit di tunjukan dengan ptechia dan echimosis.
· Pemeriksaan Neurologis
Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain-lain yang menunjukan adanya
tanda-tanda kern ikterrus.
- Hasil Laboratorium :
· Kadar bilirubin 12mg/dl pada cukup bulan.
· Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai 15mg/dl.
· Darah : Bilirubin > 10 mg %
· CRP menunjukkan adanya infeksi
· Sekrening enzim G6PD menunjukkan adanya penurunan
· Screening Ikterus
B. Diagnose Keperawatan
1. Resiko injury internal b.d peningkatan serum bilirubin sekunder dari
pemecahan seldarah merah dan gangguan eksresi bilirubin
Tujuan : Bayi terbebas dari injuri yang ditandai dengan bilirubin serum
menurun, tidak ada jaundice, refleks moro normal, tidak terdapat sepsis,
refleks hisap danmenelan baik
Intervensi : - Kaji hiperbilirubin tiap 1- 4 jam dan catat
- Berikan fototerapi sesuai program
- Monitor kadar bilirubin 4 –8 jam sesuai program
- Antsipasi kebutuhan transfusi tukar
- Monitor Hb dan Ht
2. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake
cairan, fototherapi, dan diare.
Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat
Intervensi : Catat jumlah dan kualitas feses, pantau turgor kulit, pantau intake
output, beri air diantara menyusui atau memberi botol.
3. Gangguan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan efek fototerapi
Tujuan : Kestabilan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan
Intervensi : Beri suhu lingkungan yang netral, pertahankan suhu antara 35,5° -
37° C, cek tanda-tanda vital tiap 2 jam.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi
Tujuan : Keutuhan kulit bayi dapat dipertahankan
Intervensi : Kaji warna kulit tiap 8 jam, pantau bilirubin direk dan indirek ,
rubah posisi setiap 2 jam, masase daerah yang menonjol, jaga
kebersihan kulit dan kelembabannya.
5. Kecemasan meningkat sehubungan dengan status kesehatan
Tujuan : Orang tua mengerti tentang perawatan, dapat mengidentifikasi
gejala-gejala untuk menyampaikan pada tim kesehatan
Intervensi : Kaji pengetahuan keluarga klien, beri pendidikan kesehatan
penyebab dari kuning, proses terapi dan perawatannya. Beri
pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi
dirumah.
C. I m p l em en t as i
4. M en ce ga h ga ng gu an i n t e gr i t a s K ul i t .
· Inspeksi kulit tiap 4 jam
· Gunakan sabun bayi
· Merubah posisi bayi dengan sering
· Gunakan pelindung daerah genital
· Gunakan pengalas lembut
5. M en gu r a ng i r a sa c em as pa da or a ng t ua
· Pertahankan kontak mata orang tua dan bayi
· Jelaskan kondisi bayi, perawatan dan pengobatannya
· Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaanya, dengarkan rasa
takutnya, dan perhatian orang tua.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Terdapat tiga jenis ikterus,
yaitu:
1. Ikterus fisiologis
2. Ikterus Patologis / Hiperbilirubinemia
3. Kern Ikterus
B. Saran
Kami selaku penulis berharap kepada pembaca khususnya kami sendiri agar
dapat meningkatkan lagi ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
dibidang mata kuliah maternitas khususnya terkait asuhan keperawatan pada
klien dengan hiperbilirubinemia.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, J. (1985). Materity and Gynecologic Care. Precenton.
Cloherty, P. John (1981). Manual of Neonatal Care. USA. Harper.
(1994). Biokimia. EGC, Jakarta.
Hazinki, M.F. (1984). Nursing Care of Critically Ill Child. , The Mosby
Compani CV, Toronto.
Markum, H. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. FKUI, Jakarta.
Mayers, M. et. al. ( 1995). Clinical Care Plans Pediatric Nursing. Mc.Graw-
Hill. Inc., New York.
Pritchard, J. A. et. al. (1991). Obstetri Williams. Edisi XVII. Airlangga
University Press, Surabaya.
http://botol-infus.blogspot.com/2010/01/askep-hiperbilirubinemia.html.
(Diakses tanggal 11 Januari 2011)Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan
Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
http://duta4diagnosaanak.blogspot.com/2010/06/asuhan-keperawatan-anak
hiperbilirubin.html. (Diakses tanggal 11 Januari 2011)
http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-mula%20tarigan.pdf. (Diakses
tanggal 11 Januari 2011)
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. (Diakses tanggal 11 Januari
2011)
http://www.trinoval.web.id/2010/04/askep-hiperbilirubin.html. (Diakses
tanggal 11 Januari 2011)
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.