Anda di halaman 1dari 6

IKTERUS (Penyakit Kuning)

1. Definisi
Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena
meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Ikterus neonatorum adalah suatu keadaan pada
bayi baru lahir dimana kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama
dengan ditandai adanya ikterus yang bersifat patologis (Alimun,H,A : 2005).
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan
bilirubin, sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum
yang menjurus ke arah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin
tidak dikendalika (Mansjoer : 2000).
Peningkatan kadar bilirubin serum dihubungkan dengan hemolisis sel darah merah
(SDM) dan resobsi lanjut dari bilirubin yang tidak terkonjugasi dari usus kecil. Kondisi ini
mungkin tidak berbahaya atau membuat neonates beresiko terhadap komplikasi multiple atau
efek-efek yang tidak diharapkan (Doenges : 1996). Ikterus sering dijumpai pada neonatus
frekuensi menurut kepustakaan pada bayi cukup bulan adalah 50 mg%, pada bayi premature
80 mg% dalam hari pertama kehidupan. Terdapat 10 mg% neonatus dengan kadar bilirubin
diatas 10 mg%.

2. Klasifikasi Ikterus
Hiperbilirubinemia bisa disebabkan proses fisiologis atau patologis atau kombinasi
keduanya. Bayi yang diberikan ASI memiliki kadar bilirubin serum yang lebih tinggi
dibandingkan bayi yang diberikan susu formula. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh
beberapa factor, antara lain : frekuensi menyusui yang tidak adekuat, kehilangan berat badan
atau dehidrasi.
A. Ikterus Prahepatik
Karena produksi bilirubin yang meningkat yang terjadi pada hemolisis sel darah
merah. Peningkatan pembentukan bilirubin dapat disebabkan oleh:

Kelainan sel darah merah


Infeksi seperti malaria, sepsis.

Toksin yang berasal dari luar tubuh seperti: obat obatan, maupun yang berasal dari
dalam tubuh seperti yang terjadi pada reksi transfuse dan eritroblastosis fetalis.

B. Ikterus Pascahepatik
Bendungan pada saluran empedu akan menyebabkan peninggian bilirubin konjugasi
yang larut dalam air. Akibatnya bilirubin akan mengalami regurgitasi kembali kedalam sel
hati dan terus memasuki peredaran darah, masuk ke ginjal dan di eksresikan oleh ginjal
sehingga ditemukan bilirubin dalam urin. Sebaliknya karena ada bendungan pengeluaran
bilirubin kedalam saluran pencernaan berkurang sehingga tinja akan berwarna dempul
karena tidak mengandung sterkobilin.
C. Ikterus Hepatoseluler
Kerusakan sel hati menyebabkan konjugasi bilirubin terganggu sehingga bilirubin
direk akan meningkat dan juga menyebabkan bendungan di dalam hati sehingga bilirubin
darah akan mengadakan regurgitasi ke dalam sel hati yang kemudian menyebabkan
peninggian kadar bilirubin konjugasi di dalam aliran darah. Kerusakan sel hati terjadi pada
keadaan: hepatitis, sirosis hepatic, tumor, bahan kimia, dll.

3. Macam Macam Ikterus Neonatorum


1. Ikterus fisiologis
a. Dijumpai pada bayi dengan BBLR.
b. Timbul pada hari kedua lalu menghilang pada hari kesepuluh atau akhir minggu ke
dua.
2. Ikterus patologis
a. Ikterus timbul segera dalam 24 jam dan menetap pada minggu pertama.
b. Bilirubin serum meningkat lebih dari 5 mg % perhari, kadarnya diatas 10 mg % pada
bayi matur dan 15 mg % pada bayi premature.
c. Berhubungan dengan penyakit hemolitik, infeksi dan sepsis.
d. Memerlukan penanganan dan perawatan khusus.

3. Kern ikterus

Kern Ikterus adalah ikterus berat dengan disertai gumpalan bilirubin pada ganglia
basalis :
a. Kadar bilirubin lebih dari 20 mg % pada bayi cukup bulan.
b. Kadar bilirubin lebih dari 18 mg % pada bayi premature.
c. Hiperbilirubinemia dapat menimbulkan ensefalopati.
d. Pada bayi dengan hipoksia, asidosis dan hipoglikemia kern ikterus dapat timbul
walaupun kadar bilirubin dibawah 16 mg %.
e. Pengobatannay dengan tranfusi tukar darah.
Gambaran Klinik :
a. Mata berputar putar
b. Tertidur kesadaran menurun
c. Sukar menghisap
d. Tonus otot meninggi
e. Leher kaku
f. Akhirnya kaku seluruhnya
g. Pada kehidupan lebih lanjut terjadi spasme otot dan kekekuan otot
h. Kejang kejang
i. Tuli
j. Kemunduran mental
4. Ikterus hemolitik
a. Disebabkan inkompatibilitas rhesus, golongan darah ABO, golongan darah lain
kelainan eritrosit congenital.
b. Atau defisiensi enzim G-6-PD.

5. Ikterus obstruktif
a. Dikarenakan sumbatan penyaluran empedu baik dalam hati maupun diluiar hati.
Akibatnya kadar bilirubin direk atau indirek meningkat.
b. Kadar bilirubin direk diatas 1 mg % harus curiga adanya obstruksi penyaluran
empedu.
c. Penanganannay adalah tindakan operatif.
Derajat ikterus pada neonatus menurut khamer :
Zona

Bagian tubuh yang kuning

Rata-rata serum bilirubin indirek (mol/L)

kepala dan leher

100

pusat leher

150

pusat paha

200

lengan+tungkai

250

tangan+kaki

>250

4. Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan
oleh beberapa faktor.
Secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi:
1. Produksi bilirubin berlebih.
2. Gangguan pengambilan dan pengangkutan bilirubin dalam hepatosit.
3. Gagalnya proses konjugasi dalam mikrosom hepar.
4. Gangguan dalam ekskresi.
5. Peningkatan reabsorpsi dari saluran cerna (siklus enterohepatik).

Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :

a. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus
adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
b. Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan
opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral
dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia
dentalis).
Sedangakan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah:
a. Warna kuning (ikterik) pada kulit
b. Membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin darah
mencapai sekitar 40 mol/l.

5. Manifestasi Klinis
Pengamatan dan penelitian RSCM Jakarta (Monitja dkk, 1981) menunjukkan bahwa
dianggap hiperbilirubinemia jika :
1. Ikterus terjadi 24 jam pertama.
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau setiap 24 jam.
3. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan 12,5
mg% pada neonatus cukup bulan.
4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzin G6-PD dan sepsi.
5. Ikterus yang disertai kedaan sebagai berikut :
Berat lahir kurang dari 2000 gram.
Masa gestasi kurang dari 36 minggu.
Asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan.
Trauma lahir pada kepala.
Hipoglikemia, hiperkarbia.
Hiperosmolalitas darah.
Pengamatan Menurut Kramer (1969) :
Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya sinar matahari. Bayi baru
lahir (BBL) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mg/dl atau
100mol/L (1 mg/dl=17.1 mol/L). Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada
BBL secara klinis, sederhana, dan mudah. Caranya dengan jari telunjuk ditekankan
pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, dada, lutut, dan lainlain. Tempat yang tertekan akan tampak pucat atau kuning. Penilaian kadar bilirubin
pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan dengan table yang telah diperkirakan
kadar bilirubinnya.
Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus, yaitu suatu kerusakan otak akibat
Perlengketan bilirudin indirek pada otak terutama pada korpos striatum, thalamus,

nucleus subtalamus hipokampus, nucleus merah dan nucleus didasar ventrikel IV. Secara
klinis pada awalnya tidak jelas, dapat serupa mata berputar, letargi, kejang, tak mau
menghisap, malas minun.
Tonus otot meningkat, leher kaku dan opistotonus. Bila berlanjut dapat terjadi
Spasme otot,opistotonus, kejang, atetosis yang disertai kejang otot. Dapat ditemukan
Ketulian pada nada tinggi, gangguan bicara, dan reterdasimental.

6. Pengobatan Ikterus
Pada bayi-bayi yang mengalami ikteris neonatorum fisiologis dapat dijemur di bawah
sinar matahari pagi antara 7-9 pagi selama 15 menit. Sinar matahari mengandung sinar biruhijau yang dapat mengubah bilirubin indirek menjadi bilirubin yang lebih mudah dibuang.
Selain itu, matahari pagi berguna sebagai sumber vitamin D.
Pada bayi-bayi yang kadar bilirubin indireknya tinggi dan bersifat patologis dapat
dilakukan fototerapi dengan menggunakan sinar berwarna biru - hijau. Sinar yang berwarna
biru - hijau dapat mengubah dari bilirubin indirek agar menjadi bentuk bilirubin yang lebih
mudah buang hingga keluar dari dalam tubuh dan tidak berbahaya. Pada bayi-bayi dengan
faktor resiko tinggi terjadinya ikterus neonatorum deteksi dini perlu dilakukan dan
fototerapi dilakukan lebih dini. Pada bayi-bayi peningkatan kadar bilirubin indirek yang
tetap tinggi walaupun telah dilakukan foto terapi, dapat dilakukan tranfusi tukar agar kadar
bilirubin dapat menurun.
Apabila ikterus neonatorum patologis tidak diterapi dengan adekuat dapat
menyebabkan terjadinya kernikterus. Bilirubin indirek dapat menembus sawar otak atau
lapisan otak sehingga dapat merusak dari sel-sel saraf terutama yang di otak karena
jumlahnya banyak. Kerusakan yang ditimbulkan bersifat permanen dan dapat menyebabkan
kecacatan.

7. Patofisiologi
Hemoglobin

Hemo

Feco

Ikterus pada sklera leher dan


badan, peningkatan bilirubin
Kurangnya
volume
cairan
Ikterus neonatus
indirect
>12 mg/dl
tubuh
Kerusakan integritas kulit

Globin

Biliverdin
Peningkatan destruksi eritrosit
(gangguan kontruksi
bilirubin/gangguan transport
bilirubin/peningkatan
siklus
Peningkatan bilirubin
enteropetik)
Hbdalam
dan eritrosit
ungjongned
darah
abnormal
pengeluaran menconium
terlambat/obstruksi usus
berwarna kuning pucat
Sinar
dgn intensitas
Resiko
cidera
Indikasi
fototerapitinggi

Pemecahan bilirubin
berlebih
Suplai bilirubin melebihi
tampungan hepar

Hepar tidak mampu


Sebagian
masuk kembali
Ketidakefektifan
melakukan
konjungsi
keGangguan
siklus
emerohepatik
suhu tubuh
termoregulasi

Anda mungkin juga menyukai