Proposal Karya Tulis Ilmiah Pemanfaatan Ekstrak Daun Buah Alpukat Sebagai Pengawet Alami Pengganti Pengawet Sintetik Pada Tahu Yang Aman Bagi Kesehatan
100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
466 tayangan34 halaman
1. Proposal karya tulis ilmiah tentang pemanfaatan ekstrak daun buah alpukat sebagai pengawet alami pengganti pengawet sintetik pada tahu.
2. Ekstrak daun buah alpukat berpotensi sebagai pengawet alami karena mengandung senyawa antioksidan yang dapat menghambat bakteri dan mikroorganisme.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak daun buah alp
1. Proposal karya tulis ilmiah tentang pemanfaatan ekstrak daun buah alpukat sebagai pengawet alami pengganti pengawet sintetik pada tahu.
2. Ekstrak daun buah alpukat berpotensi sebagai pengawet alami karena mengandung senyawa antioksidan yang dapat menghambat bakteri dan mikroorganisme.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak daun buah alp
100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
466 tayangan34 halaman
Proposal Karya Tulis Ilmiah Pemanfaatan Ekstrak Daun Buah Alpukat Sebagai Pengawet Alami Pengganti Pengawet Sintetik Pada Tahu Yang Aman Bagi Kesehatan
1. Proposal karya tulis ilmiah tentang pemanfaatan ekstrak daun buah alpukat sebagai pengawet alami pengganti pengawet sintetik pada tahu.
2. Ekstrak daun buah alpukat berpotensi sebagai pengawet alami karena mengandung senyawa antioksidan yang dapat menghambat bakteri dan mikroorganisme.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak daun buah alp
PENGGANTI PENGAWET SINTETIK PADA TAHU YANG AMAN BAGI KESEHATAN
Disusun Oleh :
Indah Yulianti
2015.016
Akademi keperawatan patria husada surakarta
Tahun akademik 2016/2017
1 A. JUDUL PENELITIAN Pemanfaatan Ekstrak Daun Buah Alpukat sebagai Pengawet Alami Pengganti Pengawet Sintetik pada Tahu yang Aman bagi Kesehatan B. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia memiliki ragam makanan dan minuman yang beraneka macam. Perkembangan industri makanan ini tidak lepas dari adanya tambahan zat kimia yang membantu menambah daya simpan dari bahan makanan yang disajikan. Semua aspek yang berkaitan dengan bahan pangan akan selalu terlibat dengan zat kimia praktis yang ditambahkan guna meningkatkan tujuan dari pengolahan bahan pangan. Perlakuan yang memang menjadi kontraditif dengan faktor kesehatan bahan pangan yang disajikan tersebut. Sebagian besar zat kimia praktis yang ditambahkan pada bahan pangan (zat aditif) akan menimbulkan dampak kumulatif yang berkepanjangan pada manusia. Zat aditif yang dimaksud adalah pemanis, penyedap rasa, pewarna, pengawet, dan sebagainya. Jenis senyawa kimia sintetik ini dapat merusak secara langsung maupun genetik pada tubuh manusia. Zat aditif jenis penyedap rasa menduduki peringkat I disusul pengawet sebagai peringkat II dan pemanis buatan pada peringkat III dalam pengolahan industri bahan pangan. Berdasarkan peringkat konsumsi per hari pengawet buatan menduduki nomor II tetapi hal ini perlu dijadikan alternatif dalam penggunaan pengawet bahan makanan dan minuman dengan bahan alami karena pengawet buatan dapat menyerang organ dalam dibanding zat aditif lain. Bahan Pengawet adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan.1 Bahan pengawet ada dua macam yaitu bahan pengawet alami dan bahan pengawet sintetik. Bahan pengawet alami yaitu bahan pengawet yang tidak mengandung zat-zat yang tidak berbahaya untuk kesehatan, 1 Wikipedia, Pengawet Makanan, diakses dari id.wikipedia.org/wiki/pengawet_makanan, pada tanggal 27 November 2014 pukul 11.33 2 misalnya gula, garam, bawang putih, dan asam cuka.2 Sedangkan bahan pengawet sintetik yaitu bahan pengawet yang mengandung zat-zat berbahaya untuk kesehatan, misalnya asam sobat, natrium nitrit, natrium benzoat, dan asam propionat.3 Salah satu bahan pengawet alami dapat diperoleh dari ekstrak daun buah alpukat. Tahu termasuk bahan pangan yang cepat mengalami kerusakan sehingga dapat digolongkan ke dalam golongan high perishable food. Tahu hanya dapat tahan selama kurang lebih tiga hari tanpa menggunakan bahan pengawet walaupun disimpan pada suhu rendah, yaitu suhu maksimum 15oC. Komposisi tahu banyak mengandung protein dan air yang menyebabkan tahu merupakan media yang cocok untuk tumbuhnya mikroba sehingga tahu menjadi cepat mengalami kerusakan. Produksi tahu di Indonesia mayoritas menggunakan bahan pengawet sintetik. Dalam penelitian ini, akan digunakan alternatif dalam penggunaan bahan pengawet alami yaitu dari daun buah alpukat yang memiliki senyawa antioksidan (flavonoid) yang dapat menghambat bakteri dan mikroorganisme, menjaga bentuk, dan mengawetkan tahu. Dengan metode maserasi yang umum dilakukan untuk penyaringan zat kandungan aktif. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan senyawa antioksidan (flavonoid) sebagai bahan alami yaitu daun buah alpukat sebagai bahan pengawet dalam produksi tahu di Indonesia. 2 Tini Rustini, Pasti Bisa! Peringkat 1: Rangkuman Pelajaran Super lengkap, diakses dari http://books.google.co.id/books? id=bcsGBAAAQBAJ&pg=PA142&lpg=PA142&dq=peringkat +zat+aditif+pengawet&source=bl&ots=d8s5JCjH52&sig=7ApHG36 XKlbNxR8tixKWa09OAxg &hl=en&sa=X&ei=nNR2VJL7JseuATJoLQAQ&redir_esc=y#v=one page&q=peringkat%20zat %20aditif%20pengawet&f=false, pada tanggal 27 November 2014 pukul 14.42 3 Tini Rustini, Pasti Bisa! Peringkat 1: Rangkuman Pelajaran Super lengkap, diakses dari http://books.google.co.id/books? id=bcsGBAAAQBAJ&pg=PA142&lpg=PA142&dq=peringkat +zat+aditif+pengawet&source=bl&ots=d8s5JCjH52&sig=7ApHG36 XKlbNxR8tixKWa09OAxg &hl=en&sa=X&ei=nNR2VJL7JseuATJoLQAQ&redir_esc=y#v=one page&q=peringkat%20zat %20aditif%20pengawet&f=false, pada tanggal 27 November 2014 pukul 14.42 3 C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan, yaitu : 1. Apakah ekstrak daun buah alpukat dapat digunakan sebagai pengawet alami dalam tahu ? 2. Bagaimana proses pembuatan ekstrak daun buah alpukat sebagai pengawet pada tahu ? 3. Bagaimana aplikasi ekstrak daun buah alpukat sebagai bahan pengawet alami pada tahu ? D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah ekstrak daun buah alpukat dapat digunakan sebagai pengawet alami pada tahu. 2. Untuk mengetahui proses pembuatan ekstrak daun buah alpukat sebagai pengawet alami pada tahu. 3. Dapat mengaplikasikan ekstrak daun buah alpukat sebagai pengawet alami pada tahu. E. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak diantaranya : 1. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menambah pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan dari ekstrak daun buah alpukat sebagai bahan pengawet tahu alami. 2. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lain sebagai bahan rujukan dalam pengembangan penelitian lebih lanjut. 3. Bagi Pengembangan IPTEK Hasil penelitian ini diharapkan dapat menciptakan teknologi sederhana dalam pemanfaatan ektrak daun buah alpukat sebagai bahan pengawet alami. 4 4. Bagi Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menanggulangi penyebaran penyakit akibat bahan pengawet buatan karena ekstrak daun buah alpukat dapat digunakan sebagai bahan pengawet alami serta sintetik yang baik untuk kesehatan. F. KAJIAN RISET SEBELUMNYA Pada tahun 2006 Herastuti Sri Rukmini dan Rifda Naufalin dari Fakultas Pertanian, Universitas Jendral Soedirman telah melakukan penelitian tentang Pemanfaatan Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) sebagai Pengawet Alami pada Tahu yang menggunakan tahapan sortasi pada bunga kecombrang segar, membandingkan antara bubur dari bunga kecombrang segar dan bubuk kering dalam aplikasi mengawetkan tahu. Aplikasi dari bubur bunga kecombrang dalam mengawetkan tahu selama masa simpan yang dicobakan dan tahapan analisis terhadap variabel yang diamati. Senyawa antioksidan yang terkandung dalam bunga kecombrang berpotensi sebagai bahan pengawet alami untuk tahu. Pada tahun 2010 Agnes Sri Harti, dkk dari STIKes Kusuma Husada telah melakukan penelitian tentang Potensi Chito-OligoSaccharide (COS) sebagai Prebiotik dan Pengawet Alami dalam Pembuatan Tahu Sinbiotik dengan tiga tahapan yakni mensintesis Chito-OligoSaccharide (COS) dan bekatul, membuat tahu sinbiotik, dan menganalisis produk tahu sinbiotik. COS sebagai senyawa turunan kitosan hasil proses deasetilasi kitin memiliki ikatan 1,4 glukosamin yang bersifat bersifat antimikrobia sehingga mampu berfungsi sebagai pengawet. Hasil penelitian menunjukkan potensi ChitoOligoSaccharide (COS) sebagai prebiotik dan pengawet alami dalam produksi tahu sinbiotik. Sehingga tahu sinbiotik dapat berfungsi sebagai pangan fungsional yang memberikan nilai tambah dari aspek teknologi, ekonomi maupun sosial untuk peningkatan gizi seseorang yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan. 5 G. KAJIAN PUSTAKA 1. Alpukat4 Alpukat merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah dan mulai diperkenalkan di Indonesia pada abad ke-19. Berikut adalah taksonomi dari alpukat. Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Kelas : Magnoliopsida Sub-kelas : Magnoliidae Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Persea Spesies : Persea Americana 1.1 Morfologi Tumbuhan Alpukat Tinggi pohon alpukat bisa mencapai 20 m. Ukuran daun 12 s/d 25 cm. Bunga tersembunyi dengan warna hijau kekuningan dan memiliki ukuran 5-10 mm. Buah bertipe buni, memiliki kulit lembut tak rata berwarna hijau tua hingga ungu kecoklatan. Buah tumbuh tergantung pada varietasnya. Daging buah alpukat berwarna hijau muda dekat kulit dan kuning muda dekat biji. Daging buah memiliki tekstur lembut subtropis beriklim sejuk dan basah perbanyakan tanaman alpukat dengan biji dan okulasi pada tanah gembur dan subur.5 4 Wikipedia, Apokat, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Apokat, pada tanggal 10 Desember 2014 pukul 09.49 5 Masdalena, Manfaat Sari Daun Buah Alpukat Bagi Kesehatan, diakses dari http://doktersehat.com/manfaat-sari-daun-alpukat-bagi- kesehatan/#ixzz3KBVhclhH, pada tanggal 26 November 2014 pukul 14.55 6 1.2 Macam-Macam Tumbuhan Alpukat Berbagai tipe alpukat telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Penyebaran itu termasuk keturunannya, baik keturunan dari hasil persarian sendiri maupun persarian silang alamiah antar tiga kelompok. Sampai tahun 2003 telah dilepas 7 varietas alpukat6, sebagai berikut: a. Alpukat Ijo Bundar b. Alpukat Ijo Panjang c. Alpukat Merah Bundar d. Alpukat Merah Panjang e. Alpukat Mega Gagauan f. Alpukat Mega Murapi g. Alpukat Mega Paninggahan 1.3 Manfaat Alpukat Manfaat alpukat diantaranya yaitu: a. Daun Pada daun dapat digunakan untuk mengobati hipertensi atau tekanan darah tinggi, untuk obat herbal batu ginjal, mengatasi sakit kepala, mengobati sakit perut, obat alami sakit pinggang, dan sebagai bahan pengawet alami.7 b. Buah Pada buah dapat digunakan untuk menurunkan kolesterol, menurunkan tekanan darah, mengontrol gula darah, melindungi 6 Suharsimi, Jenis Alpukat, diakses dari http://jenis- jenisalpukat.com/jenis-jenis-alpukat-diIndonesia.html pada tanggal 26 November 2014 pukul 14.43 7 Dadi Carwadi, Manfaat dan Khasiat Daun buah alpukat Bagi Kesehatan Tubuh, diakses dari http://manfaatdaunbuah.blogspot.com/2013/11/manfaat-dan-khasiat- daun-alpukat-bagi.html, pada tanggal 27 November 2014 pukul 10.58 7 dari kanker, mencegah peradangan, meningkatkan berat badan, menyehatkan kulit dan rambut.8 c. Biji Pada buah biji dapat digunakan untuk mengatasi sakit gigi, mengobati sariawan, mengatasi sakit maag, menghilangkan nyeri pada tubuh, mengatasi penyakit diabetes atau kencing manis.9 1.4 Kandungan Daun Buah Alpukat Kandungan dari daun buah alpukat, yaitu: a. Flavonoid Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang ditemukan di alam dan terkandung pada tumbuhan, baik di daun, batang, buah maupun bunga. Senyawa flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau. b. Quersetin Quersetin adalah senyawa kelompok flavonol terbesar, quersetin dan glikosidannya berada dalam jumlah sekitar 60% s/d 75% dari flavonoid. c. Polifenol Polifenol adalah sub-kelompok fitonutrien yang merupakan zat kimia yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya.10 8 Tommy Sun, Manfaat Buah Alpukat, diakses dari http://manfaatbuahalpukat.blogspot.com/ 2012/04/manfaat-buah-alpukat.html, pada tanggal 27 November 2014 pukul 10.47 9 Tobiel, Manfaat Biji Alpukat Untuk Kesehatan, diakses dari http://www.tubuhwanita.com/ manfaat-biji-alpukat-untuk-kesehatan, pada tanggal 27 November 2014 pukul 11.00 10 Nerazuri, Kandungan Alpukat, diakses dari http://kandunganalpukat.com/kandungan-kimiapada-alpukat, pada tanggal 27 November 2014 pukul 11.02 8 2. Ekstrak Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif dari tanaman menggunakan pelarut, tetapi pelarutnya diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bentuknya dapat kental atau kering tergantung apakah sebagian saja pelarut yang diuapkan atau seluruhnya. 2.1 Jenis-Jenis Ekstrak Ekstrak dapat dibedakan berdasarkan konsistesi, komposisi dan senyawa aktif yang terdapat di dalamnya. Berdasarkan konsistensinya: 1. Ekstrak cair : Ekstrak cair, tingtur, maserat minyak (Extracta Fluida Liquida). 2. Semi solid : Ekstrak kental (Extracta spissa). 3. Kering : Ekstrak kering (Extracta sicca). Berdasarkan komposisi: 1. Ekstrak alami, ekstrak murni sediaan obat herbal alami (Native Herbal Drugs Preparation) kering (sicca), berminyak (oleoresin). Tidak mengandung solvent (air, etanol) eksipien (maltodekstrin, laktosa, sakarosa). 2. Ekstrak non alami sediaan ekstrak herbal, sediaan ekstrak (Non native Herbal Drugs Preparation). Ekstrak non alami dapat berbentuk extracta spissa (campuran gliserin, propilenglikol); extracta sicca (maltodekstrin, laktosa); extracta fluida, tingtur (tinctura), air, etanol. Sediaan cair non alkohol (gliserin, air) dan maserat berminyak11. 11 Alfi Rahmi Anis, Ekstraksi dengan Metode Perkolasi, diakses dari http://alfirahmia.blogspot. com/2014/05/ekstraksi-dengan-metode-perkolasi.html, pada tanggal 27 November 2014 pukul 13.29 9 2.2 Ekstraksi Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. 2.3 Macam- Macam Ekstraksi Macam-macam metode ekstraksi diantaranya yaitu : a. Perkolasi Perlokasi adalah metode ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut mengalir yang selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari bahan alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas (termolabil). b. Infundasi Infundasi adalah metode penyaringan dengan cara menyaring simplisia dalam air pada suhu 90 derajat selama 15 menit. Influndasi merupakan penyaringan yang umum dilakukan untuk menyaring zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. c. Maserasi Maserasi adalah metode ekstraksi bahan dengan pelarut pada suhu kamar selama waktu tertentu dengan sesekali diaduk atau dikocok. 3. Tahu Tahu adalah makanan yang dibuat dari endapan perasan biji kedelai yang mengalami koagulasi. Tahu berasal dari Tiongkok, nama "tahu" 10 merupakan serapan dari bahasa Hokkian (tauhu) (Hanzi: , hanyu pinyin: doufu), yang secara harfiah berarti "kedelai terfermentasi.12 Versi tahu yang dikenal di Jepang adalah tofu. Tofu lebih lunak dan kurang tahan terhadap pengolahan. Tofu dan tahu dibawa para perantau Cina ke seluruh penjuru dunia sehingga menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara, lalu juga akhirnya ke seluruh dunia. 3.1 Tahu di Indonesia Tahu telah mengalami indigenisasi di Indonesia sehingga muncul berbagai varian tahu serta panganan berbahan tahu. Tampilan luar tahu ada yang berwarna putih maupun kuning. Karena populernya, tahu menjadi bagian tak terpisahkan tempat makan berbagai tingkat sosial di Indonesia, bersama-sama dengan tempe.13 3.2 Macam-Macam Tahu14 a. Tahu Putih Tahu jenis ini teksturnya padat dengan pori-pori agak besar, di pasaran dapat dijumpai dalam beragam bentuk dan ukuran. Tahu putih cocok diolah menjadi lauk, hidangan berkuah (sup, sayur kuah), aneka tumis, adonan isian dan goreng. Selain itu juga cocok digunakan sebagai campuran beragam kudapan seperti kroket, perkedel, nugget dan lain-lain. Tapi ingat, karena tahu putih mudah hancur, sebaiknya tambahkan sedikit tepung terigu atau telur saat mengolahnya. Dengan begitu teksturnya akan tetap kokoh. 12 Wikipedia, Tahu, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Tahu, pada tanggal 4 Desember 2014 pukul 14.56 13 Wikipedia, Tahu, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Tahu, pada tanggal 4 Desember 2014 pukul 14.56 14 Wikipedia, Tahu, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Tahu, pada tanggal 4 Desember 2014 pukul 14.56 11 Kualitas tahu putih hanya bisa bertahan selama 2 hari, lebih dari itu akan terjadi perubahan aroma dan tekstur. Proses pengukusan dan penyimpanan dalam almari pendingin hanya mampu menambah usia konsumsi maksimal 1 hari. b. Tahu Kuning Tahu ini dikenal dengan nama tahu takwa atau tahu Kediri, karena sentra pembuatan tahu ini banyak dijumpai di Kediri. Tekstur tahu kuning sangat padat, kenyal, berpori halus dan lembut. Bentuknya kotak segi empat dan agak pipih. Karena kepadatannya yang lebih baik dari pada tahu putih ketika dipotong tahu tidak mudah hancur. Warna kuning pada tahu menggunakan pewarna alami yang berasal dari kunyit. c. Tahu Sutera (Tofu) Tofu disebut tahu sutera karena teksturnya sangat halus, lembut, dan rapuh. Pada umumnya tofu berwarna putih, di pasaran dijual dalam keadaan segar dan dikemas dengan plastik kedap udara. Tofu ada yang berbentuk selinder dan segi empat. Tofu yang ditambah dengan telur dikenal dengan nama egg tofu, warnanya lebih kuning. Sedangkan tofu dengan tambahan udang namanya shrimp tofu. Memilih tofu lebih mudah karena dalam kemasannya telah tercantum tanggal kadaluarsa. Tofu disimpan dalam lemari es hingga tanggal kadaluarsanya. d. Tahu Pong Teksturnya padat dengan pori-pori besar. Ciri khasnya ketika digoreng kering, maka bagian dalamnya akan terdapat rongga dan kulitnya akan kecokelatan dan renyah. Tahu pong lebih umum disajikan untuk camilan dan campuran masakan berkuah. e. Tahu Susu Tahu susu diperoleh dari proses curdling (mengumpalkan) susu dengan rennet atau asam seperti lemon juice atau cuka, 12 kemudian menghilangkan bagian cairnya. Bagian susu yang telah mengumpal tersebut kemudian di padatkan hingga terbentuk batangan tahu yang padat. Tampilan tahu susu mirip dengan tahu air, tetapi lebih padat dan gurih. Pembuatan tahu susu adalah salah satu upaya memanfaatkan susu yang kualitasnya rendah. Tahu susu cocok untuk olahan panggang seperti steak, di goreng, untuk campuran isi pai dan topping pizza. f. Tahu Air Warnanya putih seperti tahu putih, tetapi teksturnya lebih lembut dan lunak karena terbuat dari gumpalan susu kedelai yang dipadatkan. Tahu air cocok diolah untuk sapo, mapo dan beragam sajian berbumbu sechuan. Anda juga bisa memotongnya dalam ukuran kecil (33 cm) lalu menggorengnya untuk camilan santai sore hari. Rasanya gurih dan lembut, cocok dicocol dengan sambal atau saus siap saji. g. Tahu Kulit Jenis tahu kulit paling populer adalah tahu Sumedang. Kulitnya berwarna kecokelatan dengan rongga bagian dalam yang akan tampak jika tahu digoreng. Tahu Sumedang termasuk tahu siap santap, jadi tak perlu mengolahnya lagi. Cukup menggoreng, lalu mendampingkan saus sebagai padanannya. 4. Pengawetan Makanan Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan.15 15 Wikipedia, Pengawetan Makanan, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pengawetan_makanan, pada tanggal 4 Desember 2014 pukul 13.28 13 Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan. Teknologi pengawetan makanan yang dikembangkan dalam skala industri masa kini berbasis pada cara-cara tradisional yang dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi bahan makanan. 4.1 Pengawet Alami16 a. Garam Dapur Garam dapur adalah senyawa kimia Natrium klorida (NaCl). Garam dapur juga dapat menghambat dan menghentikan reaksi autolisis yang dapat mematikan bakteri yang ada di dalam bahan pangan b. Gula Pasir Gula pasir adalah butiran menyerupai kristal yang merupakan hasil pemanasan dan pengeringan sari tebu atau bit. Anda tentu sudah tahu bentuk gula pasir, yaitu butiran berwarna putih yang tersusun atas 99.9% sakarosa murni. c. Asam Cuka Cuka adalah produk hasil fermentasi dari bakteri acetobacter. Banyak jenis cuka beredar di pasaran, seperti cuka apel, cuka hitam, cuka aren dan cuka limau. Masing-masing cuka ini diperoleh dari bahan dasar fermentasi yang berbeda. Ada lagi satu jenis cuka yang sering digunakan untuk memasak yang disebut juga cuka masak. Cuka jenis ini adalah cuka sintetis/kimiawi dengan rasa asam yang sangat kuat. Biasanya cuka mengandung asam asetat 98%. Selain memberikan rasa asam pada masakan dan minuman, cuka juga bisa digunakan 16 Dedihmis Bahatori, http://klinikpengobatanalami.wordpress.com/2013/06/05/pengawetma kanan-alami/, pada tanggal 4 Desember 2014 pukul 15.06 14 sebagai bahan pengawet. Produk yang biasanya diawetkan dengan cuka adalah acar, kimchi, jelly dan minuman. Penggunaanya disesuaikan dengan jenis produk yang diawetkan. Selain meningkatkan daya simpan, cuka juga dapat mempertahankan warna atau mencegah reaksi browning (pencokelatan) pada buah dan sayuran. Dengan penambahan cuka, sayuran dan buah akan lebih bertahan warnanya. d. Bawang Putih Bawang putih (Allium sativum) merupakan bumbu dapur yang sangat populer. Aroma dan rasanya yang khas, dapat memberikan citarasa lezat dan harum pada masakan. Selain sebagai bumbu dapur, bawang putih ternyata sangat efektif sebagai pengawet. Hal ini desebabkan karena bawang putih dapat menghambat pertumbuhan khamir dan bakteri. 4.2 Pengawet Sintetis17 a. Asam Benzoat Asam Benzoat adalah bahan pengawet yang sering dipakai dalam pembuatan makanan. Penggunaan bahan pengawet ini cukup banyak mendominasi produk makanan. Bahan pengawet ini dicampurkan dalam suatu produk makanan dengan tujuan untuk mempertahankan bahan pangan dari serangan mikroba. Mikroba merupakan sel mikroorganisme seperti jamur, kapang, bakteri maupun kuman. Sel mikroorganisme ini dapat mempercepat pembusukan makanan. Akan tetapi, asam benzoate dapat mencegah atau menghentikan proses pertumbuhan bakteri dalam suatu produk makanan. b. Kalium Nitrit 17 Ahmad Husnil, Pengawet Sintetis, diakses dari http://ahmadhusnilubis.blogspot.com/ 2012/02/pengawet-sintetis.html, pada tanggal 4 Desember 2014 pukul 13.30 15 Kalium Nitrit merupakan bahan pengawer sintetis yang berwarna putih atau kuning. Bahan pengawt ini mempunyai solubility (kelarutan) yang tinggi dalam air. Bahan ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Kalium nitrit mempunyai efektivitas sangat tinggi karena dapat membunuh bakteri dalam kurun waktu yang relatif singkat. Pengawet ini sering digunakan pada daging dan ikan. Biasanya kalium nitrit dicampurkan pada daging yang telah dilayukan untuk mempertahankan warna merah agar tampak selalu segar misalnya pada daging kornet. c. Kalsium Propionat/Natrium Propionat Kalsium Propionat/Natrium Propionat termasuk golongan asam propionat. Penggunaan kedua pengawet ini adalah untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Jamur dan kapang sangat merugikan dalam makanan karena dapat mempercepat pembusukan. Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk produk roti dan tepung yang ditambahkan bahan pengawet ini dapat bertahan lebih lama di pasaran. d. Formalin Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 30% s/d 40%. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40%, 30%, 20%, dan 10% serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. e. Natrium Metasulfat Natrium metasulfat merupakan bahan pengawet yang memiliki fungsi hampir sama dengan kalsium propionat/natrium propionat, yaitu mencegah tumbuhnya jamur dan kapang yang dapat mempercepat proses pembusukan. Natrium metasulfat juga sering digunakan pada produk roti dan tepung. 16 H. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain atau Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang mencoba alternatif baru dalam menggunakan bahan pengawet alami dengan daun buah alpukat pada pembuatan tahu. 2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia IAIN Walisongo. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 4 bulan. 3. Tahapan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Alat dan Bahan 1) Alat yang diperlukan antara lain: Blender Timbangan duduk Labu erlenmeyer Kertas saring Kain Saringan Tahu 1,8 m Cawan porselin 100 ml Water bath Aluminium foil Kompor Rak bambu Baskom 200 L Panci Besar Stainless Serbet Makan/Kain Plat Takus Tahu 60x60 cm 2) Bahan yang diperlukan antara lain: Daun buah alpukat Etanol 96% Kacang Kedelai Cuka makan 17 b. Pelaksanaan Penelitian 1) Pembuatan Ekstrak Daun Buah Alpukat Menggunakan Metode Maserasi a) Tahap Pengeringan Menyiapkan sejumlah daun buah alpukat dan mencuci bersih daun yang akan di keringkan. Kemudian memotong kecil-kecil daun buah alpukat untuk di keringkan dibawah sinar matahari sampai kandungan airnya hilang. b) Tahap Ekstraksi Menghaluskan daun buah alpukat yang telah dikeringkan menggunakan blender hingga menjadi bubuk. Kemudian menimbang bubuk menggunakan timbangan bubuk sebanyak 100 g, dan memasukkan ke dalam labu erlenmeyer dengan ukuran 1000 ml. Menambahkan etanol 96% dalam labu erlemeyer, dan menutupnya dengan aluminium foil. Mendiamkan selama 5 hari sambil berulang, mengaduk setiap harinya. Setelah didiamkan selama 5 hari, campuran tersebut disaring menggunakan kertas saring dan memeras ampasnya. Perasan ampas ditambah dengan etanol 96% sebanyak 25 ml kemudian menyaring kembali dengan kain saring, sehingga diperoleh hasil saringan sebanyak 100 bagian. Hasil saringan tersebut didiamkan selama 2 hari. Menguapkan ekstrak diatas water bath menggunakan cawan porselin hingga mendapatkan ekstrak kental. 2) Pengaplikasian dalam Pembuatan Tahu dengan Campuran Ekstrak Daun Buah Alpukat Menyiapkan kedelai yang telah direndam semalaman dalam baskom untuk di pecah dengan meremas-remasnya. Setelah bersih kemudian memasukkan kedelai dalam blender dengan 18 memberinya air secukupnya, memblender hingga halus dan lembut. Saat selesai maka akan jadi seperti susu kedelai, selanjutnya merebus air kedelai tadi di panci hingga mendidih. Menyiapkan baskom untuk tempat air dingin. Ketika rebusan air kedelai tadi mulai mendidih akan muncul busa, maka segera untuk menambahkan air dingin sedikit demi sedikit. Kemudian memasukkan ekstrak daun buah alpukat yang telah dibuat dengan metode maserasi dan menurunkan suhu kompor. Setiap busa mulai muncul lagi, menambahkan air dingin sedikit demi sedikit dan tetap merebus air kedelai hingga busa habis. Setelah itu mendiamkan rebusan itu di atas kompor dengan api kecil selama 20 menit. Kemudian mematikan kompor dan mendiamkan hingga dingin. Setelah rebusan tadi mulai dingin, segera untuk menyaring dengan saringan yang di atasnya telah di lapisi serbet makan/ kain. Memeras ampas rebusan kedelai tadi hingga air perasan keluar semua. Air hasil penyaringan tadi di rebus di atas kompor dengan api sedang namun tidak sampai mendidih. Mengangkat susu kedelai dari kompor kemudian memasukkan 100 ml cuka makan dan mengaduknya sebentar. mendiamkan susu kedelai selama 30 menit dengan sendirinya susu kedelai akan terpisah menjadi calon tahu dan air. Kemudian menyaring massa tahu dengan serbet makan atau kain bersih tipis hingga air keluar dan menyusun pada cetakan rak bambu. Kemudian menindihkan dengan pemberat sehingga semua air keluar dan mendiamkan selama 15 s/d 20 menit. Akhirnya tahu buatan dengan campuran ekstrak daun buah alpukat pun telah jadi dengan memotong sesuai ukuran. 19 I. DAFTAR PUSTAKA Anis, Alfi Rahmi. 2014. Ekstraksi dengan Metode Perkolasi. Aceh. http://alfirahmia.blogspot.com/2014/05/ekstraksi-dengan- metodeperkolasi.html (akses tanggal 27 November 2014). Bahatori, Dedihmis. 2013. Pengawet Makanan Alami. Jakarta. http://klinikpengobatanalami.wordpress.com/2013/06/05/pengawetma kanan-alami/ (akses tanggal 4 Desember 2014). Carwadi, Dadi. 2013. Manfaat dan Khasiat Daun Buah Alpukat Bagi Kesehatan Tubuh. Bekasi. http://manfaatdaunbuah.blogspot.com/ 2013/11/manfaat-dan-khasiat-daun-alpukat-bagi.html (akses tanggal 27 November 2014). Husnil, Ahmad. 2012. Pengawet Sintetis. Medan. http://ahmadhusnilubis. blogspot.com/2012/02/pengawet-sintetis.html (akses tanggal 4 Desember 2014). Masdalena. 2013. Manfaat Sari Daun Buah Alpukat Bagi Kesehatan. Jakarta. http://doktersehat.com/manfaat-sari-daun-alpukat-bagi-kesehatan/ #ixzz3KBVhclhH (akses tanggal 26 November 2014). Nerazuri. 2013. Kandungan Alpukat. Bogor. http://kandunganalpukat.com/ kandungan-kimia-pada-alpukat (akses tanggal 27 November 2014). Rustini, Tini. 2011 Pasti Bisa! Peringkat 1: Rangkuman Pelajaran Super lengkap. Jakarta. http://books.google.co.id/books? id=bcsGBAAAQBAJ &pg=PA142&lpg=PA142&dq=peringkat+zat+aditif+pengawet&sourc e= bl&ots=d8s5JCjH52&sig=7ApHG36XKlbNxR8tixKWa09OAxg&hl= en &sa=X&ei=nNR2VJL7JseuATJoLQAQ&redir_esc=y#v=onepage&q =pe ringkat%20zat%20aditif%20pengawet&f=false (akses tanggal 27 November 2014). Suharsimi. 2011. Jenis Alpukat. Sumatera. http://jenis- jenisalpukat.com/jenisjenis-alpukat-di-Indonesia.html (akses tanggal 26 November 2014). Sun, Tommy. 2010. Manfaat Buah Alpukat. Jakarta. http://manfaatbuah alpukat.blogspot.com/2012/04/manfaat-buah-alpukat.html, (akses tanggal 27 November 2014). 20 Tobiel. 2013. Manfaat Biji Alpukat Untuk Kesehatan. Jakarta. http://www.tubuhwanita.com/manfaat-biji-alpukat-untuk-kesehatan, (akses tanggal 27 November 2014). Wikipedia. 2014. Apokat, http://id.wikipedia.org/wiki/Apokat, (akses 10 Desember 2014). Wikipedia, Pengawet Makanan, id.wikipedia.org/wiki/pengawet_makanan, (akses tanggal 27 November 2014). Wikipedia. 2014. Pengawetan Makanan, http://id.wikipedia.org/wiki/ Pengawetan_makanan, (akses tanggal 4 Desember 2014). Wikipedia, Tahu, http://id.wikipedia.org/wiki/Tahu, (akses tanggal 4 Desember 2014). 21 J. LAMPIRAN JADWAL KEGIATAN PENELITIAN No. Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 1234123412341234 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Pendahuluan 3. Tahap Pembuatan Ekstrak Daun Buah Alpukat dan Pembuatan Tahu 4. Tahap Analisis 5. Penyusunan Laporan 6. Penyerahan Laporan Akhir 22 RANCANGAN BIAYA NO. URAIAN JUMLAH A. BAHAN HABIS PAKAI 1. Daun buah alpukat 1 kg @ Rp. 1.500,00 Rp. 15.000,00 2. Etanol 96% 1 L Rp. 36.000,00 3. Kacang Kedelai 1 kg Rp. 8.200,00 4. Cuka Makan 100 ml Rp. 10.000,00 SUB TOTAL A Rp. 69.200,00 B. PERALATAN PENUNJANG PKM 1. Blender Rp. 89.300,00 2. Timbangan duduk Rp. 185.000,00 3. Labu erlenmeyer 2 buah @ Rp 107.500,00 Rp. 215.000,00 4. Kertas saring 2 buah @ Rp. 4.500,00 Rp. 9.000,00 5. Cawan Porselin 100 ml 2 buah @ Rp. 20.000,00 Rp. 40.000,00 6. Water bath Rp. 1.200.000,00 7. Aluminium foil Rp. 280.000,00 8. Kain Saringan Tahu 1,8 m 2 buah @ Rp. 15.000,00 Rp. 30.000,00 9. Kompor Rp. 115.000,00 10. Rak Bambu Rp. 64.500,00 11. Baskom 200 L Rp. 35.000,00 12. Panci Besar Stainless Steel 2 buah @ Rp. 180.000,00 Rp. 360.000,00 13. Plat Takus 60x60 cm Rp. 87.000,00 14. Serbet Makan/Kain 2 buah @ Rp. 8.500,00 Rp. 17.000,00 15. Pisau 2 buah @ Rp. 7.500,00 Rp. 15.000,00 SUB TOTAL B Rp. 2.741.800,00 C. BIAYA PERJALANAN 1. Biaya persiapan alat dan bahan Rp. 200.000,00 2. Biaya pengurusan perijinan laboratorium Rp. 115.000,00 23 3. Biaya transportasi selama penelitian Rp. 550.000,00 SUB TOTAL C Rp. 865.000,00 D. BIAYA PENYUSUNAN LAPORAN 1. Kertas 2 rim @ Rp. 42.000,00 Rp. 84.000,00 2. Sewa Printer 90 hari Rp. 200.000,00 3. Sewa Komputer 90 hari Rp. 200.000,00 4. Tinta Printer 4 botol @ Rp. 25.000,00 Rp. 100.000,00 5. Alat Tulis (Buku, Pulpen, Pensil, lain-lain) Rp. 150.000,00 6. Biaya penggandaan laporan 6 kali @ Rp. 50.000,00 Rp. 300.000,00 7. Dokumentasi cetak foto Rp. 120.000,00 8. Flash disk Rp. 80.000,00 9. Biaya lain-lain Rp. 90.000,00 SUB TOTAL D Rp. 1.324.000,00 TOTAL A+B+C+D Rp. 5.000.000,00 24 RANCANGAN PENELITIAN PEMBUATAN EKSTRAK DAUN BUAH ALPUKAT MENGGUNAKAN METODE MASERASI 1. Tahap Pengeringan Daun Buah Alpukat Daun Buah Alpukat Bersih Potongan Halus Daun Buah Alpukat Daun Buah Alpukat Kering Membersihkan Daun Buah Alpukat dengan Air Memotong Daun Buah Alpukat Hingga Halus Menggunakan Pisau Mengeringkan Potongan Halus Daun Buah Alpukat di Bawah Terik Matahari 25 2. Tahap Ekstraksi Menghaluskan Daun Buah Alpukat dengan Blender Daun Buah Alpukat Kering Bubuk Menimbang dengan Timbangan Duduk Sebanyak 100 g Bubuk 100 g Memasukkan dalam Labu Erlenmeyer dengan ukuran 1000 ml Menambahkan etanol 96% dalam labu erlemeyer, dan menutupnya dengan aluminium foil Mendiamkan selama 5 hari sambil berulang, mengaduk setiap harinya. Ampas Menyaringnya dengan Kertas Saring Perasan ampas Memeras Ampas Menguapkan ekstrak diatas water bath menggunakan cawan porselin Mendiamkan Selama 2 Hari Ekstrak Kental Ditambah dengan Etanol 96% Sebanyak 25 ml Kemudian Menyaring Kembali dengan Kain Saring, Sehingga Diperoleh Hasil Saringan Sebanyak 100 Bagian Hasil Saringan Hasil Saringan Telah di Diamkan 26 PENGAPLIKASIAN DALAM PEMBUATAN TAHU DENGAN CAMPURAN EKSTRAK DAUN BUAH ALPUKAT Menyaring Massa Tahu dengan Serbet Makan, dan Menyusun Pada Cetakan Rak Memasukkan 100 ml Cuka Makan, Mengaduknya Sebentar dan Mendiamkan 30 Menit Merebusnya Namun Tidak Mendidih Memeras Ampas Rebusan Kedelai Tadi Hingga Air Perasan Keluar Semua Menyaring dengan Saringan yang diatasnya Telah di Lapisi Serbet Makan/ Kain Mendiamkan Rebusan diatas Kompor dengan Api Kecil Selama 20 Menit Menambahkan Ekstrak Daun Buah Alpukat Memblender Kedelai dengan Memberi Air Secukupnya Merebus Air Kedelai Tadi di Panci Hingga Mendidih Menambahkan Air Dingin Sedikit Demi Sedikit Membersihkan dan Merendam Kedelai Semalaman Menyiapkan Kedelai Kedelai Bersih Menyiapkan Baskom untuk Tempat Air Dingin Kedelai Halus dan Lembut Muncul Busa Ekstrak Daun Buah Alpukat Rebusan Telah Dingin Ampas Air Hasil Penyaringan dan Pemerasan Air Hasil Penyaringan dan Pemerasan yang Telah direbus Air Calon Tahu Tahu dengan Pengawet Alami
Proposal KTI Kelompok 6 Pemanfaatan Ekstrak Daun Buah Alpukat Sebagai Pengawet Alami Pengganti Pengawet Sintetik Pada Tahu Yang Aman Bagi Kesehatan PDF