Kelompok 1
Dhika Pramestika
Hanna Hervia Beauty Jannah
Lusi Sumiati
B. Ikterus Patologik
Menurut (Tarigan, 2015) adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi
bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi
untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik,
atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis
. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12
mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. Utelly
menetapkan 10 mg% dan 15 mg%. Karakteristik Hiperbilirubinemia :
C. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada
otak terutama pada korpus striatum, talamus, nucleus subtalamus,
hipokampus, nukleus merah, dan nukleus pada dasar ventrikulus IV.
Etiologi
1. Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
2. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam
hati.
3. Gangguan konjugasi bilirubin.
4. Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel
darah merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula
timbul karena adanya perdarahan tertutup.
5. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan,
misalnya Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan
tertentu.
6. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme
atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah
seperti : infeksi toxoplasma. Siphilis.
Patoflodiagram
Manifestasi Klinis
1. Kulit berwarna kuning sampe jingga
2. Pasien tampak lemah
3. Nafsu makan berkurang
4. Reflek hisap kurang
5. Urine pekat
6. Perut buncit
7. Pembesaran lien dan hati
8. Gangguan neurologic
9. Feses seperti dempul
10. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
11. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
12. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik
pada bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
13. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak
pada hari ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan
jaundice fisiologi.
Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
1. Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin
lebih dari 14 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl
merupakan keadaan yang tidak fisiologis.
2. Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
3. Protein serum total.
B. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
C. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan
hapatitis dan atresia billiari.
Penatalaksanaan
A. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan
sejak dini (pemb erian ASI).
H. Terapi Obat-obatan
Misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan
bilirubin di sel hati yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct,
selain itu juga berguna untuk mengurangi timbulnya bilirubin dan
mengangkut bilirubin bebas ke organ hari.
Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi
mental, hiperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan
tangisan yang melengking.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh
(hipertermi). Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun,
pemeriksaan tonus otot (kejang/tremor). Hidrasi bayi
mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas
(skin resh), sclera mata kuning (kadang-kadang terjadi
kerusakan pada retina) perubahan warna urine dan feses.
Pemeriksaan fisik.
2. Riwayat penyakit
Terdapat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh
atau golongan darah A,B,O). Infeksi, hematoma, gangguan
metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan, ibu menderita
DM.
4. Pengkajian psikososial
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah
orang tua merasa bersalah, perpisahan dengan anak.
5. Hasil Laboratorium :
a. Kadar bilirubin 12mg/dl pada cukup bulan.
b. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai 15mg/dl.
Diagnosa
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)
menyatakan bahwa diagnosis keperawatan adalah keputusan
klinik mengenai respons individu (klien dan masyarakat) tentang
masalah kesehatan aktual dan potensial sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua
diagnosis keperawatan harus didukung oleh data, di mana
menurut NANDA diartikan sebagai definisi karakteristik. Definsi
karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala. Tanda adalah
sesuatu yang dapat diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang
dirasakan oleh klien (Nursalam,2015).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Hiperbilirubin
1. Kerusakan integritas kulit b.d. efek dari phototerapi.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. phototerapi.
3. Resiko tinggi cedera b.d. meningkatnya kadar bilirubin toksik
dan komplikasi berkenaan phototerapi.
4. Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan
dengan terpapar lingkungan panas.
Intervensi
Intervemsi meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang
telah diidentifikasi pada diagnosis keperawatan. Tahap ini dimulai
setelah menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan
rencana dokumentasi (Lyer, Taptich, dan Bernocchi-Losey, 996)
dikutip dari (Nursalam,2013)
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Pressure Management
kulit b.d. efek dari keperawatan selama …x24 jam
phototerapi.. diharapkan integritas kulit 1.Anjurkan pasien untuk menggunakan
kembali baik / normal. pakaian yang longgar
•Integritas kulit yang baik bisa 4.Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
dipertahankan 5.Monitor kulit akan adanya kemerahan.
•Tidak ada luka / lesi pada kulit 6.Oleskan lotion / minyak / baby oil pada
•Perfusi jaringan baik daerah yang tertekan
Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis
keperawatan , rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap
evaluasi perencanaan, dan implementasi intervensi (Ignatavicus
dan Bayne , 1994 dikutip dari (Nursalam, 2013).
THANKS A LOT