Anda di halaman 1dari 21

Hiperbilirubin

Kelompok 1
Dhika Pramestika
Hanna Hervia Beauty Jannah
Lusi Sumiati

UNIVERSITAS MH. THAMRIN


Hiperbilirubin
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum
(hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga
dapat menimbulkan ikterus.

Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah


yang kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001). Nilai normal
bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.

Jadi, Hiperbilirubun adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin


dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum.
Insidensi
Insidensi terjadinya hiperbilirubin adalah 25-60 % dari semua
neonatus cukup bulan dan 80% dari neonatus kurang bulan (WHO,
2011). Angka kejadian hiperbilirubin neonatorum pada bayi cukup
bulan di beberapa rumah sakit (RS) pendidikan di indonesia antara
lain RSCM, RS Dr sardjito, RS Dr Soetomo, RS Dr kariadi bervariasi
dari 13,7% hingga 85 %. Pasien hiperbilirubinemia di Rumah Sakit
Wava Husada 2 Kepanjen di Ruang Perinatologi pada bulan Juli
adalah berjumlah sebanyak 3,.61%. Angka kejadiannya sangat kecil
tetapi komplikasi yang di timbulkan sangat fatal. Penanganan
yang cepat dan tepat dapat menghindari komplikasi yang sangat
fatal.
Klasifikasi
UJI KRAMER
Menurut Kramer, ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya.
Untuk penilaian ikterus, Kremer membagi tubuh bayi baru lahir dalam
lima bagian yang di mulai dari kepala dan leher, dada sampai pusat, pusat
bagian bawah sampai tumit, tumit pergelangan kaki dan bahu
pergelangan tangan dan kaki serta tangan termasuk telapak kaki dan
telapak tangan.
Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk di tempat yang
Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap tiap nomor di
sesuaikan dengan angka rata-rata dalam gambar. Cara ini juga
tidak menunjukkan intensitas ikterus yang tepat di dalam plasma
bayi baru lahir. Nomor urut menunjukkan arah meluasnya ikterus.
Tabel. Derajat ikterus pada neonatus menurut kramer
Derajat Perkiraan
ikterus Daerah ikterus kadar
bilirubin

I Kepala dan leher 5,0 mg%


II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 9,0 mg%
III Sampai badan bawah (di bawah umbilikus) 11,4 mg/dl
hingga tungkai atas (di atas lutut)

IV Sampai lengan, tungkai bawah lutut 12,4 mg/dl


V Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg/dl
Bilirubin Ensefalopati Dan kernikterus

Istilah bilirubin ensefalopati lebih menunjukkan kepada


manifestasi klinis yang mungkin timbul akibat efek toksis bilirubin
pada system syaraf pusat yaitu basal ganglia dan pada berbagai
nuclei batang otak. Sedangkan istilah kern ikterus adalah
perubahan neuropatologi yang ditandai oleh deposisi pigmen
bilirubin pada beberapa daerah di otak terutama di ganglia
basalis, pons, dan serebelum.
A. Ikterus Fisiologik
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga
yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar
yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan
tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus fisiologis adalah
ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Timbul pada hari kedua - ketiga.


2. Kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg% pada kurang bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg%
perhari.
4. Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg%.
5. Ikterus hilang pada 10 hari pertama.
6. Tidak mempunyai dasar patologis; tidak terbukti mempunyai
hubungan dengan keadaan patologis tertentu.

B. Ikterus Patologik
Menurut (Tarigan, 2015) adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi
bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi
untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik,
atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis
. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12
mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. Utelly
menetapkan 10 mg% dan 15 mg%. Karakteristik Hiperbilirubinemia :

1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.


2. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau > setiap 24 jam.
3. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus < bulan
dan 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.
4. Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi
enzim G6PD dan sepsis).
5. Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu,
asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi,
hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.

C. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada
otak terutama pada korpus striatum, talamus, nucleus subtalamus,
hipokampus, nukleus merah, dan nukleus pada dasar ventrikulus IV.
Etiologi
1. Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
2. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam
hati.
3. Gangguan konjugasi bilirubin.
4. Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel
darah merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula
timbul karena adanya perdarahan tertutup.
5. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan,
misalnya Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan
tertentu.
6. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme
atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah
seperti : infeksi toxoplasma. Siphilis.
Patoflodiagram
Manifestasi Klinis
1. Kulit berwarna kuning sampe jingga
2. Pasien tampak lemah
3. Nafsu makan berkurang
4. Reflek hisap kurang
5. Urine pekat
6. Perut buncit
7. Pembesaran lien dan hati
8. Gangguan neurologic
9. Feses seperti dempul
10. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
11. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
12. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik
pada bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
13. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak
pada hari ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan
jaundice fisiologi.
Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
1. Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin
lebih dari 14 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl
merupakan keadaan yang tidak fisiologis.
2. Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
3. Protein serum total.
B. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
C. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan
hapatitis dan atresia billiari.
Penatalaksanaan
A. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan
sejak dini (pemb erian ASI).

B.Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa


kelahiran, misalnya sulfa furokolin.

C. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.


A. D. Fenobarbital

B. Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan


memperbesar konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik
glukoronil transferase yang mana dapat meningkatkan
billirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalam
empedu. Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.

C. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.


F. Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin
patologis dan berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui
tinja dan urine dengan oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.
G. Transfusi tukar.
Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan
foto terapi.

H. Terapi Obat-obatan
Misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan
bilirubin di sel hati yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct,
selain itu juga berguna untuk mengurangi timbulnya bilirubin dan
mengangkut bilirubin bebas ke organ hari.

Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi
mental, hiperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan
tangisan yang melengking.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh
(hipertermi). Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun,
pemeriksaan tonus otot (kejang/tremor). Hidrasi bayi
mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas
(skin resh), sclera mata kuning (kadang-kadang terjadi
kerusakan pada retina) perubahan warna urine dan feses.
Pemeriksaan fisik.

2. Riwayat penyakit
Terdapat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh
atau golongan darah A,B,O). Infeksi, hematoma, gangguan
metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan, ibu menderita
DM.

3. Pemeriksaan bilirubin menunjukkan adanya peningkatan.

4. Pengkajian psikososial
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah
orang tua merasa bersalah, perpisahan dengan anak.
5. Hasil Laboratorium :
a. Kadar bilirubin 12mg/dl pada cukup bulan.
b. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai 15mg/dl.
Diagnosa
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)
menyatakan bahwa diagnosis keperawatan adalah keputusan
klinik mengenai respons individu (klien dan masyarakat) tentang
masalah kesehatan aktual dan potensial sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua
diagnosis keperawatan harus didukung oleh data, di mana
menurut NANDA diartikan sebagai definisi karakteristik. Definsi
karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala. Tanda adalah
sesuatu yang dapat diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang
dirasakan oleh klien (Nursalam,2015).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Hiperbilirubin
1. Kerusakan integritas kulit b.d. efek dari phototerapi.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. phototerapi.
3. Resiko tinggi cedera b.d. meningkatnya kadar bilirubin toksik
dan komplikasi berkenaan phototerapi.
4. Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan
dengan terpapar lingkungan panas.
Intervensi
Intervemsi meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang
telah diidentifikasi pada diagnosis keperawatan. Tahap ini dimulai
setelah menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan
rencana dokumentasi (Lyer, Taptich, dan Bernocchi-Losey, 996)
dikutip dari (Nursalam,2013)
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Pressure Management
kulit b.d. efek dari keperawatan selama …x24 jam
phototerapi.. diharapkan integritas kulit 1.Anjurkan pasien untuk menggunakan
kembali baik / normal. pakaian yang longgar

Tissue Integrity : Skin and 2.Hindari kerutan pada tempat tidur


Mucous Membranes 3.Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
Kriteria Hasil : kering

•Integritas kulit yang baik bisa 4.Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
dipertahankan 5.Monitor kulit akan adanya kemerahan.
•Tidak ada luka / lesi pada kulit 6.Oleskan lotion / minyak / baby oil pada
•Perfusi jaringan baik daerah yang tertekan

•Menunjukkan pemahaman 7.Mandikan pasien dengan sabun dan air


dalam proses perbaikan kulit hangat
dan mencegah terjadinya
cedera berulang
•Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban
kulit dan perawatan alami
2 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan MONITOR CAIRAN
kekurangan volume keperawatan selama .......x24 jam 1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
cairan b.d. diharapkan tidak ada resiko kekurangan cairan dan eliminasi
phototerapi. cairan pada klien. 2. Tentukan kemungkinan faktor resiko daari
ketidakseimbangan cairan (hipertermia,
Kriteria Hasil : terapi diuretik, kelainan renal, gagal
1.TD dalam rentang yang diharapkan jantung, diaporesis, disfungsi hati)
3. Monitor berat badan
2.Tekanan arteri rata-rata dalam 4. Monitor serum dan elektrolit urine
rentang yang diharapkan 5. Monitor serum dan osmolaritas urine
6. Monitor BP, HR, RR
3.Nadi perifer teraba
4.Keseimbangan intake dan output
dalam 24 jam
5.Suara nafas tambahan tidak ada
6.Berat badan stabil

3 Resiko tinggi cedera Setelah dilakukan tindakan keperawtan         Pencegahan jatuh


b.d. meningkatnya selama …x 24 jam 1. Kaji status neurologis
kadar bilirubin toksik 2. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
dan komplikasi diharapkan tidak ada resiko cidera. tujuan dari metode pengamanan
berkenaaphototerapi. •Risk control 3. Jaga keamanan lingkungan keamanan
pasien
Kriteria hasil : 4. Libatkan keluiarga untuk mencegah
bahaya jatuh
1.Klien terbebas dari cidera 5. Observasi tingkat kesadaran dan TTV
6. Dampingi pasien
2.Klien mampu menjelaskan metode
untuk mencegah injuri/ cidera
3.Klien mampu memodifikasi gaya
hidup untuk mencegah injuri.
4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan   Fever treatment
temperature keperawtan selama …x 24 jam 1. Monitor suhu sesering mingkin
tubuh 2. Monitor warna dan suhu kulit
(Hipertermia) diharapkan suhu dalam 3. Monitor tekanan darah, nadi, dan respirasi
berhubungan rentang normal. 4. Monitor intake dan output
dengan terpapar •Termoregulation
lingkungan
panas. Kriteria hasil :
•Suhu tubuh dalam rentang
normal
•Nadi dan respirasi dalam
batas normal
•Tidak ada perubahan warna
kulit
Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh
perawat dan klien. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan ketika
melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukam validasi , penguasaan
keterampilan interpersoal, intelektual dan teknikal, intervensi
harus dilakukan dengan cermat dan efisien paa situasi yang tepat ,
keamanan fisik dan psikologis dilindungi dan dokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (Nursalam,2013).

Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis
keperawatan , rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap
evaluasi perencanaan, dan implementasi intervensi (Ignatavicus
dan Bayne , 1994 dikutip dari (Nursalam, 2013).
THANKS A LOT

Anda mungkin juga menyukai