Disusun Oleh:
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya,
seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Maternitas dengan ini penulis mengangkat
judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI IKTERUS NEONATORUM DENGAN
PEMAKAIAN TERAPI LAMPU”.Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
( Penyusun )
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi....................................................................................................3
2.2Klasifikasi..................................................................................................3
2.3 Etiologi.....................................................................................................4
2.4 Patofisiologi..............................................................................................5
2.5 Patway......................................................................................................6
2.6 Manifestasi Klinis ...................................................................................7
2.7 Komplikasi................................................................................................7
2.8 Pemeriksaan penunjang...........................................................................8
2.9 Penatalaksanaan.......................................................................................8
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI IKTERUS
NEONATORUM DENGAN PEMAKAIAN TERAPI LAMPU
3.1 Pengkajian.............................................................................................10
3.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................11
3.3 Intervesi Keperawatan ..........................................................................12
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................15
4.2 Saran......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ikterus merupakan suatu gejala yang sering ditemukan pada Bayi Baru Lahir (BBL).
Menurut beberapa penulis kejadian ikterus pada BBL berkisar 50 % pada bayi cukup bulan
dan 75 % pada bayi kurang bulan. Perawatan Ikterus berbeda diantara negara tertentu,
tempat pelayanan tertentu dan waktu tertentu. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
pengelolaan pada BBL, seperti ; pemberian makanan dini, kondisi ruang perawatan,
penggunaan beberapa propilaksi (misal; luminal) pada ibu dan bayi, fototherapi dan transfusi
pengganti.
Asuhan keperawatan pada klien selama post partum juga terlalu singkat, sehingga klien dan
keluarga harus dibekali pengetahuan, ketrampilan dan informasi tempat rujukan, cara
merawat bayi dan dirinya sendiri selama di rumah sakit dan perawatan di rumah. Perawat
sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peranan dalam memberikan asuhan
keperawatan secara paripurna.
1
4. Untuk mengetahui patofisiologi Ikterus Neonatorum.
5. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Ikterus Neonatorum.
6. Mengidentifikasi penatalaksanaan Ikterus Neonatorum ?
7. Mengidentifikasi pengkajian asuhan keperawatan Ikterus Neonatorum
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena adanya bilirubin
pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (Brooker, 2001).
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaput akibat penumpukan
bilirubin. Sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang
menjurus ke arah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin yang tidak
dikendalikan ( Markum, A.H 1991).
Ikterus adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke 2-3 setelah lahir,
yang tidak mempunyai dasar patologis dan akan menghilang dengan sendirinya pada hari ke 10.
( Nursalam,2005).
Ikterus adalah gejala kuning pada sclera kulit dan mata akibat bilirubin yang berlebihan di
dalam darah dan jaringan. Normalnya bilirubin serum kurang dari 9µmol/L (0,5 mg%). Ikterus
nyata secara klinis jika kadar bilirubin meningkat diatas 35 µmol/L (2 mg%) (Wim de Jong et al.
2005).
2.2 Klasifikasi
3
a. Ikterus yang muncul dalam 24 jam kehidupan ,, serum bilirubin total lebih dari 12
mg/dl.
b. Peningkatan bilirubin 5 mg persen atau lebih dalam 24 jam
c. Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg/dl pada bayi premature atau 12 mg/dl
pada bayi aterm.
d. Ikterus yang disertai proses hemolisis
e. Bilirubin Direk lebih dari mg/dl, atau kenaikan bilirubin serum mg/dl/jam atau 5
mg/dl/hari.
f. Ikterus menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayi aterm dan 14 hari pada
BBLR.
a. Penyakit hemolitik
b. Kelainan sel darah merah
c. Hemolisis : hematoma, Polisitemia, perdarahan karena trauma jalan lahir.
d. Infeksi
e. Kelainan metabolic : hipoglikemia, galaktosemia
f. Obat-obatan yang menggantikan ikatan bilirubin dengan albumin seperti :
sulfonaamida, salisilat, sodium bensoat, gentamisin,
g. Pirau enterohepatik yang meninggi : obstruksi usus letak tinggi, hirschsprung.
2.3 Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Secara garis besar, ikterus neonatarum dapat dibagi :
a. Produksi yang berlebihan Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk
mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas
Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi G6PD, piruvat kinase, perdarahan
tertutup dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar Gangguan ini dapat
disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin,
gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya
4
enzim glukorinil transferase(Sindrom Criggler-Najjar). Penyebab lain adalah
defisiensi protein Y dalam hepar yang berperanan penting dalam uptake bilirubin
ke sel hepar.
c. Gangguan transportasi Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian
diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat
misalnya salisilat, sulfarazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak
terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel
otak.
d. Gangguan dalam eksresi Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar
atau di luar hepar. Kelainan di luar hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan
bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain. (Hassan et al.2005).
2.4 Patofisiologi
Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari pengrusakan sel darah
merah /RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknya kan masuk sirkulasi, dimana hemoglobin
pecah menjadi heme dan globin. Globin (protein ) digunakan kembali oleh tubuh sedangkan
heme akan dirubah menjadi bilirubin unkonjugata dan berikatan dengan albumin.
Didalam liver bilirubin berikatan dengan protein plasma dan dengan bantuan ensim
glukoronil transferase dirubah menjadi bilirubin konjugata yang akan dikeluarkan lewat saluran
empedu ke saluran intestinal. Di Intestinal dengan bantuan bakteri saluran intestinal akan
ddirubah menjadi urobilinogen dan starcobilin yang akan memberi warna pada faeces. Umumnya
bilirubin akan diekskresi lewat faeces dalam bentuk stakobilin dan sedikit melalui urine dalam
bentuk urobilinogen.
Pada BBL bbilirubin direk dapat dirubah menjadi bilirubin indirek didalam usus karena
terdapat beta –glukoronidase yang berperan penting terhadap perubahan tersebut. Bilirubin
inddirek diserap lagi oleh usus kemudian masuk kembali ke hati .Keadaan ikterus di pengaruhi
oleh :
5
c. Gangguan transportasi ikatan bilirubin + albumin menuju hepar , defiiensi albumin
menyebabkan semakin banyak bilirubin bebas ddalam darah yang mudah melewati sawar
otak sehingga terjadi kernicterus
d. Gangguan ekskresi akibat sumbatan dalam hepar atau diluar hepar, karena kelainan
bawaan/infeksi atau kerusakan hepar karena penyakit lain.
2.5 PATHWAY
Hemoglobin
Hemo Globin
Feco Biliverdin
Pemecahan bilirubin
Peningkatan destruksi eritrosit
berlebih
(ggn konjungsi bilirubin/ ggn
transport bilirubin/ peningkatan
siklus enteropetik) Hb dan
eritrosit abnormal Suplai bilirubin
melebihi tampungan
hepar
6
Kekurangan Resiko cidera Gangguan suhu
volume cairan
tubuh
2.6 Manifestasi Klinis
Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat pula
disertai dengan gejala-gejala:
7
2.8 Pemeriksaan penunjang
a. Kadar bilirubin serum (total)
b. Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi
c. Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan bayi
d. Pemeriksaan kadar enzim G6PD
e. Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin terhadap
galaktosemia.
f. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, urin, IT rasio dan
pemeriksaan C reaktif protein (CRP).
2.9 Penatalaksanaan
1. Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti untuk
menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a
boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan
Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi
eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan
mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin.
Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam
darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian
bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa
proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika
sinar mengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi
tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl.
Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi dengan
konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan
Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir
Rendah.
8
2. Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
a. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
b. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
c. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
d. Tes Coombs Positif
e. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
f. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
g. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
h. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
i. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
a. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel darah
merah terhadap Antibodi Maternal.
b. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
c. Menghilangkan Serum Bilirubin
d. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan
Bilirubin
9
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI IKTERUS NEONATORUM
DENGAN PEMAKAIAN TERAPI LAMPU
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian
10
e. Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya ikterus yang
disebabkan oleh adanya infeksi
f. Perut
1) Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati. Hal
ni berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan photo terapi.
2) Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan photo terapi. Perut membuncit,
muntah , mencret merupakan akibat gangguan metabolisme bilirubun
enterohepatik
g. Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan Sepsis bacterial,
tixoplasmosis, rubella
h. Urogenital : Urine kuning dan pekat, adanya faeces yang pucat / acholis / seperti
dempul atau kapur merupakan akibat dari gangguan / atresia saluran empedu
i. Ekstremitas: Menunjukkan tonus otot yang lemah
j. Kulit : Tanda dehidrasi titunjukkan dengan turgor tang jelek. Elastisitas menurun,
perdarahan baah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis.
k. Pemeriksaan Neurologis adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain – lain
menunjukkan adanya tanda – tanda kern – ikterus
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Risiko/ defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan Insensible Water Loss
(IWL) dan defikasi sekunder fototherapi.
3. Risiko /gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi bilirubin, efek fototerapi.
11
3.3 INTERVENSI
12
jaringan kornea ) ditutup dengan Memberi kesempatan
kain yang dapat pada bayi untuk kontak
memantulkan mata dengan ibu ).
cahaya usahakan
agar penutup mata
tidak menutupi
hidung dan bibir.
- Matikan lampu,
buka penutup mata
untuk mengkaji
adanya
konjungtivitis tiap
8 jam
- Buka penutup mata
setiap akan
disusukan
13
- Kolaborasi untuk - Mencegah pemajanan
pemeriksaan kadar sinar yang terlalu lama.
bilirubin, bila kadar
bilirubin turun
menjadi 7,5 mg%
fototerafi
dihentikan
BAB IV
14
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena adanya bilirubin
pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (Brooker, 2001).
Ikterus dikelompokkan menjadi duayaitu ikterus fisiologis yang biasanya timbul pada hari
kedua dan ketiga dan tanpa ada dasar patologis sedangkan ikterus patologis muncul pada 24
jam pertama bayi lahir dan akan menetap selama 2 minggu dan kadar bilirubinnya
melampaui batas kadar hiperbilirubinemia. Penanganan pada bayi ikterusbermacam-macam
sesuai tingkatan dan kadar bilirubinnya.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun dapat memperbaiki dalam makalah selanjutnya
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
15
Wong. 1999. Nursing Care of Infants Children. Mosby Year Boodc Philadelphia.
Markum, A.H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. JiliI. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Jakarta.
Wim de Jong et al. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA dan NIC-NOC: Jilid 2.
Yogyakarta : Media Action
16